Analisis singkat
tentang masing-masing metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Metode Ceramah
Metode
ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama
dilaksankan oleh guru. Ceramah adalah bahan penuturan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak
senantiasa jelek bila penggunaan betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya. Cara
mengajar ceramah bisa juga dikatakan sebagai metode kuliah, merupakan suatu
cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan dan informasi atau
uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.[1]
Menurut
Basyiruddin Usman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ceramah, yaitu :
a. Jumlah murid
terlampau banyak sehingga sulit menyampaikan metode lain. Kalau jumlah murid
sedikit maka perlu dicari metode-metode lain yang lebih efektif seperti metode
tanya jawab, diskusi dan sebagainya.
b. Bahan yang
disampaikan merupakan topik baru yang mengandung informasi, penjelasan dan
uraian.
c. Tidak ditemui bahan
yang disampaikan itu dalam buku yang akan dipergunakan murid sebagai pedoman.
Apabila bahan yang akan di sampaikan itu terdapat dalam buku murid, sebaiknya
murid disuruh membaca dalam hati untuk memperoleh keterangan dan uraian.
d. Guru seorang
pembicara yang mahir, bersemangat serta dapat menarik dan merangsang perhatian
siswa. Apabila guru berbicara terlampau pelan akan menyebabkan murid mengantuk,
kalau guru berbicara dengan keras akan mengakibatkan murud kurang
memperhatikan.
e. Guru menyimpulkan
pokok-pokok yang penting dari ceramah yang diberikan, sehingga murid-murid
dapat melihat hubungan pokok-pokok masalah itu.
f. Bahan yang akan
diajarkan terlalu banyak sedangkan waktu terbatas
g. Dalam memberikan
gambaran/ilustrasi terhadap bahan pelajaran dan kata-kata tertentu seperti,
sanjak, gambar diagram dan lain sebagainya, metode ceramah tepat dipergunakan.
h. Untuk menumbuhkan
serta menananm apresiasi/penghayatan terhadap isi sanjak, puisi waktu orang dan
sebagainya, dengan metode ceramah juga bisa disampaikan.
Ramayulis
juga mengemukakan beberapa keuntungan dan kelemahan metode ceramah. Adapun keuntungan menggunakan metode ceramah yaitu :[3]
a.
Suasana
kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktifitas yang sama,
sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus.
b.
Tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat
murid dapat menerima pelajaran sekaligus.
c.
Pelajaran
bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dengan waktu yang sedikit dapat
diuraikan bahan yang banyak.
d.
Fleksibel
dalam penggunaaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas
dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahan saja. Bila materi sedikit sedangkan
waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.
Sedangkan kelemahan metode ceramah ini, menurutnya yaitu
:[4]
a.
Interaksi
cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada guru).
b.
Guru
kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan
ceramah.
c.
Pada siswa
dapat berbentuk konsep-konsep yang lain dari apa yang dimaksudkan guru.
d.
Sering
sukar ditangkap maksudnya, bila ceramah berisi istilah-istilah yang tidak atau
kurang dimengerti siswa sehingga mengarah pada verbalisme.
e.
Tidak
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan untuk
mengeluarkan pendapat sendiri.
f.
Bilamana
guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam tempo yang terbatas,
menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kemampuan penerimaan siswa.
g.
Cenderung
membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang memperhatikan
faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur di
hati mereka.
Untuk mengatasi kelemahan metode
ceramah di atas, juga terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu :[5]
a.
Untuk
menghilangkan kesalah pahaman bagi siswa tentang materi yang diberikan, diberi penjelasan
dengan keterangan-keterangan, gerak-gerik memberikan contoh atau dengan memakai
alat peraga.
b.
Selingilah
metode ceramah dengan metode lain untuk menghilangkan kebosanan anak-anak.
c. Susunlah ceramah itu
secara sistematis.
d. Dalam menerangkan
pelajaran hendaknya digunakan kata-kata yang sederhana, jelas, dan mudah
dipahami oleh para siswa.
e. Gunakan alat visualisasi
seperti penggunaan papan tulis dan media lainnya yang tersedia untuk
menjelaskan pokok bahasan yang disampaikan.
f. Adakan rekapitulasi
dan ulang kembali rumusan-rumusan yang dianggap penting. Maksud rekapitulasi
tersebut adalah mengingat kembali dengan contoh-contoh, keterangan-keterangan,
fakta-fakta, dan sebagainya.
2. Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dan siswa. Guru bertanya, siswa menjawab, atau siswa bertanya, guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru dengan siswa.[6]
Metode
tanya jawab disebut juga metode hiwar (dialog), yaitu percakapan silih berganti
antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik mengarah
pada tujuan tertentu.[7] Demikianlah kedua belah pihak saling bertukar pendapat tentang suatu
perkara tertentu. Kadangkala keduanya sampai kepada suatu kesimpulan, atau
mungkin pula salah satu pihak tidak merasa puas dengan pembicaraan yang lain.
Namun demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap baginya.
Seperti
halnya metode ceramah, metode tanya jawab juga memiliki beberapa keuntungan dan
kelemahan dalam penggunaannya. Adapun keuntungan dari penggunaan metode tanya jawab yaitu :[8]
a. Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
b. Guru dapat dengan
segera mengetahui kemejuan peserta didiknya dari bahan yang telah diberikannya.
c. Pertanyaan-pertanyaan
yang sulit dan agak baik dari peserta didik dapat mendorong guru untuk memahami
lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.
a. Pemakaian waktu lebeh
banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat
dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tak
dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan.
b. Mungkin terjadi
perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik. Hal ini terjadi karena
pengalaman peserta didik berbeda dengan guru. Kalau hal ini terjadi guru dan
peserta didik harus dapat membuktikan kebenaran jawaban-jawabannya.
c. Sering terjadi
penyelewengan dari masalah pokok. Karena pertanyaan terlalu sulit dan kurang dipahami oleh peserta didik,
maka kadang-kadang jawaban peserta didik menyimpang dari persoalan. Kalau
terjadi hal seperti itu guru harus menjaga supaya jangan timbul persoalan yang
baru dengan jalan mengusahakan baik supaya perhatiannya tetuju pada masalah
semula. Kalau perlu boleh berubah susunan pertanyaannya atau memperinci pokok
persoalan dalam beberapa perincian.
d. Apabila peserta didik
terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran kepada setiap peserta didik.
3. Metode Diskusi
Metode
diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang
lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau tipik yang sedang
dibahas. Dalam diskusi, setiap siswa diharapkan memberikan sumbangan fikiran,
sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut berkenaan dengan masalah
tersebut. Dengan sumbangan dari setiap siswa, kelompok diharapkan akan maju
dari satu pikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah, sampai
dihasilkannya pemikiran yang lengkap mengenai permasalahan atau topik yang
dibahas.
4. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif, sebab membantu para
siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu prises atau suatu
peristiwa tertentu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang
memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan lebih
banyak dari pihak guru.
Penggunaan
metode demonstrasi juga memiliki beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun
kebaikan metode demonstrasi adalah :[10]
a. Keaktifan peserta
didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik di ikut sertakan.
b. Pengalaman peserta
didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu
demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.
c. Pelajaran yang
diberikan tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, peserta didik bukan saja
mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru, tetapi juga memperhatikannya
bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu demonstrasi.
d. Pengertian lebih
cepat dicapai peserta didik dalam menanggapi suatu proses adalah dengan mempergunakan
alat pendengar, pengrlihatan, dan bahkan dengan perbuatannya sehingga
memudahkan pemahaman peserta didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam
belajar.
e. Perhatian peserta
didik dapat dipusatkan dan titik yang dianggap penting oleh guru dapat diamati
oleh peserta didik seperlunya. Sewaktu demonstrasi perhatian peserta didik
hanya bertuju kepada suatu yang didemonstrasikan sebab peserta didik lebih
banyak diajak mengamati proses yang sedang berlangsung daripada hanya
semata-mata mendengar saja.
f. Mengurangi
kesalahan-kesalahan. Penjelasan secara lisan banyak menimbulkan salah paham
atau salah tafsir dari peserta didik apalagi kalau penjelasan tentang suatu
proses. Tetapi dalam dmonstrasi, disamping penjelasan dengan lisan, juga dapat
memeberikan jawaban konkrit.
g. Beberapa masalah yang
menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam diri peserta didik dapat menjawab
pada waktu peserta didik mengamati proses demonstrasi.
h. Menghindari
“coba-coba dan gagal” yang banyak memakan waktu belajar, di samping praktis dan
fungsional, khususnya bagi peserta didik yang ingin berusaha mengamati secara
lengkap dan teliti atau jalannya sesuatu.
Sedangkan kelemahan penggunaan metode dmonstrasi ini adalah :
a. Metode ini
membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik, untuk itu perlu persiapan
yang matang.
5. Metode Eksperimen
Jika dalam
metode demonstrasi, keaktifan lebih banyak pada pihak guru, metode eksperimen
langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban
terhadap permasalahan yang diajukan. Eksperimen sering dilakukan dalam
pengajaran bidang studi IPA, dimana metode ini merupakan unsur pokok dalam
pendekatan inquiry dan discovery (belajar dengan menemukan). Misalnya, dibangku
setiap peserta didik diletakkan segelas air, kemudian ke dalam gelas itu
dimasukkan sesendok gula. Kemudian apa yang terjadi, gula itu melarut dan
menghilang dalam air, sedangkan zatnya tetap ada.
Metode
eksperimen ini juga memiliki beberapa kuntungan dan kelemahan. Adapun keuntungan menggunakan metode ini adalah :
a.
Menambah
keaktifn peserta didik berbuat dan
memecahkan sendiri.
b.
Dapat
melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah.
c.
Pengertian
peserta didik menjadi luas.[12]
Sedangkan kelemahan metode eksperimen
ini adalah :
a. Tidak semua bahan pelajaran dapat dieksperimenkan.
b. Peserta didik yang terlalu mudah atau sedikit
sekali pengalamannya, tidak akan dapat melaksanakan eksperimen secara baik.[13]
6. Metode Pemberian
Tugas dan Resitasi
Yang dimaksud dengan pemberian tugas
dan resitasi adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada peserta didik mempertanggung jawabkannya.[14] Metode
ini dimasukkan untuk memberi kesempatan kepada siswa melakukan tugas/kegiatan
yang berhubungan dengan pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan
keliping dan sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan
individual ataupun kerja kelompok, dan dapat merupakan unsur penting dalam
pendekatan pemecahan masalah atau problem solving.
Metode pemberian tugas dan resitasi
ini juga memiliki keuntungan dan kelemahan. Diantara keuntungan menggunakan metode ini adalah :
a. Peserta didik dalam
membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan
b.
Meringankan
tugas guru yang diberikan
c.
Dapat mempertebal
rasa tanggung jawab. Karena hasil-hasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan
dihadapan guru-guru
d. Memupuk anak agar
mereka dapat berdiri sendiri tanpa mengaharapkan bantuan orang lain
e. Mendorong peserta
didik supaya suka berlomba-lomba untuk mencapai sukses
f. Hasil pelajaran akan
tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik
g. Dapat memperdalam
pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan peserta didik
Sedangkan
kelemahan penggunaan mtode resitasi ini adalah :
a. Peserta didik yang
terlalu bodoh sukar sekali belajar
b. Kemungkinan tugas
yang diberikan tetapi dikerjakan oleh orang lain
c. Kadang-kadang peserta
didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya, sehingga pengalamannya sendiri
tidak ada.
d. Bila tugas terlalu
sering dilakukan oleh murid akan mengakibatkan : (I) terganggunya kesehatan
peserta didik, karena mereka kembali dari sekolah selalu melakukan tugas
sehingga waktu bermain tidak ada, (2) menyebabkan peserta didik asal
mengerjakan saja, karena mereka menganggap tugas-tugas tersebut membosankan.
e. Mencari tugas-tugas
yang sesuai dengan kemampuan setiap individu sulit, jalan pelajaran lambat, dan
memakan waktu yang lama.
f. Kalau peserta didik
terlalu banyak kadang-kadang guru tidak sanggup memeriksa tugas-tugas peserta
didik tersebut.[16]
7. Metode Sosiodrama
Metode
sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam
mengerjakan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
hubungan sosial dengan orang-orang dilingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa diberi berbagai peran tertentu dan
melaksanakan peran tersebut, serta mendiskusikannya di dalam kelas.
Beberapa
metode pembelajaran di atas adalah yang sering digunakan oleh guru dalam
melakukan interaksi dengan peserta didiknya. Guru tidak hanya dituntut mampu
memilih metode yang tepat, akan tetapi juga dituntut memiliki keterampilan
menggunakan metode tersebut dalam berinteraksi. Kedua kemampuan tersebut sama
efektif untuk kelancaran strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam
peroses pembelajaran.
8. Metode Karyawisata
Metode
karya wisata adalah cara penyajian pelajaran, dengan membawa siswa ke luar
untuk mempelajari berbagai sumber belajar
yang terdapat di luar kelas. Istilah lain yang juga digunakan sama
maksudnya dengan karya wisata adalah widyawisata dan study tour.[17]
Metode
karyawisata ini sering dinilai sebagai bentuk pengajaran modern, yaitu bahwa
pengajaran bukan hanya berlangsung di ruang kelas, melainkan juga di luar
kelas. Pelaksanaan karyawisata ini didasarkan pada pandangan, bahwa pendidikan
yang terdapat di sekolah tidak dapat dilepaskan dari berbagai kemajuan yang
terdapat di masyarakat. Dengan Karyawisata ini para siswa akan mendapatkan
wawasan dan pengalaman yang luas dan selanjutnya dapat digunakan untuk memperkaya
pengajaran yang terdapat di sekolah.
Karyawisata
dinilai sebagai metode pengajaran yang memiliki banyak kelebihan, yang antara
lain menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata
dalam pengajaran, menjadikan apa yang dipelajari di sekolah menjadi lebih
relevan, dapat meransang kreativitas anak didik, memperluas informasi sebagai
bahan pengajaran, serta mendorong siswa untuk mencari dan mengolah sendiri
bahan pengajaran. Karyawisata juga dapat membuat siswa lebih senang dan
menyegarkan kembali (refreshing) dari kejenuhan yang terjadi dari akibat belajar terus-menerus dalam
kelas.
Sedangkan
kekuranganya antara lain memerlukan waktu yang panjang, memerlukan perencanaan
dan persiapan yang matang, koordinasi yang terkadang tumpang-tindih, sering
lebih didominasi oleh unsur rekreasinya, kesulitan dalam mengatur para siswa
dalam perjalanan, pemondokan dan sebagainya, serta memerlukan tanggung jawab,
biaya, dan perhatian yang lebih besar.
9. Metode Penugasan
Metode
penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas
tertentu agar peserta didik melakukan. Penugasan yang diberikan tersebut bentuk
latihan agar suatu saat para peserta didik dapat melaksanakan tugas yang
sesungguhnya di masyarakat. Tugas-tugas tersebut antara lain membuat laporan (report) ringkasan (resume) beberapa halaman dari topik, bab atau
buku tertentu, membuat makalah, menjawab pertanyaan, mengadakan observasi atau
wawancara, mengadakan latihan, mendemonstrasikan sesuatu, atau menyelesaikan
pekerjaan tertentu.[18]
10. Metode Pemecahan Masalah
Metode
Pemecahan Masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis, dibandingkan, dan
disimpulkan dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh peserta didik.
Permasalahan tersebut dapat dianjurkan oleh guru, atau diajukan oleh guru dan
peserta didik, atau dari peserta didik sendiri, kemudian dijadikan pembahasan
dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan belajar peserta didik. Pemersalahan
tersebut dirumuskan dari pokok bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran.
Metode
pemecahan masalah ini dapat pula dinamai problem solving
method, reflecting thingking method, atau scientific method. Metode pemecahan masalah ini erat pula kaitannya
dengan metode proyek, metode diskusi, metode penemuan, serta metode eksperimen.
Berbagai metode tersebut pada hakikatnya sama, yaitu bertolak dari suatu
permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan bimbingan guru.
11. Metode Simulasi
Metode
Simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mengunakan situasi tiruan atau
berpura-pura dalam proses belajar, dengan tujuan untuk memperoleh suatu
pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Dalam praktiknya metode simulasi dapat mengambil bentuk bermain peran, seperti
seorang murid perempuan bermain peran sebagai ibu, atau murid laki-laki bermain
peran sebagai ayah. Selain itu, simulasi dapat pula mengambil bentuk permainan
sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing-masing memainkan
perannya sesuai skenario yang ditetapkan. Simulasi tersebut kemudian di
analisis bersama untuk diketahui pesan ajaran yang terkandung di dalamnya dan
disimpulkan.
Sebagai
sebuah metode pengajaran, simulasi memiliki kelebihan antara lain dapat memupuk
daya cipta, menimbulkan minat dan gairah belajar, sebagai bekal mental dan
keterampilan untuk menghadapi masalah yang sebenarnya, terbiasa dalam
menanggapi dan bertindak secara spontan, memupuk keberanian dan kemantapan
dalam penampilan, memperkaya pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalaman
langsung, berkesempatan untuk menyalurkan perasaan, bakat dan hobi yang
terpendam, serta belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain.
Sedangkan,
kekurangan metode simulasi ini antara lain pengalaman yang diperoleh melalui
simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya,
terjadinya perubahan fungsi belajar menjadi alat hiburan ketimbang alat pengajaran, terkadang
menimbulkan kesan kaku, timbulnya hambatan emosional pada peserta didik,
seperti rasa malu, ragu-ragu, dan takut, mengharuskan adanya guru yang lebih
terbuka dan demokratis, menuntut imajinasi peserta didik dan guru yang memadai,
serta memerlukan pengelompokan peserta didik yang lebih fleksibel.[19]
12. Metode Penemuan (Discovery-Inquiry)
Metode
penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam
proses-proses mental dalam rangka menemukan sesuatu yang diperlukan untuk
pengembangan, penyempurnaan dan perbaikan konsep. Temuan tersebut dapat berupa penemuan terhadap
inti sel, kecepatan, panas, energi, zat, reaksi, masyarakat, demokrasi,
tragedi, dan sebagainya.
Untuk dapat
melaksanakan metode penemuaan ini diperlukan langkah persiapan, antara lain
penemuan masalah yang akan ditemukan, peralatan yang diperlukan, laboratorium,
bahan-bahan habis pakai, petugas pedamping, instruktur, dan lain sebagainya.
Kelebihan
metode penemuan ini hampir sama dengan metode diskusi, simulasi dan lainnya
sebagaimana tersebut di atas. Namun metode ini juga dapat memberikan kepuasan
dan kebanggaan bagi guru dan para peserta didik, karena telah menemukan sesuatu
yang dapat disumbangkan bagi kepentingan masyarakat, dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Sedangkan
kelemahan metode ini antara lain adanya kekurangsiapan pada guru dan peserta
didik, peralatan yang terbatas, biaya yang besar, waktu yang lebih luas, serta
kemampuan teknis lainnya.[20]
13. Metode Proyek atau Unit
Metode
Proyek atau Unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu
masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi. Segi yang berhubungan sehingga
pemecahannya dapat dilakukan secara keseluruhan dan bermakna.
Berbagai
langkah persiapan dalam pelaksanaan metode proyek, atau unit ini pada
prinsipnya hampir sama dengan persiapan dalam pelaksanaan metode-metode lainnya
sebagaimana tersebut di atas.
Kelebihan
dari metode proyek atau unit ini antara lain, dapat memberikan wawasan yang
luas dan mendalam kepada para peserta didik tentang suatu masalah, mendidik
berpikir sistematis dan mendetail, melatih kesabaran dalam menemukan masalah.
Sedangkan
kekurangannya antara lain adanya peserta didik yang kurang siap baik secara
mental maupun teknis, banyak membutuhkan waktu, biaya, sarana prasarana, dan
sebagainya yang terkadang kurang dapat di penuhi oleh penyelenggara pendidikan.
Dengan adanya berbagai kendala ini, maka metode proyek atau unit ini terkadang
jarang digunakan.
a.
Sumber dan Alat Pembelajaran
Sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi atau
penjelasan, berupa defenisi, teori, konsep dan penjelasan yang berkaitan dengan
pembelajaran. Pada pembelajaran tradisional, sumber pembelajaran masih terbatas
pada informasi yang diberikan oleh guru ditambah sedikit dari buku. Sedangkan
sumber belajar lainnya belum mendapatkan perhatian, sehingga aktivitas belajar
kurang berkembang.[21] Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran lebih terpusat pada guru (teacher centrally). Sementara para siswa hanya
mendengarkan, mencatat, memahami dan menghafal informasi atau penjelasan yang
diberikan oleh guru.
Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai menyatakan bahwa sumber pembelajaran adalah segala daya
yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar. Sumber
belajar dapat sengaja dirancang atau dibuat untuk membantu pembelajaran,
biasanya disebut ”learning resource by design” (sumber belajar yang dirancang),
misalnya buku, brosur, film dan sebagainya. Sumber pembelajaran yang lain yang
membantu proses belajar siswa adalah sumber belajar walaupun tidak senagaja
dirancang untuk pembelajaran tetapi dapat dimanfaatkan langsung untuk itu. Sumber
belajar jenis ini disebut ”learning resource by utilization” (sumber belajar
yang dimanfaatkan), misalnya perkebunan, tanaman, pasar, masjid, gambar,
kalender, dan lain sebagainya yang ada di lingkungan siswa.[22]
Dalam
perkembangan selanjutnya, sumber belajar semakin berkembang, seiring dengan
terjadinya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas
manusia. Sumber belajar yang bukan manusia, melainkan peralatan yang dibuat
manusia yang selanjutnya menjadi penyambung lidah keinginan manusia biasanya
disebut media.
Sumber
belajar pada masa sekarang dan juga dahulu, sesungguhnya sangat banyak sekali
terdapat dimana-mana, di sekolah, halaman, pusat kota, pedesaan dan sebagainya.
Pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran dan pengajaran tersebut amat tergantung
pada waktu dan biaya yang tersedia, kreativitas guru serta kebijakan-kebijakan
lainnya.[23]
Adapun
alat pengajaran adalah setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan
efesiensi pengajaran. Karena sifatnya yang demikian itu, maka sebagian orang
ada yang berpendapat atau menyebutkan alat pengajaran sebagai sarana belajar
atau sarana pengajaran. Alat pengajaran ini juga termasuk bagian dari sumber
pengajaran, karena dapat memengaruhi tingkah
laku para siswa.[24]
[1] Ibid., h. 106
[2] Basyiruddin Usman, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, (Padang : IAIN IB Press 1999), h. 40
[3] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2004), cet, ke-4, h. 235
[4] Ibid., h. 235-236
[5] Ibid., h. 236-237
[6] R. Ibrahim dan Nana Syaodih
Sukmadinata, loc. cit., h. 105
[7] Ramayulis. op. cit., h.
216
[8] Ibid., h. 244
[9] Ibid
[10] Ibid., h. 246
[11] Ibid
[14] Ibid., h. 293
[15] Sudirman dkk, Ilmu
Pendidikan, (Bandung : Remaja RosdaKarya, 1987), h. 145
[16] Ramayulis, op. cit., h.
296
[17] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta
: Kencana, 2009), h. 184
[18] Ibid., h. 186
[19] Ibid., h. 193
[20] Ibid., h. 195
[21] Sudirman, dkk, op. cit., h, 203
[22] Nana Sudjana dalam Tim MKDK Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, op.
cit., h. 163
[23] Abuddin Nata, Persfektif Islam..., op. cit., h. 296
[24] Ibid., h. 301
Tidak ada komentar:
Posting Komentar