Cari Blog Ini

Selasa, 01 Mei 2018

Disiplin


A.      Disiplin
1.         Pengertian Disiplin
Dalam arti luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai latihan batin dan watak supaya mentaati tata tertib, kepatuhan pada aturan.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. [1] Menurut The Liang Gie yang dimaksud dengan disiplin adalah “suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.”[2]  Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif.[3]
Suratman mendifinisikan disiplin dengan suatu ketaatan yang sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta sikap dan perilaku sesuai dengan aturan atau tata kelakuan yang semestinya di dalam lingkungan tertentu.[4]
Ahmad Rohani HM, mengatakan bahwa “dalam arti yang luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat mamahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa terhadap lingkungannya.”[5] Dengan disiplin siswa  diharapkan bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan mejauhi larangan tertentu. Kesedian semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas di sekolah, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Jadi menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik  dalam batas batas kemampuannya. Akan tetapi jika kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami, bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam kehidupan sehari-hari, sesorang tidak terlepas dari aturan-aturan yang berlaku, termasuk bagi siswa di sekolah. Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah, dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah tunduk pada aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Islam adalah agama yang sangat menghargai kedisiplinan. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang di dalamnya terkandung makna tentang kedisiplinan.
Ÿ@»s% bÎ) óOçFø[Î6©9 žwÎ) WxÎ=s% ( öq©9 öNä3¯Rr& óOçFZä. tbqßJn=÷ès? ÇÊÊÍÈ
Artinya:
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui. (Q.S. Al-Mukminun 114)

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa  kita harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja, sebab itu manusia seharusnya dapat menggunkan waktu sebaik mungkin. Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu bentuk sikap disiplin.
bÎ) öNä3ó¡|¡ôJtƒ Óyös% ôs)sù ¡§tB tPöqs)ø9$# Óyös% ¼ã&é#÷VÏiB 4 y7ù=Ï?ur ãP$­ƒF{$# $ygä9Ír#yçR tû÷üt/ Ĩ$¨Y9$# zNn=÷èuÏ9ur ª!$# šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä xÏ­Gtƒur öNä3ZÏB uä!#ypkà­ 3 ª!$#ur Ÿw =Ïtä tûüÉKÎ=»©à9$# ÇÊÍÉÈ

Artinya:
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada' dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Q.S. Ali imran: 140)

Dari ayat di atas dapat dipahami, bahwa Allah tidak menhukai orang-orang yang zalim. Orang yang tidak disiplin termasuk orang yang zalim.
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa disiplin merupakan kepatuhan terhadap sesuatu,dalam al-Qur’an dijelaskan tentang perintah mengenai ketaatan seseorang.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqß§9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqß§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. Annisa’ 59)

Dari ayat di atas dapat dipahami, bahwa Allah memerintahkan manusia untuk patuh dan taat pada Allah, rasul dan pemimpin. Ketaatan di sini berarti juga dengan mematuhi atau taat pada perintah dan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, rasul dan pemimpin.
2.        Pembagian Disiplin Siswa
Pada dasarnya, pembagian disiplin sangat banyak, seperti disiplin kerja, disiplin dalam olah raga, dan lain-lain. Namun penulis membatasi pada jenis atau pembagian disiplin yang berhubungan dengan siswa.
a.    Disiplin diri
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disiplin berarti melatih batin dan watak supaya perbuatannya menaati tata tertib. Disiplin diri berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup. Disiplin diri akan terasa manfaatnya jika kita memiliki suatu impian dan cita–cita yang ingin dicapai. Kita harus mendisiplinkan ( melatih ) diri untuk mengerjakan hal-hal yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, di dunia ini dibuat peraturan–peraturan yang disertai hukuman yang setimpal. Hal ini tidak lain agar setiap manusia mau belajar hidup disiplin dan menaati aturan yang ada sehingga dunia tidak kacau balau dan seseorang tidak dapat berbuat sekehendak hatinya.
Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang–ulang dan terus menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan akan manjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan untuk  meraih tujuan hidup yang menentukan masa depan kita.[6]
b.    Disiplin Kelas
Disiplin kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana guru dan murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Dengan demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum mengajar dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.
Disiplin di kelas yang baik adalah disiplin yang timbul dari kemauan murid-murid sendiri bukan karena paksaan disebabkan oleh sanksi yang diberikan apabila peraturan tidak dipatuhi. Oleh karena itu diperlukan usaha secara terus menerus untuk membina kesadaran murid-murid akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar atau siswa. Namun dalam prakteknya kadang-kadang tidak jarang, seorang guru terpaksa memaksakan peraturan atau ketentuan yang berlaku terhadap murid-muridnya, walaupun sebenarnya cara ini kurang baik. Hal ini dilakukan karena sering terjadi  pelanggaran yang dilakukan oleh murid baik sengaja maupun tidak sengaja.
Disiplin yang berasal dari kesadaran murid-murid sendiri lebih baik jika dibandingkan dengan disiplin yang berdasarkan paksaan karena takut terhadap sanksi yang akan diberikan bila ketentuan dilanggar. Disiplin karena kesadaran sendiri sifatnya lebih langgeng sedangkan disiplin yang timbul karena paksaan sifatnya semu.
Disiplin kelas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a) Disiplin yang timbul atas kesadaran kelas sendiri (siswa dalam kelas). Siswa dalam kelas tertib dan teratur dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru bukan karena takut terhadap sanksi yang akan diberikan, tetapi karena kesadaran dan kemauan sendiri. Disiplin kelas yang demikian akan membawa kelas menjadi dinamis dan produktif. Disiplin kelas yang dinamis hanya dimungkinkan oleh kepemimpinan guru yang demokratis. 2) Disiplin yang timbul karena paksaan dari guru.
3.        Faktor-Fakor yang Mempengarui Disiplin Siswa
Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa di sekolah, sebenarnya terkait dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, karena dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi belajar siswa, akan diketahui apa faktor sehingga terjadi masalah-masalah seperti pelanggaran disiplin oleh siswa. Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa yaitu:
a.       Faktor internal siswa, meliputi: a) Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis, meliputi: tingkat kecerdasan atau intelejensi siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.
b.      Faktor eksternal siswa, meliputi: a) Lingkungan sosial, termasuk lingkungan sekolah seperti guru, kepala sekolah dan wakil, serta teman-teman. Juga termasuk mayarakat di sekitar siswa. b) Lingkungan nonsosial, yaitu: gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa.
c.       Faktor pendekatan belajar, artinya, keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar.[7]
Menurut Abdul Hadis, “faktor yang mempengaruhi proses mengajar antara lain adalah: media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, instruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, dan sebagainya.”[8]
Abdul Hadis mengemukakan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap belajar sebagai berikut: a) faktor intern, yang meliputi faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan psikolgis, misalnya kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan pengaruh besar terhadap disiplin kerja. Orang-orang yang sering sakit sudah barang tentu tidak dapat menegakkan disiplin kerja. Sedangkan yang termasuk faktor psikologis, misalnya: minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. b)faktor ekstern, ialah faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.[9]
Menurut Slameto, faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa antara lain adalah: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) lingkungan, (4) tujuan.[10]
4.        Tujuan dan Fungsi Disiplin di Sekolah
Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah: (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Adapun mengenai fungsi kedisiplinan pada sekolah, antara lain yaitu: (a) menata kehidupan bersama, (b) membangun kepribadian, (c) melatih kepribadian, (d) pemaksaan, (e) hukuman, (f) menciptakan lingkungan yang kondusif.[11]
5.        Pembinaan Disiplin Siswa
Pada hakikatnya, pembinaan disiplin anak merupakan tanggung jawab orang tua. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi disiplin diri anak.  Menurut Moh. Shochib, bagi orang tua, ada seperangkat prinsip yang digunakan dalam membantu anak memiliki disiplin diri, yaitu:
a.       Keteladanan diri
b.      Kebersamaan antara dirinya dengan anak dalam merealisasikan nilai-nilai moral
c.       Demokratisasi dan keterbukaan dalam kehidupan dan suasana dalam keluarga
d.      Kemampuan diri dalam menghayati dunia anak
e.       Serta kesatuan perilaku dan upaya.[12]
Bagi seorang guru, dalam membina disiplin siswa di sekolah, perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan nasional, yakni sikap demokratis. Menurut Reisman dan Payne yang dikutip Mulayasa, strategi-strategi umum dalam membina disiplin sekolah adalah sebagai berikut: a) Konsep diri (self-concept)”; strategi ini menekankan bahwa konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku, b) Keterampilan berkomunikasi, c) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami. [13]
Mulyasa menambahkan hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain yaitu: “mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui catatan kumulatif, menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran tidak terjadi penyimpangan, bergairah dan semangat melakukan pembelajaran agar dijadikan teladan oleh peserta didik, membuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi dan tidak monoton agar membantu disiplin dan gairah peserta didik, berdiri dekat pintu pada waktu mulai pergantian pembelajaran agar peserta didik tetap berada dalam posisinya sampai pembelajaran berikutnya dilaksanakan, dan lain-lain.” [14]

Dalam pendidikan Islam, ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut M. Abdurrahman an-Nahlawi, di antara strategi tersebut diantaranya: a) memberikan keteladanan secara langsung, mengajak, menasehati dan mengarahkan, memanggil peserta didik secara individual, bekerja sama dengan guru lain, bekerja sama dengan orang tua peserta didik, dan sebagainya.  Berbagai strategi pada dasarnya dapat digunakan guru untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar.[15]
Pemberian teguran dapat dilakukan terhadap siswa yang tidak disiplin.

$s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym #sŒÎ) $t6Ï.u Îû ÏpuZŠÏÿ¡¡9$# $ygs%tyz ( tA$s% $pktJø%tyzr& s-̍øóçFÏ9 $ygn=÷dr& ôs)s9 |M÷¥Å_ $º«øx© #\øBÎ) ÇÐÊÈ
Artinya:
“Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.” (Q.S. al-Kahfi: 71)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa teguran merupakan bentuk pembinaan terhadap perilaku seseorang yang menyalahi aturan.
Selain dengan teguran, pembinaan siswa bias berupa pemberian sanksi.
ä-Í$¡¡9$#ur èps%Í$¡¡9$#ur (#þqãèsÜø%$$sù $yJßgtƒÏ÷ƒr& Lä!#ty_ $yJÎ/ $t7|¡x. Wx»s3tR z`ÏiB «!$# 3 ª!$#ur îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÌÑÈ
Artinya:
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Maidah: 38)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang melakukan kesalahan akan diberikan sanksi sesuai dengan kesalahan yang dilakukan. Pada kali pertama pembinaan melalui teguran atau nasehat, kemudian dengan memberikan sanksi.

a.         Guru hendaknya bisa menjadi contoh dalam berdisiplin, misalnya tepat waktu. Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam karet, molor dan selalu terlambat masuk kelas.
b.         Memberlakukan peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti dan mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar.
c.         Secara konsisten para guru terus mensosialisasikan kepada siswa tentang pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal, melalui pembinaan dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan. [16]
    Dalam rangka meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila  siswa melanggarnya ” konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek , disuruh menghadap Kepala Sekolah dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yan dilakukannya di sekolah ”[17]
Jadi, dalam upaya pembinaan disiplin siswa, guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar, dan kegiatan disiplin lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas. Selain itu, aplikasi konsep, prinsip, dan teori-teori psikologi pendidikan. Dan psikologi remaja harus juga diterapkan dalam memelihara budaya disiplin di sekolah yang telah tumbuh dan berkembang.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru mengenai masalah kedisiplinan siswa, yaitu:
1.      Mengenali peserta didik dengan baik, dengan cara:
a)      Interest-inventory; berupa sejumlah pertanyaan untuk menggali kepribadian dan keinginan peserta didik. Misalnya, buku yang disenangi membacanya, apa hobinya, apa  cita-cita, apa yang dikerjakan waktu senggang, dan lain-lain.
b)      Sosiogram; berupa kegitan untuk melihat bagaimana persepsi mereka dalam rangka hubungan sosioal-psikologis dengan teman-temannya.
c)      Fredback letter; berupa permintaan kepada peserta didik untuk membuat sebuah karangan atau surat tentang perasaan mereka terhadap sekolah.
2.      Melakukan tindakan korektif. Dalam melakukan tindakan pengelolaan kelas, tindakan tepat, segera, dan tegas sangat diperlukan guna untuk menciptakan kelas yang kondusif.



[1] E. Mulayasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 191
[3] Ibid
[4] Suratman, Pembinaan Mental, Fisik, dan Disiplin, (Jakarta: LAN, 1999), h. 32
[5] Ahmad Rohani HM, et al,  Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka  Cipta, 1990, h.126
[7] Muhibbin Syah, op.cit., h. 130-136
[8] Abdul Hadis, et al, Psikologi dalam pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 77
[9] Ibid, h. 63-65
[10] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 60
[11] Tu’u Tulus, Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), h. 38
[12] Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 123
[13] E. Mulyasa, op. cit., h. 193
[14] Ibid, h. 194-195
[15]Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1989), h. 98
[17] Ahmad Rohani, op.cit., h. 13

Tidak ada komentar: