A. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi
belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan
belajar, prestasi dan belajar merupakan dua kata yang memiliki arti yang
berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkan pengertian prestasi belajar secara
utuh, berikut ini akan dikemukakan arti dan makna masing-masing kata tersebut.
Menurut
bahasa, prestasi adalah hasil yang telah dicapai, hasil karya yang telah
dilakukan atau dikerjakan[1].
Berikut ini akan dikemukakan pengertian prestasi menurut para ahli:
Masud
Hasan Abdul Kahar, Prestasi merupakan hasil apa yang diciptakan, hasil pekerjaan,
hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan kesenanagan kerja. Nasrun
harahap memberikan batasan tentang prestasi, adalah penilaian prestasi tentang
kemajuan murid, kemampuan murid tentang penguasaan bahan pelajaran yang
disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terkait dengan kurikulum. [2]
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi merupakan suatu hasil dari pekerjaan yang
dikerjakan, diciptakan oleh individu maupun kelompok. sedangkan Tigor
Pagaribuan, mengartikan prestasi dengan apa yang telah diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil gemilang yang diperoleh melalui kerja keras.[3]
Berdasarkan
pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi merupakan suatu yang dilahirkan atau dijadikan, diadakan, dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai hasil yang
gemilang yang diperoleh dengan melalui kerasa terhadap kemajuan atau
pengemnbahan bahan yang disajikan kepada mereka.
Sedangkan
pengertian prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli, seperti Abu Ahmadi
Dan Widodo Supriyono, menurut mereka prestasi belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.[4]
Menurut
Abu Ahmadi yang mengutip pendapat Gagne dalam bukunya The Condition Of Learning
(1977), menyatakan bahwa belajar terjadi apabila situasi stimuli yang akan
mempengaruhi siswa dengan perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum
ia mengalami situasi tadi.
Menurut
Chalifah yang mengutip dari pendapat Morgan dalam bukunya Introduction To
Psikology menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Dan
juga dikutip dari Withererington, dalam bukunya Educational Psikology,
mengemukakan belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[5]
Oemar Hamalik, Belajar adalah suatu pendidikan atau penemuan dalam diri
seseorang yang dikemukakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru merupakan
pengalaman.[6] Sardiman
A.M mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan lain
sebagainya.[7] Menurut
Ngalim Purwanto yang dikutip dari pendapat dari pendapat Jhon B Watson, belajar
pada dasarnya adalah pembentukan respon berdasarkan pada sistem urat syaraf.[8]
Dari
uraian panjang lebar tentang makna dan prestasi belajar, para ahli mengungkapkan
tentang pengertian prestasi secara defenitif sebagai berikut:
Syaiful
Bahri Djamarah, memberikan arti berupa ilmu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
menyebabkan perubahan diri individu yang didapat sebagai hasil dari aktifitas
dalam belajar.[9] Harun
Harahap berpendapat bahwa prestasi belajar adalah penilaian-penilaian tentang kemajuan
murid yang berkenaan dalam penguasaan bahan belajar yang di sajikan kepada
mereka yang terdapat dalam kurikulum.[10]
Sedangkan Nana Sujana menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[11]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar
adalah penilaian pendidikan tentang kemajauan siswa dalam segala hal yang
dilakukan sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan. Berarti prestasi
belajar tidak akan dapat diakui tanpa adanya penilaian atas hasil belajar
siswa. Fungsi hasil belajar ini untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa,
yang penting sebagai memotivasi siswa agar lebih giat belajar baik secara
individu maupun kelompok.
b. Indikator Prestasi Belajar
Indikator
pada prinsipnya mengungkapkan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah
psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan prestasi belajar siswa. Kunci
pokok untuk memperoleh hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis
besar indikator atau petunjuk adanya prestasi yang dikaitkan dengan prestasi
yang hendak diukur dan dikembangkan. indikator yang hendak dijadikan sebagai
tolak ukur agar pembelajaran dikatakan berhasil antara lain: daya serap terhadap
pelajaran yang dipelajari mencapai hasil tinggi baik secara individu maupun
kelompok prilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran atau insruksional khusus
(TIK) telah dicapai siswa baik secara individual maupun kelompok.[12]
Sedangkan Direktur Pendidikan Tinggi (DIKTI) menegaskan, keberhasilan
siswa dimulai dari kesamaan Visi dan Misi antara orang tua dengan sekolah.
Banyak contoh kesalahan mendidik disebabkan salahnya persepsi antara orang tua
dengan sekolah.[13]
Program
sekolah yang baik adalah bagaimana membantu siswa dan mendukung perkembangan
mereka. Ranah psikologis terpenting adalah ranah kognitif, ranah kejiwaan yang
berkedudukan dalam otak ini, dalam perspektif kognitif adalah sumber sekaligus
pengendali ranah-ranah lainnya, yakni: 1. ranah afektif (rasa) 2. psikomotorik
(karsa) tidak seperti ranah organ tubuh lainnya, organ otak sebagai organ
penggerak aktifitas pikiran, melainkan juga menggerakkan dan mengontrol
perasaan dan perbuatan.[14]
Tanpa
ranah kognitif sulit dibayangkan siswa dapat berfikir, dan tanpa kemampuan berfikir
juga sulit siswa dapat menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam
pelajaran yang ia ikuti.
Sekurang-kurangnya
ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang sangat perlu dikembangkan segera,
khususnya oleh guru, yaitu:
1. Strategi belajar memahami isi materi
pelajaran
2.
Strategi meyakinkan arti pentingnya mempelajari mata
pelajaran dan aplikasinya, serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.[15]
Tanpa pengembangan kecakapan kognitif ini, agaknya sulit
bagi siswa memahami ranah afektif dan ranah psikomotoriknya sendiri,
keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya juga akan membuahkan
kecakapan kognitif, tetapi juga akan menghasilkan kecakapan ranah afektif.
Sebagai contoh,
seorang Guru Agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif, dengan
memberikan materi yang ada pada materi-materinya, dalam bentuk perbuatan akan
berdampak positif pada ranah afektif siswa. Dalam hal ini pemahaman yang
mendalam terhadap arti penting materi pelajaran Agama yang disajikan oleh guru,
referensi kognitif yang mementingkan aplikasi-aplikasi prinsip tadi, akan meningkatkan
kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini antara
lain, berupa kesadaran.
Keberhasilan peningkatan pada ranah kognitif juga akan
berdampak pada perkembanagan ranah psikomotor, kecakapan psikomotor adalah segala
amal jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, namun kecakapan tersebut tidak
terlepas dari ranah kognitif namun terlihat dari kecakapan afektif. jadi
kecakapan psikomotor siswa menjadi manifestasi wawasan pengetahuan dan sikap
mentalnya.
Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif
berpengaruh bersar terhadap kecakapan psikomotor. para siswa yang berprestasi
baik dalam ranah psikomotor akan lebih rajin dalam beribadah shalat, puasa dan
baca al qur’an. dia juga tidak sungkan memberi pertolongan kepada siswa yang
membutuhkannnya sebab ia memberi bantuan itu adalah kebajikan, sedangkan
perbutan yang berkaiatan dengan kebajikan tersebut merupakan pemahaman yang mendalam terhadap materi agama yang ia terima dari
gurunya atau kognitif.[16]
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa prestasi yang
didapatkan tidak dinilai dari ranah kognitif saja atau afektif atau bahkan
psikomotor, tetapi dari ketiga ranah ini harus diperhatikan, karena ketiga
ranaha ini berjalan seiring dengan saling berkaitan dalam menciptakana
kemampuan intelektualnya, tanpa adanya kemampuan intelektualnya atau fenomena
yang merupakan sumber belajar. sebaliknya, seseorang tidak mungkin tidak
mematuhi suatu aturan kalau ia tidak memahami apa peraturan itu.
Keterampilan tidak mungkin berkembang dengan sikap,
kemauan, dan pengetahuan, maka dari itu nantinya akan muncul siswa-siswa yang
berprestasi dan berwawasan tinggi. setelah mengetahui indikator prestasi
belajar, guru perlu juga mengetahui bagaimana kiat memetapkan batas minimal
keberhasilan, atau prestasi belajar para siswa nya, hal ini sangat urgen
sekali. Karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa bukanlah perkara
yang mudah.
Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi
ranah cipta, rasa dan karsa siswanya, menetapkan batas minimum prestasi belajar
siswa dapat berkaitan dengan mengemabangkan
prestasi belajar, ada beberapa alternatif terhadap norma pengurkuran tingkat prestasi
belajar siswa, setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantaranya
norma-norma pengukuran tersebut adalah:
1. norma skala angka dari 0-10
2. norma sekala angka dari 0-100.[17]
Angka
terendah yang menyatakan keberhasilan belajar (passing grade) adalah skala 0-10
adalah 5.5 atau 6, sedangakan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60.
Pada
prinsipnya apabila siswa dapat menjawab lebih dari stengah tugas atau dapat
menjawab lebih dari stengah instrument evaluasi dengan benar ia dianggap telah
memenuhi taget minimal prestasi belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, bahwa
batas minimal prestasi adalah diuraikan dengan melihat kepada tingkat prestasi
belajar siswa dan proses belajar mengajar siswa, maksudnya hal ini dapat ditentukan
tinggi rendahnya prestasi belajar siswa setelah melihat bagaimana proses
belajar siswa tersebut, yang mana daya serap siswa dalam belajar dapat dilihat
sebagai berikut :
1.
Istimewa atau maksimal, apabila seluruh pelajaran-pelajaran itu dikuasai
secara menyeluruh
2.
Baik Sekali atau optimal, apabila sebagaian besar pelajaran 75 % sampai 99
% bahan pelajaran dikuasai oleh siswa.
3.
Baik atau Minimal, apabila pelajaran yang diajarkan hanaya 60 % sampai 75 %
saja dapat dikuasai siswa
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap
siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK
tersebut dapatlah diketahui keberhasilan prestasi belajar mengajar atau
prestasi yang telah dilakukan siswa dan guru.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik berasal dari dirinya (Internal) maupun
luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, pada
hakikatnya merupakan hasil interaksi sebagai faktor tersebut.
Oleh karena itu pengenalan dari
berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, penting sekali artinya
dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang se optimal
mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Menurut M. Ngalim Purwanto,
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor, faktor luar
dan faktor dalam. Diantara faktor
tersebut yaitu:
1. Faktor luar
a. Lingkungan
Faktor lingkungan ini terdiri dari dua
macam:
1) Alam
2) Sosial
b. Instrumental
Faktor
ini juga ada banyak hal yang mempengaruhinya diantaranya:
1) Kurikulum
2) Guru
3) Sarana dan fasilitas
4) Administrasi dan menajemen
2. Faktor Dalam
a. Fisiologi
Didalam
aspek ini ada dua macam yang mempengaruhinya:
1) Kondisi Fisik
2) Kondisi Panca Indra
b. Psikologi
Aspek
psikologi juga turut mempengaruhi prestasi belajar, dan yang termasuk kedalam
faktor ini adalah:
1) Bakat
2) Minat
3) Kecerdasan
4) Motivasi
5) Kemampuan kognitif. [19]
Sementara
itu Muhibban Syah menambahkan faktor lain selain 2 faktor diatas, yaitu faktor-faktor
pendekatan belajar, jadi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) macam:
1. Faktor Interen
Faktor
interen yaitu faktor yang berasal dari siswa, faktor tersebut antara lain:
a. Aspek biologis
Aspek
yang bersumber dari fisik seseorang yang terdiri dari:
1) Usia
Maksudnya usia mempengaruhi prestasi
belajar seseorang, semakin tua seseorang, maka kemampuan belajarnyapun semakin
berkurang dan akibatnya fase belajar akan menurun.
2) Kematangan
Suatu yang baru akan berhasil jika potensi
pribadinya telah memungkinkan, apabila potensi jasmani telah matang, kematangan
adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana menunjukkan kecakapan
sebelum belajar
3) Kesehatan, kesehatan juga berpengaruh
dalam prestasi belajar, karena jika seseorang mengalami gangguan terhadap
kesehatannya, maka ia akan mengalami gangguan dalam belajarnya.
Menurut slameto dan Sri Mulyani, bahwa
tanpa jasmani yang sehat, fikirannya tidak akan bisa belajar dengan baik, bagaimanapun
pandainya seseorang, kalau ia sedang sakit akan susah memperoleh kemajuan
belajar. Dengan kata lain
gangguan kesehatan akan menurunkan daya kerja dari kreatifitasnya.
4) Cacat Tubuh
Kondisi tubuh anak yang yang cacat,
salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. sekali dalam
kenyataan juga anak yang cacat tubuhnya juga sukses dalam belajarnya di
sekolah, tetapi hal ini adalah suatu pengecualian dan tidak berlaku secara
umum.
Menurut Daliono, membendakan cacat tubuh
atas dua macam, yaitu:
a) Cacat tubuh yang ringan, seperti kurang
pendengaran, penglihatan dan gangguan psikomotorik.
Bagi golongan ini masih dapat memperoleh
pendidikan Umum asal guru dapat memeperhatikan dan menempuh placement yang
tepat.
b) Cacat tubuh yang serius, seperti bisu,
tuli, buta, hilang tangan, hilang kaki.
Dari golongan ini
harus menempuh sekolah khusus, seperti SLB, PPA dan lain sebagainya.
Dari kedua kondisi
tersebut jelas perbedaan antara siswa yang mengalami cacat tubuh yang ringan
dan yang berat, sehingga peran seorang gru sangat dibutuhkan untuk pencapaian
prestasi yang baik untuk siswa yang mengalami kekurangan dari segi cacat yang
mereka alami
b. Aspek Psikologis
Aspek biologis ialah aspek yang
berhubungan dengan mental dan termasuk gejala mental itu sendiri.
Yang
termasuk dengan mental ini menurut slameto antara lain:
1) Intelijen
Menurut Muhibban syah, intelijen pada
umumnya diartikan kemampuan psiko-pisik untuk mereaksi rangsangan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat.[20]
Tingkat intelijensi siswa tidak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan siswa, artinya semakin tinggi tingkat
intelijen siswa semakin besar peluangnya untuk memperoleh peluang kesuksesan.
sebaliknya, semakin rendah tingkat intelijensi siswa, maka semakin rendah atau
kecil peluang untuk memperoleh peluang kesuksesan.
2) Bakat
Menurut Salmeto,
bakat merupakan potensi dalam diri seseorang untuk dicapai pada masa yang akan datang.[21]
Bakat turut
memepengaruhi tingkat keberhasilan siswa, karena jika bahan pelajaran yang
diajarkan itu sesuai dengan bakat siswa, maka ia akan lebih giat belajar
sehingga prestasi belajarnya pun akan menjadi baik.
3) Minat
Menurut slameto, minat adalah kecendrungan
dengan tetap memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan.[22]
Minat besar pengaruhnya terhadap siswa, jika
bahan pelajaran itu sesuai dengan bakat siswa, maka siswa yang bersangkutan
akan serius, hingga prestasi belajarnya pun
akan semakin baik
4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang mendasari
dan mempengaruhi setiap usaha seseorang untuk mecapai tujuan yang diinginkan.
5) Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif ini mempengaruhi
belajar siswa, dan nantinya berpengaruh terhadap prestasinya, yang termasuk
kognitif anatara lain, prestasi, perhatian dan ingatan.
Jadi kemampuan ini berpengaruh terhadap
prestasai belajar siswa, semakin baik kemampuan kognitifnya semakin baik pula
prestasi belajar yang diperolehnya.
6) Emosi
Selain 5 (lima) hal diatas, emosi juga
merupakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, belajar
tidak hanya menyangkut segi intelek, melainkan juga segi emosional, oleh karena
itu, kelemahan emosional akan mempengaruhi prestasi belajar.
Abi Syamsud dan Makmun menyebutkan beberapa bentuk
kelemahan emosional yaitu:
a. Adanya rasa tidak aman
b. Penyesuaian yang salah
c.
Tertekan rasa phobia atau rasa takut, benci
d. Ketidakmatangan
7) Kebiasaan dan Sikap yang salah
Kebiasaan dan Sikap yang salah ini
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, kebiasaan dan siskap yang salah
ini sering dibawa kedalam prose belajar mengajar yang sedang berlangsung,
dengan demikian hal ini sangat menggangu proses yang sedang berlangsung tadi.
2. Faktor eksteren
Faktor
eksteren adalah faktor yang berasal dari luar individu[23]
Faktor
eksteren yang memepengaruhi terhadap prestasi belajar adalah:
a. Aspek lingkungan
1) Lingkungan Alam
Dimana siswa itu tinggal akan
berpengaruh hasil belajar siswa, keadaan alam yang sejuk cukup mempengaruhi
jiwa siswa, sehingga kemungkinan hasil belajarnya cukup baik, namun jika siswa
itu tinggal dengan keadaan alam yang kotor, maka juga akan berpengaruh terhadap
hasil belajarnya.
2) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lembaga terkecil
dalam pendidikan, dimana ada bermacam pengaruh terhadap anak atau siswa dalam
mencapai prestasi belajar. pengaruh tersebut dapat berupa:
a) Cara Orang Tua Mendidik
b)
Relasi atau hubungan antara anggota masyarakat
c) Suasana rumah
d) Keadaan ekonomi keluarga
e) Sikap dan Perhatian orang tua
f) Latar belakang orang yang berhubungan.[24]
3) Lingkungan Kelas
Lingkungan siswa, tetangga, serta teman
bermain siswa dilingkungan siswa tersebut.
Siswa yang berada di lingkungan serba
kekurangan dan banayak pengangguran, akan sangat berpengaruh terhadap aktifitas siswa, siswa akan mengalami kesulitan
dalam belajar, baik itu ketika siswa memerlukan teman, mendiskusikan pelajaran
maupun saat siswa itu berada di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat yang
terdiri dari orang-orang yang tidak tidak terpelajar, penjudi dan orang-orang
yang tidak baik akan berpengaruh terhadap hasil yang akan diperolehnya nanti.[25]
b. Aspek Instrumental
Yaitu aspek atau komponen yang digunakan
untuk menunjang proses belajar mengajar, menurut M. Ngalim Purwanto, yang
termasuk kedalam aspek Instrumental,[26]
adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum
Yaitu sejumlah pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa, dalam kurikulum ini di cantumkan pelajaran-pelajaran apa
yang akan disajikan dalam proses belajar mengajar berlangsung dan juga
dicantumkan tujuan yang akan dicapai setelah proses belajar mengajar nantinya.
Menurut
J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam bukunya Secondary School
Improvement (1973): kurikulum juga diartikan sangat luas, menurut mereka
dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi
murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan,
suvervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah
ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajran. ketiga aspek pokok, program,
manusia dan fasilitas sangat erat hubunganya, sehingga tak mungkin diadakan
perbaikan kalau tidak diperhatikan ketiga-tiganya.[27]
Guru harus mendalami siswa dengan baik dan
mempunyai rencana yang matang agar dipedomani dalam belajar dan kurikulum
tersebut sudah dipedomani siswa dalam belajar.
2) Guru
Proses belajar mengajar terjadi antara
gru dengan siswa, dimana member pelajaran kepada siswanya, menggunakan metode
dipilihnya. Dan Siswa belajar dan menerima apa yang dikembangkan agar sesuai
dengan kemampuan yang sesuai dengan yang dimilikinya.
Menurut uzer Usman guru merupakan yang
memerlukakn keahlian keahlian khusus sebagai guru.[28]
Pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan oleh karena tidak mempunyai keahlian dalam mengajar.
Menurut Nana Sujana,
kemampuan guru yang benayak berhubungan dengan usaha dan prestasi belajar
antara lain:
a) Merencanakan program belajar dan mengajar
Dengan
mempersiapkan program belajar mengajar merupakanmuara dari segala pengetahuan
teori. belajar dengan teori, keterampilan dasar dan pengalaman dalam situasi
pengajaran, maka dari perencanaan dari persiapkan program adalah situasi
pengajaran ataupun perkiraan guru tentang apa yang akan dilakukan siswa selama
pelajaran berlangsung.[29]
b)
Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar
Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar,
merupakan penerapan atas apa yang telah dilaksanakan.
Dalam proses melaksanakan belajar mengajar, kemampuan
yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar
sesuai dengan yang telah dibuat sebelumnya.
c) Menilai proses belajar mengajar
Setiap
guru harus dapat menilai kemajuan terhadap proses belajar yang telah dicapai
oleh siswanya.
Penialain ini dapat dilakukan dengan memakai alat
penulisan seperti, Tes dan Non Tes.
d) Kemampuan bahan pelajaran
Kemampuan
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan proses belajar mengajar yang dianggap
sebagai pelengkap dalam profesi guru, tetapi merupakan hal yang sangat penting
bagi guru karena dapat mentransfer pelajaran, maka seseorang guru akan mudah
mentransfer pelajaran kepada siswannya. [30]
3) Sarana dan prasarana
Sarana merupakan fasilitas pendukung
terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, hendaknya disiapkan
dengan matang oleh pihak-pihak sekolah, agar tuhjuan yang matang dapat
terlaksana dengan baik, hal ini juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar
yang dicapai oleh para siswanya. Karena mereka belajar dengan berbagai
fasilitas.
4) Administrasi
dan menajemen.
Administrasi dan menajemen yang
dilakukan oleh pihak sekolah juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
semakin baik administrasi dan menajemen dalam pendidikan, maka semakin baik
pula hasil yang akan diperoleh oleh siswa di usaha pembelajaran.
Jadi
dalam proses belajar mengajar harus di perhatikan aspek instrumental, karena
aspek ini sangat mempengaruhi dalam pemeblajaran dan juga sangat berhubungan
antara satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu aspek tidak ada maka akan
terjadi ketimpangan, maka semua aspek ini harus diperhatiukan agar tercapai
semua yang diharapkan.
3. Faktor Pendekatan dalam belajar mengajar
Disamping faktor
internal dan eksternal, dahulu, faktor pendekatan dalam belajar berpengaruh
juga taraf keberhasilan proses belajar siswa. Seorang siswa yang
mengaplikasikan pendekatan belajar tingkat tinggi mungkin akan berpeluang memperoleh
hasil yang bermutu, sementara dengan pendekatan belajar yang sedang akan
berpeluang meraih hasil yang sedang juga. Untuk itu diperlukan pembiasaan
pendekatan belajar oleh siswa untuk meraih prestasi yang baik dan bermutu akan
tercapai dengan sendirinya.
Dari uraian yang
dikemukakan, dapat difahami dari prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh
banyak hal yang bersifat internal, eksternal maupun faktor pendekatan belajar.
Faktor diatas dipengaruhi satu sama lain. Hal ini dibuktikan oleh seseorang Seorang
yang mempunyai intelijensi yang tinggi dan
mendapat dorongan
dari lingkungan (eksternal), akan
memilih pendekatan belajar yang mementingkan
kualitas hasil belajar. karena factor-faktor tersebut jelaslah muncul
siswa-siswa yang berprestasi.
Selain itu ada faktor
penghambat yang mempengaruhi siswa dalam meraih prestasi menurut Dewa Ketut
Sukardi diantaranya:[31]
a. Faktor yang berasal dari diri Pelajar
1) Faktor non sosial
Dapat
dikelompokkan kepada, yaitu, keadaan cuaca, udara, waktu atau pada siang, malam
hari, tempat atau letak gedungnya atau alatnya, yang dipakai untuk belajar
seperti alat tulis , buku-buku, alat perga dan lain sebagai macamnya.
Seluruh
faktor penghambat dalam proses belajar jika tidak diatasi dengan baik akan
dipengaruhi oleh segala kekurangannya
2) Faktor sosial dalam belajar
Faktor
sosial adalah, faktor manusia atau sesama manusia, dimana manusia itu ada pada
saat seseorang itu belajar sering menggangu aktifitas belajar.
Faktor-faktor
sosial seperti yang disebutkan diatas, pada umumnya mengganggu dalam proses belajar
yang berlangsung dengan efektif dan
efisien
b. Faktor yang berasal dari dalam diri
pelajar
Faktor
ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya:
1. Faktor fisiologis dalam belajar
Faktor
ini dapat mempengaruhi dalam belajar, bahkan kalau tidak diantisipasi dapat
menggangu dalam belajar.
Faktor
fisiologis dapat dibagi kepada tonus, sebagaimana yang dikemukakan Sumadi Surya
Subrata, keadaan tonus jasmani ini dapat melatar belakangi aktifitas siswa dan
keadaan jasmani yang kurang segar.[32]
Dalam
hubungannya dibagi kepada:
1) Nutrisi yang harus cukup
Akan menyebabkan kurangnya tonus pada jasmani yang akan
menyebabkan kelesuan, ngantuk, lekas lelah dan sebagainya
2)
Penyakit Kronis yang sangat mengganggu belajar
Penyakit ini seperti, sakit gigi, influenza, batuk dan
lain-lain
3) keadaan fungsi-fungsi tertentu
Dengan kata lain faktor penghambat belajar seebagaimana
yang dijelaskan oleh Dewa Ketut Sukardi sebagai berikut:
a.
Intelijensi yang rendah akan mengganggu bila tidak
diberikan bantuan kepadanya, kurangnya semangat terhadap pelajaran akan cepat
bosan dan turunnya prestasi belajar dan lainnya.
b. Kurangnya minat siswa terhadap beberapa
bidang studi atau pelajaran
c. Kurang berbakat
d. Emosi yang tidak stabil
Namun
demikian faktor psikologis ini sangat mempengaruhi dalam belajar, karena faktor
ini dengan lainnya
Demikianlah
usaha yang dapat dilakukan untuk dapat dilakukan oleh guru dan dapat pula
dilakukan oleh siswa.
[1] Wjs. Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarata: PN. Balai
Pustaka, 1976), cet ke-5, h. 180
[2]Chalifah Hasan, Dimensi-Dimensi
Psikologi Pendidikan, (Surabaya:Al Ikhlas, 1994) h. 83
[3]Tigor Pagaribuan , Kamus Popular Lengkap, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997) cet ke-2 h. 19
[4]Abu Ahmadi Dan Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar,
(Jakarta; Rineka Cipta, 1991) cet ke-1 h. 121
[5]Chalifah Hasan, op. cit, h. 22
[6] Oemar Hamalik, Metode Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar,
( Bandung: Tarsito, 1983) h. 21
[7]Syardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar
( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) cet ke-8, h. 22
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000) cet ke-16, h.84
[9]Syaiful Bahri
Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi
Guru, (Surabaya: usaha nasional, 1994) cet ke-1, h. 23
[10] Harun Harahap, dkk, Teknik Penilaian
Hasil Belajar, (Jakarta:bulan bintang, 1979) h.11
[11]Nana Sujana, Penilain Hasil Proses
Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar
Baru Algensindo, 2002) cet ke-6, h.10
[12]M. Uzer Usman Dan Lilies Setia Wati, Upaya
Optimaliasasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
1993), h. 8
[13]www.diknas.go.id/downloads.phbs.pdf, pusat data redaksi (unit cyber media-dokumentasi Digital), Pikiran Rakyat
Bandung 2006
[14] Muhibban Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999), h. 47
[17] Muhibban Syah, Psikologi Belajar, (Jakarat: PT. Raja
Gafindo Persada, 1999), h. 219
[18]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.
cit, h. 121-122
[19] M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h. 18
[20] Muhibban Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Cet ke-5, h. 135
[21]Slameto, Belajar dan
faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h.
134
[23] M. Ngalim Purwanto, op. cit, h.107
[24] Maman Rahman, Menajemen Kelas, (
Jakarta: DepDikBud RI, 1998) h 154
[25]M. Noersyah, Pendidikan dan Dasar-dasar Kepemimpinan,
(Surabaya:Usaha Nasional, 1980), h.28
[27]Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Jakarta:Gaya
Media Pratama:1999), h. 4
[28]Muhamad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), cet ke-12,
h. 5
[29]Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2002) cet ke-6, h. 20
[30]Nana Sujana,
op.cit, h. 32
[31]Dewa Ketut Sukardi, Bimibingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983) , h. 31
[32]Sumadi Surya Suprata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 1995) h.
170
[33]Dewa Ketut Sukardi, op. cit, h. 52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar