Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2018

Penjaminan Mutu Pendidikan Islam


A.      Penjaminan Mutu Pendidikan Islam
1.      Pengertian Penjaminan Mutu Pendidikan
            Jaminan mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Tujuannya, dalam istilah Philip B. Crosby, adalah menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik sejak awal (right first time every time). Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh system, yang dikenal sebagai system jaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standart. Standart-standart mutu diatur poleh produser-produser yang ada dalam sistem jaminan mutu.[1]
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), penjaminan mutu pendidikan didefinisikan sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Secara operasional, definisi penjaminan mutu adalah serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mutu tentang kinerja, staf, program, dan lembaga. Data empirik ini selanjutnya dibandingkan dengan acuan mutu untuk mengetahui ketercapaiannya. Acuan mutu kinerja penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah standar nasional pendidikan (SNP) dan standar pelayanan minimal (SPM). Indikator dan komponen dari masingmasing SNP dan SPM yang belum dicapai oleh setiap satuan pendidikan akan dijadikan sebagai prioritas dalam melakukan perbaikanperbaikan (program peningkatan mutu).[2]
Mutu (Kualitas) pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar memperoleh hasil pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu variabel, dalam konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel kualitas pendidikan dapat dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar dan sebagainya. Edward Salis  menyatakan :“ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar an anak didik, kurikulum yeng memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut”[3]
Pernyataan di atas menunjukan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan, sumber ini dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan, atau faktor yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan.
Upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan sekurang-kurangnya tiga faktor utama yaitu:
a.       Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar;
b.      Mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif;
c.       Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap ketrampilan, dan nilai-nilai.
Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu keluaran akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan tenaga professional kependidikan dapat disediakan di sekolah, dan semua ini tentu saja memerlukan sumberdaya pendidikan termasuk biaya.
Ada dua pertanyaan fundamental yang perlu di ungkapkan ketika kita berusaha memahami  mutu. Yang pertama adalah, apa produknya? Dan kedua adalah siapakah pelanggannya?
Apa produk dari pendidikan? Ada beberapa perbedaan pendapat tentang ini. Pelajar atau peserta didik seringkali di anggap sebagai produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan seolah-olah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khusunya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi tertentu.

2.      Manajemen  Mutu Pendidikan Islam
Pendidikan sebenarnya memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan peradaban Islam dan mencapai kejayaan umat Islam. Dilihat dari objek formalnya, pendidikan menjadi sarana kemampuan manusia untuk dibahas dan dikembangkan. Dalam pengalaman historis, tidak ada satu negara manapun yang mampu mencapai kemajuan yang hakiki tanpa didukung penyempurnaan pendidikan. Negara-negara Eropa yang terkenal sebagai kawasan negara-negara yang maju itu sebenarnya sebagai akibat dari pembangunan pendidikannya.[4]
Pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan Manusia yang berkwalitas lahir batin. Otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tetram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang.
Berbicara mengenai kualitas sumberdaya manusia. Islam memandang bahwa pembianaan sumberdaya manusia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian Islam memiliki konsep yang sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai pembinaan sumberdaya manusia. Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk diaplikasikan sepanjang zaman.
Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal  mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan  termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Untuk melakukan hal tersebut, peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah atau madrasah yang bermutu.
Lulusan bermutu marupakan SDM yang kita harapkan bersumber dari sekolah atau madrasah yang bermutu (efektif). Sudah siapkah sistem pendidikan kita untuk menetaskan mutu SDM yang mampu berkompetisi secara profesional dengan bangsa lain? Sebelum kita melangkah kesana dunia pendidikan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:[5]
a.       Perbaikan manejemen pendidikan sekolah atau madrasah
b.      Persediaan tenaga kependidikan yang profesional
c.       Perubahan budaya sekolah/madrasah (visi, misi, tujuan dan nilai)
d.      Peningkatan pembiayaan pendidikan
e.       Pengoptimalan dukungan masyarakat terhadap pendidikan
Selain itu untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan khususnya pendidikan Islam terletak pada Manajemen Mutu Terpadu  yang akan  memberi solusi para professional pendidikan untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan. Karena Manajemen Mutu Terpadu dapat digunakan untuk membangun aliansi antara pendidikan, bisnis dan pemerintah. Manajemen Mutu Terpadu dapat membentuk masyarakat responsive terhadap perubahan tuntutan masyarakat di era globalisasi ini. Manajemen Mutu Terpadu  juga dapat membentuk sekolah yang tanggap dan mampu merespon perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan demi memberikan kepuasan pada stakeholder.
Abad ke-21 merupakan momentum yang penuh tantangan bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kita perlu mencari model baru manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah/madrasah. Tak ada salahnya jika mempelajari usaha-usaha di bidang pendidikan dalam beberapa dekade terakhir abad XX di negara maju, seperti Amerika, Jepang, dan Inggris. Negera-negera tersebut ketika itu merasa perlu menerapkan TQM (Total Quality Manajemen) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan, tapi sekaligus sebagai model yang mengutamakan perbaikan berkelanjutan.[6]
Pengertian Total Quality Management (TQM) menurut Edward Sallis adalah; a philoshopy and a methodology which assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressure. Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.[7] Jadi dengan kata lain Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) adalah cara yang dapat digunakan oleh berbagai lembaga pendidikan untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) dalam konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,, dan harapan pelanggan, saat ini  maupun masa yang akan datang.[8]
TQM merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.[9]
Lembaga pendidikan adalah wahana proses belajar mengajar bagi peserta didik. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, banyak sekolah yang sudah menerapkan Total Quality Manajement (TQM) sehingga berhasil pada beberapa dekade terdahulu.[10]
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah atau madrasah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga madrasah) terhadap kegiatan madrasah. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu berarti semua warga madrasah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite madrasah, kepala madrasah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan  harus benar – benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan Manajemen Mutu Terpadu.
Dalam ajaran Manajemen Mutu Terpadu, lembaga pendidikan (madrasah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah  organisasi madrasah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan Manajemen Mutu Terpadu, yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan.
Komponen-komponen dari model implementasi Total Quality Management dalam pendidikan adalah sebagai berikut:[11]
a.       Kepemimpinan
b.      Pendekatan fokus terhadap pelanggan
c.       Iklim organisasi
d.      Tim pemecahan masalah
e.       Tersedia data yang bermakna
f.       Metode ilmiah dan alat-alat
g.      Pendidikan dan latihan
Pemimpin lembaga pendidikan Islam, khususnya di lingkungan pesantren dan madrasah merupakan motivator, event Organizer, bahkan penentu arah kebijakan sekolah dan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:[12]
a.       Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan pruduktif
b.      Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
c.       Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujutkan tujuan sekolah dan pendidikan
d.      Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pengawai lain di sekolah
e.       Bekerja dengan Tim manajemen.
f.       Berhasil mewujutkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha/ manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Keberhasilan aplikasi Manajemen Mutu Terpadu di sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sesuai harapan pelanggan. Dengan kata lain, keberhasilan sekolah atau madrasah dikemukakan dalam panduan manajemen sekolah sebagai berikut:[13]
a.       Siswa puas dengan layanan sekolah
b.      Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya
c.       Pihak pemakai atau penerima lulusan puas karena menerima lulusan dengan kualitas tinggi dan sesuai harapan
d.      Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan mutu sekolah atau madrasah perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:[14]
a.       Menyamakan komitmen mutu oleh kepala sekolah/madrasah
b.      Mengusahakan adanya program peningkatan mutu sekolah/madrasah
c.       Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah/madrasah
d.      Kepemimipinan kepala sekolah/madrasah yang efektif
e.       Ada standar mutu lulusan
f.       Jaringan kerja sama yang baik dan luas
g.      Penataan organisasi sekolah/madrasah yang baik
h.      menciptakan iklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif.
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholders lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
3. Urgensi Sistem  Penjaminan Mutu Pendidikan Islam
Manajemen mutu terpadu yang asalnya berkembang dalam dunia industri pada tahun 1970-an kemudian menyebar dalam bidang layanan jasa, pemerintahan dan dunia pendidikan .[15] Manajemen mutu terpadu yang diterapkan di beberapa perusahaan dunia terbukti berhasil meningkatkan mutu perusahaan dalam berbagai aspek. Suatu penelitian pada tahun 1991 yang dilakukan oleh U.S general Accounting Office bahwa banyak  perusahaan yang mengalami peningkatan dalam empat aspek yang sangat signifikan yaitu: Pemasaran dan keuntungan, kepuasan pelanggan, mutu dan biaya, dan hubungan antar karyawan atau pekerja.[16]
Keberhasilan manajemen mutu di dunia bisnis, memberikan dorongan kepada dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah dengan proses adaptasi dan modifikasi. Dalam implementasi manajemen mutu hal yang penting yaitu bagaimana menjalankan manajemen mutu pendidikan itu sendiri.
Secara historis, gerakan untuk menerapkan manajemen mutu dalam bidang pendidikan dimulai sejak tahun 1980-an di Amerika Serikat[17] yang bermula dari komunitas kursus. Sekolah-sekolah formal di Amerika Serikat pada tahun 1990-an mulai menyadari pentingnya manajemen mutu. Banyak gagasan tentang mutu yang tergabung dalam bentuk asosiasi untuk mengkaji dan menerapkan manjemen mutu di sekolah-sekolah. Gerakan manajemen mutu pasca tahun1990-an mulai bergerak ke Eropa utnuk melihat kesenjangan antara kebutuhan industri dengan hasil-hasil pengajaran di sekolah-sekolah.[18]
Gerakan manajemen mutu pada era modern semkin berkembang, bukan hanya dalam bidang industry, melainkan juga dalam bidang pendidikan dengan menerapkan konsep dan strategi peningkatan mutu melalui implementasi manajemen mutu terpadu. Hal ini pula yang menjadi kebutuhan utama bagi lembaga pendidikan yang dikelola dengan serius. Tanpa melakukan hal ini. Lambat laun akan mengalami ketertinggalan dalam masalah mutu.
                         Sebagai organisasi modern keberadaan lembaga pendidikan harus mengetahui dan memahami pentingnya mencapai mutu pendidikan secara totalitas. Pendidikan harus benar-benar menyadari perlunya mencapai mutu dan mengusahakannya terhadap peserta didik. Manajemen mutu adalah filosofi konprehensif dari kegiatan dalam organisasi yang menekankan pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan. Hal ini menjadi spirit yang mendorong agar segala kegiatan dapat mencapai mutu terbaik.
Teori manajemen mutu adalah teori manajemen yang menempatkan mutu sebagai strategi yang dan beroroentasi pada pelanggan. Oleh karena itu mutu pendidikan islam harus didesain dengan langkah-langkah kegiatan yaitumengetahui apa yang kan dilakukan,mempelajari, memperbaiki, dan meyempurnakan metode dan prosedur, mencatat apa yang dilakukan, melakukan apa yang telah direncanakan untuk dilaksanakan dan mengumpulkan bukti keberhasilan dan upaya yang telah dilakukan dan menyebarluaskannya. Menurut Creech, dalam manajemen mutu terpadu terdapat lima pilar utama yaitu: 1) produk, 2) proses, 3) organisasi, 4) kepemimpinan, 5) komitmen.[19]
Produk dalam pendidikan adalah lulusan yang merupakan mata rantai kelangsungan lembaga pendidikan, sebab lembaga pendidikan tidak dapat berjalan apabila tidak ada peserta didik di dalamya.  Lulusan yang bermutu diperoleh melalui proses yang bermutu pula. Agar semua proses berjalan dengan lancar diperlukan kepemimpinan dalam lembaga pendidikan tersebut. Semua proses berjalan dengan komitmen yang telah disepakati menjadi aturan bersama dan membentuk sistem mutu.
Joseph C.field yang mengemukakan ada sepuluh langkah yang harus dilalui untuk menerapkan manajemen mutu yaitu :
a.       Mempelajari dan memahami TQM secara menyeluruh
b.      Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus
c.       Menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu
d.      Membangun system mutu terpadu
e.       Mempersiapan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja
f.       Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan koreksi untuk menggunakan teknik dan alat TQM
g.      Memilih dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan
h.      Tetapkan prosesdur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya
i.        Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pemimpin yang akan menggunakannya.
j.        Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas. [20]
Implementasi manjemen mutu harus berjalan sesuai dengan kebutuhan bersama, sehingga penerapannya perlu komitmen tim manajemen. Pemerintah atau departemen pendidikantermasuk depatemen agama pusat dan daerah harus memiliki komitmen kuat dan kebulatan tekad untuk menerapkan manajemen mutu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam. Komitmen pembiayaaan diperlukan berkaitan dengan agenda besar yang membutuhkan dana dan biaya yang tidak sedikit, maka dari itu pemerintah dan departemen pendikan serta departemen agama pusat dan daerah harus mampu mengalokasikan dana khusus bagi pelaksanaan dan penerapan manajemen.
Keberhasilan penerapan manajemen mutu dalam system pendidikan Islam ditentukan oleh komitmen dan kerjasama yang baik antara departemen pendidikan dan depatermen agama pusat dan daerah dalam melaksanakan perencanaan , proses kegiatan, dan evaluasi hasil belajar.
Perkembangan manajemen mutu dalam bidang pendidikan, sebagaimana dikemukakan Edwar Saliss denga istilah Total Quality Education (TQE), yaitu: TQE is a philosophy improvement, which can provide any educational institution with a set of practical toolsfor meeting and exceeding presentand future customers need, wantsband expectation.[21]
Perbaikan system pendidikan memrlukan filosopy khusus yaitu salah satunya TQE yang sedang berkembang dan menjadi perhatian utama. TQE dapat memberikan gmabaran lengkap alat-alat untuk mmebentuk lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan baik sekarang maupun yang akan datang.
TQE dapat disebut pula Total Quality School ( TQS) sebagaimana Arcaro dengan lima pilarnya yaitu :
a.       Fokus pada pelanggan baik internal maupun eksternal
b.      Adanya keterlibatan total
c.       Adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah
d.      Adanya  komitmen
e.       Adanya perbaikan yang berkelanjutan[22]
Pada sekolah yang dimaksud dengan pelanggan internal adalah warga sekolah/ madrasah , sedangkan pelanggan sekternal adalah orang tua masyarakat, pemerintah pemakai jasa lulusan sekolah. Semua pelanggan harus merasa puas enga adanya sekolah/ madrasah tersebut. Dalam hal ini diperlukan keterlibatan secara total bersama-sama para warga sekolah untuk mencapai mutu yang distandarkan. Sekolah/ madrasah harus memiliki standar mutu yang dibakukan agar lulusan sekolah dapat diukur mutunya. Hal ini terwujud jika komitmen menjadi pegangan semua warga sekolah.
4.      Pengembangan penjaminan Mutu Pendidikan Islam
Sistem  jaminan mutu internal pendidikan Islam perlu dikembangkan berkaitan dengan potensi kekuatan yang dimiliki pendidikan Islam yang mengarah pada kebutuhan nyata terhadap mutu secara substansia. Dalam jaminan mutu pendidikan Islam perlu disusun rencana mutu pengembangan yang menjadi awal rangkaian kegiatan sesuai dengan visi, misi, tujuan pendidikan Islam sevcara makro. Kemudian secara mikro melakukan analisis kebutuhan dengan menerapkan pendekatan SWOT untuk menawarkan program yang sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan Islam yang memiliki masa depan mampu bersaing sehingga tetap eksis diwujudkan melalui system jaminan mutu internal. Perlu disadari oleh komunitas pendidikan Islam terdapat ciri-ciri program pendidikan yang baik dalam praktek, antara lain :
a.      High expectation
b.      Koherence in learning
c.       Integrated education and experience
d.      Active learning
e.       Ongoing practice of learned skill
f.        Assessment and prompt feedback
g.      Respect for diverse talent[23]
Proses kegiatan yang berada dalam pendidikan Islam memiliki koherensi dengan proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran dijadikan komitmen komunitas pendidikan Islam, maka apapun yang terjadi dan apapun yang dihadapi dipandang sebagai proses pembelajaran yang baik sehingga mendapatkan hikmah dan perbaikan dimasa depannya, serta tidak terjebak pada masalah yang sama dan berulang dari waktu ke waktu.
Dalam era yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendidikan Islam dituntut agar memberikan keterampilan yang berorientasi ke masa depannya. Kebutuhan komunitas pendidikan Islam semakin berkembang, oleh karena itu perlu pengukuran kebutuhan dengan melakukan berbagai strategi hubungan timbal balik dan apa yang dikerjakan. Pendidikan Islam perlu memberikan respon  terhadap perkembangan kebutuhan pelanggan pendidikan sehingga mereka menjadi puas.
Kepuasan customers menjadi fokus dalam manajemen mutu modern termasuk dalam manajemen mutu pendidikan Islam yang tidak terlepas dari adanya stakeholders sebagai customers yang dipenuhi kebutuhannya. Komunitas pendidikan Islam perlu menghubungkan antara pelanggan dengan pihak pendidikan Islam sehingga terjadi sinergi yang berkelanjutan.
Atas dasar itu semua, pendidikan Islam perlu responsif terhadap pengembangan bakat, semua komunitas pendidikan Islam baik tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan siswa itu sendiri memiliki bakat yang harus dikembangkan. Oleh karena itu program pengembangan tidak semata-mata karena factor tuntutan dari pihak eksternal, tetapi secara alami, pihak internal memiliki bakat yang perlu dikembangkan. Hal ini harus di respons dalam lembaga pendidikan Islam masa depan sebagai indikator kemajuan mutu pendidikan Islam.
Manajemen mutu pada pendidikan Islam dapat diukur dengan beberapa indikator sebagaimana yang dijelaskan oleh Thomas C. Powell, yaitu: committed leadership, adoption and commucation of TQM. Closer customer relationships, benchmarking, increased training, open organization, employe empowerment, zero-defects mentality, process improvement, and measurement.[24]
Dalam manejemen mutu faktor yang paling mempengaruhi adalah kepemimpinan. Kepemimpinan yang diperlukan dalam menerapkan manajemen mutu yaitu komitmen yang dapat diukur jika perencanaan mutu melibatkan semua pihak komunitas lembaga pendidikan.
Salah satu framework dalam manjemen mutu pendidikan Islam adalah total quality management sebagai teori modern yang berkembang secara global. Pendidikan Islam dapat mengadopsi manajemen mutu terpadu yang disosialisasikan kepada seluruh komunitas pendidikan Islam. Kemampuan menerapkan kegiatan tersebut menjadi ukuran manajemen mutu dalam lembaga pendidikan Islam.
Agar mudah mengukur pencapaian standar mutu dalam lembaga pendidikan, maka diperlukan benchmarking dengan standar mutu tertinggi yang sedang berkembang. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara lembaga pendidikan yang lebih baik di tingkat local, nasional, maupun internasional.
Agar lembaga pendidikan Islam terus berkembang, maka sumberdaya manusia yang berkiprah didalamnya perlu mendapatkan pelatihan, bukan saja pada saat ada program dari pihak eksternal, tetapi juga inisiatif pihak lembaga pendidikan islam secara internal untuk menyelenggarakan pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang terlibat didalamnya.
Dalam konterks era modern lembaga pendidikan Islam sebagai suatu organisasi sangat memerlukan system terbuka yang transparan baik dalam kebijakan maupun teknis pelaksanaan. Semua pihak perlu mengetahui jenis dan bentuk program apa yang harus dilakukan secara bersama-sama.
Sebagaimana dalam standar nasional pendidikan  bahwa setiap unit dan satuan pendidikan harus mengacu pada norma standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam lembaga pendidikan Islam harus memberdayakan mereka ini sesuai dengan potensi yang dapat dikembangkan masing-masing dalam bentuk pilihan yang diminatinya.
Mentalitas tentang zerodefect perlu dikembangkan dalam budaya mutu lembaga pendidikan Islam. Setiap pekerjaan harus dimulai dari proses awal yang benar.  Sebab jika awal pekerjaan sudah salah maka proses lanjutannya akan salah. Oleh karena dalam prinsip zerodefect yang dibutuhkan adalah pekerjaan yang tidak menyimpang bai sejak awal, maupun proses lanjutannya hingga hasil yang dicapai tidak mengalami kesalahan. Sebab kesalahan akan berakibat pada pemborosan baik waktu, materi, maupun tenaga. Kesalahan bertolak belakang dengan prinsip efektif dan efisien, tidak mungkin terjadi efektifitas dan efisiensi jika yang terjadi adalah kesalahan
Dalam lembaga pendidika islam aharus ada prinsip perbaikan mutu berkelanjutan sebagai lanjutan dari mental zerodefect, karena biasanya tidak ada suatu pekerjaan yang langsung sempurna. Oleh karena itu harus ada usaha untuk proses lanjutan untuk menuju kesempurnaan, bukan melakukan penglangan pada program yang sama. Prinsip perbaikan berkelanjutan artinya dinamis yang mengandung inovasi dan inisiasi.
Proses manajemen mutu harus berakhir pada pengukuran mutu. Baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pengembangan mutu lembaga pendidikan Islam harus terukur capaiannya. Hasil pengukuran harus dijadikan sebagai landasan untuk melakukan tindakan tindakan apakah perbaikan pada aspek tertentuyang belum mencapai standar atau lanjutan pada standar baru yang lebih tinggi. Pengukuran dapat dilakukan dengan adanya program monitoring  dan evaluasi secara berkala. Hasil dari monitoring dan evaluasi ini akan menjadi informasi dalam pengambilan kebijakan internal lembaga pendidikan.


[1]Edward Sallis,  Total Quality Management In Education. Alih Bahasa: Ahmad Ali Riyadi dan Fahrorrozi (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006),h, h.58

[2]Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP), Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP), Konsep, Regulasi, dan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan, (Jakarta: PPMP, tt),h. 10-11


[3]Edwar Sallis, Op. Cit, h. 30-31
[4]Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 226.
[5]Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo 2002), h.15-16
[6]Ibid., h. 20.

[7]Ibid., h. 29

[8]Edward Sallis, op.cit, h.73.

[9]M.N. Nasution,  Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004 ), h. 18.

[10]Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching. 2005), h 150.
[11]Ibid., h. 150-151
[12]E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002), h.126.

[13]Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press. 2005), h. 288
[14]Ibid., h. 290

[15]Deden Makbuloh, Manajemen Mutu pendidikan Islam, Model pengembangan teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu, (Jakarta: RajaGrafindo persada, 2011), h.56

[16] Ibid.,h.56-57

[17]Ibid., h. 59

[18]Ibid.,
[19]Ibid., 60

[20]Joseph, C.Field. Total Quality for Scholls, ( Wisconsin: ASQC Quality Press, 1994), h.13
[21]Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education, ( London: kogan Page, 1993), h. 18
[22]Fasli jalal dan Dedi Supriyadi (Ed), Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otomomi daerah ( Yokyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), h. 86
[23]Deden Makbuloh, Op.Cit, h.142    
[24]Deden makbuloh, Op.Cit, h. 145

Tidak ada komentar: