Cari Blog Ini

Selasa, 01 Mei 2018

Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya


A.    Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Proses pembelajaran yang dialami dan dilalui oleh peserta didik perlu diketahui oleh pendidik. Untuk mengetahui hasil proses tersebut, maka dapat dilakukan dengan mengetahui hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, hasil belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pendidikan. Tercapai atau tidak proses pembelajaran juga dapat diketahui melalui hasil belajar siswa.
1.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu bentuk untuk mengetahui tercapai atau tidaknya proses pembelajaran dalam mata pelajaran PAI. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya bila dikaitkan dengan hasil belajar seorang  siswa dapat dikatakan telah mencapai hasil belajar jika pada dirinya telah terjadi perubahan tertentu melalui kegiatan belajar.[1]
Dengan demikian, hasil belajar dalam mata pelajaran PAI dapat diketahui dari perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk angka ataupun kata-kata.[2]
Dengan demikian hasil belajar merupakan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami pelajaran yang dapat berupa pengetahuan, nilai dan keterampilan setelah peserta didik mengalami proses belajar.
2.      Prinsip Penentuan Hasil Belajar
Penentuan hasil belajar dilakukan dengan evaluasi hasil belajar. Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar peserta didik harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut;
a.       Prinsip Menyeluruh
Prinsip menyeluruh (comprehensive) merupakan prinsip yang dilakukan secara bulat, utuh dan menyeluruh. Dalam penentuan hasil belajar tidak dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong-potong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh.[3]
Dalam hal ini, hasil belajar harus menyeluruh tidak pada satu aspek saja, melainkan mencakup beberapa aspek yang menggambarkan perkembangan dan perubahan tingkah laku peserta didik. Hasil belajar harus tampak pada proses berpikir (cognitive domain), juga dapat mengungkapkan aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan asepek keterampilan (psychomotor domain).
Dalam mata pelajaran PAI, hasil belajar tidak hanya dalam bentuk pengetahuan dan hafalan, tetapi juga mencakup aspek akhlak dan keterampilan peserta didik untuk mengaplikasikan dalam bentuk ibadah rutin. Dan dalam hal ini, pendekatan pembiasaan sangat cocok digunakan.

b.      Prinsip Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan (continuity) merupakan upaya untuk penentuan hasil belajar secara teratur dan sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Dalam hal ini guru melakukan secara teratur, terencana dan terjadwal. Sehingga dapat mendapatkan informasi tentang gambaran kemajuan dan perkembanmgan kemampuan peserta didik.[4]
Hasil belajar didapatkan tidak hanya satu kali, tetapi berkesinambungan sesuai dengan kalender pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini bisa dalam bentuk ;
1)      Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada suatu bidang studi.
2)      Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan atau semester atau akhir tahun.[5]
c.       Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas (objectivity) mengandung makna bahwa penentuan hasil belajar dapat dinyatakan bahwa guru terlepas dari sifat-sifat subjektif. Prinsip ini sangat penting, karena dengan adanya sifat subjektif guru dalam penentuan hasil belajar, maka akan menodai hasil belajar itu sendiri.[6]
Hasil belajar harus bersifat adil dan objektif, tanpa harus membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis, budaya dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunya motivasi belajar peserta didik karena merasa dianaktirikan.
3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar PAI
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas belajar, seperti dijelaskan oleh Chalidjah Hasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas belajar antara lain :
a.       Faktor yang terjadi pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual. Yang termasuk faktor individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b.      Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial, faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.19
Faktor-faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap upaya pencapaian hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut sangat mendukung terselenggaranya kegiatan belajar mengajar, sehingga apa yang menjadi cita-cita dan harapan dapat terwujud dengan baik. Secara umum klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain :
a.       Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu:
1)      Faktor sosial. Faktor sosial terdiri dari;
a)      Lingkungan keluarga.
b)      Lingkungan sekolah.
c)      Lingkungan masyarakat.
d)     Lingkungan kelompok.
2)      Faktor non sosial. Faktor non sosial ini terdiri dari :
a)      Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
b)      Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
c)      Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.20
b.      Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar dan faktor ini pun masih dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu :
1)      Faktor fisiologis. Faktor fisiologis (jasmaniah) adalah faktor yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. misalnya penglihatan, pendengaran struktur tubuh dan sebagainya.

2)      Faktor psikologis.21
Faktor-faktor tersebut juga terbagi kepada dua yang bersifat bawaan dan yang diperoleh, terdiri dari :
a.       Faktor intelektif, yaitu meliputi :
1)    Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.
2)    Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki
b.      Faktor Non Intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat,kebutuhan,motivasi,emosi penyesuaian diri.
c.       Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Semua faktor-faktor ini menentukan bagi keberhasilan belajar yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di rumah serta kemampuan siswa meraih prestasi belajar secara maksimal. Karena itu perlu adanya pemahaman yang luas dari orang tua dan guru tentang kondisi psikologis anak didik, yang dimaksudkan untuk penyesuaian antara materi pelajaran yang disampaikan dengan daya serap siswa terhadap pelajaran, sehingga keberhasilan belajar siswa dapat tercapai yakni siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik. Di samping itu dibutuhkan dukungan orang  tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa yang akan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi di sekolah maupun di rumah.
Kemampuan anak didik dalam belajar senantiasa diukur dari kemampuan menangkap pesan-pesan yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan anak didik dalam interaksi edukatif ini akan dapat dilihat dari nilai raport yang ada maupun dari sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, pada dasarnya berdasarkan prinsip;
a.       Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pem-belajaran. Artinya setiap guru melaksanakan proses pembelajaran ia harus melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian formatif. Tidak ada proses pembelajaran  tanpa penilaian. Dengan demikian maka kemajuan belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat selalu memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya. 
b.      Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang  akan digunakan,  dan  interpretasi  hasil  penilaian.  Sebagai  patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku terutama tujuan dan kompetensi mata pelajaran, ruang lingkup isi atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya.
c.       Penilaian  harus  dilaksanakan  secara  komprehensif,  artinya  kemampuan yang diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotiris. Dalam aspek kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi secara proporsional. 
d.      Alat penilaian harus valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Reliabel artinya hasil yang diperoleh dari penilaian adaalah konsisten atau ajeg (ketetapan).
e.       Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk menyempurnakan program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran, dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlukannya.
f.       Penilaian hasil belajar harus obyektif dan adil sehingga bisa mengambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya.[7]
4.      Ranah Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran PAI
Seluruh aktivitas siswa adalah untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Oleh karenanya siswa berloma-lomba untuk mencapainya dengan usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Dalam hal demikian maka hasil belajar siswa dipastikan sebagai kebutuhan yang memunculkan motivasi dari dalam diri siswa untuk belajar.
Bila suatu waktu siswa belum memperoleh hasil belajar yang baik, dimana keberhasilan itu jauh dari yang diharapkan, maka siswa belum merasa puas. Kebutuhan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik belum teracpai saat itu, misalnya: tentulah siswa tersebut berusaha untuk mencapainya di masa akan datang. Oleh karena itu kebutuhan seseorang siswa untuk menuntut suatu kepuasan selalu mendorongnya untuk belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
a.       Keterampilan dan kebiasaan
b.      Pengetahuan dan pengertian
c.       Sikap dan cita-cita.[8]
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi  dengan  bahan  yang  telah  ditetapkan  dalam  kurikulum. Sedangkan Gagne membagi  lima kategori belajar, yakni:
a.       Informasi verbal
b.      Keterampilan intelektual
c.       Startegi kognitif
d.      Sikap.
e.       Keterampilan motoris.[9]
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi  tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan  internalisasi.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni:
a.       Gerakan refleks
b.      Keterampilan gerakan dasar
c.       Kemampuan perceptual
d.      Keharmonisan atau ketetapan
e.       Gerakan keterampilan kompleks
f.       Gerakan  ekspresif  dan  interpretatif.[10]
Ketiga  ranah  tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah  yang  paling  banyak  dinilai  para  guru  di  sekolah  karena  berkaitan  dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.


[1] Sudjana, Teknologi Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru, 1990), h. 79
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), h. 45
[3] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h. 31
[4] Ibid., h. 32-33
[5] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), h. 227
[6] Ibid., h. 33
19  Chalidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), h. 97
20 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,  Psikologi Belajar, (Jakarta :  Rineka Cipta, 1991), h.131
21 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :  Rajawali Pers, 1999), hlm. 249
[7]  Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta : 2008), h. 10
[8] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta : 2008), h. 11
[9] Ibid. h. 12
[10] Ibid. h. 12

Tidak ada komentar: