Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Bentuk Kegiatan Menumbuhkan Budaya Keberagamaan Di Sekolah


A.           Bentuk Kegiatan Menumbuhkan Budaya Keberagamaan Di Sekolah
Kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan budaya keberagamaan di lingkungan sekolah bervariasi. Diantaranya kegiatan rutin, yaitu pengembangan budaya keberagamaan secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar sekolah. Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan sehari-hari yang terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan,  sehingga tidak memerlukan waktu khusus. Pendidikan keagamaan tidak hanya terbatas masalah aspek pengetahuan saja, melainkan pembentukan sikap, prilaku, dan pengalaman keagamaan. Untuk itu pembentukan sikap, prilaku, dan pengalaman keagamaan tidak hanya dilakukan oleh guru agama , akan tetapi didukung oleh guru-guru bidang studi  lainnya.
   Kemudian menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama, sehingga lingkungan dan proses  kehidupan semacam ini bagi peserta didik benar-bnenar bisa memberikan pendidikan tentang caranya belajar agama. Dalam proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, selain lingkungan keluarga dan masyarakat. Suaasana lingkungan sekolah dapat menumbuhkan budaya keberagamaan. Sekolah harus bisa menanamkan nilai-nilai yang dapat menciptakan generasi sekolah yang berkualitas dan berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku utama kehidupan di masyarakat kelak. Suasana lingkungan sekolah yang mendukung dan menjamin terselenggaranya proses pendidikan dapat membentuk peserta didik memiliki akhlak yang mulia, jujur, disiplin, dan semangat dan sehingga  pada akhirnya menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.
   Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru agama dengan materi pelajaran agama Islam dalam suatu proses pembelajaran, namun dapat pula dilakukan diluar proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari . Guru bisa memberikan  secara spontan ketika menghadapi sikap dan prilaku  peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Adapun manfaat pendidikan secara spontan ini menjadikan peserta didik langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya dan langsung pula mampu memperbaikinya dan menjadi cambuk dari  peserta didik lainnya.
   Disisi lain memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri, menimbulkan bakat, minat dan kreatifitas pendidikan agama Islam dalam keterampilan dan seperti membaca Al-Qur’an, adzan, saritilawah, serta mendorong peserta didik untuk mencintai kitab suci, dan meningkatkan minat peserta didik untuk membaca, menulis, serta mempelajari ini kandungan Al-Qur’an. Dalam membahas suatu materi pelajaran agara lebih jelas guru hendaknya selalu di perkuat oleh nas-nas keagamaan yang sesuai dengan berlandasan pada Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW. Persoalan ini tidak hanya ketika mengajar saja tetapi dalam setiap kesempatan guru harus mengembangakan kesadaran beragama dan menanamkan jiwa keberagamaan yang benar.
  Selanjutnya menyelenggarakan aktivitas seni, karena seni merupakan sesuatu yang berarti dan relevan dalam kehidupan. Seni menentukan  kepekaan peserta didik dalam memberikan  ekspresi dan tanggapan dalam kehidupan. Seni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengetahui atau menilai kemampuan akademis, sosial, emosional, budaya, dan moral. Melalui pendidikan seni  peserta didik memperoleh pengalaman berharga  bagi dirinya, mengeekspresikan sesuatu yang ada pada dirinya dengan jujur dan tidak dibuat-buat.
  Dengan demikian pendidik harus mampu menyadarkan peserta didik untuk menemukan ekspresi dirinya. Melalui pendidikan seni peserta didik dilatih untuk mengembangkan bakat, kreatifitas, kemamapuan, dan keterampilan yang dapat ditransferkannya dalam kehidupan  Pembelajaran seni yang ada di sekolah memberikan konstribusi dalam sikap belajar siswa dalam keseharian. Selama belajar di sekolah maupun di luar waktu belajar , peserta didik diharapkan selalu melakukan aktifitas seni untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
          Adapun salah satu contoh bidang seni yang dapat dikembangkan di sekolah adalah nasyid. Nasyid adalah seni vokal yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat musik. Tujuan nasyid  antara lain untuk melatih dan mengembangkan keberanian, penjiwaan, keindahan, kemampuan, serta keserasian dalam mengolah seni modern yang Islami. Dalam hal ini peserta didik untuk menginterpretasikan atau mengekspresikan emosi dan jiwa keagamaan didalam bernyanyi atau bermusik. Dengan bernyanyi atau bermusik peserta didik mendapatkan kepuasan lahir dan bathinnya sehingga menjadi landasan yang baik untuk meningkatkan semangat belajarnya.
B.            Pendekatan-Pendekatan dalam Penciptaan Suasana Keberagamaan di Sekolah
Ajaran Islam yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Sunnah menjadi sumber inspirasi dan motivasi pendidikan Islam terutama dalam pembinaan keberagamaan .
Firman Allah SWT. :
Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# ôs% öNà2uä!$y_ $oYä9qßu ÚúÎiüt7ムöNä3s9 #ZŽÏWŸ2 $£JÏiB öNçFYà2 šcqàÿøƒéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètƒur Ætã 9ŽÏVŸ2 4 ôs% Nà2uä!%y` šÆÏiB «!$# ÖqçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7B ÇÊÎÈ   Ïôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ Ÿ@ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_̍÷ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏôgtƒur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÊÏÈ

“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(Q.S. Al-Maidah : 15-16)

Manusia dengan petunjuk Allah melalaui kitab-kitab suci-Nya dapat mengubah jiwa manusia dari kegelapan menuju ke arah hidup bahagia sepanjang hayat. Untuk mencapai tujuan tersebar penuh optimisme dan dinamika hidup sepanjang hayat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah mengarahkan kepada tiap manusia suatu kemampuan dasar (Fitrah Diniyah) yang tetap tak berubah, yang dapat dipengaruhi oleh pendidikn Islam.
Bagaimana agar pengaruh pendidikan tersebut efektif bergantung pada sikap sikap pendidik itu sendiri. Sikap dan prilaku pendidik berpusat pada kelemahlembutan dan kasih sayang. Dari sikap ini akan timbul rasa dekat anak didik pada pendidik. Berdasarkan pendekatan keagamaan, tujuan pendidikan Islam adalah pengabdian  dan penyerahan diri secara total kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT.
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ                                               
            “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. az-Zari’at : 56)
Selain pendekatan-pendekatan keagamaan diatas, beberapa pendekatan lain yang dapat diterapkan dalam membina prilaku keberagamaan peserta didik baik dilingkungan keluarga maupun dalam pendidikan formal antara lain :
1.      Pendekatan keteladanan  
Ngalim purwanto mengatakan, bahwa dalam berbagai proses pendidikan . ketealadanan pendidik merupakan alat pendidikan yang sangat penting, bahkan yang paling utama. Sejak kecil, manusia terutama anak-anak telah mempunyai dorongan untuk meniru dan suka mengidentifikasi orang lain atau tingkah laku orang lain, terutama terhadap orang tua dan gururnya. Oleh karena itu guru harus mencerminkan akhlak yang mulia di manapun ia berada, baik di sekolah, keluarga, maupun dilingkungan sekolah.”[1]
   Pendekatan keteladan adalah memperlihatkan keteladanan atau memberikan contoh-contoh yang baik. Guru yang senantiasa bersikap baik kepada setiap orang misalnya, secara langsung  memberikan keteladanan bagi anak didiknya. Keteladanan pendidik terhadap anak  keberhasilan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru akan menjadi tokoh idntifikasi  dalam pandangan siswa yang akan dijadikannya sebagai teeladan dalam mengidentifikasikan dirinya dalam kehidupannya. Kecenderungan siswa dalam belajar melalui peniruan menyebabkan pendekatan keteledanan menjadi sangat penting, artinya dalam proses pembelajaran. Bahkan manusia pada umumnya senantiasa cenderung meniru yang lainnya.
    Rasulullah SAW merupakan teladan yang  baik bagi umat Islam. Firman Allah SWT. :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur t
ÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
   Artiny

                  Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Q.S. Al-Ahzab :21)

                 
Keteladanan amat penting dalam Islam. Umat meneladani Nabi, Nabi meneladani Al-Quran. Aisyah pernah berkata bahwa akhlak Rasulullah itu adalah al-Quran.Tidak hanya caranya beribadah, caranya berkehidupan sehari-hari pun kebanyakan contoh tentang cara berkehidupan yang Islami. Pendekatan pembiasaan intinya adalah pengulangan. Menurut Quraish shihab, al-Quran juga merupakan pendekatan pembiasaan ini dalam mensosialisasikan syari’at-syari’at Allah yang terkandung di dalamnya. Namun untuk mengimplementasikan pendekatan ini, setidaknya al-Quran menggunakan dua bentuk strategi, yaitu; pertama, sekaligus ( pasti) tanpa tahapan yang berangsur-angsur, yakni yang berkaitan dengan penyembahan berhala, syirik, berbohong, dan sebgainya.  Kedua, bertahap dan berangsur-angsur, seperti dalam soal-soal larangan minuman keras, zina, riba, perbudakan, dan sebagainya.”[2]
   Hal ini sekaligus  mengisyaratkan bahwa dalam Islam juga sangat mementingkan penggunaan  pendekatan  dalam proses pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan benar-benar memberikan hasil yang maksimal dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
2.      Pendekatan Pengalaman
  Pendekatan pengalaman dalam pembelajaran adalah sebuah pendekatan yang menitikberatkan proses  pembangunan pengetahuan dari pengalaman-pengalaman  yang dialami dalam kehidupannya. Dalam konteks ini pengalaman yang dimaksud yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok.”[3]Pemberian pengalaman yang edukatif kepada peserta didik berpusat pada tujuan yang memberi arti terhadap kehidupan anak, interaktif dalam lingkungannya.”[4]
  Dalam pembelajaran ibadah misalnya, guru atau pendidik harus mampu memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik  agar mereka bisa mengikuti pengalaman yang pernah dilaui oleh gurunya. Terakait dalam hal ini dimana peserta didik harus mampu mengalami sendiri ibadah yang dilakukanya melalui bimbingan guru, sebab belajar dari pengalaman hasilnya akan lebih baik dari hanya sekedar kata-kata, atau tidak pernah berbuat sama sekali. Dengan demikian pengalaman yang dimaksud  bukanlah pengalaman sembarangan , akan tetapi tentunya pengalaman yang mendidik.  
3.      Pendekatan emosional
  Emosi merupakan gejala kejiwaan  yang ada dalam diri seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan  perasaan. “Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan yang baik dan yang buruk.”[5] Emosi berperan untuk membentuk kepribadian seseorang, oleh karena itu pendekatan emosional dijadikan salah satu pendekatan dalam menciptakan pendidikan Islam.
4.      Pendekatan rasional
  Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio, dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Rasio atau akal merupakan satu-satunya yang dapat membedakan manusia  dengan makhluk lainnya.  Dengan menggunakan akalnya seseorang  bisa membedakan mana yang  lebih, mana yang baik, dan mana yang tidak baik 
  Pendekatan  rasional merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam layanan konseling kelompok, dimana dalam pendekatan rasional dapat membantu individu anggota kelompok agar dapat mengurangi ketegangan dan konflik bathin dikarenakan terhalangnya kebutuhan-kebutuhan vital  dari individu.    Dalam hal ini seorang guru harus mampu membawa anak didiknya kearah yang bersifat  rasional dalam memahami segala pengalaman hidupnya yang bersifat positif.
5.      Pendekatan psikologis
  Psikologis berakaiatan erat dengan aspek kejiwaan manusia. Melalui pendekatan ini Rasulullah SAW telah memotivasi umatnya untuk memiliki kesadaran akan makna hidup, rasa tenang dan dukungan kegoncangan jiwa. Aspek psikologis juga memiliki hubungan yang erat dengan potensi intelektual emosional yang terdapat dalam diri manusia. Menurut al-zahrani, segala kebutuhan biologis manusia bagi kelangsungan hidupnya termasuk kedalam motivasi psikologis, seperti rasa lapar, haus, lelah, kepanasan,dll. Beberapa pendekatan diatas mengisyaratakan bahwa dalam penciptaan suasana keberagamaan mesti mempertimbangkan tingkat perkembangan individu baik disegi akal maupun psikologisya.


[1]M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Roskarya, 1992), h. 228 
[2]M. Quraish Shihab, Wawasan  alQur’an Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2003), cet: ke-13, h. 3
[3]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2008). Cet.ke-7 h. 169-170
[4] Ibid,h. 170
[5]Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam,  (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.

Tidak ada komentar: