A.
Penjaminan Mutu
Pendidikan Islam
1.
Pengertian
Penjaminan Mutu Pendidikan
Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas
dari cacat dan kesalahan. Tujuannya, dalam istilah Philip B. Crosby, adalah
menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah
pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang
selalu baik sejak awal (right first time every time). Mutu barang atau
jasa yang baik dijamin oleh system, yang dikenal sebagai system jaminan mutu, yang
memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan
standart. Standart-standart mutu diatur poleh produser-produser yang ada dalam
sistem jaminan mutu.[1]
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) RI No. 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
(SPMP), penjaminan mutu pendidikan didefinisikan sebagai kegiatan sistemik dan
terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program
pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Secara operasional,
definisi penjaminan mutu adalah serangkaian proses dan sistem yang terkait
untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mutu tentang kinerja,
staf, program, dan lembaga. Data empirik ini selanjutnya dibandingkan dengan
acuan mutu untuk mengetahui ketercapaiannya. Acuan mutu kinerja penyelenggaraan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah standar nasional
pendidikan (SNP) dan standar pelayanan minimal (SPM). Indikator dan komponen
dari masing‐masing
SNP dan SPM yang belum dicapai oleh setiap satuan pendidikan akan dijadikan
sebagai prioritas dalam melakukan perbaikan‐perbaikan
(program peningkatan mutu).[2]
Mutu
(Kualitas) pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia
merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, jika suatu proses pendidikan
berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar
memperoleh hasil pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan mempunyai kontinum
dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu variabel, dalam
konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel kualitas pendidikan dapat
dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
kepemimpinan, iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas
belajar dan sebagainya. Edward Salis
menyatakan :“ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana
gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian
yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan
komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir,
kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar an anak didik, kurikulum
yeng memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut”[3]
Pernyataan
di atas menunjukan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan, sumber ini
dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan, atau
faktor yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan.
Upaya peningkatan mutu dan perluasan
pendidikan membutuhkan sekurang-kurangnya tiga faktor utama yaitu:
a.
Kecukupan sumber-sumber pendidikan
dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar;
b.
Mutu proses belajar mengajar yang
mendorong siswa belajar efektif;
c.
Mutu keluaran dalam bentuk
pengetahuan, sikap ketrampilan, dan nilai-nilai.
Jadi
kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu keluaran akan dapat
terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan tenaga professional
kependidikan dapat disediakan di sekolah, dan semua ini tentu saja memerlukan
sumberdaya pendidikan termasuk biaya.
Ada
dua pertanyaan fundamental yang perlu di ungkapkan ketika kita berusaha
memahami mutu. Yang pertama adalah, apa produknya? Dan kedua adalah
siapakah pelanggannya?
Apa
produk dari pendidikan? Ada beberapa perbedaan pendapat tentang ini. Pelajar
atau peserta didik seringkali di anggap sebagai produk dari pendidikan. Dalam
pendidikan kita sering mengatakan seolah-olah pelajar adalah hasil dari
pendidikan, khusunya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap
di institusi-institusi tertentu.
2.
Manajemen Mutu Pendidikan Islam
Pendidikan sebenarnya memiliki
peranan yang sangat penting dalam mengembangkan peradaban Islam dan mencapai
kejayaan umat Islam. Dilihat dari objek formalnya, pendidikan menjadi sarana
kemampuan manusia untuk dibahas dan dikembangkan. Dalam pengalaman historis,
tidak ada satu negara manapun yang mampu mencapai kemajuan yang hakiki tanpa
didukung penyempurnaan pendidikan. Negara-negara Eropa yang terkenal sebagai
kawasan negara-negara yang maju itu sebenarnya sebagai akibat dari pembangunan
pendidikannya.[4]
Pendidikan merupakan suatu masalah
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat
tergantung pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu
bangsa dapat menghasilkan “Manusia“ yang berkwalitas lahir batin.
Otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tetram. Sebaliknya jika
pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang
disegala bidang.
Berbicara mengenai kualitas
sumberdaya manusia. Islam memandang bahwa pembianaan sumberdaya manusia tidak
dapat dilepaskan dari pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian
Islam memiliki konsep yang sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai
pembinaan sumberdaya manusia. Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk
diaplikasikan sepanjang zaman.
Mutu produk pendidikan akan
dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara
optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses
pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan
masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah
paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang
berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Globalisasi menuntut adanya
perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Untuk melakukan hal tersebut,
peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah atau
madrasah yang bermutu.
Lulusan bermutu marupakan SDM yang
kita harapkan bersumber dari sekolah atau madrasah yang bermutu (efektif).
Sudah siapkah sistem pendidikan kita untuk menetaskan mutu SDM yang mampu
berkompetisi secara profesional dengan bangsa lain? Sebelum kita melangkah
kesana dunia pendidikan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:[5]
a. Perbaikan
manejemen pendidikan sekolah atau madrasah
b. Persediaan
tenaga kependidikan yang profesional
c. Perubahan
budaya sekolah/madrasah (visi, misi, tujuan dan nilai)
d. Peningkatan
pembiayaan pendidikan
e. Pengoptimalan
dukungan masyarakat terhadap pendidikan
Selain itu untuk menjawab berbagai
permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan khususnya pendidikan Islam
terletak pada Manajemen Mutu Terpadu yang akan memberi solusi para
professional pendidikan untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan.
Karena Manajemen Mutu Terpadu dapat digunakan untuk membangun aliansi antara
pendidikan, bisnis dan pemerintah. Manajemen Mutu Terpadu dapat membentuk
masyarakat responsive terhadap perubahan tuntutan masyarakat di era globalisasi
ini. Manajemen Mutu Terpadu juga dapat membentuk sekolah yang tanggap dan
mampu merespon perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan demi memberikan
kepuasan pada stakeholder.
Abad ke-21 merupakan momentum yang
penuh tantangan bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kita perlu
mencari model baru manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan
sekolah/madrasah. Tak ada salahnya jika mempelajari usaha-usaha di bidang
pendidikan dalam beberapa dekade terakhir abad XX di negara maju, seperti
Amerika, Jepang, dan Inggris. Negera-negera tersebut ketika itu merasa perlu
menerapkan TQM (Total Quality Manajemen) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam
bidang pendidikan, tapi sekaligus sebagai model yang mengutamakan perbaikan
berkelanjutan.[6]
Pengertian Total Quality
Management (TQM) menurut Edward Sallis adalah; a philoshopy and a
methodology which assists institutions to manage change and to set their own
agendas for dealing with the plethora of new external pressure. Pendapat di
atas menekankan pengertian bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah merupakan suatu
filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri
dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi
tekanan-tekanan faktor eksternal.[7] Jadi dengan kata lain Manajemen
Mutu Terpadu (Total Quality Management) adalah cara yang dapat digunakan
oleh berbagai lembaga pendidikan untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management) dalam konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi
metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan,, dan harapan pelanggan, saat ini maupun masa yang
akan datang.[8]
TQM merupakan suatu sistem manajemen
yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Total Quality
Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.[9]
Lembaga pendidikan adalah wahana
proses belajar mengajar bagi peserta didik. Untuk meningkatkan mutu
pembelajaran, banyak sekolah yang sudah menerapkan Total Quality Manajement
(TQM) sehingga berhasil pada beberapa dekade terdahulu.[10]
Dewasa ini perkembangan pemikiran
manajemen sekolah atau madrasah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM
(Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya
sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota
organisasi (warga madrasah) terhadap kegiatan madrasah. Penerapan Manajemen
Mutu Terpadu berarti semua warga madrasah bertanggung jawab atas kualitas
pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua
pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite madrasah, kepala
madrasah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus
benar – benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain,
setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan
pendidikan. Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak
mungkin akan diterapkan Manajemen Mutu Terpadu.
Dalam ajaran Manajemen Mutu Terpadu,
lembaga pendidikan (madrasah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau
dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara
siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis
langkah organisasi madrasah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen
tidak mampu menerapkan Manajemen Mutu Terpadu, yang terjadi adalah kualitas pendidikan
didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan
yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan.
Komponen-komponen dari model
implementasi Total Quality Management dalam pendidikan adalah sebagai
berikut:[11]
a. Kepemimpinan
b. Pendekatan fokus terhadap pelanggan
c. Iklim organisasi
d. Tim pemecahan masalah
e. Tersedia data yang bermakna
f. Metode ilmiah dan alat-alat
g. Pendidikan dan latihan
Pemimpin lembaga pendidikan Islam,
khususnya di lingkungan pesantren dan madrasah merupakan motivator, event
Organizer, bahkan penentu arah kebijakan sekolah dan madrasah yang akan
menentukan bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:[12]
a.
Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan pruduktif
b.
Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan
c.
Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujutkan tujuan sekolah dan
pendidikan
d.
Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pengawai lain di sekolah
e.
Bekerja dengan Tim manajemen.
f.
Berhasil mewujutkan tujuan sekolah secara produktif sesuai
dengan ketentuan yang telah ditentukan.
Pada hakekatnya tujuan institusi
pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan
dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan
pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha/
manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan
pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan
kepuasan pelanggan.
Keberhasilan aplikasi Manajemen Mutu
Terpadu di sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan baik internal maupun
eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sesuai
harapan pelanggan. Dengan kata lain, keberhasilan sekolah atau madrasah
dikemukakan dalam panduan manajemen sekolah sebagai berikut:[13]
a. Siswa
puas dengan layanan sekolah
b. Orang
tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya
c. Pihak
pemakai atau penerima lulusan puas karena menerima lulusan dengan kualitas
tinggi dan sesuai harapan
d. Guru
dan karyawan puas dengan layanan sekolah.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan
mutu sekolah atau madrasah perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:[14]
a.
Menyamakan komitmen mutu oleh kepala sekolah/madrasah
b.
Mengusahakan adanya program peningkatan mutu
sekolah/madrasah
c.
Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah/madrasah
d.
Kepemimipinan kepala sekolah/madrasah yang efektif
e.
Ada standar mutu lulusan
f.
Jaringan kerja sama yang baik dan luas
g.
Penataan organisasi sekolah/madrasah yang baik
h.
menciptakan iklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif.
Pada hakekatnya tujuan institusi
pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan
dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholders lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan
memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan
menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada
suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen
tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
3. Urgensi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam
Manajemen mutu terpadu yang asalnya
berkembang dalam dunia industri pada tahun 1970-an kemudian menyebar dalam
bidang layanan jasa, pemerintahan dan dunia pendidikan .[15]
Manajemen mutu terpadu yang diterapkan di beberapa perusahaan dunia terbukti
berhasil meningkatkan mutu perusahaan dalam berbagai aspek. Suatu penelitian
pada tahun 1991 yang dilakukan oleh U.S
general Accounting Office bahwa banyak
perusahaan yang mengalami peningkatan dalam empat aspek yang sangat
signifikan yaitu: Pemasaran dan keuntungan, kepuasan pelanggan, mutu dan biaya,
dan hubungan antar karyawan atau pekerja.[16]
Keberhasilan
manajemen mutu di dunia bisnis, memberikan dorongan kepada dunia pendidikan,
khususnya pendidikan formal di sekolah dengan proses adaptasi dan modifikasi.
Dalam implementasi manajemen mutu hal yang penting yaitu bagaimana menjalankan
manajemen mutu pendidikan itu sendiri.
Secara
historis, gerakan untuk menerapkan manajemen mutu dalam bidang pendidikan
dimulai sejak tahun 1980-an di Amerika Serikat[17]
yang bermula dari komunitas kursus. Sekolah-sekolah formal di Amerika Serikat
pada tahun 1990-an mulai menyadari pentingnya manajemen mutu. Banyak gagasan
tentang mutu yang tergabung dalam bentuk asosiasi untuk mengkaji dan menerapkan
manjemen mutu di sekolah-sekolah. Gerakan manajemen mutu pasca tahun1990-an
mulai bergerak ke Eropa utnuk melihat kesenjangan antara kebutuhan industri dengan
hasil-hasil pengajaran di sekolah-sekolah.[18]
Gerakan
manajemen mutu pada era modern semkin berkembang, bukan hanya dalam bidang
industry, melainkan juga dalam bidang pendidikan dengan menerapkan konsep dan
strategi peningkatan mutu melalui implementasi manajemen mutu terpadu. Hal ini
pula yang menjadi kebutuhan utama bagi lembaga pendidikan yang dikelola dengan
serius. Tanpa melakukan hal ini. Lambat laun akan mengalami ketertinggalan
dalam masalah mutu.
Sebagai organisasi modern keberadaan lembaga
pendidikan harus mengetahui dan memahami pentingnya mencapai mutu pendidikan
secara totalitas. Pendidikan harus benar-benar menyadari perlunya mencapai mutu
dan mengusahakannya terhadap peserta didik. Manajemen mutu adalah filosofi
konprehensif dari kegiatan dalam organisasi yang menekankan pencarian secara
konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan. Hal ini menjadi spirit yang
mendorong agar segala kegiatan dapat mencapai mutu terbaik.
Teori
manajemen mutu adalah teori manajemen yang menempatkan mutu sebagai strategi
yang dan beroroentasi pada pelanggan. Oleh karena itu mutu pendidikan islam
harus didesain dengan langkah-langkah kegiatan yaitumengetahui apa yang kan
dilakukan,mempelajari, memperbaiki, dan meyempurnakan metode dan prosedur,
mencatat apa yang dilakukan, melakukan apa yang telah direncanakan untuk
dilaksanakan dan mengumpulkan bukti keberhasilan dan upaya yang telah dilakukan
dan menyebarluaskannya. Menurut Creech, dalam manajemen mutu terpadu terdapat
lima pilar utama yaitu: 1) produk, 2) proses, 3) organisasi, 4) kepemimpinan,
5) komitmen.[19]
Produk
dalam pendidikan adalah lulusan yang merupakan mata rantai kelangsungan lembaga
pendidikan, sebab lembaga pendidikan tidak dapat berjalan apabila tidak ada
peserta didik di dalamya. Lulusan yang
bermutu diperoleh melalui proses yang bermutu pula. Agar semua proses berjalan
dengan lancar diperlukan kepemimpinan dalam lembaga pendidikan tersebut. Semua
proses berjalan dengan komitmen yang telah disepakati menjadi aturan bersama
dan membentuk sistem mutu.
Joseph
C.field yang mengemukakan ada sepuluh langkah yang harus dilalui untuk
menerapkan manajemen mutu yaitu :
a. Mempelajari dan memahami TQM secara
menyeluruh
b. Memahami dan mengadopsi jiwa dan
filosofi untuk perbaikan terus menerus
c. Menilai jaminan mutu saat ini dan
program pengendalian mutu
d. Membangun system mutu terpadu
e. Mempersiapan orang-orang untuk
perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan,
melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja
f. Mempelajari teknik untuk menyerang
atau mengatasi persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan koreksi untuk
menggunakan teknik dan alat TQM
g. Memilih dan menetapkan pilot project
untuk diaplikasikan
h. Tetapkan prosesdur tindakan
perbaikan dan sadari akan keberhasilannya
i.
Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu
oleh pemimpin yang akan menggunakannya.
j.
Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi
pengetahuan yang amat luas. [20]
Implementasi manjemen mutu harus
berjalan sesuai dengan kebutuhan bersama, sehingga penerapannya perlu komitmen
tim manajemen. Pemerintah atau departemen pendidikantermasuk depatemen agama
pusat dan daerah harus memiliki komitmen kuat dan kebulatan tekad untuk
menerapkan manajemen mutu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam.
Komitmen pembiayaaan diperlukan berkaitan dengan agenda besar yang membutuhkan
dana dan biaya yang tidak sedikit, maka dari itu pemerintah dan departemen
pendikan serta departemen agama pusat dan daerah harus mampu mengalokasikan
dana khusus bagi pelaksanaan dan penerapan manajemen.
Keberhasilan penerapan manajemen
mutu dalam system pendidikan Islam ditentukan oleh komitmen dan kerjasama yang
baik antara departemen pendidikan dan depatermen agama pusat dan daerah dalam
melaksanakan perencanaan , proses kegiatan, dan evaluasi hasil belajar.
Perkembangan manajemen mutu dalam
bidang pendidikan, sebagaimana dikemukakan Edwar Saliss denga istilah Total
Quality Education (TQE), yaitu: TQE is a
philosophy improvement, which can provide any educational institution with a
set of practical toolsfor meeting and exceeding presentand future customers
need, wantsband expectation.[21]
Perbaikan system pendidikan
memrlukan filosopy khusus yaitu salah satunya TQE yang sedang berkembang dan
menjadi perhatian utama. TQE dapat memberikan gmabaran lengkap alat-alat untuk
mmebentuk lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan
baik sekarang maupun yang akan datang.
TQE dapat disebut pula Total Quality School ( TQS) sebagaimana
Arcaro dengan lima pilarnya yaitu :
a. Fokus
pada pelanggan baik internal maupun eksternal
b. Adanya
keterlibatan total
c. Adanya
ukuran baku mutu lulusan sekolah
d. Adanya komitmen
e. Adanya
perbaikan yang berkelanjutan[22]
Pada sekolah yang dimaksud dengan
pelanggan internal adalah warga sekolah/ madrasah , sedangkan pelanggan
sekternal adalah orang tua masyarakat, pemerintah pemakai jasa lulusan sekolah.
Semua pelanggan harus merasa puas enga adanya sekolah/ madrasah tersebut. Dalam
hal ini diperlukan keterlibatan secara total bersama-sama para warga sekolah
untuk mencapai mutu yang distandarkan. Sekolah/ madrasah harus memiliki standar
mutu yang dibakukan agar lulusan sekolah dapat diukur mutunya. Hal ini terwujud
jika komitmen menjadi pegangan semua warga sekolah.
4.
Pengembangan
penjaminan Mutu Pendidikan Islam
Sistem jaminan mutu internal pendidikan Islam perlu
dikembangkan berkaitan dengan potensi kekuatan yang dimiliki pendidikan Islam
yang mengarah pada kebutuhan nyata terhadap mutu secara substansia. Dalam
jaminan mutu pendidikan Islam perlu disusun rencana mutu pengembangan yang
menjadi awal rangkaian kegiatan sesuai dengan visi, misi, tujuan pendidikan
Islam sevcara makro. Kemudian secara mikro melakukan analisis kebutuhan dengan
menerapkan pendekatan SWOT untuk menawarkan program yang sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan Islam yang memiliki masa
depan mampu bersaing sehingga tetap eksis diwujudkan melalui system jaminan
mutu internal. Perlu disadari oleh komunitas pendidikan Islam terdapat
ciri-ciri program pendidikan yang baik dalam praktek, antara lain :
a.
High expectation
b.
Koherence in learning
c.
Integrated education and experience
d.
Active learning
e.
Ongoing practice of learned skill
f.
Assessment and prompt feedback
Proses kegiatan yang berada dalam
pendidikan Islam memiliki koherensi dengan proses pembelajaran. Jika proses
pembelajaran dijadikan komitmen komunitas pendidikan Islam, maka apapun yang
terjadi dan apapun yang dihadapi dipandang sebagai proses pembelajaran yang
baik sehingga mendapatkan hikmah dan perbaikan dimasa depannya, serta tidak
terjebak pada masalah yang sama dan berulang dari waktu ke waktu.
Dalam
era yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendidikan
Islam dituntut agar memberikan keterampilan yang berorientasi ke masa depannya.
Kebutuhan komunitas pendidikan Islam semakin berkembang, oleh karena itu perlu
pengukuran kebutuhan dengan melakukan berbagai strategi hubungan timbal balik
dan apa yang dikerjakan. Pendidikan Islam perlu memberikan respon terhadap perkembangan kebutuhan pelanggan pendidikan
sehingga mereka menjadi puas.
Kepuasan
customers menjadi fokus dalam
manajemen mutu modern termasuk dalam manajemen mutu pendidikan Islam yang tidak
terlepas dari adanya stakeholders
sebagai customers yang dipenuhi
kebutuhannya. Komunitas pendidikan Islam perlu menghubungkan antara pelanggan
dengan pihak pendidikan Islam sehingga terjadi sinergi yang berkelanjutan.
Atas
dasar itu semua, pendidikan Islam perlu responsif terhadap pengembangan bakat,
semua komunitas pendidikan Islam baik tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan
siswa itu sendiri memiliki bakat yang harus dikembangkan. Oleh karena itu
program pengembangan tidak semata-mata karena factor tuntutan dari pihak
eksternal, tetapi secara alami, pihak internal memiliki bakat yang perlu dikembangkan.
Hal ini harus di respons dalam lembaga pendidikan Islam masa depan sebagai
indikator kemajuan mutu pendidikan Islam.
Manajemen
mutu pada pendidikan Islam dapat diukur dengan beberapa indikator sebagaimana
yang dijelaskan oleh Thomas C. Powell, yaitu: committed leadership, adoption and commucation of TQM. Closer customer
relationships, benchmarking, increased training, open organization, employe
empowerment, zero-defects mentality, process improvement, and measurement.[24]
Dalam
manejemen mutu faktor yang paling mempengaruhi adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan yang diperlukan dalam menerapkan manajemen mutu yaitu komitmen
yang dapat diukur jika perencanaan mutu melibatkan semua pihak komunitas
lembaga pendidikan.
Salah
satu framework dalam manjemen mutu
pendidikan Islam adalah total quality
management sebagai teori modern yang berkembang secara global. Pendidikan
Islam dapat mengadopsi manajemen mutu terpadu yang disosialisasikan kepada
seluruh komunitas pendidikan Islam. Kemampuan menerapkan kegiatan tersebut
menjadi ukuran manajemen mutu dalam lembaga pendidikan Islam.
Agar
mudah mengukur pencapaian standar mutu dalam lembaga pendidikan, maka
diperlukan benchmarking dengan
standar mutu tertinggi yang sedang berkembang. Hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan antara lembaga pendidikan yang lebih baik di tingkat local,
nasional, maupun internasional.
Agar
lembaga pendidikan Islam terus berkembang, maka sumberdaya manusia yang
berkiprah didalamnya perlu mendapatkan pelatihan, bukan saja pada saat ada
program dari pihak eksternal, tetapi juga inisiatif pihak lembaga pendidikan
islam secara internal untuk menyelenggarakan pelatihan dalam rangka peningkatan
kemampuan sumberdaya manusia yang terlibat didalamnya.
Dalam
konterks era modern lembaga pendidikan Islam sebagai suatu organisasi sangat
memerlukan system terbuka yang transparan baik dalam kebijakan maupun teknis
pelaksanaan. Semua pihak perlu mengetahui jenis dan bentuk program apa yang
harus dilakukan secara bersama-sama.
Sebagaimana
dalam standar nasional pendidikan bahwa
setiap unit dan satuan pendidikan harus mengacu pada norma standar tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam lembaga pendidikan Islam harus
memberdayakan mereka ini sesuai dengan potensi yang dapat dikembangkan
masing-masing dalam bentuk pilihan yang diminatinya.
Mentalitas
tentang zerodefect perlu dikembangkan
dalam budaya mutu lembaga pendidikan Islam. Setiap pekerjaan harus dimulai dari
proses awal yang benar. Sebab jika awal
pekerjaan sudah salah maka proses lanjutannya akan salah. Oleh karena dalam
prinsip zerodefect yang dibutuhkan
adalah pekerjaan yang tidak menyimpang bai sejak awal, maupun proses
lanjutannya hingga hasil yang dicapai tidak mengalami kesalahan. Sebab
kesalahan akan berakibat pada pemborosan baik waktu, materi, maupun tenaga.
Kesalahan bertolak belakang dengan prinsip efektif dan efisien, tidak mungkin
terjadi efektifitas dan efisiensi jika yang terjadi adalah kesalahan
Dalam
lembaga pendidika islam aharus ada prinsip perbaikan mutu berkelanjutan sebagai
lanjutan dari mental zerodefect,
karena biasanya tidak ada suatu pekerjaan yang langsung sempurna. Oleh karena
itu harus ada usaha untuk proses lanjutan untuk menuju kesempurnaan, bukan
melakukan penglangan pada program yang sama. Prinsip perbaikan berkelanjutan
artinya dinamis yang mengandung inovasi dan inisiasi.
Proses
manajemen mutu harus berakhir pada pengukuran mutu. Baik pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Pengembangan mutu lembaga pendidikan Islam harus terukur
capaiannya. Hasil pengukuran harus dijadikan sebagai landasan untuk melakukan
tindakan tindakan apakah perbaikan pada aspek tertentuyang belum mencapai
standar atau lanjutan pada standar baru yang lebih tinggi. Pengukuran dapat
dilakukan dengan adanya program monitoring
dan evaluasi secara berkala. Hasil dari monitoring dan evaluasi ini akan
menjadi informasi dalam pengambilan kebijakan internal lembaga pendidikan.
[1]Edward
Sallis, Total Quality Management In Education. Alih Bahasa: Ahmad Ali Riyadi dan Fahrorrozi (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006),h, h.58
[2]Pusat Penjaminan Mutu
Pendidikan (PPMP),
Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP),
Konsep, Regulasi, dan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan, (Jakarta: PPMP, tt),h. 10-11
[3]Edwar
Sallis, Op. Cit, h. 30-31
[4]Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam dari Metode
Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 226.
[8]Edward Sallis, op.cit, h.73.
[9]M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu,
(Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004 ), h. 18.
[10]Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran,
(Jakarta: Quantum Teaching. 2005), h 150.
[12]E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2002), h.126.
[15]Deden Makbuloh, Manajemen Mutu pendidikan Islam, Model
pengembangan teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu, (Jakarta:
RajaGrafindo persada, 2011), h.56
[16] Ibid.,h.56-57
[18]Ibid.,
[20]Joseph, C.Field. Total Quality for Scholls, ( Wisconsin:
ASQC Quality Press, 1994), h.13
[21]Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education,
( London: kogan Page, 1993), h. 18
[22]Fasli jalal dan Dedi
Supriyadi (Ed), Reformasi Pendidikan
dalam Konteks Otomomi daerah ( Yokyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), h. 86
[23]Deden Makbuloh, Op.Cit, h.142
[24]Deden makbuloh, Op.Cit, h. 145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar