A.
Bentuk
Kegiatan Menumbuhkan Budaya Keberagamaan Di Sekolah
Kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan
budaya keberagamaan di lingkungan sekolah bervariasi. Diantaranya kegiatan
rutin, yaitu pengembangan budaya keberagamaan secara rutin berlangsung pada
hari-hari belajar sekolah. Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan
sehari-hari yang terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan, sehingga tidak memerlukan waktu khusus.
Pendidikan keagamaan tidak hanya terbatas masalah aspek pengetahuan saja,
melainkan pembentukan sikap, prilaku, dan pengalaman keagamaan. Untuk itu
pembentukan sikap, prilaku, dan pengalaman keagamaan tidak hanya dilakukan oleh
guru agama , akan tetapi didukung oleh guru-guru bidang studi lainnya.
Kemudian menciptakan lingkungan sekolah yang
mendukung dan menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama, sehingga
lingkungan dan proses kehidupan semacam
ini bagi peserta didik benar-bnenar bisa memberikan pendidikan tentang caranya
belajar agama. Dalam proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah, selain lingkungan keluarga dan masyarakat. Suaasana
lingkungan sekolah dapat menumbuhkan budaya keberagamaan. Sekolah harus bisa
menanamkan nilai-nilai yang dapat menciptakan generasi sekolah yang berkualitas
dan berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku utama kehidupan di
masyarakat kelak. Suasana lingkungan sekolah yang mendukung dan menjamin
terselenggaranya proses pendidikan dapat membentuk peserta didik memiliki
akhlak yang mulia, jujur, disiplin, dan semangat dan sehingga pada akhirnya menjadi dasar untuk
meningkatkan kualitas dirinya.
Pendidikan
agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru agama dengan materi
pelajaran agama Islam dalam suatu proses pembelajaran, namun dapat pula
dilakukan diluar proses pembelajaran
dalam
kehidupan sehari-hari . Guru bisa memberikan
secara spontan ketika menghadapi sikap dan prilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran
agama. Adapun manfaat pendidikan secara spontan ini menjadikan peserta didik
langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya dan langsung pula
mampu memperbaikinya dan menjadi cambuk dari
peserta didik lainnya.
Disisi lain memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri, menimbulkan bakat,
minat dan kreatifitas pendidikan agama Islam dalam keterampilan dan seperti
membaca Al-Qur’an, adzan, saritilawah, serta mendorong peserta didik untuk
mencintai kitab suci, dan meningkatkan minat peserta didik untuk membaca,
menulis, serta mempelajari ini kandungan Al-Qur’an. Dalam membahas suatu materi
pelajaran agara lebih jelas guru hendaknya selalu di perkuat oleh nas-nas
keagamaan yang sesuai dengan berlandasan pada Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah
SAW. Persoalan ini tidak hanya ketika mengajar saja tetapi dalam setiap
kesempatan guru harus mengembangakan kesadaran beragama dan menanamkan jiwa
keberagamaan yang benar.
Selanjutnya menyelenggarakan
aktivitas seni, karena seni merupakan sesuatu yang berarti dan relevan dalam
kehidupan. Seni menentukan kepekaan
peserta didik dalam memberikan ekspresi
dan tanggapan dalam kehidupan. Seni memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengetahui atau menilai kemampuan akademis, sosial, emosional, budaya,
dan moral. Melalui pendidikan seni
peserta didik memperoleh pengalaman berharga bagi dirinya, mengeekspresikan sesuatu yang
ada pada dirinya dengan jujur dan tidak dibuat-buat.
Dengan
demikian pendidik harus mampu menyadarkan peserta didik untuk menemukan
ekspresi dirinya. Melalui pendidikan seni peserta didik dilatih untuk
mengembangkan bakat, kreatifitas, kemamapuan, dan keterampilan yang dapat
ditransferkannya dalam kehidupan
Pembelajaran seni yang ada di sekolah memberikan konstribusi dalam sikap
belajar siswa dalam keseharian. Selama belajar di sekolah maupun di luar waktu
belajar , peserta didik diharapkan selalu melakukan aktifitas seni untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Adapun salah satu contoh bidang seni yang dapat dikembangkan di sekolah
adalah nasyid. Nasyid adalah seni vokal yang kadang-kadang dilengkapi dengan
alat musik. Tujuan nasyid antara lain
untuk melatih dan mengembangkan keberanian, penjiwaan, keindahan, kemampuan,
serta keserasian dalam mengolah seni modern yang Islami. Dalam hal ini peserta
didik untuk menginterpretasikan atau mengekspresikan emosi dan jiwa keagamaan
didalam bernyanyi atau bermusik. Dengan bernyanyi atau bermusik peserta didik
mendapatkan kepuasan lahir dan bathinnya sehingga menjadi landasan yang baik
untuk meningkatkan semangat belajarnya.
B.
Pendekatan-Pendekatan
dalam Penciptaan Suasana Keberagamaan di Sekolah
Ajaran
Islam yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Sunnah menjadi sumber
inspirasi dan motivasi pendidikan Islam terutama dalam pembinaan keberagamaan .
Firman
Allah SWT. :
@÷dr'¯»t É=»tGÅ6ø9$# ôs% öNà2uä!$y_ $oYä9qßu ÚúÎiüt7ã öNä3s9 #ZÏW2 $£JÏiB öNçFYà2 cqàÿøéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètur Ætã 9ÏV2 4
ôs% Nà2uä!%y` ÆÏiB «!$# ÖqçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7B ÇÊÎÈ Ïôgt ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ @ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_Ì÷ãur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøÎ*Î/ óOÎgÏôgtur 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B ÇÊÏÈ
“Hai
ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(Q.S.
Al-Maidah : 15-16)
Manusia
dengan petunjuk Allah melalaui kitab-kitab suci-Nya dapat mengubah jiwa manusia
dari kegelapan menuju ke arah hidup bahagia sepanjang hayat. Untuk mencapai
tujuan tersebar penuh optimisme dan dinamika hidup sepanjang hayat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Allah mengarahkan kepada tiap manusia suatu kemampuan
dasar (Fitrah Diniyah) yang tetap tak
berubah, yang dapat dipengaruhi oleh pendidikn Islam.
Bagaimana
agar pengaruh pendidikan tersebut efektif bergantung pada sikap sikap pendidik itu
sendiri. Sikap dan prilaku pendidik berpusat pada kelemahlembutan dan kasih
sayang. Dari sikap ini akan timbul rasa dekat anak didik pada pendidik.
Berdasarkan pendekatan keagamaan, tujuan pendidikan Islam adalah pengabdian dan penyerahan diri secara total kepada Allah
SWT.
Firman Allah
SWT.
$tBur
àMø)n=yz
£`Ågø:$#
}§RM}$#ur
wÎ)
Èbrßç7÷èuÏ9
ÇÎÏÈ
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.(Q.S. az-Zari’at : 56)
Selain
pendekatan-pendekatan keagamaan diatas, beberapa pendekatan lain yang dapat
diterapkan dalam membina prilaku keberagamaan peserta didik baik dilingkungan
keluarga maupun dalam pendidikan formal antara lain :
1.
Pendekatan
keteladanan
Ngalim purwanto mengatakan, bahwa
dalam berbagai proses pendidikan . ketealadanan pendidik merupakan alat
pendidikan yang sangat penting, bahkan yang paling utama. Sejak kecil, manusia
terutama anak-anak telah mempunyai dorongan untuk meniru dan suka mengidentifikasi
orang lain atau tingkah laku orang lain, terutama terhadap orang tua dan
gururnya. Oleh karena itu guru harus mencerminkan akhlak yang mulia di manapun
ia berada, baik di sekolah, keluarga, maupun dilingkungan sekolah.”[1]
Pendekatan keteladan adalah memperlihatkan keteladanan atau memberikan
contoh-contoh yang baik. Guru yang senantiasa bersikap baik kepada setiap orang
misalnya, secara langsung memberikan
keteladanan bagi anak didiknya. Keteladanan pendidik terhadap anak keberhasilan pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena guru akan menjadi tokoh idntifikasi
dalam pandangan siswa yang akan dijadikannya sebagai teeladan dalam
mengidentifikasikan dirinya dalam kehidupannya. Kecenderungan siswa dalam
belajar melalui peniruan menyebabkan pendekatan keteledanan menjadi sangat
penting, artinya dalam proses pembelajaran. Bahkan manusia pada umumnya
senantiasa cenderung meniru yang lainnya.
Rasulullah SAW merupakan teladan yang
baik bagi umat Islam. Firman Allah SWT. :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur t
ÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artiny
Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Q.S.
Al-Ahzab :21)
Keteladanan amat penting dalam Islam.
Umat meneladani Nabi, Nabi meneladani Al-Quran. Aisyah pernah berkata bahwa
akhlak Rasulullah itu adalah al-Quran.Tidak hanya caranya beribadah, caranya
berkehidupan sehari-hari pun kebanyakan contoh tentang cara berkehidupan yang
Islami. Pendekatan pembiasaan intinya adalah pengulangan. Menurut Quraish
shihab, al-Quran juga merupakan pendekatan pembiasaan ini dalam mensosialisasikan
syari’at-syari’at Allah yang terkandung di dalamnya. Namun untuk
mengimplementasikan pendekatan ini, setidaknya al-Quran menggunakan dua bentuk
strategi, yaitu; pertama, sekaligus (
pasti) tanpa tahapan yang berangsur-angsur, yakni yang berkaitan dengan
penyembahan berhala, syirik, berbohong, dan sebgainya. Kedua,
bertahap dan berangsur-angsur, seperti dalam soal-soal larangan minuman keras,
zina, riba, perbudakan, dan sebagainya.”[2]
Hal ini sekaligus mengisyaratkan
bahwa dalam Islam juga sangat mementingkan penggunaan pendekatan
dalam proses pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan
benar-benar memberikan hasil yang maksimal dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
2. Pendekatan
Pengalaman
Pendekatan pengalaman dalam pembelajaran adalah sebuah pendekatan yang
menitikberatkan proses pembangunan
pengetahuan dari pengalaman-pengalaman
yang dialami dalam kehidupannya. Dalam konteks ini pengalaman yang
dimaksud yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka
penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok.”[3]Pemberian
pengalaman yang edukatif kepada peserta didik berpusat pada tujuan yang memberi
arti terhadap kehidupan anak, interaktif dalam lingkungannya.”[4]
Dalam pembelajaran ibadah misalnya, guru atau pendidik harus mampu
memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik agar mereka bisa mengikuti pengalaman yang
pernah dilaui oleh gurunya. Terakait dalam hal ini dimana peserta didik harus
mampu mengalami sendiri ibadah yang dilakukanya melalui bimbingan guru, sebab
belajar dari pengalaman hasilnya akan lebih baik dari hanya sekedar kata-kata,
atau tidak pernah berbuat sama sekali. Dengan demikian pengalaman yang dimaksud bukanlah pengalaman sembarangan , akan tetapi
tentunya pengalaman yang mendidik.
3. Pendekatan
emosional
Emosi merupakan gejala kejiwaan
yang ada dalam diri seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan perasaan. “Pendekatan emosional adalah usaha
untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam
serta dapat merasakan yang baik dan yang buruk.”[5] Emosi
berperan untuk membentuk kepribadian seseorang, oleh karena itu pendekatan
emosional dijadikan salah satu pendekatan dalam menciptakan pendidikan Islam.
4. Pendekatan
rasional
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio, dalam
memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Rasio atau akal merupakan
satu-satunya yang dapat membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Dengan
menggunakan akalnya seseorang bisa
membedakan mana yang lebih, mana yang
baik, dan mana yang tidak baik
Pendekatan rasional merupakan
salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam layanan konseling kelompok,
dimana dalam pendekatan rasional dapat membantu individu anggota kelompok agar
dapat mengurangi ketegangan dan konflik bathin dikarenakan terhalangnya
kebutuhan-kebutuhan vital dari
individu. Dalam hal ini seorang guru
harus mampu membawa anak didiknya kearah yang bersifat rasional dalam memahami segala pengalaman
hidupnya yang bersifat positif.
5. Pendekatan
psikologis
Psikologis berakaiatan erat dengan aspek kejiwaan manusia. Melalui
pendekatan ini Rasulullah SAW telah memotivasi umatnya untuk memiliki kesadaran
akan makna hidup, rasa tenang dan dukungan kegoncangan jiwa. Aspek psikologis
juga memiliki hubungan yang erat dengan potensi intelektual emosional yang
terdapat dalam diri manusia. Menurut al-zahrani, segala kebutuhan biologis
manusia bagi kelangsungan hidupnya termasuk kedalam motivasi psikologis,
seperti rasa lapar, haus, lelah, kepanasan,dll. Beberapa pendekatan diatas
mengisyaratakan bahwa dalam penciptaan suasana keberagamaan mesti
mempertimbangkan tingkat perkembangan individu baik disegi akal maupun
psikologisya.
[1]M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan teoritis dan Praktis, (Bandung:
Remaja Roskarya, 1992), h. 228
[2]M. Quraish Shihab, Wawasan
alQur’an Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung:
Mizan, 2003), cet: ke-13, h. 3
[3]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2008). Cet.ke-7 h.
169-170
Tidak ada komentar:
Posting Komentar