A. Konsep Dasar Efektivitas
Secara umum efektivitas biasa diartikan dengan mengacu
pada suatu kinerja yang dapat diperhatikan melalui hasil kinerja tersebut
seperti sempurna, terbaik, dan tercapai yang dijadikan kriteria untuk mengukur
suatu kinerja yang tepat sasaran.[1] Jika pelaksanaan dan hasil
kinerja belum sesuai dengan seharusnya berarti belum efektif.
Jika meminjam istilah yang digunakan Reigeluth, efektif
dalam pembelajaran adalah pada
terukurnya suatu tujuan dari belajar. Misalnya seorang guru merumuskan salah
satu mata pelajaran dengan standar kompetensi minimal 90. Artinya semua upaya
pembelajaran yang dilakukan guru pada akhirnya akan mengupayakan siswa yang
belajar dapat mencapai tujuan belajar minimal 90 penguasaannya. Jika hal ini
diberikan skor angka dengan rentang 1-100, maka setiap siswa harus mencapai
skor 90. Pencapaian skor 90 ini dianggap pembelajaran efektif, sebaliknya jika
skor yang diperolehnya dibawah skor 90, maka pembelajaran untuk mata pelajaran
yang diajarkan guru tersebut belum
efektif.[2]
Namun jika kriteria ketuntasan minimal yang digunakan
pendidik adalah 75, maka dalam pembelajaran tersebut setiap peserta didik harus memperoleh nilai
minimal 75 sehingga bisa dikatakan pembelajaran tersebut efektif. Untuk
pembelajaran PAI di SMA N Koto Baru, KKM untuk mata pelajaran PAI adalah 75.
Sehingga setiap peserta didik harus mencapai skor minimal 75 sehingga bisa
dikatakan belajar tuntas.
Efektivitas biasa dikaitkan dengan efisiensi yang berarti
suatu biaya dan tenaga.[3] Semakin sedikit biaya yang
kita butuhkan dan sedikitnya tenaga yang digunakan menunjukkan usaha yang kita
lakukan semakin efektif. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, maka
efektivitas pembelajaran adalah proses kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
apa yang diinginkan atau pembelajaran yang berhasil guna sesuai dengan prosedur
sehingga mampu mencapai hasil maksimal sesuai harapan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan efektivitas
pembelajaran:
1.
Dimensi
efektivitas:
a.Kejelasan tujuan
b.
Kejelasan strategi pencapaian
c.
Perumusan langkah sesuai
prosedur
d.
Penyusunan program yang tepat
e.
Penyediaan program
f.
Efektivitas operasional program
g.
Efektivitas fungsional program
h.
Efektivitas kajian program
i.
Efektivitas individu
j.
Efektivitas unit kerja
Pembelajaran adalah sebuah sistem, artinya
“suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya”.[4]
Dalam pelaksanaan pembelajaran, banyak
hal yang dapat mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan
keterampilan guru dalam menguasai materi pembelajaran tidak menjadi jaminan
untuk mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Secara umum ada beberapa
variabel, baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam keberhasilan
proses pembelajaran. Beberapa variabel tersebut, antara lain: kemampuan guru
dalam membuka pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti
pembelajaran, kemampuan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran, kemampuan
guru dalam menutup pembelajaran, dan kemampuan penunjang lainnya.[5]
2.Unsur pembelajaran lebih efektif menurut John B. Carrol:
a. Kecerdasan, yaitu kemampuan
peserta didik pada umumnya untuk belajar.
b. Kemampuan untuk mengerti
pelajaran, yaitu kesiapan peserta didik untuk belajar suatu pelajaran yang
penting.
c. Ketekunan, yaitu sebagian
besar hasil dari motivasi untuk belajar.
d. Kesempatan, yaitu sejumlah
waktu yang digunakan untuk belajar.
e. Mutu pembelajaran.
Pembelajaran yang bermutu adalah jika peserta didik belajar bahan-bahan pelajaran secepat kemampuan
mereka sesuai tingkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ada sebelumya.[6]
Siswa yang diajarkan berbagai mata pelajaran disekolah
akan akan berdampak langsung dalam dua hal. Pertama, dampak langsung
pendidikan, dalam hal ini skor yang dicapai dalam bentuk nilai. Kedua, dampak pengiring yang akan terlihat
eksistensinya dimasyarakat. Untuk itu, sebagai guru tentu sangat mengharapkan
keefektifan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.[7]
Menurut
Dunkin dalam David Kember, ada 4 dimensi pembelajaran efektif yaitu Structuring
learning, motivating learning, encouraging activity and independence, and
establishing interpersonal relationships.[8] Dalam
hal ini Dunkin memandang bahwa pembelajaran
yang efektif merupakan pembelajaran yang terstruktur, pembelajaran yang mampu
memberikan motivasi, kegiatan yang memberikan dorongan dan mandiri untuk membangun hubungan
interpersonal.
3.
Indikator Pembelajaran Efektif
Menurut Wotroba dan Wright (1985) berdasarkan pengkajian
dan hasil penelitian, mengidentifikasi 7 indikator yang dapat menunjukkan
pembelajaran efektif:[9]
a.
Pengorganisasian Materi yang
baik
Pengorganisasian materi pembelajaran yang baik meliputi:
1)
Perincian materi
2)
Urutan materi dari yang mudah
ke yang sukar
3)
Ada kaitannya dengan tujuan
pembelajaran
b.
Komunikasi yang efektif
Komunikasi
yang efektif dalam pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran
berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh kemampuan wicara
yang baik (ada intonasi, ekspresi) dan kemampuan untuk mendengar.
c. Penguasaan dan antusiame terhadap
materi pembelajaran
Seorang guru
harus mampu menghubungkan materi yang diajarkannya dengan pengetahuan yang
telah dimiliki para siswanya, mampu mengaitkan materi dengan perkembangan yang
sedang terjadi sehingga proses belajar mengajar menjadi hidup.
d.
Sikap positif terhadap siswa
e. Pemberian nilai yang adil
Keadilan
guru dalam memberikan penilaian meliputi:
1)
Kesesuaian soal tes dengan
materi yang diajarkan.
2)
Sikap konsisten terhadap
capaian tujuan pembelajaran.
3)
Usaha yang dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan.
4)
Kejujuran siswa dalam
memperoleh nilai.
5)
Pemberian umpan balik terhadap
hasil pekerjaan siswa.
f.
Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
g.Hasil belajar siswa yang baik.[10]
4.
Prinsip
Dasar Pembelajaran Efektif
Secara umum, ada beberapa prinsip dasar dan implikasi
pada pembelajaran efektif:
a.
Perhatian
Perhatian terbagi atas dua macam:
1)
Perhatian terpusat
(terkonsentrasi).
2)
Perhatian terbagi (tidak
terkonsentrasi).
b.
Motivasi
Motivasi atau dorongan dalam pembelajaran ada dua macam:
1) Motivasi instrinsik (dari dalam diri siswa).
2) Motivasi ekstrinsik (dari luar diri siswa).
c.
Keaktifan
Keaktifan dalam
pembelajaran akan terliahat ketika adanya inisiatif dari siswa dalam belajar.
d.
Keterlibatan langsung atau
pengalaman
e.
Pengulangan
f. Tantangan
g.
Balikan atau penguatan
h.
Perbedaan individual.[11]
5.
Faktor yang
Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran
Banyak hal
yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, diantaranya:
a.
Faktor internal siswa
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri
siswa, faktor ini meliputi dua aspek:
1)
Aspek fisiologis
Aspek fisiologis/ fisik sangat berpengaruh terhadap semangat dan
konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2)
Aspek psikologis
Aspek psikologis juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran yang
dapat diperoleh siswa.
b.
Pendekatan Belajar
Kemampuan siswa untuk mengorganisasikan belajar juga
turut mempengaruhi efektivitas belajarnya. Kemampuan siswa dalam menerima dan
memprosesnya menjadi sesuatu yang bermakna dapat dilakukan dengan
mengorganisasikan waktu belajar.
Kebiasaan yang dapat menurunkan efektivitas belajar:
a.
Belajar pada saat menjelang
ujian atau tes akan diadakan.
b.
Belajar dilakukan secara
tidak teratur, misalnya tidak adanya
jadwal belajar.
c.
Menyia-nyiakan waktu belajar
atau pada saat belajar siswa lebih banyak bermain.[12]
6.
Karakteristik yang harus dimiliki guru dalam menciptakan
pembelajaran yang efektif :
a.
Effective
teachers have personal qualities that allow them to develop authentic human
relationships with their students, parent, and colleaques and to creat
democratic, socially just classrooms for children and adolescents (guru efektif mempunyai kualitas pribadi yang mampu
meningkatkan hubungan dengan siswa,
orang tua, dan rekan kerja dengan
menciptakan suasana demokratis, ruang kelas yang nyaman untuk anak-anak dan anak remaja).
b.
Effective
teachers have positive dispositions toward knowledge. They have command of at
least three, broad knowledge bases that deal with subject matter, human
development and learning, and pedagogy. They use this knowledge to guide the
science and art ot their teaching practice (guru efektif mempunyai disposisi positif ke arah
pengetahuan. Mereka harus menguasai tiga hal yang mendasar, yaitu pengetahuan yang luas terkait dengan materi pokok, perkembangan manusia dan pengetahuan,
dan ilmu mendidik. Mereka menggunakan pengetahuan ini untuk memandu seni dan
ilmu pengetahuan mengajar).
c.
Effective
teachers command a repertoire of teaching practices known to stimulate student
motivation, to enhance student achievement of basic skills, to develop higher-level
thinking, and to produce self-regulated learners (guru
efektif harus mengetahui praktek mengajar yang mampu memberikan stimulus untuk
mendorong motivasi siswa, untuk meningkatkan prestasi siswa dari
keterampilan dasar, untuk dikembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih tinggi,
dan untuk menghasilkan pelajar bisa
di atur).
d.
Effective
teachers are personally disposed toward reflection and problem solving. they
consider learning to teach a lifelong process, and they can diagnose situations
and adapt and use their profesional knowledge appropriately to enhance student
learning and to improve schools (guru efektif secara pribadi ditempatkan sebagai pemecah
permasalahan, dan mereka mempertimbangkan pelajaran untuk mengajar dalam proses
pembelajaran, dan mereka dapat mendiagnosa situasi dan menyesuaikan penggunaan
pengetahuan profesional mereka yang sewajarnya untuk meningkatkan
belajar siswa dan untuk meningkatkan sekolah).[13]
[2] Hamzah B.
Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), cet. Ke- 2, h. 173.
[5] Made Wena, Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 17.
[6] Sri Esti
Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakrta: Gramedia Widia
Sarana, 2002), h. 226.
[8] David Kember dan
Carmel Mcnaught, Enhancing University Teaching, (New York : Routhledge,
2007).,h.12
[13] Richard I.Arends, Learning
to Teach, (New York : Mc Graw Hill,
2007).,h.19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar