Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Strategi Pembelajaran


A.    Strategi Pembelajaran

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah didominasi oleh kegiatan pembelajaran dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan di sekolah secara logika akan  ditentukan oleh kualitas kegiatan proses pembelajaran, sekalipun masih banyak faktor lain yang berpengaruh, dalam hal ini adalah guru sebagai peran utamanya.

Sementara itu proses pembelajaran di sekolah lebih banyak mengungkap aspek kemampuan kognitif, sehingga banyak asumsi bahwa sekolah yang berprestasi adalah sekolah yang berhasil dalam  memperoleh nilai rata-rata hasil ujian dan ulangan umum, sedangkan unsur prestasi lain kurang mendapat perhatian dalam penilaian di sekolah, oleh karena itu para guru dalam menyampaikan  materi ajar cenderung dengan metode ceramah saja yang akhirnya siswa hanya hafal  teori-teori, trampil mengerjakan soal, tetapi kurang mampu memahami konsep.

Kondisi  kelas pada saat pembelajaran biasanya diciptakan suasana yang tenang, tertib tak ada kewenganan apapun dari siswa  kecuali guru,  siswa diupayakan menjadi pendengar yang setia, sedangkan guru disiapkan  untuk menjadi pembicara yang  hebat, sedangkan buku, peraga  dan media pembelajaran  lain  tidak banyak diperankan. Meskipun pada  kenyataannya tidak semua suasana kelas tersebut tercipta oleh setiap guru yang mengajar, bahkan kadang-kadang suasana menjadi sebaliknya yaitu suasana kelas gaduh,  banyak siswa berbicara sendiri- sendiri, banyak yang tidak membawa buku dan sebagainya, dan tidak sedikit  guru yang menyerah pada kondisi seperti ini dengan cara meninggalkan  kelas dan memberikan  catatan atau tugas kepada siswanya. Akibat dari kondisi kelas yang kurang kondusif dalam pembelajaran akan berdampak pada kegiatan guru, siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri.

Proses pembelajaran dapat efektif jika suasana kelas selama proses pembelajaran kondusif dan menyenangkan, yaitu terciptanya interaksi dua arah antara siswa dan guru, suasana kelas tidak tegang dan mencekam, namun ramai dengan aktivitas siswa yang sedang berdiskusi, memperagakan sesuatu, bermain peran atau yang lain, yang semuanya berfokus pada topik yang sedang dibahas,  sehingga terkesan bahwa kelas adalah milik bersama antara guru dan siswa, meskipun  pengendali utama dalam  proses belajar ada pada guru, untuk tercapainya hal ini sangat tergantung pada kemampuan guru  dalam melakukan menejemen pengelolaan kelas. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif maka diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada pembahasan berikut akan diuraikan tentang bagaimana strategi pembelajaran yang baik .

1.      Pengertian Strategi Pembelajaran

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur strategi untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas dan kualitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dan kekuatan persentaan, motivasi pasukan dan lain sebagainya. Selanjutnya ia juga akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan, baik jumlah prajuritnya maupun keadaan persenjataannya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan apa yang harus dilakukannya, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik peperangan, maupun waktu yang pas untuk melakukan serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik ke dalam maupun ke luar.

Dari ilustrasi tersebut di atas dapat kita simpulkan, bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, para ahli mengemukan berbagai rumusan tentang pengertian strategi.

J.R. David dalam Wina Sanjaya mengemukakan, strategi diartikan sebagai  a plan, method, or series of actifities designed to achieves a particular educational goal ”. Sedangkan Wina Sanjaya sendiri mengemukakan, bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[1]

Selanjutnya, Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan itu, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.[2]

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, ada dua hal yang patut kita cermati, yaitu; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan, termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber dalam pembelajaran. Ini berarti baru sebatas penyusunan suatu strategi sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai kepada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi dalam bentuk penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar diarahkan bagaimana upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, parlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. 

2.      Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Rowntree mengelompokkan ke dalam staregi penyampaian penemuan atau exposition-discovery, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran invidual atau groups-individual learning.[3]

Dalam strategi penyampaian penemuan (exposition discovery), materi pembelajaran disajikan kepada peserta didik dalam bentuk jadi dan peserta didik hanya dituntut untuk menguasai bahan tersebut secara utuh, bukan untuk mengolahnya. Dengan demikian, guru hanya berfungsi sebagai pemberi informasi dan peserta didik sebagai penerima informasi. Sedangkan dalam strategi pembelajaran kelompok dan invidual (groups-individual learning) bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktifitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing.

Strategi pembelajaran secara kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa dipandu oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ataupun pembelajaran secara klasikal. Strategi belajar kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap individu dipandang sama. Oleh karena itu, dalam belajar kelompok dapat terjadi peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh peserta didik yang berkemampuan lemah, sebaliknya peserta didik yang memiliki kemampuan rendah akan merasa tergusur oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi.

Berbeda dengan strategi pembelajaran kelompok,  strategi belajar individual dilakukan oleh peserta didik secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran seorang peserta didik sangat ditentukan oleh kemampuan individu masing-masing. Bahan pembelajaran dan bagaimana langkah-langkah mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Misalnya belajar melalui modul, atau belajar melalui media elektronic berupa kaset audio.  

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan atau materi yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju kepada yang kongkrit. Artinya mempelajari materi pelajaran dari yang umum kepada yang khusus.

Sebaliknya, strategi pembelajaran induktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari hal-hal kongrit atau contoh-contoh terlebih dahulu dan kemudian secara perlahan-lahan peserta didik dihadapkan pada materi yang kompleks dan sulit.  Artinya mempelajari materi pelajaran dari yang khusus kepada yang umum.





3.      Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh peserta didik, maka pada saat itu juga kita semestinya berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Justru itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, banyak pertimbangan yang harus diperhatikan. Dr. Wina Sanjaya[4] menjelaskan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran, yaitu :
    1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
·         Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan ranah kognitif, afektif atau psikomotor ?
·         Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah ?
·         Apakah untukmencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
    1. Pertimbangan yang berhubungan dengan materi pembelajaran
·         Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu ?
·         Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
·         Apakah tersedia sumber yang cukup untuk mempelajarai materi itu?
    1. Pertimbangan kondisi siswa
·         Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik ?
·         Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik ?
·         Apakah strategi yang akan diterapkan itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik ?
    1. Pertimbangan-pertimbangan lainnya
·         Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
·         Apakah strategi yang akan diterapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran ?
·         Apakah strategi itu memiliki nilai efektif dan efisien ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan ranah kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan ranah afektif dan psikomotor. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori.

4.      Komponen-komponen Strategi Pembelajaran

a.       Tujuan Pembelajaran
Tujuan pengajaran merupakan acuan yang digunakan untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran dirumuskan sebelum proses pembelajaran berlangsung , dikarenakan tujuan ini merupakan output yang diharapkan dalam prosess pembelajaran. Ketercapaian tujuan ini pula yang menjadi indicator keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Tujuan dituangkan dalam tujuan pembelajaran dan dapat dievaluasi ketercapaiannya. Tujuan  pembelajaran yang dimaksud menyangkut  menyangkut ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan ) dan psikomotorik (ketrampilan ). Untuk mencapai  tujuan dengan ranah yang berebeda-beda itu diperlukan strategi pembelajaran yang berbeda-beda 
b.      Guru
Guru berfungsi sbegai fasilitator, mediator serta motivator siswa dalam belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan,. Untuk melaksanakan tugasnya  guru wajib  memilki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi  profesional (UU no 14 th 2005).
Kemampuan guru dalam hal penguasaan kompetensi berbeda beda, sehingga sangat berpengaruh pada kemempuan menyusun strategi dalam pembelajarannya, meskipun pada materi  yang sama. Dan kelas yang sama pula. Faktor guru sangat berpengaruh dalam menentukan hasil pembelajaran oleh karena guru sangat berperan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
c.       Peserta Didik
Peserta didik adalah subyek yang berkepentingan dan berkeinginan untuk belajar, serta  yang akan memperoleh hasil belajar. Namun demikian mereka adalah   sosok individu yang selalu  berkembang dan memilki karakter serta  latar belakang yang berbeda- beda, baik latar belakang sosial, ekonomi, keluarga, juga memiliki potensi yang berbeda-beda pula. Secara pisik peserta didik juga mengalami perkembangan, pada kondisi usia tertentu seorang guru harus mampu mebelajarkan siswa dengan strategi tertentu pula.
d.      Materi Pelajaran
Materi pelejaran merupakan bahan yang akan dipelajari oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi / bahan ajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena memerlukan strategi yang berbeda pula. Materi pokok merupakan meteri essensial yang harus dikuasai siswa sedangkan materi penunjang merupakan pengembangan untuk menambah wawasan dan pengayaan. Sumber materi pelajaran dapat diperoleh dari buku pokok mata pelajaran, buku perpustakaan maupun referensi lain, misalnya dari CD, media cetak/elektronik, internet, maupun sumber-sumber yang lain.
e.       Metode Pengajaran
Metode pengajaran merupakan cara guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Banyak  cara guru membelajarkan  kepada siswanya. Kadang-kadang cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran sangat beragam, namun juga banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan cara-cara yang selalu sama, baik pada kelas, siswa maupun materi ajar yang berbeda.
Metode  pembelajarn yang diberikan kepada siswa sangat berdampak pada proses dan hasil belajar, Apabila  guru mengajar hanya dengan metode yang selalu sama maka siswa dan guru sama-sama jenuh dan cenderung membosankan, bagi siswa tertentu  kadang-kadan kurang dapat menyerap hasil belajarnya, secara umum pembelajaran yang demikian cenderung kuirang efektif. Oleh karena itu agar pembelajaran lebih efektif diperlukan adanya metode yang lebih bervariasi antara lain :
1)    Metode Ceramah bervariasi
Metode ini merupakan cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara lisan kepada siswa. Pada metode ini lebih mengebangkan kemempuan siswa untuk mendengarkan namun juga kurang dapat memberikan kesempatan siswa lebih kreatif, sebab siswa lebih banyak pada posisi mendengarkan dan mencatat.
2)    Metode Diskusi
Pada metode ini lebih banyak melibatkan siswa untuk melakukan aktifitas, sehingga siswa terlatih menghargai pendapat orang lain, kreatif serta merasa memiliki dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan diskusi peran guru lebih banyak melakukan pengamatan dan mengendalikan jalannya diskusi sehingga dapat mengatasi siswa yang suka menonjolkan diri dan cendrung menguasai jalannya diskusi, atau bagi anak yang kurang mampu dapat dimotivasi untuk lebih terlibat di dalam diskusi.
3)    Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan pada materi tertentu, dengan pemberian tugas siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri dan mendalam di rumah atau di kelas dengan mendapatkan perhatian khsusus dan bimbingan dari guru secara individual.
4)    Metode Latihan (Drill)
Pada pembelajaran dengan drill siswa lebih banyak diberikan latihan baik secara tertulis maupun menghafal. Metode ini lebih banyak diberikan kepada siswa dalam bentuk tugas mandiri  dan dalam waktu yang cukup.
5)    Metode Penemuan (Inquiry)
Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak hanya berupa hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga diarahkan untuk mengemukakan hasil penemuan sendiri sesuai dengan materi pembelajaran.
6)    Metode Bertanya (Questioning)
Proses bertanya diterapkan dalam proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan orang lain yang didatangkan ke dalam kelas.
7)    Metode Pemodelan (Modelling)
Guru bukanlah satu-satunya model yang dapat dijadikan sumber belajar di dalam kelas, melainkan juga dapat digantikan dengan teman sebaya, ahli lain  bahkan juga dapat memanfaat siswa dari kelas lain.
Selain beberapa macam metode pembelajaran tersebut di atas, juga telah banyak ditemukan pendekatan pembelajaran, misalnya pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), Quantum Teaching and Quantum  Learning, Contekstual Teaching and Learning (CTL) dan masih banyak lagi model-model pendekatan lain. Apapun namanya pendekatan pembelajaran, pada prinsipnya pembelajran diharapkan lebih banyak melibatkan siswa dalam proses, guru mau dan mampu merefleksi diri dari hasil prosesnya dengan mengetahui segala kekurangan dan kelebihannya. Selanjutnya guru mampu untuk bertanya dan berdiskusi sesama teman atau yang lain dan mau menerima usul perbaikan sebagai upaya peningkatan mutu proses pembelajaran berikutnya.
f.       Media Pengajaran
Media meruapakan sarana yang disediakan untuk sarana pembelajaran agar pembelajaran dapat efektif.  Kemampuan seorang guru memilih, menciptakan dan menggunakan media / dan sumber belajar perlu dikuasai. Ketercapaian daya serap siswa dalam proses pembelajaran berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lain, karena setiap individu memilki kemampuan individu yang berbeda dan memilki gaya belajar yang berbeda pula. Penggunaan media dan peraga sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menangkap  penjelasan guru.
Dalam hal media dan peraga ini guru diharapkan mampu mememilih dan menciptakan serta menggunakan media yang sesuai dengan kondisi siswa, kondisi bahan ajar serta kondisi kemampuan sekolah dan lingkungan. Sesuai konsep pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, maka pemanfaatan lingkungan sangat tepat untuk dijadikan sebagai salah satu sumber belajar., serta mampu memanfaatkan perpustakaan.Pemilihan ,media pembelajaran sangat mempengaruhi strategi pembelajaran yang dirancang guru.
g.      Administrasi dan finansial.
Administrasi  dan financial meliputi gedung atau ruang belajar, pengaturan jadwal ketersediaan buku, media kondisi kenyamanan kelas, keindahan dan kesejukan suasana dalam belajar sangat berpengaruh dalam belajar. Dari itulah diperlukan strategi pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan lingkungan fisik yang ada.  Oleh karena itu pada penulisan ini akan dipakai istilah metologi pembelajaran dan selanjutnya istilah pembelajaran lebih banyak digunakan dalam dunia pendidikan karena dengan pembelajaran siswa lebih banyak diberi ruang gerak dalam kegiatan belajar mengajar.


[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. V, h. 126

[2] Ibid
[3] Ibid.
[4] Op cid., h. 130

Tidak ada komentar: