Cari Blog Ini

Selasa, 01 Mei 2018

Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


A.  Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
1.    Konsep Dasar Manajemen
a.    Pengertian Manajemen
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
20
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya memberikan rumusan bahwa: “Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling), dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”. [1]
Sedangkan dari James A.F. Stoner sebagaimana dikutip oleh Asnawir  mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.[2]
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa: (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai hasil yang maksimal.
b.    Tujuan Manajemen
Adapun tujuan manajemen adalah agar segenap sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan waktu, tenaga, materil dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu.[3] Tujuan di sini erat kaitannya pada usaha pemimpin untuk mengatur sumber daya alam dan manusia yang ada di organisasi seefektif dan seefisien mungkin, dengan adanya manajemen, diharapkan dapat mencapai tujuan organisasi secara maksimal dengan tenaga, waktu dan  seminimal mungkin.
c.    Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tidak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian[4]  mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, diantaranya menurut G.R. Terry , terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) actuating (pelaksanaan); dan (4) controlling (pengawasan). Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi: (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) commanding (pengaturan); (4) coordinating (pengkoordinasian); dan (5) controlling (pengawasan).[5]
Secara umum, ada 4 fungsi utama yang harus dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan atau manajer organisasi, yaitu:
1)   Perencanaan (Planning)
a)    Pengertian Perencanaan
Dalam merancang suatu lembaga pendidikan yang nantinya akan berjalan secara teratur dan sistematis, maka dibutuhkan perencanaan yang baik dan matang. Karena tanpa adanya perencanaan yang baik dari seorang manajer, tidak mungkin sebuah lembaga dapat berjalan secara dinamis. Untuk dapat memahami perencanaan, maka akan diuraikan pengertian perencanaan dari beberapa ahli manajemen berikut ini:
1.    Menurut George R. Terry perencanaan adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubungkan antara satu fakta dengan fakta yang lain, kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan dating yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki.[6]
2.    Menurut W. H. Newman, perencanaan adalah sebagai pengambilan keputusan pendahuluan mengenai apa yang harus dikerjakan dan merupakan langkah-langkah sebelum kegiatan dilakukan.[7]
3.    Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.[8]
4.    Perencanaan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan pendidikan.[9]
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu proses kegiatan pemikiran sistematis mengenai apa yang harus dilakukan, mengenai apa yang ingin dicapai, bagaimana langkah untuk mencapai tujuan tersebut serta siapa yang mampu melaksanakannya.
b)   Unsur-unsur dalam perencanaan
Ada beberapa unsur perencanaan yang harus diperhatikan oleh seorang kepala sekolah untuk mendapatkan perencanaan yang efektif dan efisien, yaitu:
1.    Rasional
Suatu perencanaan pendidikan yang dibuat oleh seorang kepala sekolah harus rasional (masuk akal) serta konkret berdasarkan kenyataan yang ada. Dan tidak boleh berdasarkan khayalan atau angan-angan semata. Karena nantinya perencanaan yang ada dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang telah ada.[10]
2.    Estimasi
Untuk dapat membuat perencanaan yang baik, seorang kepala sekolah harus melakukan analisa data dan fakta-fakta yang telah ada di lapangan sehingga nantinya dapat memberikan perkiraan yang meyakinkan bagi proses pengembangan pendidikan sesuai dengan visi misi yang telah ditentukan sebelumnya.
3.    Preparasi
Preparasi sendiri adalah persiapan, pengertian persiapan di sini adalah bahwa perencanaan yang ada memang telah disiapkan untuk dilaksanakan dalam rangka mengembangkan lembaga pendidikan, tidak hanya sebagai simpanan atau koleksi saja.
4.    Efisiensi dan efektivitas
Suatu perencanaan dapat dikatakan baik, jika perencanaan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Efektif adalah tepat sesuai dengan sasaran, yang dalam hal ini adalah masyarakat baik masyarakat sekolah sendiri ataupun masyarakat secara umum. Sedangkan efisien sendiri adalah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu lembaga secara maksimal.
5.    Operasional
Perencaraan merupakan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan dan bukan yang telah dilakukan. Dalam artian perencanaan di sini hanya membahas mengenai apa-apa yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang.[11]
2)   Pengorganisasian (Organizing)
a)    Pengertian pengorganisasian Istilah Organizing berasal dari perkataan “organism” yang mempunyai arti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sehingga mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya.[12]
Adapun beberapa definisi dari pengorganisasian yang diungkapkan oleh para ahli manajemen, yang antara lain adalah:
(1) Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[13]
(2) Menurut George R. Terry, pengorganisasian sebagai kegiatan mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggung jawab masing-masing yang bertanggung jawab untuk setiap komponen dan menyediakan lingkungan kerja yang sesuai dan tepat.[14]
 (3) Menurut Siagian berpendapat bahwa pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.[15]
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengorganisasian adalah suatu kegiatan untuk mengelompokkan orang-orang dengan tugas dan fungsinya masing-masing yang kesemuanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.




b)   Faktor-faktor yang mempengaruhi pengorganisasian
Pengorganisasian sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan terus menerus secara berkesinambungan, untuk itu perlu diperhatikan beberapa faktor di bawah ini:[16]
(1)Struktur organisasi harus merefleksikan tujuan-tujuan dan rancangan sebab aktivitas-aktivitas organisasi justru bersumber dari kedua aspek tersebut
(2) Struktur juga hendaknya memberikan gambaran garis kekuasaan para manajer organisasi. Hal ini bergantung pada tipe dan jenis organisasi
(3) Struktur organisasi harus merefleksikan lingkungannya baik yang menyangkut ekonomi, teknologi, politik, sosial maupun etik sehingga tidak akan bertentangan dengan kesemua faktor tersebut. Selain itu, struktur organisasi juga harus dapat membantu kelompok/individu mencapai tujuan secara efisien di dalam situasi mendatang yang berubah-ubah.
(4) Organisasi harus diisi dengan tenaga manusia. Tanpa adanya manusia yang dapat melaksanakan segala fungsi keorganisasian mustahil organisasi tersebut dapat berjalan, karena kunci pokok dari organisasi adalah sumber daya manusia yang handal dan memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya.

3)   Penggerakkan (Actuating)
a)    Pengertian penggerakkan
Untuk lebih memahami pemahaman mengenai penggerakkan (actuating), berikut ini akan dikemukakan pendapat beberapa ahli manajemen, yaitu:
1.    George R. Terry berpendapat bahwa actuating adalah menempatkan semua anggota daripada kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi
2.    Menurut Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo, penggerakkan adalah pengaktifan daripada orang-orang sesuai dengan rencana dan pola organisasi yang telah ditetapkan
3.    Prof. Dr. H. Arifin Abdurrachman, penggerakkan adalah kegiatan manajemen untuk membuat orang-orang lain suka dan dapat bekerja
4.    Sedangkan Prof. Dr. Sondang P. Siagian mendefinisikan bahwa penggerakkan adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengen efisien dan ekonomis.[17]Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penggerakkan adalah suatu usaha untuk memberikan dorongan kepada seseorang atau suatu kelompok agar mau melakukan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
b)   Faktor-faktor yang mempengaruhi penggerakkan (Actuating)
1.    Kepemimpinan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa kepemimpinan adalah usaha seorang pemimpin untuk dapat mempengaruhi bawahannya agar mau, mampu dan rela mengerjakan semua tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam penggerakkan, peranan kepemimpinan sangat besar, tanpa adanya kepemimpinan yang tepat dan baik, penggerakkan tidak akan dapat berjalan dengan baik.
2.    Sikap dan Moral
Sikap adalah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan bertindak. Sedangkan moral adalah kondisi moral atau mental yang memungkinkan kegairahan. Moral dan sikap merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya sikap dan moral yang baik dari pemimpin, tentunya bawahan tidak akan mau untuk melaksanakan segala kegiatan atau aktivitas yang ada guna mencapai tujuan organisasi.[18]
3.    Komunikasi
Tanpa adanya komunikasi, seluruh fungsi manajemen tidak akan dapat dijalankan. Karena dengan komunikasilah pemimpin dapat menyampaikan informasi, keputusan atau tindakan apa yang harus dilakukan oleh bawahannya. Selain itu, tanpa adanya komunikasi maka tidak akan terjalin interaksi antara anggota organisasi yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, peranan komunikasi sangatlah penting.
4.    Perangsang
Perangsang di sini dapat dikatakan sesuatu yang membuat seseorang mau untuk melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh orang lain. Dalam organisasi, bentuk rangsangan ini dapat berupa upah atau gaji, jaminan keselamatan atau bahkan perhatian yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan juga dapat dikatakan sebagai perangsang. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan perangsang di sini adalah motivasi yang diberikan oleh pemimpin pada bawahannya.
5.    Disiplin
Disiplin juga merupakan faktor penting dalam penggerakkan. Dengan memiliki rasa disiplin, maka orang akan menghargai waktu dan tenaga yang dimilikinya. Disiplin ini dapat ditumbuhkan dalam diri bawahan, jika pemimpin juga memiliki disiplin yang lebih tinggi. Karena bagaimanapun, pemimpin adalah contoh bagi bawahannya.
4)   Pengawasan (Controlling)
a)    Pengertian pengawasan
Fungsi manajemen yang keempat adalah pengawasan (controlling), yang memiliki pengertian sebagai berikut:
(1)  Menurut George R. Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai, yaitu standar, apa yang sedang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bilamana perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana, yaitu sesuai dengan standar.[19]
(2)  Pengawasan adalah upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta memperbaiki kesalahan.[20]
(3)  Menurut Prof. Dr. S. P. Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah suatu kegiatan yang berfungsi menjamin adanya kesinambungan antara rencana dan pelaksanaan yang ada di lapangan.
b)   Tujuan pengawasan
Adapun tujuan diadakannya pengawasan adalah untuk menentukan apakah kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana semula, dan untuk menjamin agar segenap kegiatan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.[21]
2.    Manajemen Lembaga Pendidikan  dalam Perspektif Islam
Isyarat al-Qurán tentang manajemen terdapat dalam berbagai ayat. Istilah tersebut dapat dilihat dari kata “yudabbiru  yang berasal dari akar kata “dabbara” diartikan mengarahkan, mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur dan mengurusi, dan “mudabbir” artinya orang yang pandai mengatur atau pengatur. Kata “mudabbir”, setidaknya muncul dalam empat ayat di dalam al-Qurán,[22]
¨bÎ) ÞOä3­/u ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( ãÎn/yムtøBF{$# ( $tB `ÏB ?ìÏÿx© žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ ¾ÏmÏRøŒÎ) 4 ãNà6Ï9ºsŒ ª!$# öNà6š/u çnrßç6ôã$$sù 4 Ÿxsùr& šcr㍩.xs? ÇÌÈ  
Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? ( Q.S Yunus: 3)[23]

ö@è% `tB Nä3è%ãötƒ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `¨Br& à7Î=ôJtƒ yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur `tBur ßl̍øƒä ¢yÛø9$# z`ÏB ÏMÍhyJø9$# ßl̍øƒäur |MÍhyJø9$# šÆÏB ÇcyÛø9$# `tBur ãÎn/yムzöDF{$# 4 tbqä9qà)uŠ|¡sù ª!$# 4 ö@à)sù Ÿxsùr& tbqà)­Gs? ÇÌÊÈ  
Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" ( Q.S Yunus: 31) [24]

ª!$# Ï%©!$# yìsùu ÏNºuq»uK¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@ä. ̍øgs 9@y_L{ wK|¡B 4 ãÎn/yムtøBF{$# ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# Nä3¯=yès9 Ïä!$s)Î=Î/ öNä3În/u tbqãZÏ%qè?  
Artinya: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. ( Q.S ar-Ra’du: 2)[25]

Secara umum ke semua ayat tersebut menggambarkan bahwa Allah Subhanahu wataála mengatur segala urusan. Allah sebagai pengatur alam dan segala urusan makhluk. Dengan demikian, keberadaan Allah dengan qudrat dan iradat-Nya, merencanakan menciptakan, memelihara, dan mengawasi seluruh makhluk agar tunduk kepada Sunnah Allah (kehendak dan ketentuan Allah). Kesemuanya itu merupakan prinsip-prinsip manajemen.
Bertitik tolak dari pendekatan Islam tentang konsep manajemen di atas dapatlah dijabarkan lebih lanjut tentang prinsip manajemen Islami, yaitu:
a.       Perencanaan dan pengorganisasian menurut al-Qurán
Merencanakan berarti menentukan apa yang akan dilakukan pada masa depan atau meraih sesuatu di masa depan. Dalam proses merencanakan, setiap pribadi atau kelompok terlebih dahulu membuat keputusan dengan tetap memperhatikan musyawarah dan selanjutnya menyerahkan ketentuan akhir kepada keputusan Allah akan keberhasilannya. Sebagaimana firman Allah:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#    

Artinya :Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.( Ali Imran:159)[26]

Itulah tawakal kepada ketentuan Allah, setelah direncanakan, dilaksanakan rencana dengan segala potensi dan sumber daya yang ada. Dengan adanya keputusan bersama, maka perlu dipersiapkan segala sumber daya manusia dan material untuk melaksanakan rencana bersama di dalam kehidupan.
b.      Pengorganisasian menurut al-Qurán
Pengorganisasian segala sumber daya untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing pribadi hingga terwujud kerjasama dalam mencapai tujuan melalui pelaksanaan rencana.  Sebagaimana firman Allah surat al-Maidah: 2
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#q=ÏtéB uŽÈµ¯»yèx© «!$# Ÿwur tök¤9$# tP#tptø:$# Ÿwur yôolù;$# Ÿwur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |MøŠt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6tƒ WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sŒÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rߊ$sÜô¹$$sù 4 Ÿwur öNä3¨ZtB̍øgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$#   

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.( Q.S al-Maidah:2) [27]

Dalam kehidupan organisasi yang di dalamnya berisi kumpulan sejumlah orang, adanya pembagian bidang pekerjaan, adanya koordinassi di mana kerjasama berlangsung dan usaha mencapai tujuan bersama (organisasi) yang sekaligus menampung tujuan individu.[28] Pembagian pekerjaan menciptakan adanya pemimpin dan anggota di mana dengan otoritas dan keteladanannya mempengaruhi para anggota untuk bekerja secara sukarela dan bersama-sama mencapai tujuan.
c.       Pengawasan Menurut al-Qurán
Proses pengawasan merupakan cara terakhir yang ditempuh dalam manajerial, setelah perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakkan pengawasan merupakan proses pengamatan atau memonitor kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan. Sebagaimana firman Allah:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al-Hasyr: 18)[29]
Menurut M. Quraish Shihab, kata tuqaddimul dikedepankan digunakan dalam arti amal-amal yang dilakukan untuk meraih manfaat di masa datang. Ini seperti hal-hal yang dilakukan terlebih dahulu guna menyambut tamu sebelum kedatangannya. Perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dipahami oleh Thaba’ thaba’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar menyempurnakan bila telah baik, atau memperbaikinya bila masih ada kekurangannya, sehingga jika tiba saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna. Setiap mukmin dituntut  melakukan hal itu. Kalau amalnya baik ia dapat mengharap pengajaran, dan kalau amalnya buruk dia hendak segera bertaubat. Atas dasar ini pula, para ulama aliran syiáh itu berpendapat bahwa perintah taqwa yang kedua dimaksudkan untuk perbaikan dan penyempurnaan amal-amal yang telah dilakukan atas dasar perintah taqwa yang pertama.  Penggunaan kata nafs/diri yang berbentuk tunggal, dari satu sisi untuk mengisyaratkan bahwa tidaklah cukup penilaian sebagian atas sebagian yang lain, tetapi masing-masing harus melakukannya sendiri-sendiri atas dirinya, dan sisi lain ia mengisyaratkan bahwa dalam kenyataan otokritik ini sangatlah jarang dilakukan.[30]
3.    Manajemen Sumber Daya Manusia
a.    Pengertian  Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya itu telah tersedia dan tersimpan pada setiap orang. Berapa besarnya daya yang tersimpan itu, baik secara individu maupun kolekif, tidak dapat diketahui, tetapi tidak diragukan lagi bahwa kekuatan daya itu amat besar sekali dan terus berkembang. Ini berarti setiap manusia itu memiliki potensi yang sangat besar dan tidak terlihat, sehingga masih banyak dari manusia itu sendiri ­yang belum menyadari besarnya potensi yang dimilikinya dan masih perlu digali.
Dengan demikian yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.[31]
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efisien dan efektif sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat.[32] Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki oleh individu dapat digunakan secara maksimal sehingga tujuan (goal) menjadi maksimal.[33]
b.    Manajemen Kepala Sekolah mengelola Sumber daya Manusia
Menurut E. Mulyasa, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia (tenaga pendidik) di sekolahnya untuk meningkatkan kinerja sekolah yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu hasil belajar siswa di lembaga tersebut, antara lain melalui pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pemberian motivasi, penghargaan (reward) dan persepsi.[34] Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:
1)   Pembinaan disiplin tenaga kependidikan
Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri (self discipline) dalam kaitan ini kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal berikut: (a) membantu tenaga  kependidikan mengembangkan pola perilakunya, (b) membantu tenaga kependidikan meningkatkan standard perilakunya, dan (c) menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.
Risman dan payne, seperti dikutip,oleh E. Mulyasa mengemukakan strategi umum membina disiplin sebagai berikut:
Self concept (konsep diri), strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan bersikap empati, menerima, hangat dan terbuka, sehingga para tenaga kependidikan dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalahnya. Communication Skills (keterampilan berkomunikasi). Pemimpin harus menerima semua perasaan tenaga kependidikan dengan komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dalam dirinya. [35].
2)   Pemberian motivasi
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam organisasi atau lembaga maupun dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu, motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.
Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa motivasi tidak ada kegiatan yang nyata. Kalau menurut Morgan motivasi sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Maslow mengemukakan motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.[36]
3)   Penghargaan (Reward)
Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. enggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektif dan efesien agar tidak menimbulkan dampak negatif.[37]
4)   Persepsi
Persepsi adalah seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Persepsi juga diartikan sebagai daya mengenal objek, mengelompokkan, membedakan, memusatkan perhatian, mengetahui dan memperhatikan melalui panca indra. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah perlu menciptakan persepsi yang baik bagi setiap tenaga kependidikan, kepemimpinan dan lingkungan sekolah agar mereka dapat meningkatkan kinerja. [38]
Di samping keempat upaya di atas, pada bagian lain E. Mulyasa juga mengemukakan sejumlah upaya lainnya berkaitan dengan fungsinya sebagai educator (pendidik) dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik, yaitu :
Pertama, meningkatkan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Asnawir, upaya mengikutsertakan para guru untuk mengikuti kegiatan penataran maupun pelatihan bertujuan “untuk mencegah pemakaian pengetahuan yang telah usang dan pelaksanaan tugas yang telah ketinggalan zaman.[39] Program pelatihan tersebut diterapkan baik untuk pegawai baru maupun pegawai lama. Dengan tujuan agar mereka dapat menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.
Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. Karena siswa akan merasa malu jika hasil belajarnya tercantum di papan pengumuman kurang memuaskan.
Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efesien untuk kepentingan pembelajaran.
c.    Upaya peningkatan mentalitas sumber daya manusia
Pembinaan dan perbaikan sikap mental diwujudkan dalam rangka menggali potensi dan meningkatkan kualitas sumber daya  manusia yang masih tersimpan agar dapat menjadi sumber daya yang produktif.Secara garis besar, pembinaan sikap mental dapat dibagi dalam beberapa hal, yaitu: a) membiasakan diri belajar dan bekerja, b) membiasakan diri menghargai dan memanfaatkan waktu, c) membiasakan diri berlaku jujur, d) membiasakan diri berjuang dan menghadapi tantangan, e) membiasakan diri bersikap sunguh-sungguh, f) membiasakan diri memberikan rasa kepedulian, g) membiasakan diri bertanggung jawab, h) membiasakan diri memelihara kesehatan, i) membiasakan mengendalikan atau menahan diri dan berhemat, j) membiasakan diri menjauhkan rasa benci atau dendam, k) membiasakan diri berprilaku tertib dan sopan, l) membiasakan diri menghargai hak dan pendapat orang lain.[40]


[1] A.M. Kadarman, op.cit.,h. 156
[2] Asnawir, Manajemen Pendidikan, (Padang: IAIN IB Press, 2005), h. 26
[3]Susilo Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan (Yogyakarta: BPFE, 1988), 19.
[4] Sondang P Siagian, Administrasi Pembangunan, (Jakarta: Gunung Agung, 1978), h. 56
[5] Ibid., h. 57
[6] Burhanuddin, op.cit., h. 167                                                                                                              
[7] Ibid., 168.
[8] E. Mulyasa, op.cit., h. 20
[9] M. Ngalim Purwanto, op.cit., h. 16.
[10] Burhanuddin, op.cit., h. 169-170.

[11] Ibid, h.193
[12] Ibid., h. 194.
[13] M. Ngalim Purwanto, op.cit., h. 16
[14] Burhanuddin, op.cit., h. 195.
[15] Ibid., h. 195.
[16] Ibid., h. 227-228

[17] Burhanuddin, Op.cit., h. 169-170.

[18] Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen,  (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 83-104
[19] Burhanuddin, op.cit., h. 51
[20] E. Mulyasa, op.cit., h. 21

[21] Ibid., h. 255.
[22] Lihat Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah pentafsir al-Qurán, 1973, h. 43
[23] Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 208
[24] Ibid., h. 212
[25] Ibid., h. 249
[26] Ibid., h 71
[27] Ibid., h. 106
[28] Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 2
[29] Ibid., h. 548
[30] Quraish Shihahb, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qurán, Vol. 14., (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 130
[31] Yusuf Suit-al-Masdi, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1996), h. 35
[32] Gary Dessler, Human Resources Management,  (New York: Prentice Hall, 2003), h. 88.
[33] www.anneahira.com, 2 Februari, 2011
[34] E. Mulyasa,  Menjadi Guru Profesional, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 141-145
[35] Ibid., h. 142
[36] Ibid., h. 144
[37] Ibid., h. 145
[38] Ibid., h. 147
[39] Asnawir, Manajemen Pendidikan, (Padang: IAIN IB Press, 2006), h. 242
   [40] Yusuf Suit-al-Masdi, op.cit., 59

Tidak ada komentar: