Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2018

Konsep Dasar Efektivitas


A.  Konsep Dasar Efektivitas
Secara umum efektivitas biasa diartikan dengan mengacu pada suatu kinerja yang dapat diperhatikan melalui hasil kinerja tersebut seperti sempurna, terbaik, dan tercapai yang dijadikan kriteria untuk mengukur suatu kinerja yang tepat sasaran.[1] Jika pelaksanaan dan hasil kinerja belum sesuai dengan seharusnya berarti belum efektif.
Jika meminjam istilah yang digunakan Reigeluth, efektif dalam pembelajaran adalah  pada terukurnya suatu tujuan dari belajar. Misalnya seorang guru merumuskan salah satu mata pelajaran dengan standar kompetensi minimal 90. Artinya semua upaya pembelajaran yang dilakukan guru pada akhirnya akan mengupayakan siswa yang belajar dapat mencapai tujuan belajar minimal 90 penguasaannya. Jika hal ini diberikan skor angka dengan rentang 1-100, maka setiap siswa harus mencapai skor 90. Pencapaian skor 90 ini dianggap pembelajaran efektif, sebaliknya jika skor yang diperolehnya dibawah skor 90, maka pembelajaran untuk mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut  belum efektif.[2]

Namun jika kriteria ketuntasan minimal yang digunakan pendidik adalah 75, maka dalam pembelajaran tersebut   setiap peserta didik harus memperoleh nilai minimal 75 sehingga bisa dikatakan pembelajaran tersebut efektif. Untuk pembelajaran PAI di SMA N Koto Baru, KKM untuk mata pelajaran PAI adalah 75. Sehingga setiap peserta didik harus mencapai skor minimal 75 sehingga bisa dikatakan belajar tuntas.
Efektivitas biasa dikaitkan dengan efisiensi yang berarti suatu biaya dan tenaga.[3] Semakin sedikit biaya yang kita butuhkan dan sedikitnya tenaga yang digunakan menunjukkan usaha yang kita lakukan semakin efektif. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, maka efektivitas pembelajaran adalah proses kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diinginkan atau pembelajaran yang berhasil guna sesuai dengan prosedur sehingga mampu mencapai hasil maksimal sesuai harapan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan efektivitas pembelajaran:
1.    Dimensi efektivitas:
a.Kejelasan tujuan
b.    Kejelasan strategi pencapaian
c.    Perumusan langkah sesuai prosedur
d.   Penyusunan program yang tepat
e.    Penyediaan program
f.     Efektivitas operasional program
g.    Efektivitas fungsional program
h.    Efektivitas kajian program
i.      Efektivitas individu
j.      Efektivitas unit kerja
Pembelajaran adalah sebuah sistem, artinya “suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya”.[4]
Dalam pelaksanaan pembelajaran, banyak hal yang dapat mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan keterampilan guru dalam menguasai materi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Secara umum ada beberapa variabel, baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa variabel tersebut, antara lain: kemampuan guru dalam membuka pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, kemampuan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran, kemampuan guru dalam menutup pembelajaran, dan kemampuan penunjang lainnya.[5]
2.Unsur pembelajaran lebih efektif menurut John B. Carrol:
a.    Kecerdasan, yaitu kemampuan peserta didik pada umumnya untuk belajar.
b.    Kemampuan untuk mengerti pelajaran, yaitu kesiapan peserta didik untuk belajar suatu pelajaran yang penting.
c.    Ketekunan, yaitu sebagian besar hasil dari motivasi untuk belajar.
d.   Kesempatan, yaitu sejumlah waktu yang digunakan untuk belajar.
e.    Mutu pembelajaran. Pembelajaran yang bermutu adalah jika peserta didik belajar  bahan-bahan pelajaran secepat kemampuan mereka sesuai tingkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ada sebelumya.[6]
Siswa yang diajarkan berbagai mata pelajaran disekolah akan akan berdampak langsung dalam dua hal. Pertama, dampak langsung pendidikan, dalam hal ini skor yang dicapai dalam bentuk nilai.  Kedua, dampak pengiring yang akan terlihat eksistensinya dimasyarakat. Untuk itu, sebagai guru tentu sangat mengharapkan keefektifan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.[7]
Menurut Dunkin dalam David Kember, ada 4 dimensi pembelajaran efektif yaitu Structuring learning, motivating learning, encouraging activity and independence, and establishing interpersonal relationships.[8] Dalam hal ini Dunkin memandang bahwa pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang terstruktur, pembelajaran yang mampu memberikan motivasi, kegiatan yang memberikan dorongan dan mandiri untuk membangun hubungan interpersonal.

3.         Indikator Pembelajaran Efektif
Menurut Wotroba dan Wright (1985) berdasarkan pengkajian dan hasil penelitian, mengidentifikasi 7 indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran efektif:[9]
a.     Pengorganisasian Materi yang baik
Pengorganisasian materi pembelajaran yang baik meliputi:
1)   Perincian materi
2)   Urutan materi dari yang mudah ke yang sukar
3)   Ada kaitannya dengan tujuan pembelajaran
b.     Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh kemampuan wicara yang baik (ada intonasi, ekspresi) dan kemampuan untuk mendengar.
c.  Penguasaan dan antusiame terhadap materi pembelajaran
Seorang guru harus mampu menghubungkan materi yang diajarkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki para siswanya, mampu mengaitkan materi dengan perkembangan yang sedang terjadi sehingga proses belajar mengajar menjadi hidup.
d.     Sikap positif terhadap siswa
e.   Pemberian nilai yang adil
Keadilan guru dalam memberikan penilaian meliputi:
1)   Kesesuaian soal tes dengan materi yang diajarkan.
2)   Sikap konsisten terhadap capaian tujuan pembelajaran.
3)   Usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan.
4)   Kejujuran siswa dalam memperoleh nilai.
5)   Pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa.
f.  Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
g.Hasil belajar siswa yang baik.[10]

4.      Prinsip Dasar Pembelajaran Efektif
Secara umum, ada beberapa prinsip dasar dan implikasi pada pembelajaran efektif:
a.    Perhatian
Perhatian terbagi atas dua macam:
1)   Perhatian terpusat (terkonsentrasi).
2)   Perhatian terbagi (tidak terkonsentrasi).
b.    Motivasi
Motivasi atau dorongan dalam pembelajaran ada dua macam:
1) Motivasi instrinsik (dari dalam diri siswa).
2) Motivasi ekstrinsik (dari luar diri siswa).
c.    Keaktifan
     Keaktifan dalam pembelajaran akan terliahat ketika adanya inisiatif dari siswa dalam belajar.
d.   Keterlibatan langsung atau pengalaman
e.    Pengulangan
f. Tantangan
g.    Balikan atau penguatan
h.    Perbedaan individual.[11]

5.      Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran
Banyak hal yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, diantaranya:
a.    Faktor internal siswa
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa, faktor ini meliputi dua aspek:
1)   Aspek fisiologis
Aspek fisiologis/ fisik sangat berpengaruh terhadap semangat dan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2)   Aspek psikologis
Aspek psikologis juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dapat diperoleh siswa.
b.    Pendekatan Belajar
Kemampuan siswa untuk mengorganisasikan belajar juga turut mempengaruhi efektivitas belajarnya. Kemampuan siswa dalam menerima dan memprosesnya menjadi sesuatu yang bermakna dapat dilakukan dengan mengorganisasikan waktu belajar.
Kebiasaan yang dapat menurunkan efektivitas belajar:
a.    Belajar pada saat menjelang ujian atau tes akan diadakan.
b.    Belajar dilakukan secara tidak  teratur, misalnya tidak adanya jadwal belajar.
c.    Menyia-nyiakan waktu belajar atau pada saat belajar siswa lebih banyak bermain.[12]

6.      Karakteristik yang harus dimiliki guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif :
a.    Effective teachers have personal qualities that allow them to develop authentic human relationships with their students, parent, and colleaques and to creat democratic, socially just classrooms for children and adolescents (guru efektif mempunyai kualitas pribadi yang mampu meningkatkan  hubungan dengan siswa, orang tua, dan rekan kerja dengan menciptakan suasana demokratis,  ruang kelas yang nyaman untuk anak-anak dan anak remaja).
b.    Effective teachers have positive dispositions toward knowledge. They have command of at least three, broad knowledge bases that deal with subject matter, human development and learning, and pedagogy. They use this knowledge to guide the science and art ot their teaching practice (guru efektif mempunyai disposisi positif ke arah pengetahuan. Mereka harus menguasai tiga hal yang mendasar, yaitu  pengetahuan yang luas terkait dengan materi pokok, perkembangan manusia dan pengetahuan, dan ilmu mendidik. Mereka menggunakan pengetahuan ini untuk memandu seni dan ilmu pengetahuan mengajar).
c.    Effective teachers command a repertoire of teaching practices known to stimulate student motivation, to enhance student achievement of basic skills, to develop higher-level thinking, and to produce self-regulated learners (guru efektif harus mengetahui praktek mengajar yang mampu memberikan stimulus untuk mendorong motivasi siswa, untuk meningkatkan prestasi siswa dari keterampilan dasar, untuk dikembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan untuk menghasilkan pelajar bisa di atur).
d.    Effective teachers are personally disposed toward reflection and problem solving. they consider learning to teach a lifelong process, and they can diagnose situations and adapt and use their profesional knowledge appropriately to enhance student learning and to improve schools (guru efektif secara pribadi ditempatkan sebagai pemecah permasalahan, dan mereka mempertimbangkan pelajaran untuk mengajar dalam proses pembelajaran, dan mereka dapat mendiagnosa situasi dan menyesuaikan  penggunaan pengetahuan profesional mereka yang sewajarnya untuk meningkatkan belajar siswa dan untuk meningkatkan sekolah).[13]



[1] Jaap Scrheerens, Menjadikan Sekolah Efektif, (Jakarta: Logos, 2003) Cet. Ke-1, h. 5.
[2] Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. Ke- 2, h. 173.
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004) h. 134.
[4] Oemar malik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001),  h. 77.
[5] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 17.
[6] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakrta: Gramedia Widia Sarana, 2002), h. 226.
[7] Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Op. Cit, h. 173.
[8] David Kember dan Carmel Mcnaught, Enhancing University Teaching, (New York : Routhledge, 2007).,h.12
[9] Hamzah B. Uno, h. 175.
[10] Ibid, h. 190.
[11] Ibid, h. 191.
[12] Ibid, h. 200.
[13] Richard I.Arends, Learning to Teach, (New  York : Mc Graw Hill, 2007).,h.19

Tidak ada komentar: