Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2018

Prestasi Belajar


A.    Prestasi Belajar

a.      Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, prestasi dan belajar merupakan dua kata yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkan pengertian prestasi belajar secara utuh, berikut ini akan dikemukakan arti dan makna masing-masing kata tersebut.
Menurut bahasa, prestasi adalah hasil yang telah dicapai, hasil karya yang telah dilakukan atau dikerjakan[1]. Berikut ini akan dikemukakan pengertian prestasi menurut para ahli:
Masud Hasan Abdul Kahar, Prestasi merupakan hasil apa yang diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan kesenanagan kerja. Nasrun harahap memberikan batasan tentang prestasi, adalah penilaian prestasi tentang kemajuan murid, kemampuan murid tentang penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terkait dengan kurikulum. [2]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi merupakan suatu hasil dari pekerjaan yang dikerjakan, diciptakan oleh individu maupun kelompok. sedangkan Tigor Pagaribuan, mengartikan prestasi dengan apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil gemilang yang diperoleh melalui kerja keras.[3]
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu yang dilahirkan atau dijadikan, diadakan, dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai hasil yang gemilang yang diperoleh dengan melalui kerasa terhadap kemajuan atau pengemnbahan bahan yang disajikan kepada mereka.
Sedangkan pengertian prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli, seperti Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, menurut mereka prestasi belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.[4]
Menurut Abu Ahmadi yang mengutip pendapat Gagne dalam bukunya The Condition Of Learning (1977), menyatakan bahwa belajar terjadi apabila situasi stimuli yang akan mempengaruhi siswa dengan perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.
Menurut Chalifah yang mengutip dari pendapat Morgan dalam bukunya Introduction To Psikology menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Dan juga dikutip dari Withererington, dalam bukunya Educational Psikology, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap  kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[5] Oemar Hamalik, Belajar adalah suatu pendidikan atau penemuan dalam diri seseorang yang dikemukakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru merupakan pengalaman.[6] Sardiman A.M mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan lain sebagainya.[7] Menurut Ngalim Purwanto yang dikutip dari pendapat dari pendapat Jhon B Watson, belajar pada dasarnya adalah pembentukan respon berdasarkan pada sistem urat syaraf.[8]
Dari uraian panjang lebar tentang makna dan prestasi belajar, para ahli mengungkapkan tentang pengertian prestasi secara defenitif sebagai berikut:
Syaiful Bahri Djamarah, memberikan arti berupa ilmu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang menyebabkan perubahan diri individu yang didapat sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.[9] Harun Harahap berpendapat bahwa prestasi belajar adalah penilaian-penilaian tentang kemajuan murid yang berkenaan dalam penguasaan bahan belajar yang di sajikan kepada mereka yang terdapat dalam kurikulum.[10]
Sedangkan Nana Sujana menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[11]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajauan siswa dalam segala hal yang dilakukan sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan. Berarti prestasi belajar tidak akan dapat diakui tanpa adanya penilaian atas hasil belajar siswa. Fungsi hasil belajar ini untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa, yang penting sebagai memotivasi siswa agar lebih giat belajar baik secara individu maupun kelompok.

b.      Indikator Prestasi Belajar

Indikator pada prinsipnya mengungkapkan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan prestasi belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator atau petunjuk adanya prestasi yang dikaitkan dengan prestasi yang hendak diukur dan dikembangkan. indikator yang hendak dijadikan sebagai tolak ukur agar pembelajaran dikatakan berhasil antara lain: daya serap terhadap pelajaran yang dipelajari mencapai hasil tinggi baik secara individu maupun kelompok prilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran atau insruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa baik secara individual maupun kelompok.[12]
Sedangkan Direktur Pendidikan Tinggi (DIKTI) menegaskan, keberhasilan siswa dimulai dari kesamaan Visi dan Misi antara orang tua dengan sekolah. Banyak contoh kesalahan mendidik disebabkan salahnya persepsi antara orang tua dengan sekolah.[13]
Program sekolah yang baik adalah bagaimana membantu siswa dan mendukung perkembangan mereka. Ranah psikologis terpenting adalah ranah kognitif, ranah kejiwaan yang berkedudukan dalam otak ini, dalam perspektif kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya, yakni: 1. ranah afektif (rasa) 2. psikomotorik (karsa) tidak seperti ranah organ tubuh lainnya, organ otak sebagai organ penggerak aktifitas pikiran, melainkan juga menggerakkan dan mengontrol perasaan dan perbuatan.[14]
Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan siswa dapat berfikir, dan tanpa kemampuan berfikir juga sulit siswa dapat menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam pelajaran yang ia ikuti.
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang sangat perlu dikembangkan segera, khususnya oleh guru, yaitu:
1.      Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2.      Strategi meyakinkan arti pentingnya mempelajari mata pelajaran dan  aplikasinya, serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.[15]
Tanpa pengembangan kecakapan kognitif ini, agaknya sulit bagi siswa memahami ranah afektif dan ranah psikomotoriknya sendiri, keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya juga akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga akan menghasilkan kecakapan ranah afektif.
 Sebagai contoh, seorang Guru Agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif, dengan memberikan materi yang ada pada materi-materinya, dalam bentuk perbuatan akan berdampak positif pada ranah afektif siswa. Dalam hal ini pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran Agama yang disajikan oleh guru, referensi kognitif yang mementingkan aplikasi-aplikasi prinsip tadi, akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini antara lain, berupa kesadaran.
Keberhasilan peningkatan pada ranah kognitif juga akan berdampak pada perkembanagan ranah psikomotor, kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, namun kecakapan tersebut tidak terlepas dari ranah kognitif namun terlihat dari kecakapan afektif. jadi kecakapan psikomotor siswa menjadi manifestasi wawasan pengetahuan dan sikap mentalnya.
Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif berpengaruh bersar terhadap kecakapan psikomotor. para siswa yang berprestasi baik dalam ranah psikomotor akan lebih rajin dalam beribadah shalat, puasa dan baca al qur’an. dia juga tidak sungkan memberi pertolongan kepada siswa yang membutuhkannnya sebab ia memberi bantuan itu adalah kebajikan, sedangkan perbutan yang berkaiatan dengan kebajikan tersebut merupakan pemahaman yang mendalam  terhadap materi agama yang ia terima dari gurunya atau kognitif.[16]
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa prestasi yang didapatkan tidak dinilai dari ranah kognitif saja atau afektif atau bahkan psikomotor, tetapi dari ketiga ranah ini harus diperhatikan, karena ketiga ranaha ini berjalan seiring dengan saling berkaitan dalam menciptakana kemampuan intelektualnya, tanpa adanya kemampuan intelektualnya atau fenomena yang merupakan sumber belajar. sebaliknya, seseorang tidak mungkin tidak mematuhi suatu aturan kalau ia tidak memahami apa peraturan  itu.
Keterampilan tidak mungkin berkembang dengan sikap, kemauan, dan pengetahuan, maka dari itu nantinya akan muncul siswa-siswa yang berprestasi dan berwawasan tinggi. setelah mengetahui indikator prestasi belajar, guru perlu juga mengetahui bagaimana kiat memetapkan batas minimal keberhasilan, atau prestasi belajar para siswa nya, hal ini sangat urgen sekali. Karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa bukanlah perkara yang mudah.
Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswanya, menetapkan batas minimum prestasi belajar siswa dapat berkaitan dengan  mengemabangkan prestasi belajar, ada beberapa alternatif terhadap norma pengurkuran tingkat prestasi belajar siswa, setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantaranya norma-norma pengukuran tersebut adalah:
1.      norma skala angka dari 0-10
2.      norma sekala angka dari 0-100.[17]
Angka terendah yang menyatakan keberhasilan belajar (passing grade) adalah skala 0-10 adalah 5.5 atau 6, sedangakan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60.
Pada prinsipnya apabila siswa dapat menjawab lebih dari stengah tugas atau dapat menjawab lebih dari stengah instrument evaluasi dengan benar ia dianggap telah memenuhi taget minimal prestasi belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, bahwa batas minimal prestasi adalah diuraikan dengan melihat kepada tingkat prestasi belajar siswa dan proses belajar mengajar siswa, maksudnya hal ini dapat ditentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa setelah melihat bagaimana proses belajar siswa tersebut, yang mana daya serap siswa dalam belajar dapat dilihat sebagai berikut :
1.      Istimewa atau maksimal, apabila seluruh pelajaran-pelajaran itu dikuasai secara menyeluruh
2.      Baik Sekali atau optimal, apabila sebagaian besar pelajaran 75 % sampai 99 % bahan pelajaran dikuasai oleh siswa.
3.      Baik atau Minimal, apabila pelajaran yang diajarkan hanaya 60 % sampai 75 % saja dapat dikuasai siswa
4.      Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa[18]

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut dapatlah diketahui keberhasilan prestasi belajar mengajar atau prestasi yang telah dilakukan siswa dan guru.

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik berasal dari dirinya (Internal) maupun luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, pada hakikatnya merupakan hasil interaksi sebagai faktor tersebut.
Oleh karena itu pengenalan dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang se optimal mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Menurut M. Ngalim Purwanto, Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor, faktor luar dan faktor dalam. Diantara faktor tersebut yaitu:
1.      Faktor luar
a.       Lingkungan
Faktor lingkungan ini terdiri dari dua macam:
1)      Alam
2)      Sosial
b.      Instrumental
Faktor ini juga ada banyak hal yang mempengaruhinya diantaranya:
1)      Kurikulum
2)      Guru
3)      Sarana dan fasilitas
4)      Administrasi dan menajemen
2.      Faktor Dalam
a.       Fisiologi
Didalam aspek ini ada dua macam yang mempengaruhinya:
1)      Kondisi Fisik
2)      Kondisi Panca Indra
b.      Psikologi
Aspek psikologi juga turut mempengaruhi prestasi belajar, dan yang termasuk kedalam faktor ini adalah:
1)      Bakat
2)      Minat
3)      Kecerdasan
4)      Motivasi
5)      Kemampuan kognitif. [19]

Sementara itu Muhibban Syah menambahkan faktor lain selain 2 faktor diatas, yaitu faktor-faktor pendekatan belajar, jadi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam:
1.      Faktor Interen
Faktor interen yaitu faktor yang berasal dari siswa, faktor tersebut antara lain:
a.       Aspek biologis
Aspek yang bersumber dari fisik seseorang yang terdiri dari:
1)      Usia
Maksudnya usia mempengaruhi prestasi belajar seseorang, semakin tua seseorang, maka kemampuan belajarnyapun semakin berkurang dan akibatnya fase belajar akan menurun.
2)      Kematangan
Suatu yang baru akan berhasil jika potensi pribadinya telah memungkinkan, apabila potensi jasmani telah matang, kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana menunjukkan kecakapan sebelum belajar
3)      Kesehatan, kesehatan juga berpengaruh dalam prestasi belajar, karena jika seseorang mengalami gangguan terhadap kesehatannya, maka ia akan mengalami gangguan dalam belajarnya.
Menurut slameto dan Sri Mulyani, bahwa tanpa jasmani yang sehat, fikirannya tidak akan bisa belajar dengan baik, bagaimanapun pandainya seseorang, kalau ia sedang sakit akan susah memperoleh kemajuan belajar. Dengan kata lain gangguan kesehatan akan menurunkan daya kerja dari kreatifitasnya.
4)      Cacat Tubuh
Kondisi tubuh anak yang yang cacat, salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. sekali dalam kenyataan juga anak yang cacat tubuhnya juga sukses dalam belajarnya di sekolah, tetapi hal ini adalah suatu pengecualian dan tidak berlaku secara umum.
Menurut Daliono, membendakan cacat tubuh atas dua macam, yaitu:
a)      Cacat tubuh yang ringan, seperti kurang pendengaran, penglihatan dan gangguan psikomotorik.
Bagi golongan ini masih dapat memperoleh pendidikan Umum asal guru dapat memeperhatikan dan menempuh placement yang tepat.
b)      Cacat tubuh yang serius, seperti bisu, tuli, buta, hilang tangan, hilang kaki.
Dari golongan ini harus menempuh sekolah khusus, seperti SLB, PPA dan lain sebagainya.
Dari kedua kondisi tersebut jelas perbedaan antara siswa yang mengalami cacat tubuh yang ringan dan yang berat, sehingga peran seorang gru sangat dibutuhkan untuk pencapaian prestasi yang baik untuk siswa yang mengalami kekurangan dari segi cacat yang mereka alami

b.      Aspek Psikologis
Aspek biologis ialah aspek yang berhubungan dengan mental dan termasuk gejala mental itu sendiri.
Yang termasuk dengan mental ini menurut slameto antara lain:
1)      Intelijen
Menurut Muhibban syah, intelijen pada umumnya diartikan kemampuan psiko-pisik untuk mereaksi rangsangan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat.[20]
Tingkat intelijensi siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan siswa, artinya semakin tinggi tingkat intelijen siswa semakin besar peluangnya untuk memperoleh peluang kesuksesan. sebaliknya, semakin rendah tingkat intelijensi siswa, maka semakin rendah atau kecil peluang untuk memperoleh peluang kesuksesan.

2)      Bakat
Menurut Salmeto, bakat merupakan potensi dalam diri seseorang untuk dicapai pada masa yang akan datang.[21]
Bakat turut memepengaruhi tingkat keberhasilan siswa, karena jika bahan pelajaran yang diajarkan itu sesuai dengan bakat siswa, maka ia akan lebih giat belajar sehingga prestasi belajarnya pun akan menjadi baik.

3)      Minat
Menurut slameto, minat adalah kecendrungan dengan tetap memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan.[22]
Minat besar pengaruhnya terhadap siswa, jika bahan pelajaran itu sesuai dengan bakat siswa, maka siswa yang bersangkutan akan serius,  hingga prestasi belajarnya pun akan semakin baik

4)      Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha seseorang untuk mecapai tujuan yang diinginkan.

5)      Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif ini mempengaruhi belajar siswa, dan nantinya berpengaruh terhadap prestasinya, yang termasuk kognitif anatara lain, prestasi, perhatian dan ingatan.
Jadi kemampuan ini berpengaruh terhadap prestasai belajar siswa, semakin baik kemampuan kognitifnya semakin baik pula prestasi belajar yang diperolehnya.

6)      Emosi
Selain 5 (lima) hal diatas, emosi juga merupakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, melainkan juga segi emosional, oleh karena itu, kelemahan emosional akan mempengaruhi prestasi belajar.

Abi Syamsud dan Makmun menyebutkan beberapa bentuk kelemahan emosional yaitu:
a.       Adanya rasa tidak aman
b.      Penyesuaian yang salah
c.       Tertekan rasa phobia atau rasa takut, benci
d.      Ketidakmatangan

7)      Kebiasaan dan Sikap yang salah
Kebiasaan dan Sikap yang salah ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, kebiasaan dan siskap yang salah ini sering dibawa kedalam prose belajar mengajar yang sedang berlangsung, dengan demikian hal ini sangat menggangu proses yang sedang berlangsung tadi.

2.      Faktor eksteren
Faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar individu[23]
Faktor eksteren yang memepengaruhi terhadap prestasi belajar adalah:
a.       Aspek lingkungan
1)      Lingkungan Alam
Dimana siswa itu tinggal akan berpengaruh hasil belajar siswa, keadaan alam yang sejuk cukup mempengaruhi jiwa siswa, sehingga kemungkinan hasil belajarnya cukup baik, namun jika siswa itu tinggal dengan keadaan alam yang kotor, maka juga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
2)      Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam pendidikan, dimana ada bermacam pengaruh terhadap anak atau siswa dalam mencapai prestasi belajar. pengaruh tersebut dapat berupa:
a)      Cara Orang Tua Mendidik
b)      Relasi atau hubungan antara anggota masyarakat
c)      Suasana rumah
d)     Keadaan ekonomi keluarga
e)      Sikap dan Perhatian orang tua
f)       Latar belakang orang yang berhubungan.[24]

3)      Lingkungan Kelas
Lingkungan siswa, tetangga, serta teman bermain siswa dilingkungan siswa tersebut.
Siswa yang berada di lingkungan serba kekurangan dan banayak pengangguran, akan sangat berpengaruh terhadap  aktifitas siswa, siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar, baik itu ketika siswa memerlukan teman, mendiskusikan pelajaran maupun saat siswa itu berada di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak tidak terpelajar, penjudi dan orang-orang yang tidak baik akan berpengaruh terhadap hasil yang akan diperolehnya nanti.[25]

b.      Aspek Instrumental
Yaitu aspek atau komponen yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar, menurut M. Ngalim Purwanto, yang termasuk kedalam aspek Instrumental,[26] adalah sebagai berikut:
1)      Kurikulum
Yaitu sejumlah pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, dalam kurikulum ini di cantumkan pelajaran-pelajaran apa yang akan disajikan dalam proses belajar mengajar berlangsung dan juga dicantumkan tujuan yang akan dicapai setelah proses belajar mengajar nantinya.
Menurut J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam bukunya Secondary School Improvement (1973): kurikulum juga diartikan sangat luas, menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, suvervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajran. ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sangat erat hubunganya, sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan ketiga-tiganya.[27]
Guru harus mendalami siswa dengan baik dan mempunyai rencana yang matang agar dipedomani dalam belajar dan kurikulum tersebut sudah dipedomani siswa dalam belajar.

2)      Guru
Proses belajar mengajar terjadi antara gru dengan siswa, dimana member pelajaran kepada siswanya, menggunakan metode dipilihnya. Dan Siswa belajar dan menerima apa yang dikembangkan agar sesuai dengan kemampuan yang sesuai dengan yang dimilikinya.
Menurut uzer Usman guru merupakan yang memerlukakn keahlian keahlian khusus sebagai guru.[28]
Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh karena tidak mempunyai keahlian dalam mengajar.
Menurut Nana Sujana, kemampuan guru yang benayak berhubungan dengan usaha dan prestasi belajar antara lain:
a)      Merencanakan program belajar dan mengajar
Dengan mempersiapkan program belajar mengajar merupakanmuara dari segala pengetahuan teori. belajar dengan teori, keterampilan dasar dan pengalaman dalam situasi pengajaran, maka dari perencanaan dari persiapkan program adalah situasi pengajaran ataupun perkiraan guru tentang apa yang akan dilakukan siswa selama pelajaran berlangsung.[29]
b)      Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar
Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, merupakan penerapan atas apa yang telah dilaksanakan.
Dalam proses melaksanakan belajar mengajar, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar sesuai dengan yang telah dibuat sebelumnya.
c)      Menilai proses belajar mengajar
Setiap guru harus dapat menilai kemajuan terhadap proses belajar yang telah dicapai oleh siswanya.
Penialain ini dapat dilakukan dengan memakai alat penulisan seperti, Tes dan Non Tes.
d)     Kemampuan bahan pelajaran
Kemampuan menguasai bahan pelajaran sesuai dengan proses belajar mengajar yang dianggap sebagai pelengkap dalam profesi guru, tetapi merupakan hal yang sangat penting bagi guru karena dapat mentransfer pelajaran, maka seseorang guru akan mudah mentransfer pelajaran kepada siswannya. [30]

3)      Sarana dan prasarana
Sarana merupakan fasilitas pendukung terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, hendaknya disiapkan dengan matang oleh pihak-pihak sekolah, agar tuhjuan yang matang dapat terlaksana dengan baik, hal ini juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh para siswanya. Karena mereka belajar dengan berbagai fasilitas.

4)       Administrasi dan menajemen.
Administrasi dan menajemen yang dilakukan oleh pihak sekolah juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. semakin baik administrasi dan menajemen dalam pendidikan, maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh oleh siswa di usaha pembelajaran.
Jadi dalam proses belajar mengajar harus di perhatikan aspek instrumental, karena aspek ini sangat mempengaruhi dalam pemeblajaran dan juga sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu aspek tidak ada maka akan terjadi ketimpangan, maka semua aspek ini harus diperhatiukan agar tercapai semua yang diharapkan.

3.      Faktor Pendekatan dalam belajar mengajar
Disamping faktor internal dan eksternal, dahulu, faktor pendekatan dalam belajar berpengaruh juga taraf keberhasilan proses belajar siswa. Seorang siswa yang mengaplikasikan pendekatan belajar tingkat tinggi mungkin akan berpeluang memperoleh hasil yang bermutu, sementara dengan pendekatan belajar yang sedang akan berpeluang meraih hasil yang sedang juga. Untuk itu diperlukan pembiasaan pendekatan belajar oleh siswa untuk meraih prestasi yang baik dan bermutu akan tercapai dengan sendirinya.
Dari uraian yang dikemukakan, dapat difahami dari prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh banyak hal yang bersifat internal, eksternal maupun faktor pendekatan belajar. Faktor diatas dipengaruhi satu sama lain. Hal ini dibuktikan oleh seseorang Seorang yang mempunyai  intelijensi yang tinggi dan mendapat dorongan
dari lingkungan (eksternal), akan memilih  pendekatan belajar yang mementingkan kualitas hasil belajar. karena factor-faktor tersebut jelaslah muncul siswa-siswa yang berprestasi.
Selain itu ada faktor penghambat yang mempengaruhi siswa dalam meraih prestasi menurut Dewa Ketut Sukardi diantaranya:[31]
a.       Faktor yang berasal dari diri Pelajar
1)      Faktor non sosial
Dapat dikelompokkan kepada, yaitu, keadaan cuaca, udara, waktu atau pada siang, malam hari, tempat atau letak gedungnya atau alatnya, yang dipakai untuk belajar seperti alat tulis , buku-buku, alat perga dan lain sebagai macamnya.
Seluruh faktor penghambat dalam proses belajar jika tidak diatasi dengan baik akan dipengaruhi oleh segala kekurangannya
2)      Faktor sosial dalam belajar
Faktor sosial adalah, faktor manusia atau sesama manusia, dimana manusia itu ada pada saat seseorang itu belajar sering  menggangu aktifitas belajar.
Faktor-faktor sosial seperti yang disebutkan diatas, pada umumnya mengganggu dalam proses belajar yang berlangsung dengan  efektif dan efisien
b.      Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar
Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya:
1.      Faktor fisiologis dalam belajar
Faktor ini dapat mempengaruhi dalam belajar, bahkan kalau tidak diantisipasi dapat menggangu dalam belajar.
Faktor fisiologis dapat dibagi kepada tonus, sebagaimana yang dikemukakan Sumadi Surya Subrata, keadaan tonus jasmani ini dapat melatar belakangi aktifitas siswa dan keadaan jasmani yang kurang segar.[32]
Dalam hubungannya dibagi kepada:
1)      Nutrisi yang harus cukup
Akan menyebabkan kurangnya tonus pada jasmani yang akan menyebabkan kelesuan, ngantuk, lekas lelah dan sebagainya
2)      Penyakit Kronis yang sangat mengganggu belajar
Penyakit ini seperti, sakit gigi, influenza, batuk dan lain-lain
3)      keadaan fungsi-fungsi tertentu
fungsi utama akan menggangu seperti panca indra dan lain-lain.[33]
Dengan kata lain faktor penghambat belajar seebagaimana yang dijelaskan oleh Dewa Ketut Sukardi sebagai berikut:
a.       Intelijensi yang rendah akan mengganggu bila tidak diberikan bantuan kepadanya, kurangnya semangat terhadap pelajaran akan cepat bosan dan turunnya prestasi belajar dan lainnya.
b.      Kurangnya minat siswa terhadap beberapa bidang studi atau pelajaran
c.       Kurang berbakat
d.      Emosi yang tidak stabil
Namun demikian faktor psikologis ini sangat mempengaruhi dalam belajar, karena faktor ini dengan lainnya
Demikianlah usaha yang dapat dilakukan untuk dapat dilakukan oleh guru dan dapat pula dilakukan oleh siswa.


[1] Wjs. Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarata: PN. Balai Pustaka, 1976), cet ke-5, h. 180
[2]Chalifah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya:Al Ikhlas, 1994) h. 83
[3]Tigor Pagaribuan , Kamus Popular Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) cet ke-2 h. 19
[4]Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991) cet ke-1 h. 121
[5]Chalifah Hasan, op. cit, h. 22
[6] Oemar Hamalik, Metode Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, ( Bandung: Tarsito, 1983) h. 21
[7]Syardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) cet ke-8, h. 22
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) cet ke-16, h.84
[9]Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, (Surabaya: usaha nasional, 1994) cet ke-1, h. 23
[10] Harun Harahap, dkk, Teknik Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta:bulan bintang, 1979) h.11
[11]Nana Sujana, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar  Baru Algensindo, 2002) cet ke-6, h.10
[12]M. Uzer Usman Dan Lilies Setia Wati, Upaya Optimaliasasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1993),  h. 8
[13]www.diknas.go.id/downloads.phbs.pdf, pusat data redaksi (unit cyber media-dokumentasi Digital), Pikiran Rakyat Bandung 2006
[14] Muhibban Syah,  Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 47
[15] Muhibbin Syah,  Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. RajaGarafindo Persada, 2004), Cet, Ke-3, h. 51
[16] Muhibbin Syah, op.cit, h. 49-52
[17] Muhibban Syah,  Psikologi Belajar, (Jakarat: PT. Raja Gafindo Persada, 1999), h. 219
[18]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit, h. 121-122
[19] M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h. 18
[20] Muhibban Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Cet ke-5, h. 135
[21]Slameto, Belajar dan  faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h. 134
[22] Slameto, Op. Cit, h. 136
[23] M. Ngalim Purwanto, op. cit, h.107
[24] Maman Rahman, Menajemen Kelas, ( Jakarta: DepDikBud RI, 1998) h 154
[25]M. Noersyah, Pendidikan dan Dasar-dasar Kepemimpinan, (Surabaya:Usaha Nasional, 1980), h.28
[26]M. Ngalim Purwanto, op. cit, h.107
[27]Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Jakarta:Gaya Media Pratama:1999),  h. 4
[28]Muhamad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), cet ke-12,  h. 5
[29]Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002) cet ke-6, h. 20
[30]Nana Sujana, op.cit, h. 32
[31]Dewa Ketut Sukardi,  Bimibingan dan Penyuluhan di Sekolah,  (Surabaya: Usaha Nasional, 1983) , h. 31
[32]Sumadi Surya Suprata,  Psikologi Pendidikan,  (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 1995) h. 170
[33]Dewa Ketut Sukardi, op. cit,  h. 52

Tidak ada komentar: