1.
Evaluasi dan Teknik – teknik Pengawasan
a.
Evaluasi
1)
Pengertian Evaluasi
Menurut
Roestiyah N.K. Masalah-masalah Ilmu Keguruan menyebutkan empat pengertian evaluasi :[1]
(1)
Evaluasi adalah proses memahami atau
member arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk
pihak-pihak pengambil keputusan
(2)
Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan
data seluas-luasnya yang bersangkutan dengan kapabilitas sebagai penyebab
keberhasilan yang mendorong pengembangan kemampuannya
(3)
Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk
menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang direncankan
(4)
Evaluasi adalah suatu alat untuk
menentukan apakah tujuan dan proses pendidikan dalam pengembangan ilmu telah
berada di jalan yang diharapkan.
2)
Dasar-dasar Evaluasi terdiri dari :
(1)
Filsafat
(2)
Psikologi
(3)
Komunikasi
(4)
Kurikulum
(5)
Manajemen
(6)
Sosiologi-anthropologi
(7)
Evaluasi-measurement
3)
Prinsip-prinsip Evaluasi terdiri dari :
(1) Keterpaduan
(2) CBSA
(3) Kontiniutas
(4) Koherensi
(5) Diskriminalitas
(6) Keseluruhan
(7) Pedagogis
(8) Akuntabilitas
4)
Syarat-syarat Evaluasi
(1)
Sahih (valid)
(2)
Terandalkan (reliable)
(3)
Objektive
(4)
Seimbang
(5)
Membedakan
(6)
Norma
(7)
Fair
(8)
Prkatis
5)
Pendekatan Evaluasi
(1)
Pengukuran dengan ukuran mutlak
(2)
Pengukuran dengan ukuran relative
(3)
Pengukuran dengan ukuran self
performance
b.
Teknik –
teknik Pengawasan
Dalam melaksanakan tugas kepengawasan
para pengawas dapat memilih dan menggunakan beberapa teknik pengawasan antara
lain ; teknik kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi
kasus, obeservasi dokumen, wawancara, angket, laporan tertulis, dan sebaginya[2]. Berikut ini akan
digambarkan sekilas tentang teknik-teknik tersebut :
1)
Kunjungan Kelas
Maksudnya yaitu
kunjungan pengawas terhadap kelas-kelas tertentu pada sekolah/madrasah yang
telah diprogramkan untuk disupervisi. Kunjungan kelas dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang sebenarnya, tentang proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan para siswanya.
Dalam teknis
pelaksanaan kunjungan kelas tersebut dapat dibedakan antara “kunjungan lengkap”
dengan “kunjungan spesifik”.
Kunjungan lengkap dalah kunjungan yang dilakukan untuk
mengobservasi seluruh aspek belajar mengajar, misalnya ; persiapan mengajar
guru, tujuan yang ingin dicapai, materi, metode, dan sebagainya.
Sedangkan
kunjungan spesifik adalah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi satu
aspek tertentu, misalnya mengobservasi penggunaan metode mengajar saja, atau
penilaian guru terhadap hasil belajar siswa dan seterusnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengawas dalam
melakukan supervisi dengan malakukan kunjungan kelas yaitu :kunjungan kelas
dapat dilakukan dengan memberitahu, tergantung pada tujuan dan masalah yang
ingin diketahui. Kunjungan kelas dapat dilakukan atas permintaan
sekolah/madrasah atau guru yang bertugas di madrasah tersebut. Pengawas
memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan dalam kunjungan tersebut. Sedapat
mungkin kunjungan tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Harus
memiliki kejelasan tentang hal-hal yang akan disupervisi atau diobservasi. Harus
menyiapkan instrument supervisi kelas yang ditetapkan dan catatan catatan lain
yang diperlukan.[3]
Pembahasan
mengenai teknik supevisi kunjungan kelas ini, juga dibahas oleh, Made Pidarta
dalam bukunya yang berjudul Supervisi Pendidikan Kontekstual. Dari segi tujuan,
ia lebih merinci lagi teknik supervisi ini. Artinya disamping ada teknik supervisi
kunjungan kelas, juga ada teknik supervisi observasi kelas.
Made Pidarta membedakan
antara teknik supervisi observasi kelas dengan teknik supervisi kunjungan
kelas. Menurutnya tujuan teknik supervisi kunjungan kelas tidak sama dengan tujuan
teknik supervisi observasi kelas. Kalau tujuan supervisi observasi kelas untuk
mendapatkan data yang lengkap tentang guru yang disupervisi, maka tujuan
supervisi kunjungan kelas. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan sebagai
berikut[4] :
(1)
Teknik Supervisi Obserbasi Kelas
Teknik supervisi
observasi kelas adalah suatu teknik supervisi yang dilakukan untuk
mengobservasi (melihat secara langsung) guru yang sedang melaksanakan proses
pembelajaran di kelas, mulai kelas itu masuk sampai usai.
(a)
Tujuan Teknik supervisi observasi
kelas
Seperti pengertiannya, bahwa teknik ini
adalah berwujud mengamati guru yang sedang mengajar dalam waktu satu sesi. Jadi pengamatan
dilakukan mulai kelas itu masuk masuk rungan kelas atau mulai guru menangani kelas
sampai dengan kelas usai mengajar. Biasanya satu sesi itu berlangsung sekitar
90 menit. Selama waktu itu supervisor yang biasanya duduk di belakang kelas
mengobservasi secara terus menerus semua perilaku guru dan perilaku siswa-siswa
dalam proses pembelajaran. Supaya apa yang dilihat dan didengar maupun yang dirasakan tidak mudah hilang,
maka data yang didapat tidak cukup hanya diingat saja, melainkan juga harus
dicatat.
Sesudah observasi selesai dilakukan,
supervisor sudah memiliki catatan lengkap tentang perilaku guru bersangkutan
yang sedang mengajarkan pelajaran tertentu. Bukan hanya catatan perilaku guru
saja yang dimiliki supervisor melainkan juga catatan tentang suasana kelas
serta perilaku para siswa. Dari catatan inilah ditemukan bagaimana kualifikasi
guru itu dalam membimbing para siswa belajar.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
tujuan teknik supervisi observasi kelas adalah :
(1)
Untuk mengetahui secara keseluruhan
cara-cara guru mendidik dan mengajar, termasuk pribadi dan gaya mengajarnya
(2)
Untuk mengetahui respon kelas atau
para siswa
Sesudah mengetahui keadaan guru yang
disupervisi termasuk kelas atau para siswayang diajarnya, maka supervisor bisa
membuat catatan khusus tentang guru bersangkutan terkait dengan kemampuan
mengajar, kesan umum, kepribadian, watak, dan bakat sebagai guru.
Dari
analisis tersebut akan kelihatan apakah guru tersebut termasuk guru yang sudah
berkualifikasi baik, sedang, kurang, atau lemah. Apakah guru ini perlu dibantu
lewat supervisi klinis, karena kondisinya yang lemah ataukah cukup disupervisi
biasa tapi hanya frekuansinya diperbanya, dan sebagainya. Data ini biasanya
disampaikan juga kepada kepala madrasah untuk bahan penilaian personalia
madrasah, termasuk bahan pertimbangan pada pengisian DP3
(a)
Ciri-ciri teknik supervisi observasi
kelas
Ada sejumlah ciri teknik supervisi
observasi kelas sebagai berikut ;
(1)
Waktu mengadakan supervisi ada tiga
kemungkinan cara menetukan waktu mengadakan supervisi
(a)
Tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada
guru yang akan disupervisi. Supervisor datang begitu saja ke sekolah/madrasah
lalu mensupervisi guru yang ada di situ. Kebaikan cara ini adalah supervisor
menemui kondisi alami di sekolah atau keadaan guru yang disupervisi, sebagai
suatu ksedaan objektif sehingga hasil evaluasi supervisor juga objektif kondisi
sehari-hari guru bersangkutan. Kelemahannya adalah guru yang disupervisi bisa terkejut, gugup,
dan tidak senang karena tidak sempat bersiap.
(b)
Memberitahukan terlebih dahulu kepada
guru tentang kedatangan supervisor. Kebaikan cara ini adalah guru dapat bersiap
sebelum dilakukan supervisi, sehingga guru tidak merasa khawatir disupervisi.
Kelamahannya adalah supervisor akan menghadapi situasi yang sangat mungkin
kurang wajar, tidak seperti dalam keadaan sehari-hari, sehingga hasil evaluasi supervisor
punkurang objektif, karena yang disupervisi sudah bersiap dan menata kelas
sebelumny.
(c)
Cara menetukan waktu kedatangan
supervisor yang ideal ke sekolah adalah dengan memberitahukan kepada guru
sebelumnya, tetapi tidak menyebutkan
hari dan tanggalnya. Yang disebut hanyalah sekitar bulan tertentu. Dengan
demikian kelemahan cara pertama dan kedua di atas dapat dikurangi.
Ketiga cara menetukan waktu mengadakan
supervisi tersebut dapat juga diterapkan pada teknik-teknik supervisi yang
lain, yang proses supervisinya membutuhkan waktu formal dan tempat tertentu.
Ada penentuan waktu yang khusus untuk mengadakan supervisi observasi kelas,
manakala supervisi yang akan diadakan adalah sebagai kelanjutan dari supervisi
sebelumnya, atau atas dasar permintaan guru utnuk disupervisi. Supervisi
lanjuta ini biasanya telah disepakati pada waktu mangadakan pertemuan balikan
antara guru dan supervisor.
Penentuan waktu khusus ini khusus bisa
juga tidak untuk supervisi balikan, melainkan supervisi baru atas permohonan
guru. Guru datang kepada supervisor untuk disupervisi kemampuannya mendidik dan
mengajar. Pada waktu inilah diadakan kesepakatan antara guru dan supervisor
kapan akan melakukan supervisi.
(2)
Bersifat individual. Ciri teknik
supervisi observasi kelas yang kedua adalah bersifat individual. Supervisi pada
teknik ini tidak dapat dilakukan oleh labih dari satu orang guru. Kecuali kalau
ingin mensupervisi cara kerja tim guru dalam mengajar di kelas. Sebagai tim
sudah tentu melibatkan lebih dari seorang guru, mungkin ada dua orang atau tiga
orang guru. Namun pada umumnya teknik supervisi observasi kelas hanya
menyangkut seorang guru saja.
(3)
Tidak ada pertemuan awal. Teknik
supervisi observasi kelas tidak memakai pertemuan awal. Pada hari dan
waktu mengadakan supervisi, guru langsung
masuk kedalam ruangan kelas dan terus mengajar. Ketika itu secara diam-diam
supervisor masuk kedalam ruangan kelas dan biasanya duduk di belakang.
Kedatangan supervisor ini mungkin sudah diketahui guru sebelumnya, mungkin juga
tidak, bergantung pada alternatif penetuan waktu yang dipakai oleh supervisor. Tetapi yang jelas supervisor berusaha untuk tidak
diketahui secara mencolok oleh para siswa, agar tidak merusak suasana kelas.
(4)
Minimal dilakukan pada satu
pertemuan. Pada umumnya teknik supervisi observasi kelas dilakukan hanya pada
satu sesi atau satu pertemuan. Mulai para siswa masuk ruangan kelas, selama
belajar, dan sampai dengan belajar usai proses supervisi tetap berlangsung.
Supervisi bila dilakukan lebih dari satu pertemuan akan membuat guru merasa
payah, sebab guru tidak bebas seperti biasanya. Guru merasa tidak nyaman,
apalagi kalau situasi itu berlangsung lama.
(5)
Pelaksanaan supervisi. Supervisi
dilaksanakan oleh seorang supervisor dengan cara mengamati, yaitu melihat,
mendengar dan merasakan situasi kelas yang sedang belajar. Yang diamati adalah
perilaku guru dan perilaku para siswa. Guru yang diamati adalah seorang diri
yang sedang membimbing siswa-siswa belajar dalam proses pembelajaran.
(6)
Objek yang diamati supervisor. Objek
pengamatan dalam teknik observasi kelas adalah semua hal yang dilakukan oleh
guru, termasuk sikap, gaya mengajar, suara, cara mendidik, cara mengajar, dan
semua sumber balajar yang dipakai dalam mengajar. Perilaku para siswa juga
menjadi objek pengamatan seperti aktivitas mereka, dinamika kelas, dan
kemampuan siswa yang tampak dalam wajah mereka.
(7)
Tidak mengintervensi. Supervisor
tidak boleh melakukan intervensi terhadap guru dalam proses supervisi.
Intervensi yang dimaksud antara lain adalah, menanyakan sesuatu, menegur,
memuji, member kode tertentu, dan sebagainya. Supervisor juga tidak boleh
mengintervensi siswa-siswa belajar, dengan menanyakan sesuatu kepada mereka,
memperingati, melarang, dan sebagainya. Jadi baik guru maupun supervisor sama-sama
melaksanakan tugas sendiri-sendiri.
(8)
Ada pertemuan balikan. Setelah
pelaksanaan atau proses supervisi
selesai diadakan, pertemuan balikan yang dihadiri oleh supervisor dan guru bersangkutan di suatu tempat
tertentu, misalnya di kamar kantor madrasah. Tidak perlu bahkan tidak boleh ada
guru lain yang ikut hadir, agar tidak membuat guru bersangkutan merasa malu
manakala ada tindak tanduknya yang tidak berkenan di hati supervisor, atau
manakala ada kesalahan fatal yang dibuat oleh guru. Pertemuan ini tidak boleh
ditunda-tunda, agar tidak terlupakan yang dibahas dalam pertemuan ini adalah
hasil supervisi yang dicatat oleh supervisor dan penglaman mengajar yang baru
saja dilakukan serta dirasakan oleh guru. Pertemuan ini akan memberikan hasil
yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak tentang hal-hal yang positif
yang sudah baik, dan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
(9)
Tindak lanjut. Pertemuan balikan
diakhiri dengan tindak lanjut dari supervisi yang baru saja dilaksanakan.
Tindak lanjut ini juga disepakati bersama. Isi tindak lanjut pada umumnya
kesepakatan untuk melaksanakan supervisi lagi pada waktu tertentu, kalau
ternyata supervisi yang baru dilakukan belum member rasa puas. Waktu untuk
melakukan supervisi berikutnya ditentukan pada pertemuan ini. Bentuk supervisi
atau teknik supervisi lanjutan ini dapat berubah, yaitu dapat dalam teknik
kunjungan kelas kalau kesalahan yang dibuat kecil-kecil dan bisa berbentuk
supervisi klinis kalau ternyata guru yang bersangkutan sangat lemah. Dan dapat
juga tidak perlu ada tindak lanjut kalau ternyata hasil supervisi menunjukkan guru
bersangkutan sudah baik.
a)Proses
teknik supervisi observasi kelas
Uraian tentang proses teknik supervisi
ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan, proses supervisi, dan
pertemuan balikan.
(1)
Persiapan. Persiapan supervisi hanya
dilakukan oleh supervisor sendiri, tidak bersama guru, atau oleh guru yang
terdiri dari ; guru siapa yang akan disupervisi, materi yang akan diajarkan,
diruang kelas mana, alat-alat yang dipakai mencatat hasil supervisi, cara
menetukan waktu (diberi tahu sebelumnya, datang tiba-tiba, atau hanya
diberitahu bulan kedatangan saja).
(2)
Proses supervisi. Begitu jam
pelajaran dimulai guru dan supervisor masuk kelas. Guru mulai mengajar di depan
kelas, dan supervisor duduk di belakang. Yang perlu diperharikan dalam proses
supervisi adalah.
(a)
Sikap supervisor. Supervisor harus
membawa diri agar tampak tidak mencolok di mata para siswa, agar suasana tidak
berubah disebabkan oleh kedatangan orang lain (supervisor). Supervisor duduk
dengan tenang dan tidak perlu berbicara. Hanya tangnnya sekali-sekali bergerak
menuliskan sesuatu, kalau memang ada data yang perlu ditulis.
(b)
Cara mengamati guru. Supervisor
mengobservasi guru mengajar adalah sambil duduk di belakang atau sekali-sekali
berdiri untuk melakukan penyegaran. Pengamatan dilakukan secara terus-menerus
selama pelajaran berlangsung, sehingga semua data tentang guru ini dapat
diketahui dan dicatat.
(c)
Hal-hal yang diamati. Banyak hal yang
harus diamati mencakup : kepribadian guru, watak, bakat, gaya mengajar dan
mendidik, pakaian dan cara berdandan, cara mengajar (membuka pelajaran,
mengorganisasi materi pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, mengaktifkan
siswa, mengelola kelas, menilai hasil belajar, menutup pelajaran), respon kelas
dan para siswa (dinamika kelas, suasana kelas, afeksi siswa, kepuasan siswa,
penguasaan materi, keterampilan siswa), kesan umum (pribadi guru, kemampuan
guru secara umum, kesan para siswa).
(d)
Cara mencatat data. Bentuk catatan
ada dua macam, yaitu bentuk daftar isian dan bentuk uraian. Kalau memakai
daftar isian, supervisor dapat menuliskan tanda cek pada tempat yang sesuai
dengan keadaan. Tetapi kalau memakai bentuk uraian, supervisor harus menuliskan
tentang apa saja yang dia observasi. Kadua bentuk catatan ini mempunyai
keterbatsan. Bentuk daftar isian akan membatasi supervisor untuk mencatat data,
dia hanya dapat mencatat hal-hal yang sudah tertulis saja pada daftar isian
itu. Sebaliknya bentuk uraian memberi peluang untuk tidak mencatat secara
lengkap tentang apa-apa yang harus dicatat. Sebab itu dirasakan mengambil jalan
tengah, ialah dengan memakai daftar
isian yang dilengkapi dengan kolom-kolom kosong untuk mencatat hal-hal yang
belum disebutkan dalam daftar isian. Atau dapat juga dengan membuat daftar
isian yang singkat-singkat seperti pedoman observasi, sehingga supervisor hanya
menuliskan data itu dibelakang kata yang menjadi pedoman.
(e)
Mengakhiri proses supervisi.
Menjelang pelajaran usai guru mulai menutup kelas, misalnya dengan merumuskan
ikhtisar pelajaran atau dengan mengadakan evaluasi singkat. Selanjutnya
supervisorpun bersiap-siap untuk mengakhiri pekerjaannya mengamati dan mencatat
segala sesuatu tentang guru beserta kelasnya. Mengakhiri proses supervisi tidak
diperlukan cara-cara khusus, melainkan cukup dengan keluar ruangan bersama-sama
dengan guru sesudah semua siswa di luar.
(3)
Pertemuan balikan. Segera sesudah
proses supervisi selesai, diadakan pertemuan balikan. Dalam pertemuan ini tidak
perlu ada guru lain yang ikut hadir, agar guru bersangkutan merasa bebas
mengemukakan pendapat dan hal-hal yang mengganjal dalam hatinya. Yang harus
diperhatikan oleh supervisor dalam dalam pertemuan ini adalah :
(a)
Kontak hubungan. Hubungan yang
harmonis perlu diciptakan pertama kali, sebelum membahas hasil pengamatan dalam
proses supervisi. Sifat hubungan sangat bergantung pada kemampuan supervisor
menghayati pribadi, watak, dan bakat guru bersangkutan. Atas dasar penghayatan
ini dibentuk suatu hubungan yang harmonis. Pendekatan yang dipakai menciptakan
hubungan ini tentu berbeda-beda disesuaikan dengan sifat guru masing-masing.
(b)
Membahas hasil supervisi. Dalam
membicarakan data hasil supervisi, juga perlu disesuaikan dengan sikap dan
kepribadian guru bersangkutan. Guru yang berpribadi halus dihadapi dengan cara
hati-hati dan halus pula. Guru yang sulit berbicara perlu dibimbing dalam
berbicara. Guru yang berkualitas baik diberi kesempatan untuk banyak berbicara,
sedangkan supervisor lebih banyak mendengarkan.
(c)
Penguatan. Dalam kesempatan ini guru
perlu diberi penguatan, agar ia tidak berputus asa dan tetap bersemangat
untuk maju. Penguatan posistif dilakukan
dengan cara memuji hal-hal yang sudah dilakukan dengan baik. Dan penguatan
negatif dilakukan dengan cara mengurangi beban guru, misalnya dalam waktu enam
bulan tidak perlu diadakan supervisinsebab cara kerja guru sudah baik.
(d)
Tindak lanjut. Pertemuan balikan
diakhiri dengan membuat kesepakatan tentang tindak lanjut supervisi yang baru
saja diadakan. Tindak lanjut tidak perlu dilakukan apabila cara kerja guru
sudah baik. Jika cara kerja guru sebagian besar masih belum baik, maka bisa
dilanjutkan dengan teknik supervisi yang sama. Jika kekurangan guru tidak
banyak, maka supervisi bisa dilanjutkan dengan teknik supervisi kungjungan
kelas. Namun jika kemampuan guru selama proses pembelajaran sangat lemah, maka
bisa dilanjutkan dengan supervisi klinis.
b)
Kebaikan teknik supervisi observasi
kelas.
Teknik supervisi observasi kelas memiliki
sejumlah kebaikan diantaranya sebagai berikut ;
(1)
Bisa mengamati kinerja guru secara
utuh, seperti pribadi guru, gaya mengajarnya, cara mendidik siswa, dan cara
mengajarnya.
(2)
Punya waktu yang cukup untuk mendapat
semua data tentang proses pembelajaran tentang proses pembelajaran termasuk
respon siswa terhadap prose itu.
(3)
Data yang lengkap ini mampu member
gambaran tentang guru bersangkutan secara utuh. Bambaran seperti ini dapat juga
dijadikan bahan, apakah guru ini memiliki kemajuan atau tidak dibandingkan
dengan hasil-hasil supervisi sebelumnya.
(4)
Ada penguatan pada waktu mengadakan
pertemuan balikan. Suatu tindakan yang arif untuk meningkatkan motivasi guru
dalam memajukan profesinya dan member kepuasan kepada guru yang baru saja
disupervisi.
c)Kelemahan
teknik supervisi observasi kelas
(1)
Bagi guru yang kemampuannya rendah,
akan merasa cukup lama mengalami tekanan atau ketidak bebasan, sebab supervisi
diadakan selama satu pertemuan.
(2)
Bagi guru sentimental atau perasa
akan merasa pesimis atau bahkan bisa putus asa ketika kelemahan-kelamahannya
diketahui.
(3)
Bagi kepala madrasah yang otomatis
merangkap sebagai supervisor, teknik ini memakan waktu cukup lama, akan menyita
waktu kerjanya sebagai kepala madrasah.
[1] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta
: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke -3
[2]
Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan
Administrasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 2000), h.6
[3] Ibid., h.47
[4]
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan
Kontekstual, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar