Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Teknik Supervisi Kunjungan Kelas


1)      Teknik  Supervisi Kunjungan Kelas
       Teknik supervisi kunjungan kelas adalah teknik supervisi yang dilakukan untuk mengamati guru mengajar dalam waktu-waktu yang singkat untuk mendapatkan data proses pembelajaran yang khusus yang diinginkan oleh supervisor.[1] 
a)      Tujuan teknik supervisi kunjungan kelas.
Tujuan teknik supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan supervisor. Data yang dimaksudkan di sini buknlah data yang utuh, namun hanya sampelnya saja karena beberara alasan diantaranya ;
(1)   Menurut hasil supervisi sebelumnya guru bersangkutan memiliki kelemahan pada kegiatan itu
(2)   Menurut kesepakatan antara guru dan supervisor pada pertemuan balikan
(3)   Guru sendiri yang membutuhkan perbaikan pada bidang itu sehingga supervisi hanya pada hal itu saja.
(4)   Supervisor mendapat informasi bahwa guru tersebut lemah dalam hal tertentu, misalnya guru baru tidak berani menatap wajah siswa yang sudah remaja, sehingga supervisor butuh melihat hal itu saja.
(5)   Inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran, misalnya menghitung dengan sempoa. Dalam hal ini supervisor hanya butuh mengamati sampel guru membimbing siswa belajar memanfaatkan seompoa dalam berhitung
Sampel- sampel yang ingin dilihat oleh supervisor sudah tentu bertalian juga dengan respon para siswa yang terkait dengan data sampel bersangkutan. Lebih-lebih kalau data sampel itu banyak pertaliannya dengan keadaan kelas. Contoh guru muda yang tidak berani menatap muka para siswa tadi jelas sekali sangat bertalian dengan keadaan siswa. Sengat mungkin para siswa tersebut sudah beranjak remaja, yang sangat tertarik dengan gurunya yang menawan, lalu berbuat polah yang menyebabkan guru muda ini tidak berani memandang siswa-siswanya.
Contoh sampel tersebut perlu diketahui oleh supervisor melalui pengamatan di lapangan yang ternyata bukan kelemahan guru sepenuhnya, melainkan lebih disebabkan oleh polah para siswanya. Berdasarkan pengamatan yang jelas itu, supervisor berharap bisa memperbaiki kelemahan guru itu pada supervisi berikutnya.
Dengan demikian tujuan teknik supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan data sampel tertentu, berdasarkan informasi sebelumnya. Data ini mencakup keadaan guru dan situasi kelas. Sama halnya dengan tujuan teknik supervisi yang lain, tujuan supervisi kunjungan kelas inipun sebagai rangkaian memperbaiki profesi guru.
b)      Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas.
Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas akan diuraikan sebagai berikut :
(1)   Menetukan waktu mengadakan supevisi. Untuk menetukan kapan akan mengadakan supervisi pada umumnya dengan cara tidak memberitahukan kedatangan supervisor, sebab yang diamati oleh supervisor hanya sampel-sampel data saja, ialah data apa yang dia butuhkan. Waktu berkunjung itupun hanya singkat-singkat saja. Sehingga pada waktu singkat itulah teknik ini disebut teknik kunjungan kelas.
Namun demikian, kalau ada guru yang merasa lemah dalam satu hal atau lemah sedikit saja, kemudian dia memutuskan untuk memperbaiki kelemahannya itu, yang disaksikan dan dibenarkan oleh supervisor maka ia dapat mengundang supervisor untuk melihat dia mengajar. Dalam hal ini penetuan waktu mengadakan supervisi sudah disepakati bersama. Jadi waktu telah ditentukan sebelum supervisi diadakan.  
(2)   Bersifat individual. Supervisi kunjungan kelas bersifat individual. Teknik supervisi ini tidak dapat dilakukan untuk mengobservasi guru lebih dari satu orang dalam waktu yang sama.
(3)   Tidak ada pertemuan awal. Sama halnya dengan teknik observasi kelas, teknik kunjungan kelas inipun tidak didahului oleh pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi. Supervisor datang begitu saja kedalam kelas untuk melihat guru mengajar.
(4)   Waktu supervisi cukup singkat. Supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 5 sampai 10 menit. Karena waktunya singkat, supervisor tidak selalu perlu duduk di belakang kelas. Ada kalanya supervisor hanya melihat dari kejauhan lewat jendela atau pintu yang kebetulan terbuka. Atau dilakukan sambil mondar-mandir di serambi kelas.
(5)   Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas. Teknik supervisi yang memakan memakan waktu singkat ini memungkinkan supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama, misalnya dalam satu hari. Supervisor berkeliling melihat guru-guru mengajar yang masing-masing sudah dicatat oleh supervisor tentang kekurangan-kekurangan mereka. Setiap guru diamati tentang kegiatan apa atau perilaku yang bagaimana yang balum baik. Hasil- hasil pengamatan itu dicatat oleh supervisor untuk dikomunikasikan kelak.
(6)   Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam kelas. Berbeda dengan teknik observasi kelas yang supervisor tidak boleh melakukan intervensi, maka teknik kunjungan kelas ini membolehkan supervisor melakukan intervensi, baik terhadap guru dalam mengajar, maupun terhadap siswa yang sedang belajar. Misalnya kalau guru memegang papan tulis atau mempermainkan kapur dalam mengajar, maka supervisor dapat menegurnya waktu itu juga.
Tetapi teguran itu harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak mencolok di mata para siswa. Terhadap siswa, supervisor diperbolehkan melarang menyontek misalnya, atau memperingati kalau bermain-main, atau menyuruh siswa menanyakan sesuatu kepada gurunya.
(7)   Yang disupervisi adalah kasus-kasus. Supervisor telah mengantongi sejumlah kasus guru dalam proses pembelajaran yang belum benar. Satu persatu kasus pada guru bersangkutan diperiksa, apakah guru tersebut sudah dapat memperbaiki kelemahannya atau belum. Atau supervisor ingin membuktikan informasi yang dia dapat bahwa guru tertentu memiliki kasus negatif,  ia ingin membuktikan kebenaran informasi tersebut.
(8)   Kunjungan bisa dilakukan sebelum dan sesudah usai usai pembelajaran. Di samping mengujungi guru yang sedang mengajar seperti yang disebutkan di atas, kunjungan dapat juga dilakukan sebelum dan sesudah guru mengajar. Kunjungan yang dilakukan sebelum mengajar adalah untuk melihat persiapan mengajar, buku-buku yang dipakai, alat-alat belajar yang disiapkan, media yang dipakai mengajar, dan persiapan-persiapan lainnya.
Sedangkan kunjungan yang dilakukan sesudah selesai mengajar adalah untuk melihat bekas-bekas proses pembelajaran seperti kertas-kertas, tanah liat, cat minyak, tulisan-tulisan di papan tulis, hasil pekerjaan siswa yang telah terkumpul dan sebagainya. Semua data yang dikumpulkan dianalisis oleh supervisor untuk mengetahui apakah guru bersangkutan sudah cukup berkualitas apa tidak, terutama terkait dengan kasus-kasus yang masih bersifat negatif.
(9)   Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan. Teknik supervisi kunjungan kelas ini ada kalanya mengadakan pertemuan balikan, dan ada kalanya tidak. Pertemuan balikan diadakan manakala supervisor maupun guru yang disupervisi perlu mengadakan pertemuan balikan itu. Hal-hal yang dibicarakan dalam pertemuan dalam pertemuan balikan ini sama dengan pertemuan balikan supervisi observasi kelas, yaitu membicarakan hasil-hasil supervisi.
Guru dan supervisor sama-sama boleh berpendapat tentang supervisi yang baru saja dilakukan. Walaupun supervisor mungkin melakukan supervisi kepada beberapa orang guru pada waktu itu, namun pertemuan balikan tetap diadakan secara individual.
Tetapi kalau supervisor dan atau guru memandang tidak perlu mengadakan pertemuan balikan, tentu pertemuan seperti ini tidak diadakan. Pertemuan balikan tidak perlu ada sebab ketika supervisor mengadakan supervisi masuk kedalam kelas, dia sudah memperbaiki hal-hal kecil yang kurang baik untuk menjadi baik. Karena supervisor dan atau guru memandang perilaku mengajar sudah langsung diperbaiki ketika mendidik dan mengajar, maka pertemuan balikan tidak diperlukan lagi.
(10)     Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga tidak ada. Tetapi kalau ada pertemuan balikan, maka umunya ada tindak lanjut, yaitu melanjutkan perbaikan perilaku guru yang masih lemah pada supervisi berikutnya. Supervisi berikutnya ini tidak mesti memakai teknik kunjungan kelas, melainkan boleh memakai teknik supervisi yang lain. Hal itu tergantung kepada besar dan kecilnya kelemahan guru itu, dan bergantung kepada pertimbangan supervisor. Waktu untuk supervisi lanjutan biasanya sudah ditentukan pada pertemuan ini.
c)      Proses teknik supervisi kunjungan kelas.
Uraian tentang teknik supervisi kunjungan kelas ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan, proses supervisi, dan pertemuan balikan yang akan diuraikan sebagai berikut :
(1)   Persiapan. Persiapan yang dilakukan ketika akan mulai melakukan supervisi kunjungan adalah sebagai berikut :
(a)    Memeriksa catatan-catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama guru yang masih memiliki kelamahan kecil
(b)   Memeriksa informasi yang didapat dari berbagai pihak tentang kasus-kasus kelemahan pada guru-guru
(c)    Mencatat kasus-kasus tersebut berserta guru yang bersangkutan
(d)   Memilih kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang mana saja dapat kemungkinan diperbaiki pada hari itu.
(e)    Menentukan waktu untuk mensupervisi
(2)   Proses supervisi. Supervisor yang memakai teknik kunjungan kelas dapat melakukan supervisi pada beberapa kelas dalam satu hari, seperti telah disebutkan sebelumnya. Proses supervisi antara satu kelas atau satu kasus dengan kelas atau kasus yang lain hamper sama. Proses tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut :
(a)    Sikap supervisor. Supervisor ketika berada dalam kelas, seharusnya tidak sampai menarik perhatian, baik terhadap para siswa maupun terhadap guru. Posisi supervisor bisa duduk di belakang atau berdiri dengan tenang. Di sini supervisor tidak selalu duduk sebab ia diperbolehkan mengintervensi guru mengajar. Dia juga bisa berjalan untuk mendekati guru mengajar atau menyuruh siswa tentang sesuatu, dengan suara yang pelan agar tidak mengganggu kelas. Kalau supervisor merasa cukup melihat guru dari kaca jendela atau lewat lewat pintu yang sedang terbuka, hal itu bisa juga ia lakukan.
(b)   Cara mengamati guru. Supervisor memperhatikan guru mengajar terutama melalui penglihatan. Tapi akan lebih lengkap juga melalui pendengaran, bila perlu bisa dilebgkapi dengan membau kalau siswa-siswa yang sedang praktek memasak misalnya. Hasil pengamatan ini selalu dicatat, agar tidak lupa manakala diadakan pertemuan balikan.
(c)    Hal-hal yang diamati. Objek yang diamati supervisor dalam teknik kunjungan kelas ini adalah kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus yang telah ditetapkan pada persiapan. Contoh-contoh kasus berupa kelemahan tersebut seperti, suara guru yang pelan sehingga tidak dapat didengar oleh siswa yang duduk dibelakang, tidak mampu membimbing para siswa yang belajar berkelompok sehingga anak-anak menjadi rebut, tidak bisa menggambarkan objek sebagai alat peraga yang relative tepat, tidak bisa mengoperasikan LCD dengan relatif lancar, dan tidak mampu bekerjasama secara harmonis dengan narasumber yang diundang oleh madrasah dalam memberikan suatu materi.
(d)   Cara mengintervensi guru. Dalam mengintervensi guru dan atau siswa untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus negatif perlu disesuaikan dengan kondisi kasus tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena kelemahan-kelemahan tersebut bermacam-macam isi dan bentuknya. Di samping itu guru-guru bersangkutan juga bermacam-macam sifat, watak dan pribadinya. Supervisor perlu memperhatikan keragaman ini. Dengan artian, tidak boleh semua guru beserta kasusnya diperlakukan dengan cara yang sama. Supervisor perlu peka menghadapi setiap guru, perlu menhayati suasana hati mereka, dan perlu pendekatan sendiri- sendiri.
       Pendekatan masing-masing terhadap berbagai kasus guru tersebut seperti, guru yang bersuara pelan biasanya mempunyai watak emosional dan agak pesismis. Sebab itu dia perlu didekati dan dibisiki secara sopan agar meningkatkan volume suaranya. Kalau dalam kelas belum bisa baik, bisa diundang  dalam pertemuan balikan untuk mencoba berbicara lebih keras. Guru yang membimbing siswa belajar kelompok tampaknya agak malas, ia lebih sering duduk di belakang meja dibandingkan dengan keliling memperhatikan siswa bekerja. Guru ini perlu diperingati agakm keras agar malasnya berkurang atau hilang. Sedangkan guru yang tidak dapat menggambarkan kucing secara relatif tepat, bisa diintervensi oleh supervisor dengan menawarkan kepada siswa yang pandai menggambar untuk menggambarkan kucing yang dimaksud di  papan tulis.
(e)     Bentuk catatan. Karena proses pengamatan hanya dalam waktu singkat, lagipula kelemahan dan kasus yanga akan diobservasi tidak dapat diduga sebelumnya, maka cukup sulit untuk membuat daftar isian sebagai instrument observasi. Sebab itu, bentuk catatan yang dipakai dalam teknik kunjungan kelas cukup sederhana, yaitu catatan biasa yang ditulis di atas kertas kosong. Data yang langsung diperbaiki dalam kelas dan data yang akan dibahas dalam pertemuan balikan, keduanya perlu dicatat, termasuk cara memperbaiki dan hasil perbaikan dalam kelas.
(f)    Mengakhiri proses supervisi. Karena ada dua metode dalam supervisi kunjungan kelas ini, maka cara supervisi dilakukan dengan, pertama bagi supervisor yang mengintervensi untuk memperbaiki kesalahan, supervisi diakhiri dengan minta diri atau permisi kepada guru bersangkutan. Kedua, bagi supervisi yang akan atau membutuhkan pertemuan balikan, supervisor sebelum meminta diri keluar kelas, member isyarat bahwa nanti aka nada pertemuan balikan di ruang tertentu.
(3)   Pertemuan balikan. Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi selesai, dibawa kepertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu, maka pertemuan balikan ini dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari disupervisi kunjungan kelas melakukan lima kali supervisi dan empat diantaranya membutuhkan pertemuan balikan, maka keempat guru tersebut perlu antri untuk mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor dengan supervisor dalam pertemuan balikan.
       Diskusi dalam pertemuan balikan ini juga perlu mempertimbangkan kemampuan guru, pribadi, watak, dan sifat-sifat guru alinnya. Guru yang kemampuannya rendah membutuhkan kesadaran dalam menyadarkan guru akan kelemahannya, termasuk menunggu pendapatnya yang susah keluar. Bila sudah cukup lama ditunggu guru ini tetap diam maka dapat dilakukan pendekatan langsung, yaitu member petunjuk tentang cara-cara memperbaiki kelemahannya. Tapi bagi guru yang cukup cerdas perlu didekati dengan secara tidak langsung, yaitu memberi kesempatan guru ini berpikir mencari jalan keluarnya sendiri tentang kasus yang belum baik tadi. Kalau jawabannya masih salah, supervisor memberi pertanyaan pancingan sehingga guru dapat menemukan jawabannya sendiri. Begitu pula halnya dengan guru yang mudah marah, guru yang sentimental memberikan pendekatan sendiri dalam berdiskusi menemukan jalan keluar memperbaiki kelemahan.
       Pertemuan balikan pada supervisi kunjungan kelas ini juga perlu memberikan penguatan kepada guru-guru. Seperti halnya pada pertemuan balikan supervisi observasi kelas, supervisi inipun akan memberikan penguatan posistif dan penguatan negatif. Pengauatan positif bisa dalam bentuk memberikan pujian atau berupa senyuman puas dan pengauatan negatif bisa dengan mengurangi tugas pada guru yang sudah mampu memperbaiki dirinya tersebut.
       Bagi guru yang membutuhkan supervisi tindak lanjut karena belum dapat memperbaiki kelemahannya, pada  saat ini juga ditentukan waktu supervisi tindak lanjut itu. Supervisi tindak lanjut ini sebagai dampak dari teknik kunjungan kelas biasanya mempergunakan teknik yang sama yaitu teknik supervisi kunjungan kelas. Jadi supervisi berlangsung dalam waktu singkat, khusus memperbaiki kelemahan itu saja, tapi dapat juga dengan mempergunakan teknik lain.  
d)     Kebaikan teknik supervisi kunjungan kelas
Ada beberapa kebaikan teknik supervisi kunjungan kelas diantaranya sebagai berikut :
(1)   Karena supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat, maka dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat melakukan sejumlah supervisi.
(2)   Supervisi kunjungan kelas yang hanya mengambil data sampel yang diperlukan merupakan proses untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan kecil atau kasus-kasus negative tertentu dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.
(3)   Taknik supervisi kunjungan kelas adalah satu-satunya teknik supervisi yang memperbolehkan supervisor memperbaiki langsung kelemahan-kelemahan kecil yang dilakukan guru ketika sedang mengajar dan mendidik para siswa.
(4)   Teknik supervisi ini juga tidak selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi, sebab ada kalangan supervisor memperbaiki kelemahan guru itu secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas, dengan demikian teknik supervisi ini cukup efisien.
e) Kelemahan teknik supervisi kunjungan kelas
Ada dua kelemahan teknik supervisi kunjungan kelas sebagai berikut :
(1) Teknik supervisi kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data, otomatis tidak bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh tentang kemampuan atau kualitas guru yang disupervisi.
(2) Teknik supervisi ini tidak dapat dipakai mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi atau yang ditanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui kelemahan-kelemahannya ketika disupervisi dahulu atau bersumber dari informasi tertentu tentang kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu.
Dari uraian tentang teknik supervisi observasi kelas dan teknik supervisi kunjungan kelas seperti yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya sebagai berikut :[2]
Teknik Observasi Kelas
Teknik Kunjungan Kelas
1.   Memakan waktu satu pertemuan
2.   Yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran
3.   Untuk memperbaiki kualitas guru serta memperbaikinya

4.   Supervisor tidak boleh mengintervensi guru mengajar

5.   Dilakukan pada waktu proses belajar berlangsung

6.   Ada pertemuan balikan
1.   Memakan waktu 5-10 menit
2.   Yang diamati sampel perilaku yang masih lemah
3.   Untuk mengetahui apakah kelemahan kecil duahulu dapat diperbaiki
4.   Supervisor bisa memperbaiki guru secara langsung dalam proses pembelajaran
5.   Dilakukan sebelum, pada waktu proses, dan sesudah proses belajar berlangsung
6.   Boleh ada dan boleh tidak ada pertemuan balikan



[1]Ibid. 
[2] Ibid, h.109

Tidak ada komentar: