A. Strategi Pembelajaran
Proses pendidikan
yang dilaksanakan di sekolah didominasi oleh kegiatan pembelajaran dengan
bimbingan guru. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan di sekolah secara
logika akan ditentukan oleh kualitas
kegiatan proses pembelajaran, sekalipun masih banyak faktor lain yang
berpengaruh, dalam hal ini adalah guru sebagai peran utamanya.
Sementara itu proses
pembelajaran di sekolah lebih banyak mengungkap aspek kemampuan kognitif,
sehingga banyak asumsi bahwa sekolah yang berprestasi adalah sekolah yang
berhasil dalam memperoleh nilai rata-rata
hasil ujian dan ulangan umum, sedangkan unsur prestasi lain kurang mendapat
perhatian dalam penilaian di sekolah, oleh karena itu para guru dalam
menyampaikan materi ajar cenderung
dengan metode ceramah saja yang akhirnya siswa hanya hafal teori-teori, trampil mengerjakan soal, tetapi
kurang mampu memahami konsep.
Kondisi kelas pada saat pembelajaran biasanya
diciptakan suasana yang tenang, tertib tak ada kewenganan apapun dari
siswa kecuali guru, siswa diupayakan menjadi pendengar yang
setia, sedangkan guru disiapkan untuk
menjadi pembicara yang hebat, sedangkan
buku, peraga dan media pembelajaran lain
tidak banyak diperankan. Meskipun pada
kenyataannya tidak semua suasana kelas tersebut tercipta oleh setiap
guru yang mengajar, bahkan kadang-kadang suasana menjadi sebaliknya yaitu
suasana kelas gaduh, banyak siswa
berbicara sendiri- sendiri, banyak yang tidak membawa buku dan sebagainya, dan
tidak sedikit guru yang menyerah pada
kondisi seperti ini dengan cara meninggalkan
kelas dan memberikan catatan atau
tugas kepada siswanya. Akibat dari kondisi kelas yang kurang kondusif dalam
pembelajaran akan berdampak pada kegiatan guru, siswa maupun proses
pembelajaran itu sendiri.
Proses
pembelajaran dapat efektif jika suasana kelas selama proses pembelajaran
kondusif dan menyenangkan, yaitu terciptanya interaksi dua arah antara siswa
dan guru, suasana kelas tidak tegang dan mencekam, namun ramai dengan aktivitas
siswa yang sedang berdiskusi, memperagakan sesuatu, bermain peran atau yang
lain, yang semuanya berfokus pada topik yang sedang dibahas, sehingga terkesan bahwa kelas adalah milik
bersama antara guru dan siswa, meskipun
pengendali utama dalam proses
belajar ada pada guru, untuk tercapainya hal ini sangat tergantung pada
kemampuan guru dalam melakukan menejemen
pengelolaan kelas. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif maka diperlukan
strategi pembelajaran yang tepat. Pada pembahasan berikut akan diuraikan
tentang bagaimana strategi pembelajaran yang baik .
1. Pengertian Strategi
Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer
yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu perperangan. Seorang yang berperan dalam mengatur strategi
untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas dan kualitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dan kekuatan
persentaan, motivasi pasukan dan lain sebagainya. Selanjutnya ia juga akan
mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan, baik jumlah prajuritnya maupun
keadaan persenjataannya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan
menyusun tindakan apa yang harus dilakukannya, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik peperangan, maupun waktu yang pas untuk melakukan
serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan
berbagai faktor, baik ke dalam maupun ke luar.
Dari ilustrasi tersebut di atas dapat kita simpulkan, bahwa
strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Dalam dunia pendidikan, para ahli mengemukan berbagai rumusan tentang
pengertian strategi.
J.R. David dalam Wina Sanjaya mengemukakan, strategi
diartikan sebagai ” a plan, method, or series of actifities designed to achieves a
particular educational goal ”. Sedangkan Wina Sanjaya sendiri mengemukakan,
bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.[1]
Selanjutnya, Kemp menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada
dengan itu, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu
adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.[2]
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, ada dua hal yang
patut kita cermati, yaitu; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan atau rangkaian kegiatan, termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber dalam pembelajaran. Ini berarti baru sebatas penyusunan suatu
strategi sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai kepada
tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan strategi dalam bentuk penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
diarahkan bagaimana upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan
strategi, parlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya.
2. Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran
Rowntree
mengelompokkan ke dalam staregi penyampaian penemuan atau exposition-discovery, dan strategi pembelajaran kelompok dan
strategi pembelajaran invidual atau groups-individual
learning.[3]
Dalam
strategi penyampaian penemuan (exposition
discovery), materi pembelajaran disajikan kepada peserta didik dalam bentuk
jadi dan peserta didik hanya dituntut untuk menguasai bahan tersebut secara
utuh, bukan untuk mengolahnya. Dengan demikian, guru hanya berfungsi sebagai
pemberi informasi dan peserta didik sebagai penerima informasi. Sedangkan dalam
strategi pembelajaran kelompok dan invidual (groups-individual learning) bahan pelajaran dicari dan ditemukan
sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktifitas, sehingga tugas guru
lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing.
Strategi pembelajaran secara kelompok dilakukan secara
beregu. Sekelompok siswa dipandu oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk
belajar kelompok itu bisa dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ataupun
pembelajaran secara klasikal. Strategi belajar kelompok tidak memperhatikan
kecepatan belajar individual, setiap individu dipandang sama. Oleh karena itu,
dalam belajar kelompok dapat terjadi peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi akan terhambat oleh peserta didik yang berkemampuan lemah, sebaliknya
peserta didik yang memiliki kemampuan rendah akan merasa tergusur oleh peserta
didik yang berkemampuan tinggi.
Berbeda dengan strategi pembelajaran kelompok, strategi belajar individual dilakukan oleh
peserta didik secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan
pembelajaran seorang peserta didik sangat ditentukan oleh kemampuan individu
masing-masing. Bahan pembelajaran dan bagaimana langkah-langkah mempelajarinya
didesain untuk belajar sendiri. Misalnya belajar melalui modul, atau belajar
melalui media elektronic berupa kaset audio.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran
deduktif dan induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi
pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu
untuk kemudian dicari kesimpulan atau materi yang dipelajari dimulai dari
hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju kepada yang
kongkrit. Artinya mempelajari materi pelajaran dari yang umum kepada yang
khusus.
Sebaliknya, strategi pembelajaran induktif adalah strategi
pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari hal-hal kongrit atau
contoh-contoh terlebih dahulu dan kemudian secara perlahan-lahan peserta didik
dihadapkan pada materi yang kompleks dan sulit.
Artinya mempelajari materi pelajaran dari yang khusus kepada yang umum.
3. Pertimbangan
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan
baru. Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh
peserta didik, maka pada saat itu juga kita semestinya berfikir strategi apa
yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Hal ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan
menentukan bagaimana cara mencapainya. Justru itu, sebelum menentukan strategi
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, banyak pertimbangan yang harus
diperhatikan. Dr. Wina
Sanjaya[4]
menjelaskan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan strategi
pembelajaran, yaitu :
- Pertimbangan yang berhubungan dengan
tujuan yang ingin dicapai
·
Apakah tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai berkenaan dengan ranah kognitif, afektif atau psikomotor ?
·
Bagaimana kompleksitas tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah ?
·
Apakah untukmencapai tujuan itu
memerlukan keterampilan akademis ?
- Pertimbangan yang berhubungan dengan
materi pembelajaran
·
Apakah materi pembelajaran itu berupa
fakta, konsep, hukum atau teori tertentu ?
·
Apakah untuk mempelajari materi
pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
·
Apakah tersedia sumber yang cukup
untuk mempelajarai materi itu?
- Pertimbangan kondisi siswa
·
Apakah strategi pembelajaran sesuai
dengan tingkat kematangan peserta didik ?
·
Apakah strategi pembelajaran itu
sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik ?
·
Apakah strategi yang akan diterapkan
itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik ?
- Pertimbangan-pertimbangan lainnya
·
Apakah untuk mencapai tujuan hanya
cukup dengan satu strategi saja ?
·
Apakah strategi yang akan diterapkan
dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran ?
·
Apakah strategi itu memiliki nilai
efektif dan efisien ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan
strategi yang ingin diterapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan
dengan ranah kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk
mencapai tujuan ranah afektif dan psikomotor. Demikian juga halnya, untuk
mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari
bahan pembuktian suatu teori.
4. Komponen-komponen
Strategi Pembelajaran
a.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pengajaran merupakan acuan
yang digunakan untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga
tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran
dirumuskan sebelum proses pembelajaran berlangsung , dikarenakan tujuan ini
merupakan output yang diharapkan dalam prosess pembelajaran. Ketercapaian
tujuan ini pula yang menjadi indicator keberhasilan dalam suatu proses
pembelajaran. Tujuan dituangkan dalam tujuan pembelajaran dan dapat dievaluasi
ketercapaiannya. Tujuan pembelajaran
yang dimaksud menyangkut menyangkut
ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan ) dan psikomotorik (ketrampilan ).
Untuk mencapai tujuan dengan ranah yang berebeda-beda itu
diperlukan strategi pembelajaran yang berbeda-beda
b.
Guru
Guru berfungsi sbegai fasilitator,
mediator serta motivator siswa dalam belajar sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan,. Untuk melaksanakan tugasnya
guru wajib memilki kompetensi
yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional (UU no 14 th
2005).
Kemampuan guru dalam hal penguasaan
kompetensi berbeda beda, sehingga sangat berpengaruh pada kemempuan menyusun
strategi dalam pembelajarannya, meskipun pada materi yang sama. Dan kelas yang sama pula. Faktor guru sangat
berpengaruh dalam menentukan hasil pembelajaran oleh karena guru sangat
berperan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
c.
Peserta
Didik
Peserta didik adalah subyek yang
berkepentingan dan berkeinginan untuk belajar, serta yang akan memperoleh hasil belajar. Namun
demikian mereka adalah sosok individu
yang selalu berkembang dan memilki karakter serta latar belakang yang berbeda- beda, baik latar belakang sosial, ekonomi, keluarga, juga memiliki potensi yang
berbeda-beda pula. Secara pisik peserta didik juga mengalami perkembangan, pada kondisi usia
tertentu seorang guru harus mampu mebelajarkan siswa dengan strategi tertentu
pula.
d.
Materi
Pelajaran
Materi pelejaran merupakan bahan yang
akan dipelajari oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi / bahan ajar memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, oleh karena memerlukan strategi yang berbeda pula. Materi
pokok merupakan meteri essensial yang harus dikuasai siswa sedangkan materi
penunjang merupakan pengembangan untuk menambah wawasan dan pengayaan. Sumber
materi pelajaran dapat diperoleh dari buku pokok mata pelajaran, buku perpustakaan maupun
referensi lain, misalnya dari CD, media cetak/elektronik, internet, maupun sumber-sumber yang lain.
e.
Metode
Pengajaran
Metode
pengajaran merupakan cara guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Banyak cara guru membelajarkan kepada siswanya. Kadang-kadang cara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran sangat beragam, namun juga
banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan cara-cara yang selalu sama,
baik pada kelas, siswa maupun materi ajar yang berbeda.
Metode pembelajarn yang diberikan kepada siswa
sangat berdampak pada proses dan hasil belajar, Apabila guru mengajar hanya dengan metode yang selalu
sama maka siswa dan guru sama-sama jenuh dan cenderung membosankan, bagi siswa
tertentu kadang-kadan kurang dapat
menyerap hasil belajarnya, secara umum pembelajaran yang demikian cenderung
kuirang efektif. Oleh karena itu agar pembelajaran lebih efektif diperlukan
adanya metode yang lebih bervariasi antara lain :
1)
Metode Ceramah
bervariasi
Metode ini merupakan cara pembelajaran
yang dilakukan oleh guru secara lisan kepada siswa. Pada metode ini lebih
mengebangkan kemempuan siswa untuk mendengarkan namun juga kurang dapat
memberikan kesempatan siswa lebih kreatif, sebab siswa lebih banyak pada posisi
mendengarkan dan mencatat.
2)
Metode
Diskusi
Pada metode ini lebih banyak
melibatkan siswa untuk melakukan aktifitas, sehingga siswa terlatih menghargai
pendapat orang lain, kreatif serta merasa memiliki dalam proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan diskusi peran guru lebih banyak melakukan pengamatan dan mengendalikan jalannya diskusi sehingga
dapat mengatasi siswa yang suka menonjolkan
diri dan cendrung menguasai jalannya
diskusi, atau bagi anak yang kurang mampu dapat
dimotivasi untuk lebih terlibat di dalam diskusi.
3)
Metode
Pemberian Tugas
Pemberian tugas sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan pada
materi tertentu, dengan pemberian tugas siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri
dan mendalam di rumah atau di kelas dengan mendapatkan perhatian khsusus dan
bimbingan dari guru secara individual.
4)
Metode
Latihan (Drill)
Pada
pembelajaran dengan drill siswa lebih banyak diberikan latihan baik secara
tertulis maupun menghafal. Metode ini lebih banyak diberikan kepada siswa dalam bentuk tugas mandiri dan dalam waktu yang cukup.
5)
Metode
Penemuan (Inquiry)
Pengetahuan
dan ketrampilan siswa tidak hanya berupa hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi juga diarahkan
untuk mengemukakan hasil penemuan sendiri sesuai
dengan materi pembelajaran.
6)
Metode
Bertanya (Questioning)
Proses
bertanya diterapkan dalam proses interaksi
antara siswa dengan siswa,
siswa dengan guru dan siswa dengan orang lain yang didatangkan ke dalam kelas.
7)
Metode
Pemodelan (Modelling)
Guru
bukanlah satu-satunya model yang dapat dijadikan sumber belajar di dalam kelas,
melainkan juga dapat digantikan dengan teman sebaya, ahli
lain bahkan juga dapat memanfaat siswa dari kelas lain.
Selain beberapa macam metode pembelajaran tersebut di atas, juga telah
banyak ditemukan pendekatan pembelajaran, misalnya pendekatan CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif), PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), Quantum
Teaching and Quantum Learning,
Contekstual Teaching and Learning (CTL) dan masih banyak lagi model-model
pendekatan lain. Apapun namanya pendekatan pembelajaran, pada prinsipnya pembelajran diharapkan lebih banyak melibatkan siswa dalam
proses, guru mau dan mampu merefleksi diri dari hasil prosesnya
dengan mengetahui segala kekurangan dan kelebihannya. Selanjutnya guru mampu untuk bertanya dan berdiskusi sesama teman atau yang lain dan mau menerima
usul perbaikan sebagai upaya peningkatan mutu proses pembelajaran berikutnya.
f.
Media
Pengajaran
Media
meruapakan sarana yang disediakan untuk sarana pembelajaran agar pembelajaran
dapat efektif. Kemampuan seorang guru
memilih, menciptakan dan menggunakan media / dan sumber belajar perlu dikuasai.
Ketercapaian daya serap siswa dalam proses pembelajaran
berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lain, karena setiap individu
memilki kemampuan individu yang berbeda dan memilki gaya belajar yang berbeda
pula. Penggunaan media dan
peraga sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menangkap penjelasan guru.
Dalam hal media dan peraga ini guru diharapkan
mampu mememilih dan menciptakan serta menggunakan media yang sesuai dengan
kondisi siswa, kondisi bahan ajar serta kondisi kemampuan sekolah dan
lingkungan. Sesuai konsep pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, maka
pemanfaatan lingkungan sangat tepat untuk dijadikan sebagai salah satu sumber
belajar., serta mampu memanfaatkan perpustakaan.Pemilihan ,media pembelajaran
sangat mempengaruhi strategi pembelajaran yang dirancang guru.
g.
Administrasi
dan finansial.
Administrasi dan financial meliputi gedung atau ruang
belajar, pengaturan jadwal ketersediaan buku, media kondisi kenyamanan kelas,
keindahan dan kesejukan suasana dalam belajar sangat berpengaruh dalam belajar.
Dari itulah diperlukan
strategi pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan lingkungan fisik yang ada.
Oleh karena itu pada penulisan ini akan
dipakai istilah metologi pembelajaran dan selanjutnya istilah pembelajaran
lebih banyak digunakan dalam dunia pendidikan karena dengan pembelajaran siswa
lebih banyak diberi ruang gerak dalam kegiatan belajar mengajar.
[1] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2008), Cet. V, h. 126
[2] Ibid
[3] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar