Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Evaluasi dan Teknik – teknik Pengawasan


1.      Evaluasi dan Teknik – teknik Pengawasan
a.       Evaluasi
1)      Pengertian Evaluasi
Menurut Roestiyah N.K. Masalah-masalah Ilmu Keguruan menyebutkan empat  pengertian evaluasi :[1]
(1)   Evaluasi adalah proses memahami atau member arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan
(2)   Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya yang bersangkutan dengan kapabilitas sebagai penyebab keberhasilan yang mendorong pengembangan kemampuannya
(3)   Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang direncankan
(4)   Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan dan proses pendidikan dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan.
2)      Dasar-dasar Evaluasi terdiri dari :
(1)   Filsafat
(2)   Psikologi
(3)   Komunikasi
(4)   Kurikulum
(5)   Manajemen
(6)   Sosiologi-anthropologi
(7)   Evaluasi-measurement
3)      Prinsip-prinsip Evaluasi  terdiri dari :
(1) Keterpaduan
(2) CBSA
(3) Kontiniutas
(4) Koherensi
(5) Diskriminalitas
(6) Keseluruhan
(7) Pedagogis
(8) Akuntabilitas
4)      Syarat-syarat Evaluasi
(1)   Sahih (valid)
(2)   Terandalkan (reliable)
(3)   Objektive
(4)   Seimbang
(5)   Membedakan
(6)   Norma
(7)   Fair
(8)   Prkatis
5)      Pendekatan Evaluasi
(1)   Pengukuran dengan ukuran mutlak
(2)   Pengukuran dengan ukuran relative
(3)   Pengukuran dengan ukuran self performance

b.      Teknik – teknik  Pengawasan
Dalam melaksanakan tugas kepengawasan para pengawas dapat memilih dan menggunakan beberapa teknik pengawasan antara lain ; teknik kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi kasus, obeservasi dokumen, wawancara, angket, laporan tertulis, dan sebaginya[2]. Berikut ini akan digambarkan sekilas tentang teknik-teknik tersebut :
1)      Kunjungan Kelas
       Maksudnya yaitu kunjungan pengawas terhadap kelas-kelas tertentu pada sekolah/madrasah yang telah diprogramkan untuk disupervisi. Kunjungan kelas dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya, tentang proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan para siswanya.
       Dalam teknis pelaksanaan kunjungan kelas tersebut dapat dibedakan antara “kunjungan lengkap” dengan “kunjungan spesifik”.
Kunjungan lengkap dalah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi seluruh aspek belajar mengajar, misalnya ; persiapan mengajar guru, tujuan yang ingin dicapai, materi, metode, dan sebagainya.  
       Sedangkan kunjungan spesifik adalah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi satu aspek tertentu, misalnya mengobservasi penggunaan metode mengajar saja, atau penilaian guru terhadap hasil belajar siswa dan seterusnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengawas dalam melakukan supervisi dengan malakukan kunjungan kelas yaitu :kunjungan kelas dapat dilakukan dengan memberitahu, tergantung pada tujuan dan masalah yang ingin diketahui. Kunjungan kelas dapat dilakukan atas permintaan sekolah/madrasah atau guru yang bertugas di madrasah tersebut. Pengawas memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam kunjungan tersebut. Sedapat mungkin kunjungan tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Harus memiliki kejelasan tentang hal-hal yang akan disupervisi atau diobservasi. Harus menyiapkan instrument supervisi kelas yang ditetapkan dan catatan catatan lain yang diperlukan.[3]
       Pembahasan mengenai teknik supevisi kunjungan kelas ini, juga dibahas oleh, Made Pidarta dalam bukunya yang berjudul Supervisi Pendidikan Kontekstual. Dari segi tujuan, ia lebih merinci lagi teknik supervisi ini. Artinya disamping ada teknik supervisi kunjungan kelas, juga ada teknik supervisi observasi kelas.
       Made Pidarta membedakan antara teknik supervisi observasi kelas dengan teknik supervisi kunjungan kelas. Menurutnya tujuan teknik supervisi kunjungan kelas tidak sama dengan tujuan teknik supervisi observasi kelas. Kalau tujuan supervisi observasi kelas untuk mendapatkan data yang lengkap tentang guru yang disupervisi, maka tujuan supervisi kunjungan kelas. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan sebagai berikut[4] :
(1)   Teknik Supervisi Obserbasi Kelas
       Teknik supervisi observasi kelas adalah suatu teknik supervisi yang dilakukan untuk mengobservasi (melihat secara langsung) guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran di kelas, mulai kelas itu masuk sampai usai.  
(a)    Tujuan Teknik supervisi observasi kelas
       Seperti pengertiannya, bahwa teknik ini adalah berwujud mengamati guru yang sedang mengajar  dalam waktu satu sesi. Jadi pengamatan dilakukan mulai kelas itu masuk masuk rungan kelas atau mulai guru menangani kelas sampai dengan kelas usai mengajar. Biasanya satu sesi itu berlangsung sekitar 90 menit. Selama waktu itu supervisor yang biasanya duduk di belakang kelas mengobservasi secara terus menerus semua perilaku guru dan perilaku siswa-siswa dalam proses pembelajaran. Supaya apa yang dilihat dan didengar  maupun yang dirasakan tidak mudah hilang, maka data yang didapat tidak cukup hanya diingat saja, melainkan juga harus dicatat.
       Sesudah observasi selesai dilakukan, supervisor sudah memiliki catatan lengkap tentang perilaku guru bersangkutan yang sedang mengajarkan pelajaran tertentu. Bukan hanya catatan perilaku guru saja yang dimiliki supervisor melainkan juga catatan tentang suasana kelas serta perilaku para siswa. Dari catatan inilah ditemukan bagaimana kualifikasi guru itu dalam membimbing para siswa belajar.
       Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan teknik supervisi observasi kelas adalah :
(1)   Untuk mengetahui secara keseluruhan cara-cara guru mendidik dan mengajar, termasuk pribadi dan gaya mengajarnya
(2)   Untuk mengetahui respon kelas atau para siswa
Sesudah mengetahui keadaan guru yang disupervisi termasuk kelas atau para siswayang diajarnya, maka supervisor bisa membuat catatan khusus tentang guru bersangkutan terkait dengan kemampuan mengajar, kesan umum, kepribadian, watak, dan bakat sebagai guru.
Dari analisis tersebut akan kelihatan apakah guru tersebut termasuk guru yang sudah berkualifikasi baik, sedang, kurang, atau lemah. Apakah guru ini perlu dibantu lewat supervisi klinis, karena kondisinya yang lemah ataukah cukup disupervisi biasa tapi hanya frekuansinya diperbanya, dan sebagainya. Data ini biasanya disampaikan juga kepada kepala madrasah untuk bahan penilaian personalia madrasah, termasuk bahan pertimbangan pada pengisian DP3
(a)    Ciri-ciri teknik supervisi observasi kelas
       Ada sejumlah ciri teknik supervisi observasi kelas sebagai berikut ;
(1)   Waktu mengadakan supervisi ada tiga kemungkinan cara menetukan waktu mengadakan supervisi
(a)    Tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada guru yang akan disupervisi. Supervisor datang begitu saja ke sekolah/madrasah lalu mensupervisi guru yang ada di situ. Kebaikan cara ini adalah supervisor menemui kondisi alami di sekolah atau keadaan guru yang disupervisi, sebagai suatu ksedaan objektif sehingga hasil evaluasi supervisor juga objektif kondisi sehari-hari guru bersangkutan. Kelemahannya adalah  guru yang disupervisi bisa terkejut, gugup, dan tidak senang karena tidak sempat bersiap.
(b)   Memberitahukan terlebih dahulu kepada guru tentang kedatangan supervisor. Kebaikan cara ini adalah guru dapat bersiap sebelum dilakukan supervisi, sehingga guru tidak merasa khawatir disupervisi. Kelamahannya adalah supervisor akan menghadapi situasi yang sangat mungkin kurang wajar, tidak seperti dalam keadaan sehari-hari, sehingga hasil evaluasi supervisor punkurang objektif, karena yang disupervisi sudah bersiap dan menata kelas sebelumny.
(c)    Cara menetukan waktu kedatangan supervisor yang ideal ke sekolah adalah dengan memberitahukan kepada guru sebelumnya, tetapi tidak  menyebutkan hari dan tanggalnya. Yang disebut hanyalah sekitar bulan tertentu. Dengan demikian kelemahan cara pertama dan kedua di atas dapat dikurangi.
       Ketiga cara menetukan waktu mengadakan supervisi tersebut dapat juga diterapkan pada teknik-teknik supervisi yang lain, yang proses supervisinya membutuhkan waktu formal dan tempat tertentu. Ada penentuan waktu yang khusus untuk mengadakan supervisi observasi kelas, manakala supervisi yang akan diadakan adalah sebagai kelanjutan dari supervisi sebelumnya, atau atas dasar permintaan guru utnuk disupervisi. Supervisi lanjuta ini biasanya telah disepakati pada waktu mangadakan pertemuan balikan antara guru dan supervisor.
       Penentuan waktu khusus ini khusus bisa juga tidak untuk supervisi balikan, melainkan supervisi baru atas permohonan guru. Guru datang kepada supervisor untuk disupervisi kemampuannya mendidik dan mengajar. Pada waktu inilah diadakan kesepakatan antara guru dan supervisor kapan akan melakukan supervisi.   
(2)   Bersifat individual. Ciri teknik supervisi observasi kelas yang kedua adalah bersifat individual. Supervisi pada teknik ini tidak dapat dilakukan oleh labih dari satu orang guru. Kecuali kalau ingin mensupervisi cara kerja tim guru dalam mengajar di kelas. Sebagai tim sudah tentu melibatkan lebih dari seorang guru, mungkin ada dua orang atau tiga orang guru. Namun pada umumnya teknik supervisi observasi kelas hanya menyangkut seorang guru saja.
(3)   Tidak ada pertemuan awal. Teknik supervisi observasi kelas tidak memakai pertemuan awal. Pada hari dan waktu  mengadakan supervisi, guru langsung masuk kedalam ruangan kelas dan terus mengajar. Ketika itu secara diam-diam supervisor masuk kedalam ruangan kelas dan biasanya duduk di belakang. Kedatangan supervisor ini mungkin sudah diketahui guru sebelumnya, mungkin juga tidak, bergantung pada alternatif penetuan waktu  yang dipakai oleh supervisor. Tetapi  yang jelas supervisor berusaha untuk tidak diketahui secara mencolok oleh para siswa, agar tidak merusak suasana kelas.
(4)   Minimal dilakukan pada satu pertemuan. Pada umumnya teknik supervisi observasi kelas dilakukan hanya pada satu sesi atau satu pertemuan. Mulai para siswa masuk ruangan kelas, selama belajar, dan sampai dengan belajar usai proses supervisi tetap berlangsung. Supervisi bila dilakukan lebih dari satu pertemuan akan membuat guru merasa payah, sebab guru tidak bebas seperti biasanya. Guru merasa tidak nyaman, apalagi kalau situasi itu berlangsung lama.
(5)   Pelaksanaan supervisi. Supervisi dilaksanakan oleh seorang supervisor dengan cara mengamati, yaitu melihat, mendengar dan merasakan situasi kelas yang sedang belajar. Yang diamati adalah perilaku guru dan perilaku para siswa. Guru yang diamati adalah seorang diri yang sedang membimbing siswa-siswa belajar dalam proses pembelajaran.
(6)   Objek yang diamati supervisor. Objek pengamatan dalam teknik observasi kelas adalah semua hal yang dilakukan oleh guru, termasuk sikap, gaya mengajar, suara, cara mendidik, cara mengajar, dan semua sumber balajar yang dipakai dalam mengajar. Perilaku para siswa juga menjadi objek pengamatan seperti aktivitas mereka, dinamika kelas, dan kemampuan siswa yang tampak dalam wajah mereka.
(7)   Tidak mengintervensi. Supervisor tidak boleh melakukan intervensi terhadap guru dalam proses supervisi. Intervensi yang dimaksud antara lain adalah, menanyakan sesuatu, menegur, memuji, member kode tertentu, dan sebagainya. Supervisor juga tidak boleh mengintervensi siswa-siswa belajar, dengan menanyakan sesuatu kepada mereka, memperingati, melarang, dan sebagainya. Jadi baik guru maupun supervisor sama-sama melaksanakan tugas sendiri-sendiri.
(8)   Ada pertemuan balikan. Setelah pelaksanaan atau  proses supervisi selesai diadakan, pertemuan balikan yang dihadiri oleh supervisor  dan guru bersangkutan di suatu tempat tertentu, misalnya di kamar kantor madrasah. Tidak perlu bahkan tidak boleh ada guru lain yang ikut hadir, agar tidak membuat guru bersangkutan merasa malu manakala ada tindak tanduknya yang tidak berkenan di hati supervisor, atau manakala ada kesalahan fatal yang dibuat oleh guru. Pertemuan ini tidak boleh ditunda-tunda, agar tidak terlupakan yang dibahas dalam pertemuan ini adalah hasil supervisi yang dicatat oleh supervisor dan penglaman mengajar yang baru saja dilakukan serta dirasakan oleh guru. Pertemuan ini akan memberikan hasil yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak tentang hal-hal yang positif yang sudah baik, dan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
(9)   Tindak lanjut. Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak lanjut dari supervisi yang baru saja dilaksanakan. Tindak lanjut ini juga disepakati bersama. Isi tindak lanjut pada umumnya kesepakatan untuk melaksanakan supervisi lagi pada waktu tertentu, kalau ternyata supervisi yang baru dilakukan belum member rasa puas. Waktu untuk melakukan supervisi berikutnya ditentukan pada pertemuan ini. Bentuk supervisi atau teknik supervisi lanjutan ini dapat berubah, yaitu dapat dalam teknik kunjungan kelas kalau kesalahan yang dibuat kecil-kecil dan bisa berbentuk supervisi klinis kalau ternyata guru yang bersangkutan sangat lemah. Dan dapat juga tidak perlu ada tindak lanjut kalau ternyata hasil supervisi menunjukkan guru bersangkutan sudah baik.  
a)Proses teknik supervisi observasi kelas
       Uraian tentang proses teknik supervisi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan, proses supervisi, dan pertemuan balikan.
(1)   Persiapan. Persiapan supervisi hanya dilakukan oleh supervisor sendiri, tidak bersama guru, atau oleh guru yang terdiri dari ; guru siapa yang akan disupervisi, materi yang akan diajarkan, diruang kelas mana, alat-alat yang dipakai mencatat hasil supervisi, cara menetukan waktu (diberi tahu sebelumnya, datang tiba-tiba, atau hanya diberitahu bulan kedatangan saja).
(2)   Proses supervisi. Begitu jam pelajaran dimulai guru dan supervisor masuk kelas. Guru mulai mengajar di depan kelas, dan supervisor duduk di belakang. Yang perlu diperharikan dalam proses supervisi adalah.
(a)    Sikap supervisor. Supervisor harus membawa diri agar tampak tidak mencolok di mata para siswa, agar suasana tidak berubah disebabkan oleh kedatangan orang lain (supervisor). Supervisor duduk dengan tenang dan tidak perlu berbicara. Hanya tangnnya sekali-sekali bergerak menuliskan sesuatu, kalau memang ada data yang perlu ditulis.
(b)   Cara mengamati guru. Supervisor mengobservasi guru mengajar adalah sambil duduk di belakang atau sekali-sekali berdiri untuk melakukan penyegaran. Pengamatan dilakukan secara terus-menerus selama pelajaran berlangsung, sehingga semua data tentang guru ini dapat diketahui dan dicatat.
(c)    Hal-hal yang diamati. Banyak hal yang harus diamati mencakup : kepribadian guru, watak, bakat, gaya mengajar dan mendidik, pakaian dan cara berdandan, cara mengajar (membuka pelajaran, mengorganisasi materi pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, mengaktifkan siswa, mengelola kelas, menilai hasil belajar, menutup pelajaran), respon kelas dan para siswa (dinamika kelas, suasana kelas, afeksi siswa, kepuasan siswa, penguasaan materi, keterampilan siswa), kesan umum (pribadi guru, kemampuan guru secara umum, kesan para siswa).
(d)   Cara mencatat data. Bentuk catatan ada dua macam, yaitu bentuk daftar isian dan bentuk uraian. Kalau memakai daftar isian, supervisor dapat menuliskan tanda cek pada tempat yang sesuai dengan keadaan. Tetapi kalau memakai bentuk uraian, supervisor harus menuliskan tentang apa saja yang dia observasi. Kadua bentuk catatan ini mempunyai keterbatsan. Bentuk daftar isian akan membatasi supervisor untuk mencatat data, dia hanya dapat mencatat hal-hal yang sudah tertulis saja pada daftar isian itu. Sebaliknya bentuk uraian memberi peluang untuk tidak mencatat secara lengkap tentang apa-apa yang harus dicatat. Sebab itu dirasakan mengambil jalan tengah, ialah dengan  memakai daftar isian yang dilengkapi dengan kolom-kolom kosong untuk mencatat hal-hal yang belum disebutkan dalam daftar isian. Atau dapat juga dengan membuat daftar isian yang singkat-singkat seperti pedoman observasi, sehingga supervisor hanya menuliskan data itu dibelakang kata yang menjadi pedoman.
(e)    Mengakhiri proses supervisi. Menjelang pelajaran usai guru mulai menutup kelas, misalnya dengan merumuskan ikhtisar pelajaran atau dengan mengadakan evaluasi singkat. Selanjutnya supervisorpun bersiap-siap untuk mengakhiri pekerjaannya mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang guru beserta kelasnya. Mengakhiri proses supervisi tidak diperlukan cara-cara khusus, melainkan cukup dengan keluar ruangan bersama-sama dengan guru sesudah semua siswa di luar.
(3)   Pertemuan balikan. Segera sesudah proses supervisi selesai, diadakan pertemuan balikan. Dalam pertemuan ini tidak perlu ada guru lain yang ikut hadir, agar guru bersangkutan merasa bebas mengemukakan pendapat dan hal-hal yang mengganjal dalam hatinya. Yang harus diperhatikan oleh supervisor dalam dalam pertemuan ini adalah :
(a)    Kontak hubungan. Hubungan yang harmonis perlu diciptakan pertama kali, sebelum membahas hasil pengamatan dalam proses supervisi. Sifat hubungan sangat bergantung pada kemampuan supervisor menghayati pribadi, watak, dan bakat guru bersangkutan. Atas dasar penghayatan ini dibentuk suatu hubungan yang harmonis. Pendekatan yang dipakai menciptakan hubungan ini tentu berbeda-beda disesuaikan dengan sifat guru masing-masing.
(b)   Membahas hasil supervisi. Dalam membicarakan data hasil supervisi, juga perlu disesuaikan dengan sikap dan kepribadian guru bersangkutan. Guru yang berpribadi halus dihadapi dengan cara hati-hati dan halus pula. Guru yang sulit berbicara perlu dibimbing dalam berbicara. Guru yang berkualitas baik diberi kesempatan untuk banyak berbicara, sedangkan supervisor lebih banyak mendengarkan.
(c)    Penguatan. Dalam kesempatan ini guru perlu diberi penguatan, agar ia tidak berputus asa dan tetap bersemangat untuk  maju. Penguatan posistif dilakukan dengan cara memuji hal-hal yang sudah dilakukan dengan baik. Dan penguatan negatif dilakukan dengan cara mengurangi beban guru, misalnya dalam waktu enam bulan tidak perlu diadakan supervisinsebab cara kerja guru sudah baik.
(d)   Tindak lanjut. Pertemuan balikan diakhiri dengan membuat kesepakatan tentang tindak lanjut supervisi yang baru saja diadakan. Tindak lanjut tidak perlu dilakukan apabila cara kerja guru sudah baik. Jika cara kerja guru sebagian besar masih belum baik, maka bisa dilanjutkan dengan teknik supervisi yang sama. Jika kekurangan guru tidak banyak, maka supervisi bisa dilanjutkan dengan teknik supervisi kungjungan kelas. Namun jika kemampuan guru selama proses pembelajaran sangat lemah, maka bisa dilanjutkan dengan supervisi klinis.
b)      Kebaikan teknik supervisi observasi kelas.
       Teknik supervisi observasi kelas memiliki sejumlah kebaikan diantaranya sebagai berikut ;
(1)   Bisa mengamati kinerja guru secara utuh, seperti pribadi guru, gaya mengajarnya, cara mendidik siswa, dan cara mengajarnya.
(2)   Punya waktu yang cukup untuk mendapat semua data tentang proses pembelajaran tentang proses pembelajaran termasuk respon siswa terhadap prose itu.
(3)   Data yang lengkap ini mampu member gambaran tentang guru bersangkutan secara utuh. Bambaran seperti ini dapat juga dijadikan bahan, apakah guru ini memiliki kemajuan atau tidak dibandingkan dengan hasil-hasil supervisi sebelumnya.
(4)   Ada penguatan pada waktu mengadakan pertemuan balikan. Suatu tindakan yang arif untuk meningkatkan motivasi guru dalam memajukan profesinya dan member kepuasan kepada guru yang baru saja disupervisi.
c)Kelemahan teknik supervisi observasi kelas
(1)   Bagi guru yang kemampuannya rendah, akan merasa cukup lama mengalami tekanan atau ketidak bebasan, sebab supervisi diadakan selama satu pertemuan.
(2)   Bagi guru sentimental atau perasa akan merasa pesimis atau bahkan bisa putus asa ketika kelemahan-kelamahannya diketahui.
(3)   Bagi kepala madrasah yang otomatis merangkap sebagai supervisor, teknik ini memakan waktu cukup lama, akan menyita waktu kerjanya sebagai kepala madrasah.


[1] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke -3
[2] Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), h.6
[3] Ibid., h.47
[4] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.87

Tidak ada komentar: