Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Motivasi Belajar


A.    Motivasi Belajar
1.    Pengertian Motivasi
              Motivasi adalah suatu proses dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkah laku-tingkah laku orang lain.[1]
Menurut Mc. Donald motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. [2] Ada kecendrungan pada sebagian anak bahwa motivasi belajar menurun dengan meningkatnya usia, karena tumbuhnya kesadaran tentang kemampuan sebenarnya yang dimilikinya. Keadaan ini merupakan tantangan bagi guru untuk mengatasinya. Untuk itu guru perlu memahami bahwa penetapan struktur pembelajaran yang tepat atau penggabungan beberapa komponen struktur pembelajaran secara tepat, akan dapat menumbuhkan motivasi belajar. Selain itu guru juga harus memahami teknik – teknik mengajar untuk menumbuhkan motivasi belajar.
Motivasi berasal dari kata motif. Motif berarti suatu perangsang atau dorongan dari dalam (inner drive) yang menyebabkan seseorang membuat sesuatu. [3]. Payaman J. Simanjuntak (2001:199) mengatakan bahwa, motivasi dalam sekolah merupakan proses bagaimana menumbuhkan dan menimbulkan dorongan supaya seseorang berbuat atau belajar.
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh factor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang.[4]
Berdasarkan analisis teori-teori motivasi yang telah dipaparkan di muka dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi internal yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan suatu perilaku atau aktivitas tertentu guna mencapai tujuan dalam rangkamemenuhi kebutuhan-kebutuhan.
Dengan demikian motivasi adalah usaha atau kegiatan dari guru sekolah untuk menimbulkan dan meningkatkan semangat dan kegairahan belajar dari para siswanya.
Dalam usaha meningkatkan motivasi belajar bagi anak ada 5 perilaku pendukung yang dilakukan oleh guru yaitu :
1.         Kejelasan dalam mengajar
2.         Penggunaan metode pengajaran yang bervariasi
3.         Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan tugas
4.         Lamanya waktu yang digunakan untuk mengajarkan suatu bahan ajar di kelas
5.         Keberhasilan guru membuat murid memahami pelajaran dan menyelesaikan tugas – tugas dengan baik.[5]           

2.      Fungsi motivasi
Menurut Sardiman ada tiga fungsi motivasi:
a.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yng akan dikerjakan.
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusnya tujuannya.
c.       Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut[6]
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi dalam suatu usaha yang sungguh-sunguh dengan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang akan mendapatkan keberhasilan.
Hamalik (2003:161) juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu;
1.      Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan : Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
2.      Motivasi berfungsi sebagai pengarah : Artinya menggerakkan perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan.
3.      Motivasi berfungsi penggerak : Motivasi ini berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan atau perbuatan. Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3.      Jenis Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan.
1)            Motivasi  primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk yang berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan. Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting.
2)            Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut baik, orang harus bekerja terlebih dahulu.  Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “ bekerja dengan baik merupakan motivasi sekunder.
Menurut beberapa ahli manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif dan konatif.[7] Komponen afektif adalah aspek  emosional, komponen ini terdiri dari motif sosial sikap dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponenkonatif adalah terkait dengan kemauan dan kebiasaan bertindak. (Jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut menurut pandanagan yang berbeda-beda. Thomas dan Znaniecki mengolong-golongkan motivasi sekunder keinginan-keinginan: (a) memperoleh pengalaman baru (b) untuk mendapat respon (c) memperoleh pengakuan (d) memperoleh rasa aman.[8]
4.      Pengertian Motivasi Belajar
Bagi siswa motivasi belajar berfungsi untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar dan hasil akhir, menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, mengarahkan kegiatan belajar, memberikan semangat belajar, dan menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja secara bersinambungan.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru untuk :
1.      Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
2.      Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam ragam.
3.      Meningkatkan dan menyadarkan guru sebagai pendidik.
4.      Memberi peluang guru untuk memotivasi siswa untuk belajar sampai berhasil, dengan mengubah siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar.
5.      Dengan adanya motivasi yang kuat dapat mendorong siswa melakukan usaha untuk meningkatkan prestasi belajarnya disekolah. Karena dengan motivasi itu dapat membuat seseorang siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif dan penuh konsentrasi.[9]
Dalam kegiatan belajar-mengajar, apabila seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problema pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang  untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong seorang siswa itu untuk mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.
Dalam kegiatan belajar siswa, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan menghasilkan prestasi yang baik.
Hadari Nawawi menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut[10].
Dalam aktivitas belajar terdapat motivasi belajar. Aktivitas belajar yang megandung motivasi belajar adalah sebagai berikut:
a.       Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis. Ia menyusun desain pembelajaran dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
b.      Siswa adalah pebelajar yang paling berkepentingan dalam menghayati belajar.
c.       Dalam proses belajar mengajar guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum, atau memberi nasehat.
d.      Dengan belajar yang bermotivasi siswa memperoleh hasil belajar.
1)      Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar:
(a) cita-cita atau aspirasi siswa
(b) kemampuan siswa
(c) kondisi siswa
(d) kondisi lingkungan siswa
(e) unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
(f) upaya guru dalam membelajarkan siswa.
2)      Upaya meningkatkan motivasi belajar:
(a)  Optimalisasi penerapan prinsip belajar
(b)  Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
(c) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan    siswa
(d) Pengembangan cita-cita dan aspirasi siswa. [11]
Dalam kegiatan belajar, motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan dapat tercapai.
Dengan motivasi yang ada pada diri siswa, maka sikap disiplin dalam belajar dapat mempengaruhi motivasi siswa sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar. Semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka dengan sendirinya siswa juga akan memiliki sikap disiplin belajar yang tinggi pula. Namum apabila dalam diri siswa kurang memiliki motivasi belajar, maka sikap disiplin belajar juga akan rendah, bahkan sama sekali tidak ada. Ini semua dikarenakan adanya interaksi antara motivasi belajar dan sikap disiplin siswa dalam belajar yang berhubungan antara keduanya yang dapat meningkatkan belajar siswa lebih aktif[12]  
5.      Keberhasilan Belajar
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang  terjadi karena suatu usaha. Perubahan tingkah laku itu meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperoleh peserta didik dari suatu proses belajar. Belajar dan penilaian hasil belajar memilki hubungan timbal balik yang sangat erat. Baik tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil penilaian belajar yang diperoleh siswa. Sebaliknya tinggi rendahnya hasil penilaian yang didapatkan siswa merupakan cerminan dari kualitas pembelajaran yang dilakukan. Antara pengajaran dan penilaian terdapat pengaruh timbal balik, prosedur penilaian tertentu menurut terselenggaranya program pengajaran yang sesuai, sebaliknya suatu pendekatan pengajaran dengan kekhususan[13] 
Orang  yang bermotivasi untuk berhasil motivated to succeed bekerja lebih keras dari pada orang yang bermotivasi untuk tidak gagal.[14]
B.     Pendidik dan Peserta didik (Siswa)
Pada hakekatnya proses belajar mengajar berkaitan dengan empat unsur yaitu guru (pendidik), murid (peserta didik), materi pelajaran, dan sistem pengajaran. Dalam mencapai tujuan pendidikan pendidik dan peserta didik merupakan dua unsur yang saling berkaitan. Keduanya harus dapat menjadi kode etik pendidikan agar ilmu yang diperoleh berbuah baik serta dapat diterapkan di lapangan.
Pendidikan atau tarbiyah dalam pengertiannya yang paling sederhana, berarti membahas tiga pokok yakni, peserta didik, kurikulum dan guru.[15] Dalam semua tahapan keberadaan anak tersebut, dari janin atau bahkan sejak azali sampai usia dewasa, sebenarnya ada kurikulum dan gurunya sendiri, yang secara khas mencerdaskan dan mendewasakannya.[16]
1.                  Pengertian Pendidik (Guru)
Guru secara bahasa (etimologi) dalam kamus bahasa Indonesia diartikan orang yang pekerjaannya (mata pencariannya/profesi) mengajar[17]. Guru secara bahasa mempunyai pengertian yang terbatas. Guru diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mesti diberi upah atau gaji. Sedangkan guru menurut istilah (terminologi) yaitu menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003, guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.[18]
Menurut Departemen Agama RI pengertian guru agama adalah seseorang yang telah mengkhususkan dirinya untuk menyampaikan ajaran agama kepada orang lain.[19] Menurut defenisi tersebut, arti guru mencakup juru dakwah, ustadz atau muballigh karena juga mengkhususkan dirinya untuk menyampaikan ajaran agama kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut guru agama adalah seorang pendidik yang mengajarkan anak didiknya dalam hal keagamaan, yang bertujuan untuk membina, mendidik serta menjadikan peserta didik berpengetahuan yang tinggi dan berakhlakul karimah.
      2.    Syarat-syarat Pendidik (Guru)
 Secara teori seseorang yang mempunyai kemampuan dan keinginan untuk menjadi guru yang profesional, idealnya harus memperhatikan dan mempertimbangkan persyaratan tertentu. Pada dasarnya semua orang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu, tetapi belum tentu setiap orang juga bisa untuk melakukanya, karena pada masing-masing orang memilki kompetensi bidang yang berbeda. Adapun syarat-syarat seseorang menjadi guru menurut Sardiman sebagai berikut:
a.       Persyaratan administrasi
      Persyaratan adminitrasi adalah hal-hal yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan menjadi guru, seperti umur, kewarganegaraan, berkelakuan baik yang akan dibuktikan dengan dukumen tertulis dan lain sebagainya.
b.      Persyaratan teknis bersifat formal
    Persyaratan teknis yang dimaksud adalah hal-hal yang bersifat formal yang diarahkan kepada profesional seseorang untuk menjadi seorang guru, seperti memiliki ijazah keguruan, menguasai teknik dan metode mendidik secara teoritis dan praktis.
c.       Persyaratan psikis
      Persyaratan psikis yang dimaksud adalah kondisi batiniah seseorang untuk bisa mengemban tugas bagi  seorang  guru, meliputi sehat rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi dan bertanggung jawab dan lain sebagainya.
d.      Persyaratan fisik
      Persyaratan fisik yang dimaksud adalah kondisi lahir seseorang seperti sehat jasmani, tidak cacat, rapi, bersih, dan lain sebagainya[20]

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang guru agar usahanya dalam mendidik berhasil dengan baik adalah bertaqwa kepada Allah SWT adalah memiliki akhlak yang baik, harus mengerti ilmu mendidik sebaik-baiknya, sehingga segala tindakannya dapat berjalan dengan baik. Di samping itu juga harus bisa berbahasa dengan baik, agar dapat menarik minat dan menimbulkan perasaan halus pada anak, harus mencintai anak didiknya sebab cinta mengandung arti menghilangkan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan orang lain.

3.  Pengertian  Peserta Didik (Siswa)
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik merupakan ciri dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik dan perkembangan menyengkut psikis.
Menurut UU SISDIKNAS RI, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[21]
Peserta didik disebut juga dengan murid. Kata murid berasal dari bahasa Arab yaitu yuridu, iradan, muridan, yang berarti orang yang menginginkan dan menjadi salah satu sifat Allah SWT yang berarti Maha Menghendaki. Seorang murid adalah orang yang menghendaki agar mendapat ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan keterampilan yang baik untuk bekal hidupnya agar berharga di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.[22]
  
4.      Kebutuhan Peserta Didik (Siswa)
Suatu hal yang sangat perlu juga diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing peserta didik yaitu kebutuhan mereka. Adapun menurut Sasminelwati dalam bukunya Dasar-dasasr Kependidikan, membagi kebutuhan pesserta didik terbagi atas empat:
a.       Kebutuhan jasmani
     Tiap peserta didik ingin bergerak dan mengunakan badannya untuk aktivitas jasmaniah, kebutuhan ini dipenuhi dengan memberikan pendidikan jasmani, dalam arti modern pendidik jasmani bertujuan untuk mendidik manusia yakni mewujudkan tujuan pendidikan dengan mengunakan kejasmanian sebagai titik tolak, akan tetapi tujuan khusus yaitu menentukan manusia yang sehat dan kuat.[23]
b.      Kebutuhan pribadi
     Anak didik mempunyai dorongan untuk memuaskan keinginan untuk mengetahui sesuatu, untuk menyatakan pikiran dan perasaan dengan jalan bahasa, pekerjaan, lukisan, seni suara, dan lain-lain.
c.       Kebutuhan sosial
      Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan untuk berinteraksi antar sesama, seperti kebutuhan untuk diterima oleh teman-teman sebaya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tua, guru-gurunya, dan pemimpin-peminpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.
d.      Kebutuhan psikologi
Adapun kebutuhan yang dimaksud yaitu kebutuhan akan sesuatu yang menyangkut kejiwaan. Sasminelwati membagi kebutuhan psikologi terdiri atas:
1)            Kebutuhan akan kasih sayang
2)            Kebutuhan akan rasa aman
3)            Kebutuhan akan penghargaan
4)            Kebutuhan akan rasa bebas
5)            Kebutuhan akan rasa sukses
6)            Kebutuhan akan rasa ingin tahu.[24]
  1. Pertumbuhan dan perkembangan Peserta didik (Siswa)
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran atau bentuk tubuh dari muda menjadi lebih matang. Sedangkan perkembangan yaitu perubahan pola pemikiran, sudut pandang, sikap dan aktivitas dari suatu hal yang bersifat sederhana menjadi lebih luas dan terbuka.
Pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik dapat dilihat dari berbagai dimensi kehidupan. Zakiah Daradjat membagi manusia kepada tujuh dimensi pokok yang masing-masingnya dapat dibagi kepada dimensi-dimensi kecil. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud tersebut yaitu:
a)      Dimensi fisik
Dimensi fisik merupakan perkembangan pertumbuhan tubuh secara normal. Pada dimensi ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan atau tumbuhan, sebab semuanya termasuk bagian dari alam.[25]
          Pada anak memasuki puberitas, yang ditandai dengan mensturasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Puberitas merupakan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan jiwa peserta didik.[26]
b)      Dimensi akal (kognitif)
Dalam dunia pendidikan fungsi intelektual atau pendidikan manusia atau anak didik dikenal dengan kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognisi adalah peroleh, penataan dan pengunaan pengetahuan. Kognitf sebagai salah satu peranan psikologis yang berpusat diotak meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan.[27]
Menurut Ramayulis fungsi akal terbagi kepada enam fungsi:
(a)       Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia mengetahui apa yang tidak dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai kewajiban.
(b)      Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu baik yang tanpak jelas maupun yang tidak jelas.
(c)       Akal adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan kesesatan.
(d)      Akal adalah kesadaran batin dan pengetahuan.
(e)       Akal adalah pandangan yang berdaya tembus melebihi penglihatan mata.
(f)        Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan dihadapi.
Mendidik akal adalah mengaktualkan potensi dasarnya. Potensi dasar itu sudah ada sejak lahir, tetapi masih berada dalam alternatif berkembang untuk menjadi akal yang lebih baik, atau sebaliknya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Dengan pendidikan yang baik akal yang masih berupa potensi akhirnya menjadi akal yang siap dipergunakan. Sebaliknya membiarkan potensi akal tanpa pengaruh yang positif akibatnya bisa fatal. 
c)         Dimensi keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau disebut homodivianuous (makhlauk yang percaya pada Tuhan) atau disebut juga homorelegius artinya makhluk yang beragama. Berdasrakan hasil riset atau observasi, hampir seluruh ahli jiwa sependapat bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi akan kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kekuasaan merupakan akan kebutuhan kodrati berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.

d)     Dimensi akhlak
Salah satu dimensi manusia yang diutamakan dalam pendidikan Islam adalah akhlak. Pendidikan akhlak dalam Islam adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadah, karena iman dan ibadah manusia tidak sempurna kecuali muncul akhlak mulia. Dalam Islam akhlak bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung, yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh yaitu Ridha Allah Swt.[28]
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqundiartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. “Dalam bahasa Yunani akhlak dikenal dengan istilah ethos  atau etikhos yang mengandung arti etika adalah suatu usaha manusia  untuk memakai akal budi dan daya pikirannya untuk memecahkan masalah bagaimana ia untuk hidup kalau ia mau menjadi baik”.[29] “Akhlak adalah segala sifat manusia yang terdidik”.[30]
Akhlak adalah suatu sifat yang berurat- berakar pada diri seseorang yang terbit dari padanya perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir-pikir.[31]
Sumber akhlak adalah penjelasan Rasulullah SAW tentang sifat-sifat akhlak yang mulia itu antara lain[32]:
1.       Budi pekerti yang baik.
2.       Bermuka manis
3.   Menghargai nikmat Allah SWT.
4.       Jangan berbisik-bisik dengan meninggalkan teman.
5.       Jangan mengusir orang yang sedang duduk karena kita hendak duduk di  tempat itu.
6.       Cara memberi salam
7.       Benar

   Firman Allah SWT Qs. At-Taubah: 119.
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%Ï»¢Á9$#
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah  dan hendaklah kamu bersama orang yang benar”.[33]


e)      Dimensi rohani
Penciptaan manusia mengalami kesempurnaan setelah Allah meniupkan ciptaan-Nya. Al-Ghazali membagi roh menjadi dua bentuk:
(a).  Al-Ruh yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal Tuhannya dan mencapai ilmu pengetahuan, sehingga dapat menentukan manusia berkepribadaian, berakhlak mulia menjadi motivator sekaligus pengerak bagi manusia dalam melaksanakan perintah Allah Swt.
(b).    An-Nafs yaitu panas alam yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi dan syaraf manusia, sebagai tanda adanya kehidupan pada diri manusia.


[1] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 203
[2]Ibid, h. 203
[3] Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar (Jakarta: PT Rapigrafindo Persada, 2000) h.75
[4] Ngaliman Purwanto,Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 1996) h.60
[5] Borich, J.G, Effective Teaching Methods, New Jersey 1994, 45
[6] Sardiman, A.M, Op.Cit, 83
[7] Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 88 
[8] Ibid., h. 88
[9] Nasution S., , Didaktik Asas-asas Mengajar,( Jakarta: Bumi Aksara, 2004) h. 36.
[10] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, ( Jakarta; CV. Haji Masagung , 1997 h.124
[11]Ibid., h. 108
[13] Syaiful Bacri, Prestasi belajar dan kompetensi guru, Surabaya Usaha, 1999, hal 67
[14]Ibid, h. 190
[15]Suharsono, Mencerdaskan Anak (melejitkan intelektual dan spiritual memperkaya hasanah batin kesalehan serta kreativitas anak (IQ, EQ & SQ)), (Depok: Inisiasi Press, 2005), h. 107
[16]Ibid  
[17] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,  1994), Edisi ke-2, cet.ke-3, h. 330
[18] Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003) h. 40
[19] Departemen Agama RI, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Guru, (Jakarta: 2005, tp), h. 35
[20] Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 125
[21]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia: 2006), h. 77
[22]Ibid. h. 77
       [23] Sasminelwati, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: IANIN IB Press, 2006), h. 144 
[24]Ibid., h. 148
[25]Ramayulis, op.cit., h. 107
              [26]Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 213
[27]Ramayulis, op.cit., h. 111
[28]Ramayulis, op.cit.,
[29] Zahruddin AR, Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT.  Gradafindo Persada, 2004), h. 3
[30] Abd.  Hamid Yunus, Diratul Ma’arif, asy-Syab, (Kairo, t.t), h. 436
[31] Muhammad Natsir, Fiqhul Da’wah, (Jakarta: Dewan Dewah Islamiyah Indonesia, 1997), h. 239
[32] Azwir Ma’ruf, Peranan Akhlak dalam Menunjang Pembangunan Manusia Seutuhnya, (Padang:  IAIN-IB Press, 2003), h.17

[33] Departemen Agama RI, Loc.Cit, h.540

Tidak ada komentar: