A.
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam
1.
Konsep Dasar Manajemen
a.
Pengertian Manajemen
Dalam konteks pendidikan,
memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah
manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah
manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak,
tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal
istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk
mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan
makna yang sama.
20
|
Sedangkan dari James A.F.
Stoner sebagaimana dikutip oleh Asnawir
mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.[2]
Meski ditemukan
pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum
maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang
merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa: (1) manajemen pendidikan
merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber
daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai hasil yang maksimal.
b. Tujuan Manajemen
Adapun tujuan
manajemen adalah agar segenap sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam
suatu organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan waktu,
tenaga, materil dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.[3]
Tujuan di sini erat kaitannya pada usaha pemimpin untuk mengatur sumber daya
alam dan manusia yang ada di organisasi seefektif dan seefisien mungkin, dengan
adanya manajemen, diharapkan dapat mencapai tujuan organisasi secara maksimal
dengan tenaga, waktu dan seminimal
mungkin.
c.
Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan
merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tidak lain adalah tindakan-tindakan
yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi
manajemen ini, H. Siagian[4] mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli,
diantaranya menurut G.R. Terry , terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) actuating (pelaksanaan); dan (4) controlling (pengawasan). Sedangkan
menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi: (1) planning (perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) commanding (pengaturan); (4) coordinating (pengkoordinasian); dan (5)
controlling (pengawasan).[5]
Secara umum, ada 4 fungsi utama yang harus dilakukan
oleh kepala sekolah selaku pimpinan atau manajer organisasi, yaitu:
1)
Perencanaan
(Planning)
a)
Pengertian
Perencanaan
Dalam merancang suatu lembaga pendidikan yang
nantinya akan berjalan secara teratur dan sistematis, maka dibutuhkan
perencanaan yang baik dan matang. Karena tanpa adanya perencanaan yang baik
dari seorang manajer, tidak mungkin sebuah lembaga dapat berjalan secara
dinamis. Untuk dapat memahami perencanaan, maka akan diuraikan pengertian
perencanaan dari beberapa ahli manajemen berikut ini:
1.
Menurut
George R. Terry perencanaan adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubungkan
antara satu fakta dengan fakta yang lain, kemudian membuat perkiraan dan
peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan dating
yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki.[6]
2.
Menurut
W. H. Newman, perencanaan adalah sebagai pengambilan keputusan pendahuluan
mengenai apa yang harus dikerjakan dan merupakan langkah-langkah sebelum
kegiatan dilakukan.[7]
3.
Perencanaan
merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan
yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.[8]
4.
Perencanaan
adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan-tindakan yang
tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan pendidikan.[9]
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu proses kegiatan pemikiran sistematis
mengenai apa yang harus dilakukan, mengenai apa yang ingin dicapai, bagaimana
langkah untuk mencapai tujuan tersebut serta siapa yang mampu melaksanakannya.
b)
Unsur-unsur
dalam perencanaan
Ada beberapa unsur perencanaan yang harus
diperhatikan oleh seorang kepala sekolah untuk mendapatkan perencanaan yang
efektif dan efisien, yaitu:
1.
Rasional
Suatu perencanaan pendidikan yang dibuat oleh
seorang kepala sekolah harus rasional (masuk akal) serta konkret berdasarkan
kenyataan yang ada. Dan tidak boleh berdasarkan khayalan atau angan-angan
semata. Karena nantinya perencanaan yang ada dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang telah ada.[10]
2.
Estimasi
Untuk dapat membuat perencanaan yang baik, seorang
kepala sekolah harus melakukan analisa data dan fakta-fakta yang telah ada di
lapangan sehingga nantinya dapat memberikan perkiraan yang meyakinkan bagi
proses pengembangan pendidikan sesuai dengan visi misi yang telah ditentukan
sebelumnya.
3.
Preparasi
Preparasi sendiri adalah persiapan, pengertian
persiapan di sini adalah bahwa perencanaan yang ada memang telah disiapkan
untuk dilaksanakan dalam rangka mengembangkan lembaga pendidikan, tidak hanya
sebagai simpanan atau koleksi saja.
4.
Efisiensi
dan efektivitas
Suatu perencanaan dapat dikatakan baik, jika
perencanaan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Efektif adalah
tepat sesuai dengan sasaran, yang dalam hal ini adalah masyarakat baik
masyarakat sekolah sendiri ataupun masyarakat secara umum. Sedangkan efisien
sendiri adalah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu lembaga
secara maksimal.
5.
Operasional
Perencaraan merupakan suatu kegiatan yang akan
dilaksanakan dan bukan yang telah dilakukan. Dalam artian perencanaan di sini
hanya membahas mengenai apa-apa yang akan dilaksanakan pada masa yang akan
datang.[11]
2)
Pengorganisasian
(Organizing)
a)
Pengertian
pengorganisasian Istilah Organizing berasal dari perkataan “organism” yang mempunyai arti
menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sehingga
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya.[12]
Adapun beberapa definisi dari pengorganisasian yang
diungkapkan oleh para ahli manajemen, yang antara lain adalah:
(1)
Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan
kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[13]
(2)
Menurut George R. Terry, pengorganisasian sebagai kegiatan mengalokasikan
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan
wewenang tertentu serta tanggung jawab masing-masing yang bertanggung jawab
untuk setiap komponen dan menyediakan lingkungan kerja yang sesuai dan tepat.[14]
(3) Menurut Siagian berpendapat bahwa
pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.[15]
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengorganisasian adalah suatu kegiatan untuk mengelompokkan orang-orang
dengan tugas dan fungsinya masing-masing yang kesemuanya saling berhubungan dan
saling mempengaruhi.
b)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengorganisasian
Pengorganisasian sendiri merupakan
suatu proses yang harus dilakukan terus menerus secara berkesinambungan, untuk
itu perlu diperhatikan beberapa faktor di bawah ini:[16]
(1)Struktur
organisasi harus merefleksikan tujuan-tujuan dan rancangan sebab
aktivitas-aktivitas organisasi justru bersumber dari kedua aspek tersebut
(2)
Struktur juga hendaknya memberikan gambaran garis kekuasaan para manajer
organisasi. Hal ini bergantung pada tipe dan jenis organisasi
(3)
Struktur organisasi harus merefleksikan lingkungannya baik yang menyangkut
ekonomi, teknologi, politik, sosial maupun etik sehingga tidak akan
bertentangan dengan kesemua faktor tersebut. Selain itu, struktur organisasi
juga harus dapat membantu kelompok/individu mencapai tujuan secara efisien di
dalam situasi mendatang yang berubah-ubah.
(4)
Organisasi harus diisi dengan tenaga manusia. Tanpa adanya manusia yang dapat
melaksanakan segala fungsi keorganisasian mustahil organisasi tersebut dapat berjalan,
karena kunci pokok dari organisasi adalah sumber daya manusia yang handal dan
memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya.
3)
Penggerakkan
(Actuating)
a)
Pengertian
penggerakkan
Untuk lebih memahami pemahaman mengenai penggerakkan
(actuating), berikut ini akan dikemukakan pendapat beberapa ahli
manajemen, yaitu:
1.
George
R. Terry berpendapat bahwa actuating adalah menempatkan semua anggota
daripada kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang
ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi
2.
Menurut
Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo, penggerakkan adalah pengaktifan daripada
orang-orang sesuai dengan rencana dan pola organisasi yang telah ditetapkan
3.
Prof.
Dr. H. Arifin Abdurrachman, penggerakkan adalah kegiatan manajemen untuk
membuat orang-orang lain suka dan dapat bekerja
4.
Sedangkan
Prof. Dr. Sondang P. Siagian mendefinisikan bahwa penggerakkan adalah
keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengen efisien dan ekonomis.[17]Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penggerakkan adalah suatu
usaha untuk memberikan dorongan kepada seseorang atau suatu kelompok agar mau
melakukan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
b)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penggerakkan (Actuating)
1.
Kepemimpinan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa
kepemimpinan adalah usaha seorang pemimpin untuk dapat mempengaruhi bawahannya
agar mau, mampu dan rela mengerjakan semua tugas yang diberikan untuk mencapai
tujuan organisasi. Dalam penggerakkan, peranan kepemimpinan sangat besar, tanpa
adanya kepemimpinan yang tepat dan baik, penggerakkan tidak akan dapat berjalan
dengan baik.
2.
Sikap
dan Moral
Sikap adalah suatu cara memandang hidup, suatu cara
berpikir, berperasaan dan bertindak. Sedangkan moral adalah kondisi moral atau
mental yang memungkinkan kegairahan. Moral dan sikap merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya sikap dan moral yang baik dari pemimpin,
tentunya bawahan tidak akan mau untuk melaksanakan segala kegiatan atau
aktivitas yang ada guna mencapai tujuan organisasi.[18]
3.
Komunikasi
Tanpa adanya komunikasi, seluruh fungsi manajemen
tidak akan dapat dijalankan. Karena dengan komunikasilah pemimpin dapat
menyampaikan informasi, keputusan atau tindakan apa yang harus dilakukan oleh
bawahannya. Selain itu, tanpa adanya komunikasi maka tidak akan terjalin
interaksi antara anggota organisasi yang satu dengan yang lain. Oleh karena
itu, peranan komunikasi sangatlah penting.
4.
Perangsang
Perangsang di sini dapat dikatakan sesuatu yang
membuat seseorang mau untuk melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh orang
lain. Dalam organisasi, bentuk rangsangan ini dapat berupa upah atau gaji,
jaminan keselamatan atau bahkan perhatian yang diberikan oleh pimpinan kepada
bawahan juga dapat dikatakan sebagai perangsang. Dengan kata lain, yang
dimaksud dengan perangsang di sini adalah motivasi yang diberikan oleh pemimpin
pada bawahannya.
5.
Disiplin
Disiplin juga merupakan faktor penting dalam
penggerakkan. Dengan memiliki rasa disiplin, maka orang akan menghargai waktu
dan tenaga yang dimilikinya. Disiplin ini dapat ditumbuhkan dalam diri bawahan,
jika pemimpin juga memiliki disiplin yang lebih tinggi. Karena bagaimanapun,
pemimpin adalah contoh bagi bawahannya.
4)
Pengawasan
(Controlling)
a)
Pengertian
pengawasan
Fungsi manajemen yang keempat adalah pengawasan (controlling),
yang memiliki pengertian sebagai berikut:
(1) Menurut
George R. Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai, yaitu
standar, apa yang sedang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan
bilamana perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan
menurut rencana, yaitu sesuai dengan standar.[19]
(2) Pengawasan
adalah upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan, merekam,
memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang
tepat, serta memperbaiki kesalahan.[20]
(3) Menurut
Prof. Dr. S. P. Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan daripada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin supaya semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengawasan adalah suatu kegiatan yang berfungsi menjamin
adanya kesinambungan antara rencana dan pelaksanaan yang ada di lapangan.
b)
Tujuan
pengawasan
Adapun tujuan diadakannya pengawasan adalah untuk
menentukan apakah kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan
rencana semula, dan untuk menjamin agar segenap kegiatan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.[21]
2.
Manajemen Lembaga Pendidikan dalam Perspektif Islam
Isyarat al-Qurán tentang manajemen terdapat dalam
berbagai ayat. Istilah tersebut dapat dilihat dari kata “yudabbiru” yang berasal dari
akar kata “dabbara” diartikan
mengarahkan, mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur dan mengurusi, dan
“mudabbir” artinya orang yang pandai
mengatur atau pengatur. Kata “mudabbir”,
setidaknya muncul dalam empat ayat di dalam al-Qurán,[22]
¨bÎ) ÞOä3/u ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû ÏpGÅ 5Q$r& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( ãÎn/yã tøBF{$# ( $tB `ÏB ?ìÏÿx© wÎ) .`ÏB Ï÷èt/ ¾ÏmÏRøÎ) 4 ãNà6Ï9ºs ª!$# öNà6/u çnrßç6ôã$$sù 4 xsùr& crã©.xs? ÇÌÈ
Artinya: Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran? ( Q.S Yunus: 3)[23]
ö@è% `tB Nä3è%ãöt z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `¨Br& à7Î=ôJt yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur `tBur ßlÌøä ¢yÛø9$# z`ÏB ÏMÍhyJø9$# ßlÌøäur |MÍhyJø9$# ÆÏB ÇcyÛø9$# `tBur ãÎn/yã zöDF{$# 4 tbqä9qà)u|¡sù ª!$# 4 ö@à)sù xsùr& tbqà)Gs? ÇÌÊÈ
Artinya:
Katakanlah: "Siapakah yang memberi
rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" ( Q.S
Yunus: 31) [24]
ª!$# Ï%©!$# yìsùu ÏNºuq»uK¡¡9$# ÎötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Ìøgs 9@y_L{ wK|¡B 4 ãÎn/yã tøBF{$# ã@Å_Áxÿã ÏM»tFy$# Nä3¯=yès9 Ïä!$s)Î=Î/ öNä3În/u tbqãZÏ%qè?
Artinya:
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy,
dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. ( Q.S
ar-Ra’du: 2)[25]
Secara umum ke semua ayat tersebut menggambarkan
bahwa Allah Subhanahu wataála mengatur segala urusan. Allah sebagai pengatur
alam dan segala urusan makhluk. Dengan demikian, keberadaan Allah dengan qudrat dan iradat-Nya, merencanakan menciptakan, memelihara, dan mengawasi
seluruh makhluk agar tunduk kepada Sunnah Allah (kehendak dan ketentuan Allah).
Kesemuanya itu merupakan prinsip-prinsip manajemen.
Bertitik tolak dari pendekatan Islam tentang konsep
manajemen di atas dapatlah dijabarkan lebih lanjut tentang prinsip manajemen
Islami, yaitu:
a.
Perencanaan
dan pengorganisasian menurut al-Qurán
Merencanakan berarti menentukan apa yang akan
dilakukan pada masa depan atau meraih sesuatu di masa depan. Dalam proses
merencanakan, setiap pribadi atau kelompok terlebih dahulu membuat keputusan
dengan tetap memperhatikan musyawarah dan selanjutnya menyerahkan ketentuan
akhir kepada keputusan Allah akan keberhasilannya. Sebagaimana firman Allah:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#
Artinya
:Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.( Ali Imran:159)[26]
Itulah tawakal kepada ketentuan Allah, setelah
direncanakan, dilaksanakan rencana dengan segala potensi dan sumber daya yang
ada. Dengan adanya keputusan bersama, maka perlu dipersiapkan segala sumber
daya manusia dan material untuk melaksanakan rencana bersama di dalam
kehidupan.
b.
Pengorganisasian
menurut al-Qurán
Pengorganisasian segala sumber daya untuk mengoptimalkan
kemampuan masing-masing pribadi hingga terwujud kerjasama dalam mencapai tujuan
melalui pelaksanaan rencana. Sebagaimana
firman Allah surat al-Maidah: 2
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#q=ÏtéB uȵ¯»yèx© «!$# wur tök¤¶9$# tP#tptø:$# wur yôolù;$# wur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |Møt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6t WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rß$sÜô¹$$sù 4 wur öNä3¨ZtBÌøgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$#
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.( Q.S
al-Maidah:2) [27]
Dalam kehidupan organisasi yang di dalamnya berisi
kumpulan sejumlah orang, adanya pembagian bidang pekerjaan, adanya koordinassi
di mana kerjasama berlangsung dan usaha mencapai tujuan bersama (organisasi)
yang sekaligus menampung tujuan individu.[28]
Pembagian pekerjaan menciptakan adanya pemimpin dan anggota di mana dengan
otoritas dan keteladanannya mempengaruhi para anggota untuk bekerja secara
sukarela dan bersama-sama mencapai tujuan.
c.
Pengawasan
Menurut al-Qurán
Proses pengawasan merupakan cara terakhir yang
ditempuh dalam manajerial, setelah perencanaan, pengorganisasian, dan
penggerakkan pengawasan merupakan proses pengamatan atau memonitor kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan sesuai dengan rencana
untuk mencapai tujuan. Sebagaimana firman Allah:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
(Q.S al-Hasyr: 18)[29]
Menurut M. Quraish Shihab, kata tuqaddimul dikedepankan digunakan dalam arti amal-amal yang
dilakukan untuk meraih manfaat di masa datang. Ini seperti hal-hal yang
dilakukan terlebih dahulu guna menyambut tamu sebelum kedatangannya. Perintah
memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dipahami oleh Thaba’
thaba’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah
dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia
dituntut untuk memperhatikannya kembali agar menyempurnakan bila telah baik,
atau memperbaikinya bila masih ada kekurangannya, sehingga jika tiba saatnya
diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna.
Setiap mukmin dituntut melakukan hal
itu. Kalau amalnya baik ia dapat mengharap pengajaran, dan kalau amalnya buruk
dia hendak segera bertaubat. Atas dasar ini pula, para ulama aliran syiáh itu
berpendapat bahwa perintah taqwa yang kedua dimaksudkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan amal-amal yang telah dilakukan atas dasar perintah taqwa yang
pertama. Penggunaan kata nafs/diri yang berbentuk tunggal, dari
satu sisi untuk mengisyaratkan bahwa tidaklah cukup penilaian sebagian atas
sebagian yang lain, tetapi masing-masing harus melakukannya sendiri-sendiri
atas dirinya, dan sisi lain ia mengisyaratkan bahwa dalam kenyataan otokritik
ini sangatlah jarang dilakukan.[30]
3.
Manajemen Sumber Daya Manusia
a.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya itu telah
tersedia dan tersimpan pada setiap orang. Berapa besarnya daya yang tersimpan
itu, baik secara individu maupun kolekif, tidak dapat diketahui, tetapi tidak
diragukan lagi bahwa kekuatan daya itu amat besar sekali dan terus berkembang.
Ini berarti setiap manusia itu memiliki potensi yang sangat besar dan tidak
terlihat, sehingga masih banyak dari manusia itu sendiri yang belum menyadari
besarnya potensi yang dimilikinya dan masih perlu digali.
Dengan demikian yang
dimaksud dengan sumber daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan berkarya
manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta
dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.[31]
Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara
efisien dan efektif sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan
masyarakat.[32]
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM,
adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki oleh
individu dapat digunakan secara maksimal sehingga tujuan (goal) menjadi
maksimal.[33]
b.
Manajemen
Kepala Sekolah mengelola Sumber daya Manusia
Menurut E. Mulyasa,
terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia (tenaga pendidik) di sekolahnya
untuk meningkatkan kinerja sekolah yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu
hasil belajar siswa di lembaga tersebut, antara lain melalui pembinaan disiplin
tenaga kependidikan, pemberian motivasi, penghargaan (reward) dan persepsi.[34]
Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:
1)
Pembinaan
disiplin tenaga kependidikan
Kepala sekolah harus
mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri (self discipline) dalam kaitan ini kepala
sekolah harus mampu melakukan hal-hal berikut: (a) membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilakunya,
(b) membantu tenaga kependidikan meningkatkan standard perilakunya, dan (c)
menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.
Risman dan payne, seperti
dikutip,oleh E. Mulyasa mengemukakan strategi umum membina disiplin sebagai
berikut:
Self concept (konsep
diri), strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu
merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri,
pemimpin disarankan bersikap empati, menerima, hangat dan terbuka, sehingga
para tenaga kependidikan dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam
memecahkan masalahnya. Communication Skills (keterampilan berkomunikasi).
Pemimpin harus menerima semua perasaan tenaga kependidikan dengan komunikasi
yang dapat menimbulkan kepatuhan dalam dirinya. [35].
2)
Pemberian
motivasi
Keberhasilan suatu
organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari
dalam organisasi atau lembaga maupun dari lingkungan. Dari berbagai faktor
tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat
menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu,
motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil yang berfungsi sebagai
penggerak dan pengarah.
Motivasi merupakan bagian
penting dalam setiap kegiatan, tanpa motivasi tidak ada kegiatan yang nyata.
Kalau menurut Morgan motivasi sebagai tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Maslow
mengemukakan motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia
berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.[36]
3)
Penghargaan
(Reward)
Penghargaan sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan
yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan dirangsang
untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ini akan
bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan memiliki peluang
untuk meraihnya. enggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat,
efektif dan efesien agar tidak menimbulkan dampak negatif.[37]
4)
Persepsi
Persepsi adalah seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Persepsi juga diartikan sebagai
daya mengenal objek, mengelompokkan, membedakan, memusatkan perhatian,
mengetahui dan memperhatikan melalui panca indra. Persepsi yang baik akan
menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta akan meningkatkan produktivitas
kerja. Kepala sekolah perlu menciptakan persepsi yang baik bagi setiap tenaga
kependidikan, kepemimpinan dan lingkungan sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kinerja. [38]
Di samping keempat
upaya di atas, pada bagian lain E. Mulyasa juga mengemukakan sejumlah upaya
lainnya berkaitan dengan fungsinya sebagai educator (pendidik) dalam
peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik,
yaitu :
Pertama, meningkatkan
guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. Kepala
sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Menurut Asnawir, upaya mengikutsertakan para guru untuk mengikuti
kegiatan penataran maupun pelatihan bertujuan “untuk mencegah pemakaian
pengetahuan yang telah usang dan pelaksanaan tugas yang telah ketinggalan
zaman.[39]
Program pelatihan tersebut diterapkan baik untuk pegawai baru maupun pegawai
lama. Dengan tujuan agar mereka dapat menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi.
Kedua, kepala sekolah
harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih
giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di
papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar
lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. Karena siswa akan merasa malu
jika hasil belajarnya tercantum di papan pengumuman kurang memuaskan.
Ketiga, menggunakan
waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para guru untuk
memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta
memanfaatkannya secara efektif dan efesien untuk kepentingan pembelajaran.
c.
Upaya
peningkatan mentalitas sumber daya manusia
Pembinaan dan perbaikan
sikap mental diwujudkan dalam rangka menggali potensi dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang masih tersimpan
agar dapat menjadi sumber daya yang produktif.Secara garis besar, pembinaan
sikap mental dapat dibagi dalam beberapa hal, yaitu: a) membiasakan diri
belajar dan bekerja, b) membiasakan diri menghargai dan memanfaatkan waktu, c)
membiasakan diri berlaku jujur, d) membiasakan diri berjuang dan menghadapi
tantangan, e) membiasakan diri bersikap sunguh-sungguh, f) membiasakan diri
memberikan rasa kepedulian, g) membiasakan diri bertanggung jawab, h)
membiasakan diri memelihara kesehatan, i) membiasakan mengendalikan atau menahan
diri dan berhemat, j) membiasakan diri menjauhkan rasa benci atau dendam, k)
membiasakan diri berprilaku tertib dan sopan, l) membiasakan diri menghargai
hak dan pendapat orang lain.[40]
[11] Ibid, h.193
[12] Ibid., h. 194.
[13] M.
Ngalim Purwanto, op.cit., h. 16
[16] Ibid., h. 227-228
[20] E. Mulyasa, op.cit., h.
21
[22] Lihat Mahmud Yunus, Kamus
Bahasa Arab, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah pentafsir
al-Qurán, 1973, h. 43
[30] Quraish Shihahb, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qurán, Vol. 14., (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), h. 130
[31] Yusuf Suit-al-Masdi, Aspek
Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, Ghalia
Indonesia, 1996), h. 35
[32] Gary
Dessler, Human Resources Management, (New York: Prentice Hall, 2003), h. 88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar