Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2018

METODE-METODE PEMBELAJARAN


Analisis singkat tentang masing-masing metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.  Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksankan oleh guru. Ceramah adalah bahan penuturan  pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaan betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya. Cara mengajar ceramah bisa juga dikatakan sebagai metode kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan dan informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.[1]
Menurut Basyiruddin Usman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah, yaitu :
a.       Jumlah murid terlampau banyak sehingga sulit menyampaikan metode lain. Kalau jumlah murid sedikit maka perlu dicari metode-metode lain yang lebih efektif seperti metode tanya jawab, diskusi dan sebagainya.
b.      Bahan yang disampaikan merupakan topik baru yang mengandung informasi, penjelasan dan uraian.
c.       Tidak ditemui bahan yang disampaikan itu dalam buku yang akan dipergunakan murid sebagai pedoman. Apabila bahan yang akan di sampaikan itu terdapat dalam buku murid, sebaiknya murid disuruh membaca dalam hati untuk memperoleh keterangan dan uraian.
d.      Guru seorang pembicara yang mahir, bersemangat serta dapat menarik dan merangsang perhatian siswa. Apabila guru berbicara terlampau pelan akan menyebabkan murid mengantuk, kalau guru berbicara dengan keras akan mengakibatkan murud kurang memperhatikan.
e.       Guru menyimpulkan pokok-pokok yang penting dari ceramah yang diberikan, sehingga murid-murid dapat melihat hubungan pokok-pokok masalah itu.
f.       Bahan yang akan diajarkan terlalu banyak sedangkan waktu terbatas
g.      Dalam memberikan gambaran/ilustrasi terhadap bahan pelajaran dan kata-kata tertentu seperti, sanjak, gambar diagram dan lain sebagainya, metode ceramah tepat dipergunakan.
h.      Untuk menumbuhkan serta menananm apresiasi/penghayatan terhadap isi sanjak, puisi waktu orang dan sebagainya, dengan metode ceramah juga bisa disampaikan.
i.        Apabila tidak ada alat-alat yang lain kecuali bahasa lisan.[2]

Ramayulis juga mengemukakan beberapa keuntungan dan kelemahan metode ceramah. Adapun keuntungan menggunakan metode ceramah yaitu :[3]
a.       Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktifitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus.
b.      Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus.
c.       Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dengan waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
d.      Fleksibel dalam penggunaaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahan saja. Bila materi sedikit sedangkan waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.

Sedangkan kelemahan metode ceramah ini, menurutnya yaitu :[4]
a.       Interaksi cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada guru).
b.      Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.
c.       Pada siswa dapat berbentuk konsep-konsep yang lain dari apa yang dimaksudkan guru.
d.      Sering sukar ditangkap maksudnya, bila ceramah berisi istilah-istilah yang tidak atau kurang dimengerti siswa sehingga mengarah pada verbalisme.
e.       Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan untuk mengeluarkan pendapat sendiri.
f.       Bilamana guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam tempo yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kemampuan penerimaan siswa.
g.      Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur di hati mereka.

Untuk mengatasi kelemahan metode ceramah di atas, juga terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu :[5]
a.       Untuk menghilangkan kesalah pahaman bagi siswa tentang materi yang diberikan, diberi penjelasan dengan keterangan-keterangan, gerak-gerik memberikan contoh atau dengan memakai alat peraga.
b.      Selingilah metode ceramah dengan metode lain untuk menghilangkan kebosanan anak-anak.
c.       Susunlah ceramah itu secara sistematis.
d.      Dalam menerangkan pelajaran hendaknya digunakan kata-kata yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami oleh para siswa.
e.       Gunakan alat visualisasi seperti penggunaan papan tulis dan media lainnya yang tersedia untuk menjelaskan pokok bahasan yang disampaikan.
f.       Adakan rekapitulasi dan ulang kembali rumusan-rumusan yang dianggap penting. Maksud rekapitulasi tersebut adalah mengingat kembali dengan contoh-contoh, keterangan-keterangan, fakta-fakta, dan sebagainya.

2.  Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya, siswa menjawab, atau siswa bertanya, guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.[6]
Metode tanya jawab disebut juga metode hiwar (dialog), yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik mengarah pada tujuan tertentu.[7] Demikianlah kedua belah pihak saling bertukar pendapat tentang suatu perkara tertentu. Kadangkala keduanya sampai kepada suatu kesimpulan, atau mungkin pula salah satu pihak tidak merasa puas dengan pembicaraan yang lain. Namun demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap baginya.
Seperti halnya metode ceramah, metode tanya jawab juga memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaannya. Adapun keuntungan dari penggunaan metode tanya jawab yaitu :[8]
a.       Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
b.      Guru dapat dengan segera mengetahui kemejuan peserta didiknya dari bahan yang telah diberikannya.
c.       Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari peserta didik dapat mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.

Sedangkan kelemahan penggunaan metode tanya jawab, yaitu :[9]
a.       Pemakaian waktu lebeh banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan.
b.      Mungkin terjadi perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik. Hal ini terjadi karena pengalaman peserta didik berbeda dengan guru. Kalau hal ini terjadi guru dan peserta didik harus dapat membuktikan kebenaran jawaban-jawabannya.
c.       Sering terjadi penyelewengan dari masalah pokok. Karena pertanyaan terlalu sulit dan kurang dipahami oleh peserta didik, maka kadang-kadang jawaban peserta didik menyimpang dari persoalan. Kalau terjadi hal seperti itu guru harus menjaga supaya jangan timbul persoalan yang baru dengan jalan mengusahakan baik supaya perhatiannya tetuju pada masalah semula. Kalau perlu boleh berubah susunan pertanyaannya atau memperinci pokok persoalan dalam beberapa perincian.
d.      Apabila peserta didik terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran kepada setiap peserta didik.

3.   Metode Diskusi
Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau tipik yang sedang dibahas. Dalam diskusi, setiap siswa diharapkan memberikan sumbangan fikiran, sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut berkenaan dengan masalah tersebut. Dengan sumbangan dari setiap siswa, kelompok diharapkan akan maju dari satu pikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah, sampai dihasilkannya pemikiran yang lengkap mengenai permasalahan atau topik yang dibahas.
4.   Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu prises atau suatu peristiwa tertentu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan lebih banyak dari pihak guru.
Penggunaan metode demonstrasi juga memiliki beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun kebaikan metode demonstrasi adalah :[10]
a.       Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik di ikut sertakan.
b.      Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.
c.       Pelajaran yang diberikan tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru, tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu demonstrasi.
d.      Pengertian lebih cepat dicapai peserta didik dalam menanggapi suatu proses adalah dengan mempergunakan alat pendengar, pengrlihatan, dan bahkan dengan perbuatannya sehingga memudahkan pemahaman peserta didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam belajar.
e.       Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang dianggap penting oleh guru dapat diamati oleh peserta didik seperlunya. Sewaktu demonstrasi perhatian peserta didik hanya bertuju kepada suatu yang didemonstrasikan sebab peserta didik lebih banyak diajak mengamati proses yang sedang berlangsung daripada hanya semata-mata mendengar saja.
f.       Mengurangi kesalahan-kesalahan. Penjelasan secara lisan banyak menimbulkan salah paham atau salah tafsir dari peserta didik apalagi kalau penjelasan tentang suatu proses. Tetapi dalam dmonstrasi, disamping penjelasan dengan lisan, juga dapat memeberikan jawaban konkrit.
g.      Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam diri peserta didik dapat menjawab pada waktu peserta didik mengamati proses demonstrasi.
h.      Menghindari “coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu belajar, di samping praktis dan fungsional, khususnya bagi peserta didik yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau jalannya sesuatu.

Sedangkan kelemahan penggunaan metode dmonstrasi ini adalah :
a.       Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik, untuk itu perlu persiapan yang matang.
b.      Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu, dan peralatan yang cukup.[11]
5.   Metode Eksperimen
Jika dalam metode demonstrasi, keaktifan lebih banyak pada pihak guru, metode eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Eksperimen sering dilakukan dalam pengajaran bidang studi IPA, dimana metode ini merupakan unsur pokok dalam pendekatan inquiry dan discovery (belajar dengan menemukan). Misalnya, dibangku setiap peserta didik diletakkan segelas air, kemudian ke dalam gelas itu dimasukkan sesendok gula. Kemudian apa yang terjadi, gula itu melarut dan menghilang dalam air, sedangkan zatnya tetap ada.
Metode eksperimen ini juga memiliki beberapa kuntungan dan kelemahan. Adapun keuntungan menggunakan metode ini adalah :
a.       Menambah keaktifn peserta didik  berbuat dan memecahkan sendiri.
b.      Dapat melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah.
c.       Pengertian peserta didik menjadi luas.[12]
Sedangkan kelemahan metode eksperimen ini adalah :
a.      Tidak semua bahan pelajaran  dapat dieksperimenkan.
b.      Peserta didik yang terlalu mudah atau sedikit sekali pengalamannya, tidak akan dapat melaksanakan eksperimen secara baik.[13]
6.   Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Yang dimaksud dengan pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik mempertanggung jawabkannya.[14] Metode ini dimasukkan untuk memberi kesempatan kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan keliping dan sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan individual ataupun kerja kelompok, dan dapat merupakan unsur penting dalam pendekatan pemecahan masalah atau problem solving.
Metode pemberian tugas dan resitasi ini juga memiliki keuntungan dan kelemahan. Diantara keuntungan menggunakan metode ini adalah :
a.       Peserta didik dalam membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan
b.      Meringankan tugas guru yang diberikan
c.       Dapat mempertebal rasa tanggung jawab. Karena hasil-hasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan dihadapan guru-guru
d.      Memupuk anak agar mereka dapat berdiri sendiri tanpa mengaharapkan bantuan orang lain
e.       Mendorong peserta didik supaya suka berlomba-lomba untuk mencapai sukses
f.       Hasil pelajaran akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik
g.      Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan peserta didik
h.      Waktu yang dipergunakan tak terbatas sampai pada jam-jam sekolah.[15]

Sedangkan kelemahan penggunaan mtode resitasi ini adalah :
a.       Peserta didik yang terlalu bodoh sukar sekali belajar
b.      Kemungkinan tugas yang diberikan tetapi dikerjakan oleh orang lain
c.       Kadang-kadang peserta didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya, sehingga pengalamannya sendiri tidak ada.
d.      Bila tugas terlalu sering dilakukan oleh murid akan mengakibatkan : (I) terganggunya kesehatan peserta didik, karena mereka kembali dari sekolah selalu melakukan tugas sehingga waktu bermain tidak ada, (2) menyebabkan peserta didik asal mengerjakan saja, karena mereka menganggap tugas-tugas tersebut membosankan.
e.       Mencari tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan setiap individu sulit, jalan pelajaran lambat, dan memakan waktu yang lama.
f.       Kalau peserta didik terlalu banyak kadang-kadang guru tidak sanggup memeriksa tugas-tugas peserta didik tersebut.[16]

7.  Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam mengerjakan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa diberi berbagai peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta mendiskusikannya di dalam kelas.
Beberapa metode pembelajaran di atas adalah yang sering digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didiknya. Guru tidak hanya dituntut mampu memilih metode yang tepat, akan tetapi juga dituntut memiliki keterampilan menggunakan metode tersebut dalam berinteraksi. Kedua kemampuan tersebut sama efektif untuk kelancaran strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam peroses pembelajaran.
8.   Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah cara penyajian pelajaran, dengan membawa siswa ke luar untuk mempelajari berbagai sumber belajar  yang terdapat di luar kelas. Istilah lain yang juga digunakan sama maksudnya dengan karya wisata adalah widyawisata dan study tour.[17]
Metode karyawisata ini sering dinilai sebagai bentuk pengajaran modern, yaitu bahwa pengajaran bukan hanya berlangsung di ruang kelas, melainkan juga di luar kelas. Pelaksanaan karyawisata ini didasarkan pada pandangan, bahwa pendidikan yang terdapat di sekolah tidak dapat dilepaskan dari berbagai kemajuan yang terdapat di masyarakat. Dengan Karyawisata ini para siswa akan mendapatkan wawasan dan pengalaman yang luas dan selanjutnya dapat digunakan untuk memperkaya pengajaran yang terdapat di sekolah.
Karyawisata dinilai sebagai metode pengajaran yang memiliki banyak kelebihan, yang antara lain menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, menjadikan apa yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan, dapat meransang kreativitas anak didik, memperluas informasi sebagai bahan pengajaran, serta mendorong siswa untuk mencari dan mengolah sendiri bahan pengajaran. Karyawisata juga dapat membuat siswa lebih senang dan menyegarkan kembali (refreshing) dari kejenuhan yang terjadi dari akibat belajar terus-menerus dalam kelas.
Sedangkan kekuranganya antara lain memerlukan waktu yang panjang, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, koordinasi yang terkadang tumpang-tindih, sering lebih didominasi oleh unsur rekreasinya, kesulitan dalam mengatur para siswa dalam perjalanan, pemondokan dan sebagainya, serta memerlukan tanggung jawab, biaya, dan perhatian yang lebih besar.
9.   Metode Penugasan
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan. Penugasan yang diberikan tersebut bentuk latihan agar suatu saat para peserta didik dapat melaksanakan tugas yang sesungguhnya di masyarakat. Tugas-tugas tersebut antara lain membuat laporan (report) ringkasan (resume) beberapa halaman dari topik, bab atau buku tertentu, membuat makalah, menjawab pertanyaan, mengadakan observasi atau wawancara, mengadakan latihan, mendemonstrasikan sesuatu, atau menyelesaikan pekerjaan tertentu.[18]


10. Metode Pemecahan Masalah
Metode Pemecahan Masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh peserta didik. Permasalahan tersebut dapat dianjurkan oleh guru, atau diajukan oleh guru dan peserta didik, atau dari peserta didik sendiri, kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan belajar peserta didik. Pemersalahan tersebut dirumuskan dari pokok bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran.
Metode pemecahan masalah ini dapat pula dinamai problem solving method, reflecting thingking method, atau scientific method. Metode pemecahan masalah ini erat pula kaitannya dengan metode proyek, metode diskusi, metode penemuan, serta metode eksperimen. Berbagai metode tersebut pada hakikatnya sama, yaitu bertolak dari suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan bimbingan guru.
11. Metode Simulasi
Metode Simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mengunakan situasi tiruan atau berpura-pura dalam proses belajar, dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Dalam praktiknya metode simulasi dapat mengambil bentuk bermain peran, seperti seorang murid perempuan bermain peran sebagai ibu, atau murid laki-laki bermain peran sebagai ayah. Selain itu, simulasi dapat pula mengambil bentuk permainan sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing-masing memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan. Simulasi tersebut kemudian di analisis bersama untuk diketahui pesan ajaran yang terkandung di dalamnya dan disimpulkan.
Sebagai sebuah metode pengajaran, simulasi memiliki kelebihan antara lain dapat memupuk daya cipta, menimbulkan minat dan gairah belajar, sebagai bekal mental dan keterampilan untuk menghadapi masalah yang sebenarnya, terbiasa dalam menanggapi dan bertindak secara spontan, memupuk keberanian dan kemantapan dalam penampilan, memperkaya pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalaman langsung, berkesempatan untuk menyalurkan perasaan, bakat dan hobi yang terpendam, serta belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain.
Sedangkan, kekurangan metode simulasi ini antara lain pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya, terjadinya perubahan fungsi belajar menjadi alat hiburan  ketimbang alat pengajaran, terkadang menimbulkan kesan kaku, timbulnya hambatan emosional pada peserta didik, seperti rasa malu, ragu-ragu, dan takut, mengharuskan adanya guru yang lebih terbuka dan demokratis, menuntut imajinasi peserta didik dan guru yang memadai, serta memerlukan pengelompokan peserta didik yang lebih fleksibel.[19]
12. Metode Penemuan (Discovery-Inquiry)
Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka menemukan sesuatu yang diperlukan untuk pengembangan, penyempurnaan dan perbaikan konsep. Temuan tersebut dapat berupa penemuan terhadap inti sel, kecepatan, panas, energi, zat, reaksi, masyarakat, demokrasi, tragedi, dan sebagainya.
Untuk dapat melaksanakan metode penemuaan ini diperlukan langkah persiapan, antara lain penemuan masalah yang akan ditemukan, peralatan yang diperlukan, laboratorium, bahan-bahan habis pakai, petugas pedamping, instruktur, dan lain sebagainya.
Kelebihan metode penemuan ini hampir sama dengan metode diskusi, simulasi dan lainnya sebagaimana tersebut di atas. Namun metode ini juga dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan bagi guru dan para peserta didik, karena telah menemukan sesuatu yang dapat disumbangkan bagi kepentingan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Sedangkan kelemahan metode ini antara lain adanya kekurangsiapan pada guru dan peserta didik, peralatan yang terbatas, biaya yang besar, waktu yang lebih luas, serta kemampuan teknis lainnya.[20]
13. Metode Proyek atau Unit
Metode Proyek atau Unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi. Segi yang berhubungan sehingga pemecahannya dapat dilakukan secara keseluruhan dan bermakna.
Berbagai langkah persiapan dalam pelaksanaan metode proyek, atau unit ini pada prinsipnya hampir sama dengan persiapan dalam pelaksanaan metode-metode lainnya sebagaimana tersebut di atas.
Kelebihan dari metode proyek atau unit ini antara lain, dapat memberikan wawasan yang luas dan mendalam kepada para peserta didik tentang suatu masalah, mendidik berpikir sistematis dan mendetail, melatih kesabaran dalam menemukan masalah.
Sedangkan kekurangannya antara lain adanya peserta didik yang kurang siap baik secara mental maupun teknis, banyak membutuhkan waktu, biaya, sarana prasarana, dan sebagainya yang terkadang kurang dapat di penuhi oleh penyelenggara pendidikan. Dengan adanya berbagai kendala ini, maka metode proyek atau unit ini terkadang jarang digunakan.


a.     Sumber dan Alat Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi atau penjelasan, berupa defenisi, teori, konsep dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran. Pada pembelajaran tradisional, sumber pembelajaran masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru ditambah sedikit dari buku. Sedangkan sumber belajar lainnya belum mendapatkan perhatian, sehingga aktivitas belajar kurang berkembang.[21] Dengan demikian, kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada guru (teacher centrally). Sementara para siswa hanya mendengarkan, mencatat, memahami dan menghafal informasi atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai menyatakan bahwa sumber pembelajaran adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar. Sumber belajar dapat sengaja dirancang atau dibuat untuk membantu pembelajaran, biasanya disebut ”learning resource by design” (sumber belajar yang dirancang), misalnya buku, brosur, film dan sebagainya. Sumber pembelajaran yang lain yang membantu proses belajar siswa adalah sumber belajar walaupun tidak senagaja dirancang untuk pembelajaran tetapi dapat dimanfaatkan langsung untuk itu. Sumber belajar jenis ini disebut ”learning resource by utilization” (sumber belajar yang dimanfaatkan), misalnya perkebunan, tanaman, pasar, masjid, gambar, kalender, dan lain sebagainya yang ada di lingkungan siswa.[22]
Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar semakin berkembang, seiring dengan terjadinya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas manusia. Sumber belajar yang bukan manusia, melainkan peralatan yang dibuat manusia yang selanjutnya menjadi penyambung lidah keinginan manusia biasanya disebut media.
Sumber belajar pada masa sekarang dan juga dahulu, sesungguhnya sangat banyak sekali terdapat dimana-mana, di sekolah, halaman, pusat kota, pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran dan pengajaran tersebut amat tergantung pada waktu dan biaya yang tersedia, kreativitas guru serta kebijakan-kebijakan lainnya.[23]
Adapun alat pengajaran adalah setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan efesiensi pengajaran. Karena sifatnya yang demikian itu, maka sebagian orang ada yang berpendapat atau menyebutkan alat pengajaran sebagai sarana belajar atau sarana pengajaran. Alat pengajaran ini juga termasuk bagian dari sumber pengajaran, karena dapat memengaruhi tingkah  laku para siswa.[24]


[1] Ibid., h. 106
[2] Basyiruddin Usman, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Padang : IAIN IB Press 1999), h.  40
[3] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2004), cet, ke-4, h.  235
[4] Ibid., h. 235-236
[5] Ibid., h. 236-237
[6]  R. Ibrahim dan Nana Syaodih Sukmadinata, loc. cit., h. 105
[7] Ramayulis. op. cit., h. 216
[8] Ibid., h. 244
[9] Ibid
[10] Ibid., h. 246
[11]  Ibid
[12] Ibid., h. 251
[13] Ibid
[14] Ibid., h. 293
[15] Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 1987), h.  145
[16] Ramayulis, op. cit., h. 296
[17] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 184
[18] Ibid., h. 186
[19] Ibid., h. 193
[20] Ibid., h. 195
[21] Sudirman, dkk, op. cit., h, 203
[22] Nana Sudjana dalam Tim MKDK Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, op. cit., h. 163
[23] Abuddin Nata, Persfektif Islam..., op. cit., h. 296
[24] Ibid., h. 301

Tidak ada komentar: