A.
Disiplin
1.
Pengertian Disiplin
Dalam
arti luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk
membantu peserta didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan
sebagai latihan batin dan watak supaya mentaati tata tertib, kepatuhan pada
aturan.
Disiplin
adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu
sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. [1] Menurut
The Liang Gie yang dimaksud dengan disiplin adalah “suatu keadaan tertib dimana
orang-orang yang tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.”[2]
Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus
menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap
orang menjalankan fungsinya secara efektif.[3]
Suratman
mendifinisikan disiplin dengan suatu ketaatan yang
sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan
kewajiban serta sikap dan perilaku sesuai dengan
aturan atau tata kelakuan yang semestinya di dalam lingkungan tertentu.[4]
Ahmad Rohani HM, mengatakan bahwa “dalam arti yang luas disiplin
mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat
mamahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan
siswa terhadap lingkungannya.”[5]
Dengan disiplin siswa diharapkan
bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan mejauhi larangan
tertentu. Kesedian semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima
dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas di
sekolah, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Jadi menegakkan disiplin
tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan
sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta
didik dalam batas batas kemampuannya.
Akan tetapi jika kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang dengan
peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami frustasi dan
kecemasan.
Dari
pengertian di atas, dapat dipahami, bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
system yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati
peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam kehidupan
sehari-hari, sesorang tidak terlepas dari aturan-aturan yang berlaku, termasuk
bagi siswa di sekolah. Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib,
ketika guru, kepala sekolah, dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam
sekolah tunduk pada aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Islam adalah agama yang sangat menghargai kedisiplinan. Dalam
al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang di dalamnya terkandung makna tentang
kedisiplinan.
@»s% bÎ) óOçFø[Î6©9 wÎ) WxÎ=s% ( öq©9 öNä3¯Rr& óOçFZä. tbqßJn=÷ès? ÇÊÊÍÈ
Artinya:
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui. (Q.S. Al-Mukminun 114)
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa kita harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja, sebab itu
manusia seharusnya dapat menggunkan waktu sebaik mungkin. Menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya merupakan salah satu bentuk sikap disiplin.
bÎ) öNä3ó¡|¡ôJt Óyös% ôs)sù ¡§tB tPöqs)ø9$# Óyös% ¼ã&é#÷VÏiB 4
y7ù=Ï?ur ãP$F{$# $ygä9Ír#yçR tû÷üt/ Ĩ$¨Y9$# zNn=÷èuÏ9ur ª!$# úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä xÏGtur öNä3ZÏB uä!#ypkà 3
ª!$#ur w =Ïtä tûüÉKÎ=»©à9$# ÇÊÍÉÈ
Artinya:
“Jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada' dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim.” (Q.S. Ali imran: 140)
Dari
ayat di atas dapat dipahami, bahwa Allah tidak menhukai orang-orang yang zalim.
Orang yang tidak disiplin termasuk orang yang zalim.
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa disiplin merupakan kepatuhan
terhadap sesuatu,dalam al-Qur’an dijelaskan tentang perintah mengenai ketaatan
seseorang.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqß§9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB (
bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqß§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4
y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. Annisa’ 59)
Dari ayat di atas dapat dipahami, bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk patuh dan taat pada Allah, rasul dan pemimpin. Ketaatan di sini berarti
juga dengan mematuhi atau taat pada perintah dan aturan yang telah ditetapkan
oleh Allah, rasul dan pemimpin.
2.
Pembagian Disiplin Siswa
Pada
dasarnya, pembagian disiplin sangat banyak, seperti disiplin kerja, disiplin
dalam olah raga, dan lain-lain. Namun penulis membatasi pada jenis atau
pembagian disiplin yang berhubungan dengan
siswa.
a. Disiplin diri
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disiplin berarti melatih
batin dan watak supaya perbuatannya menaati tata tertib. Disiplin diri berarti
melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara
berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.
Disiplin diri akan terasa manfaatnya jika kita memiliki suatu impian dan
cita–cita yang ingin dicapai. Kita harus mendisiplinkan ( melatih ) diri untuk
mengerjakan hal-hal yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena
itu, di dunia ini dibuat peraturan–peraturan yang disertai hukuman yang
setimpal. Hal ini tidak lain agar setiap manusia mau belajar hidup disiplin dan
menaati aturan yang ada sehingga dunia tidak kacau balau dan seseorang tidak
dapat berbuat sekehendak hatinya.
Disiplin
diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang–ulang
dan terus menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa
kita lakukan. Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan
secara konsisten dan berkesinambungan akan manjadi suatu kebiasaan yang
mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki
kelebihan yang dapat kita gunakan untuk meraih tujuan hidup yang
menentukan masa depan kita.[6]
b. Disiplin Kelas
Disiplin
kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan
tertib di mana guru dan murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka
dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif
dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Dengan
demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung
dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum mengajar dimulai,
sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.
Disiplin
di kelas yang baik adalah disiplin yang timbul dari kemauan murid-murid sendiri
bukan karena paksaan disebabkan oleh sanksi yang diberikan apabila peraturan
tidak dipatuhi. Oleh karena itu diperlukan usaha secara terus menerus untuk
membina kesadaran murid-murid akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar
atau siswa. Namun dalam prakteknya kadang-kadang tidak jarang, seorang guru
terpaksa memaksakan peraturan atau ketentuan yang berlaku terhadap
murid-muridnya, walaupun sebenarnya cara ini kurang baik. Hal ini dilakukan
karena sering terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh murid baik sengaja
maupun tidak sengaja.
Disiplin
yang berasal dari kesadaran murid-murid sendiri lebih baik jika dibandingkan
dengan disiplin yang berdasarkan paksaan karena takut terhadap sanksi yang akan
diberikan bila ketentuan dilanggar. Disiplin karena kesadaran sendiri sifatnya
lebih langgeng sedangkan disiplin yang timbul karena paksaan sifatnya semu.
Disiplin
kelas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a) Disiplin yang timbul atas
kesadaran kelas sendiri (siswa dalam kelas). Siswa dalam kelas tertib dan
teratur dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru bukan karena
takut terhadap sanksi yang akan diberikan, tetapi karena kesadaran dan kemauan
sendiri. Disiplin kelas yang demikian akan membawa kelas menjadi dinamis dan
produktif. Disiplin kelas yang dinamis hanya dimungkinkan oleh kepemimpinan
guru yang demokratis. 2) Disiplin yang timbul karena paksaan dari guru.
3.
Faktor-Fakor yang Mempengarui Disiplin Siswa
Adapun
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa di sekolah, sebenarnya terkait
dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, karena dengan mengetahui faktor
yang mempengaruhi belajar siswa, akan diketahui apa faktor sehingga terjadi
masalah-masalah seperti pelanggaran disiplin oleh siswa. Menurut Muhibbin Syah,
faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa yaitu:
a. Faktor internal siswa, meliputi: a) Aspek
fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. b) Aspek psikologis, meliputi: tingkat kecerdasan atau intelejensi
siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.
b. Faktor eksternal siswa, meliputi: a) Lingkungan
sosial, termasuk lingkungan sekolah seperti guru, kepala sekolah dan wakil,
serta teman-teman. Juga termasuk mayarakat di sekitar siswa. b) Lingkungan
nonsosial, yaitu: gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar, artinya,
keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan dalam menunjang
efektifitas dan efisiensi proses belajar.[7]
Menurut
Abdul Hadis, “faktor yang mempengaruhi proses mengajar antara lain adalah:
media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, instruktur sekolah,
fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi,
kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, dan sebagainya.”[8]
Abdul
Hadis mengemukakan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap belajar
sebagai berikut: a) faktor intern, yang meliputi faktor jasmaniah, faktor
kelelahan dan psikolgis, misalnya kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan pengaruh
besar terhadap disiplin kerja. Orang-orang yang sering sakit sudah barang tentu
tidak dapat menegakkan disiplin kerja. Sedangkan yang termasuk faktor
psikologis, misalnya: minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan
kesiapan. b)faktor ekstern, ialah faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.[9]
Menurut
Slameto, faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa antara lain adalah: (1)
anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) lingkungan, (4) tujuan.[10]
4.
Tujuan dan Fungsi Disiplin di Sekolah
Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah: (1) memberi dukungan
bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan
yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh
sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Adapun
mengenai fungsi kedisiplinan pada sekolah, antara lain yaitu: (a) menata
kehidupan bersama, (b) membangun kepribadian, (c) melatih kepribadian, (d)
pemaksaan, (e) hukuman, (f) menciptakan lingkungan yang kondusif.[11]
5.
Pembinaan Disiplin Siswa
Pada
hakikatnya, pembinaan disiplin anak merupakan tanggung jawab orang tua. Pola
asuh orang tua sangat mempengaruhi disiplin diri anak. Menurut Moh. Shochib, bagi orang tua, ada
seperangkat prinsip yang digunakan dalam membantu anak memiliki disiplin diri,
yaitu:
a. Keteladanan diri
b. Kebersamaan antara dirinya dengan anak
dalam merealisasikan nilai-nilai moral
c. Demokratisasi dan keterbukaan dalam
kehidupan dan suasana dalam keluarga
d. Kemampuan diri dalam menghayati dunia
anak
e. Serta kesatuan perilaku dan upaya.[12]
Bagi
seorang guru, dalam membina disiplin siswa di sekolah, perlu dimulai dengan
prinsip yang sesuai dengan tujuan nasional, yakni sikap demokratis. Menurut
Reisman dan Payne yang dikutip Mulayasa, strategi-strategi umum dalam membina
disiplin sekolah adalah sebagai berikut: a) Konsep diri (self-concept)”; strategi ini menekankan bahwa konsep diri
masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku, b)
Keterampilan berkomunikasi, c) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami. [13]
Mulyasa menambahkan hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain yaitu: “mempelajari pengalaman
peserta didik di sekolah melalui catatan kumulatif, menyiapkan kegiatan
sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran tidak terjadi
penyimpangan, bergairah dan semangat melakukan pembelajaran agar dijadikan
teladan oleh peserta didik, membuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi dan
tidak monoton agar membantu disiplin dan gairah peserta didik, berdiri dekat
pintu pada waktu mulai pergantian pembelajaran agar peserta didik tetap berada
dalam posisinya sampai pembelajaran berikutnya dilaksanakan, dan lain-lain.” [14]
Dalam
pendidikan Islam, ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru dalam
meningkatkan kedisiplinan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut
M. Abdurrahman an-Nahlawi, di antara strategi tersebut diantaranya: a)
memberikan keteladanan secara langsung, mengajak, menasehati dan mengarahkan,
memanggil peserta didik secara individual, bekerja sama dengan guru lain,
bekerja sama dengan orang tua peserta didik, dan sebagainya. Berbagai strategi pada dasarnya dapat
digunakan guru untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar.[15]
Pemberian teguran dapat dilakukan terhadap siswa yang tidak
disiplin.
$s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym #sÎ) $t6Ï.u Îû ÏpuZÏÿ¡¡9$# $ygs%tyz (
tA$s% $pktJø%tyzr& s-ÌøóçFÏ9 $ygn=÷dr& ôs)s9 |M÷¥Å_ $º«øx© #\øBÎ) ÇÐÊÈ
Artinya:
“Maka
berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya
kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar.” (Q.S.
al-Kahfi: 71)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa teguran merupakan bentuk pembinaan
terhadap perilaku seseorang yang menyalahi aturan.
Selain dengan teguran, pembinaan siswa bias berupa pemberian
sanksi.
ä-Í$¡¡9$#ur èps%Í$¡¡9$#ur (#þqãèsÜø%$$sù $yJßgtÏ÷r& Lä!#ty_ $yJÎ/ $t7|¡x. Wx»s3tR z`ÏiB «!$# 3
ª!$#ur îÍtã ÒOÅ3ym ÇÌÑÈ
Artinya:
“Laki-laki
yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Maidah: 38)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang melakukan
kesalahan akan diberikan sanksi sesuai dengan kesalahan yang dilakukan. Pada
kali pertama pembinaan melalui teguran atau nasehat, kemudian dengan memberikan
sanksi.
a.
Guru
hendaknya bisa menjadi contoh dalam berdisiplin, misalnya tepat waktu. Siswa
tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak
disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam karet, molor
dan selalu terlambat masuk kelas.
b.
Memberlakukan
peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti dan
mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar.
c.
Secara
konsisten para guru terus mensosialisasikan kepada siswa tentang pentingnya
disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal, melalui pembinaan
dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan. [16]
Dalam rangka
meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, seorang guru harus
menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila
siswa melanggarnya ” konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai
dari peringatan, teguran, memberi tanda cek , disuruh menghadap Kepala Sekolah
dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yan dilakukannya di
sekolah ”[17]
Jadi,
dalam upaya pembinaan disiplin siswa, guru di kelas hendaknya selalu konsisten
dan berkesinambungan menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke
kelas, disiplin dalam mengajar, dan kegiatan disiplin lainnya yang berkaitan
dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas. Selain itu, aplikasi
konsep, prinsip, dan teori-teori psikologi pendidikan. Dan psikologi remaja
harus juga diterapkan dalam memelihara budaya disiplin di sekolah yang telah
tumbuh dan berkembang.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru mengenai masalah kedisiplinan
siswa, yaitu:
1. Mengenali peserta didik dengan baik,
dengan cara:
a) Interest-inventory;
berupa sejumlah pertanyaan untuk menggali kepribadian dan keinginan peserta
didik. Misalnya, buku yang disenangi membacanya, apa hobinya, apa cita-cita, apa yang dikerjakan waktu
senggang, dan lain-lain.
b) Sosiogram;
berupa kegitan untuk melihat bagaimana persepsi mereka dalam rangka hubungan
sosioal-psikologis dengan teman-temannya.
c) Fredback
letter; berupa permintaan kepada peserta didik
untuk membuat sebuah karangan atau surat tentang perasaan mereka terhadap
sekolah.
2. Melakukan tindakan korektif. Dalam
melakukan tindakan pengelolaan kelas, tindakan tepat, segera, dan tegas sangat
diperlukan guna untuk menciptakan kelas yang kondusif.
[1] E. Mulayasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 191
[3] Ibid
[4]
Suratman, Pembinaan Mental, Fisik, dan
Disiplin, (Jakarta: LAN, 1999), h. 32
[5] Ahmad Rohani HM, et al, Pengelolaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990, h.126
[7] Muhibbin Syah, op.cit., h. 130-136
[8] Abdul Hadis, et al, Psikologi dalam pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 77
[9] Ibid, h. 63-65
[10] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 60
[11] Tu’u Tulus, Peranan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi
Siswa, (Jakarta: Grafindo Persada,
2004), h. 38
[12] Moh.
Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 123
[13] E. Mulyasa, op. cit., h. 193
[15]Abdurrahman
an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode
Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1989), h. 98
Tidak ada komentar:
Posting Komentar