1)
Teknik Supervisi Kunjungan Kelas
Teknik supervisi kunjungan kelas adalah
teknik supervisi yang dilakukan untuk mengamati guru mengajar dalam waktu-waktu
yang singkat untuk mendapatkan data proses pembelajaran yang khusus yang
diinginkan oleh supervisor.[1]
a)
Tujuan teknik supervisi kunjungan
kelas.
Tujuan teknik
supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan
supervisor. Data yang dimaksudkan di sini buknlah data yang utuh, namun hanya
sampelnya saja karena beberara alasan diantaranya ;
(1)
Menurut hasil supervisi sebelumnya
guru bersangkutan memiliki kelemahan pada kegiatan itu
(2)
Menurut kesepakatan antara guru dan
supervisor pada pertemuan balikan
(3)
Guru sendiri yang membutuhkan
perbaikan pada bidang itu sehingga supervisi hanya pada hal itu saja.
(4)
Supervisor mendapat informasi bahwa
guru tersebut lemah dalam hal tertentu, misalnya guru baru tidak berani menatap
wajah siswa yang sudah remaja, sehingga supervisor butuh melihat hal itu saja.
(5)
Inovasi atau kreativitas dalam
pembelajaran, misalnya menghitung dengan sempoa. Dalam hal ini supervisor hanya
butuh mengamati sampel guru membimbing siswa belajar memanfaatkan seompoa dalam
berhitung
Sampel- sampel
yang ingin dilihat oleh supervisor sudah tentu bertalian juga dengan respon
para siswa yang terkait dengan data sampel bersangkutan. Lebih-lebih kalau data
sampel itu banyak pertaliannya dengan keadaan kelas. Contoh guru muda yang
tidak berani menatap muka para siswa tadi jelas sekali sangat bertalian dengan
keadaan siswa. Sengat mungkin para siswa tersebut sudah beranjak remaja, yang
sangat tertarik dengan gurunya yang menawan, lalu berbuat polah yang
menyebabkan guru muda ini tidak berani memandang siswa-siswanya.
Contoh sampel
tersebut perlu diketahui oleh supervisor melalui pengamatan di lapangan yang
ternyata bukan kelemahan guru sepenuhnya, melainkan lebih disebabkan oleh polah
para siswanya. Berdasarkan pengamatan yang jelas itu, supervisor berharap bisa
memperbaiki kelemahan guru itu pada supervisi berikutnya.
Dengan
demikian tujuan teknik supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan data
sampel tertentu, berdasarkan informasi sebelumnya. Data ini mencakup keadaan
guru dan situasi kelas. Sama halnya dengan tujuan teknik supervisi yang lain,
tujuan supervisi kunjungan kelas inipun sebagai rangkaian memperbaiki profesi
guru.
b)
Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas.
Beberapa
ciri teknik supervisi kunjungan kelas akan diuraikan sebagai berikut :
(1)
Menetukan waktu mengadakan supevisi.
Untuk menetukan kapan akan mengadakan supervisi pada umumnya dengan cara tidak
memberitahukan kedatangan supervisor, sebab yang diamati oleh supervisor hanya
sampel-sampel data saja, ialah data apa yang dia butuhkan. Waktu berkunjung
itupun hanya singkat-singkat saja. Sehingga pada waktu singkat itulah teknik
ini disebut teknik kunjungan kelas.
Namun demikian, kalau ada
guru yang merasa lemah dalam satu hal atau lemah sedikit saja, kemudian dia
memutuskan untuk memperbaiki kelemahannya itu, yang disaksikan dan dibenarkan
oleh supervisor maka ia dapat mengundang supervisor untuk melihat dia mengajar.
Dalam hal ini penetuan waktu mengadakan supervisi sudah disepakati bersama. Jadi
waktu telah ditentukan sebelum supervisi diadakan.
(2)
Bersifat individual. Supervisi
kunjungan kelas bersifat individual. Teknik supervisi ini tidak dapat dilakukan
untuk mengobservasi guru lebih dari satu orang dalam waktu yang sama.
(3)
Tidak ada pertemuan awal. Sama halnya
dengan teknik observasi kelas, teknik kunjungan kelas inipun tidak didahului
oleh pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi.
Supervisor datang begitu saja kedalam kelas untuk melihat guru mengajar.
(4)
Waktu supervisi cukup singkat. Supervisi
kunjungan kelas dilakukan dalam waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 5
sampai 10 menit. Karena waktunya singkat, supervisor tidak selalu perlu duduk
di belakang kelas. Ada kalanya supervisor hanya melihat dari kejauhan lewat
jendela atau pintu yang kebetulan terbuka. Atau dilakukan sambil mondar-mandir
di serambi kelas.
(5)
Dapat mengobservasi lebih dari satu
kelas. Teknik supervisi yang memakan memakan waktu singkat ini memungkinkan
supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama, misalnya dalam
satu hari. Supervisor berkeliling melihat guru-guru mengajar yang masing-masing
sudah dicatat oleh supervisor tentang kekurangan-kekurangan mereka. Setiap guru
diamati tentang kegiatan apa atau perilaku yang bagaimana yang balum baik. Hasil-
hasil pengamatan itu dicatat oleh supervisor untuk dikomunikasikan kelak.
(6)
Dapat mengintervensi guru dan siswa
dalam kelas. Berbeda dengan teknik observasi kelas yang supervisor tidak boleh
melakukan intervensi, maka teknik kunjungan kelas ini membolehkan supervisor
melakukan intervensi, baik terhadap guru dalam mengajar, maupun terhadap siswa
yang sedang belajar. Misalnya kalau guru memegang papan tulis atau
mempermainkan kapur dalam mengajar, maka supervisor dapat menegurnya waktu itu
juga.
Tetapi teguran itu harus
dilakukan sedemikian rupa agar tidak mencolok di mata para siswa. Terhadap
siswa, supervisor diperbolehkan melarang menyontek misalnya, atau memperingati
kalau bermain-main, atau menyuruh siswa menanyakan sesuatu kepada gurunya.
(7)
Yang disupervisi adalah kasus-kasus.
Supervisor telah mengantongi sejumlah kasus guru dalam proses pembelajaran yang
belum benar. Satu persatu kasus pada guru bersangkutan diperiksa, apakah guru
tersebut sudah dapat memperbaiki kelemahannya atau belum. Atau supervisor ingin
membuktikan informasi yang dia dapat bahwa guru tertentu memiliki kasus
negatif, ia ingin membuktikan kebenaran
informasi tersebut.
(8)
Kunjungan bisa dilakukan sebelum dan
sesudah usai usai pembelajaran. Di samping mengujungi guru yang sedang mengajar
seperti yang disebutkan di atas, kunjungan dapat juga dilakukan sebelum dan
sesudah guru mengajar. Kunjungan yang dilakukan sebelum mengajar adalah untuk
melihat persiapan mengajar, buku-buku yang dipakai, alat-alat belajar yang
disiapkan, media yang dipakai mengajar, dan persiapan-persiapan lainnya.
Sedangkan kunjungan yang
dilakukan sesudah selesai mengajar adalah untuk melihat bekas-bekas proses
pembelajaran seperti kertas-kertas, tanah liat, cat minyak, tulisan-tulisan di
papan tulis, hasil pekerjaan siswa yang telah terkumpul dan sebagainya. Semua
data yang dikumpulkan dianalisis oleh supervisor untuk mengetahui apakah guru
bersangkutan sudah cukup berkualitas apa tidak, terutama terkait dengan
kasus-kasus yang masih bersifat negatif.
(9)
Boleh tidak mengadakan pertemuan
balikan. Teknik supervisi kunjungan kelas ini ada kalanya mengadakan pertemuan
balikan, dan ada kalanya tidak. Pertemuan balikan diadakan manakala supervisor
maupun guru yang disupervisi perlu mengadakan pertemuan balikan itu. Hal-hal
yang dibicarakan dalam pertemuan dalam pertemuan balikan ini sama dengan
pertemuan balikan supervisi observasi kelas, yaitu membicarakan hasil-hasil
supervisi.
Guru dan supervisor
sama-sama boleh berpendapat tentang supervisi yang baru saja dilakukan.
Walaupun supervisor mungkin melakukan supervisi kepada beberapa orang guru pada
waktu itu, namun pertemuan balikan tetap diadakan secara individual.
Tetapi kalau supervisor
dan atau guru memandang tidak perlu mengadakan pertemuan balikan, tentu
pertemuan seperti ini tidak diadakan. Pertemuan balikan tidak perlu ada sebab
ketika supervisor mengadakan supervisi masuk kedalam kelas, dia sudah
memperbaiki hal-hal kecil yang kurang baik untuk menjadi baik. Karena
supervisor dan atau guru memandang perilaku mengajar sudah langsung diperbaiki
ketika mendidik dan mengajar, maka pertemuan balikan tidak diperlukan lagi.
(10)
Tindak lanjut, kalau pertemuan
balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga tidak ada. Tetapi
kalau ada pertemuan balikan, maka umunya ada tindak lanjut, yaitu melanjutkan
perbaikan perilaku guru yang masih lemah pada supervisi berikutnya. Supervisi
berikutnya ini tidak mesti memakai teknik kunjungan kelas, melainkan boleh
memakai teknik supervisi yang lain. Hal itu tergantung kepada besar dan
kecilnya kelemahan guru itu, dan bergantung kepada pertimbangan supervisor.
Waktu untuk supervisi lanjutan biasanya sudah ditentukan pada pertemuan ini.
c)
Proses teknik supervisi kunjungan
kelas.
Uraian
tentang teknik supervisi kunjungan kelas ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
persiapan, proses supervisi, dan pertemuan balikan yang akan diuraikan sebagai
berikut :
(1)
Persiapan. Persiapan yang dilakukan ketika
akan mulai melakukan supervisi kunjungan adalah sebagai berikut :
(a)
Memeriksa catatan-catatan hasil
supervisi yang lampau, tentang nama-nama guru yang masih memiliki kelamahan
kecil
(b)
Memeriksa informasi yang didapat dari
berbagai pihak tentang kasus-kasus kelemahan pada guru-guru
(c)
Mencatat kasus-kasus tersebut
berserta guru yang bersangkutan
(d)
Memilih kelemahan-kelemahan kecil dan
kasus-kasus itu, yang mana saja dapat kemungkinan diperbaiki pada hari itu.
(e)
Menentukan waktu untuk mensupervisi
(2)
Proses supervisi. Supervisor yang
memakai teknik kunjungan kelas dapat melakukan supervisi pada beberapa kelas
dalam satu hari, seperti telah disebutkan sebelumnya. Proses supervisi antara
satu kelas atau satu kasus dengan kelas atau kasus yang lain hamper sama.
Proses tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut :
(a)
Sikap supervisor. Supervisor ketika
berada dalam kelas, seharusnya tidak sampai menarik perhatian, baik terhadap
para siswa maupun terhadap guru. Posisi supervisor bisa duduk di belakang atau
berdiri dengan tenang. Di sini supervisor tidak selalu duduk sebab ia
diperbolehkan mengintervensi guru mengajar. Dia juga bisa berjalan untuk
mendekati guru mengajar atau menyuruh siswa tentang sesuatu, dengan suara yang
pelan agar tidak mengganggu kelas. Kalau supervisor merasa cukup melihat guru
dari kaca jendela atau lewat lewat pintu yang sedang terbuka, hal itu bisa juga
ia lakukan.
(b)
Cara mengamati guru. Supervisor
memperhatikan guru mengajar terutama melalui penglihatan. Tapi akan lebih
lengkap juga melalui pendengaran, bila perlu bisa dilebgkapi dengan membau
kalau siswa-siswa yang sedang praktek memasak misalnya. Hasil pengamatan ini
selalu dicatat, agar tidak lupa manakala diadakan pertemuan balikan.
(c)
Hal-hal yang diamati. Objek yang
diamati supervisor dalam teknik kunjungan kelas ini adalah kelemahan-kelemahan
kecil dan kasus-kasus yang telah ditetapkan pada persiapan. Contoh-contoh kasus
berupa kelemahan tersebut seperti, suara guru yang pelan sehingga tidak dapat
didengar oleh siswa yang duduk dibelakang, tidak mampu membimbing para siswa
yang belajar berkelompok sehingga anak-anak menjadi rebut, tidak bisa
menggambarkan objek sebagai alat peraga yang relative tepat, tidak bisa
mengoperasikan LCD dengan relatif lancar, dan tidak mampu bekerjasama secara
harmonis dengan narasumber yang diundang oleh madrasah dalam memberikan suatu
materi.
(d)
Cara mengintervensi guru. Dalam
mengintervensi guru dan atau siswa untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan atau
kasus-kasus negatif perlu disesuaikan dengan kondisi kasus tersebut. Hal ini
perlu dilakukan karena kelemahan-kelemahan tersebut bermacam-macam isi dan
bentuknya. Di samping itu guru-guru bersangkutan juga bermacam-macam sifat,
watak dan pribadinya. Supervisor perlu memperhatikan keragaman ini. Dengan
artian, tidak boleh semua guru beserta kasusnya diperlakukan dengan cara yang
sama. Supervisor perlu peka menghadapi setiap guru, perlu menhayati suasana
hati mereka, dan perlu pendekatan sendiri- sendiri.
Pendekatan masing-masing terhadap
berbagai kasus guru tersebut seperti, guru yang bersuara pelan biasanya
mempunyai watak emosional dan agak pesismis. Sebab itu dia perlu didekati dan
dibisiki secara sopan agar meningkatkan volume suaranya. Kalau dalam kelas
belum bisa baik, bisa diundang dalam
pertemuan balikan untuk mencoba berbicara lebih keras. Guru yang membimbing
siswa belajar kelompok tampaknya agak malas, ia lebih sering duduk di belakang
meja dibandingkan dengan keliling memperhatikan siswa bekerja. Guru ini perlu
diperingati agakm keras agar malasnya berkurang atau hilang. Sedangkan guru
yang tidak dapat menggambarkan kucing secara relatif tepat, bisa diintervensi
oleh supervisor dengan menawarkan kepada siswa yang pandai menggambar untuk
menggambarkan kucing yang dimaksud di
papan tulis.
(e)
Bentuk catatan. Karena proses pengamatan hanya
dalam waktu singkat, lagipula kelemahan dan kasus yanga akan diobservasi tidak
dapat diduga sebelumnya, maka cukup sulit untuk membuat daftar isian sebagai
instrument observasi. Sebab itu, bentuk catatan yang dipakai dalam teknik
kunjungan kelas cukup sederhana, yaitu catatan biasa yang ditulis di atas kertas
kosong. Data yang langsung diperbaiki dalam kelas dan data yang akan dibahas
dalam pertemuan balikan, keduanya perlu dicatat, termasuk cara memperbaiki dan
hasil perbaikan dalam kelas.
(f)
Mengakhiri proses supervisi. Karena
ada dua metode dalam supervisi kunjungan kelas ini, maka cara supervisi
dilakukan dengan, pertama bagi
supervisor yang mengintervensi untuk memperbaiki kesalahan, supervisi diakhiri
dengan minta diri atau permisi kepada guru bersangkutan. Kedua, bagi supervisi yang akan atau membutuhkan pertemuan balikan,
supervisor sebelum meminta diri keluar kelas, member isyarat bahwa nanti aka
nada pertemuan balikan di ruang tertentu.
(3)
Pertemuan balikan. Untuk kasus-kasus
atau kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi
selesai, dibawa kepertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang
disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu, maka pertemuan balikan
ini dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari disupervisi kunjungan
kelas melakukan lima kali supervisi dan empat diantaranya membutuhkan pertemuan
balikan, maka keempat guru tersebut perlu antri untuk mendapatkan giliran
berdiskusi dengan supervisor dengan supervisor dalam pertemuan balikan.
Diskusi dalam pertemuan balikan ini juga
perlu mempertimbangkan kemampuan guru, pribadi, watak, dan sifat-sifat guru
alinnya. Guru yang kemampuannya rendah membutuhkan kesadaran dalam menyadarkan
guru akan kelemahannya, termasuk menunggu pendapatnya yang susah keluar. Bila
sudah cukup lama ditunggu guru ini tetap diam maka dapat dilakukan pendekatan
langsung, yaitu member petunjuk tentang cara-cara memperbaiki kelemahannya.
Tapi bagi guru yang cukup cerdas perlu didekati dengan secara tidak langsung,
yaitu memberi kesempatan guru ini berpikir mencari jalan keluarnya sendiri
tentang kasus yang belum baik tadi. Kalau jawabannya masih salah, supervisor
memberi pertanyaan pancingan sehingga guru dapat menemukan jawabannya sendiri.
Begitu pula halnya dengan guru yang mudah marah, guru yang sentimental
memberikan pendekatan sendiri dalam berdiskusi menemukan jalan keluar
memperbaiki kelemahan.
Pertemuan balikan pada supervisi
kunjungan kelas ini juga perlu memberikan penguatan kepada guru-guru. Seperti
halnya pada pertemuan balikan supervisi observasi kelas, supervisi inipun akan
memberikan penguatan posistif dan penguatan negatif. Pengauatan positif bisa
dalam bentuk memberikan pujian atau berupa senyuman puas dan pengauatan negatif
bisa dengan mengurangi tugas pada guru yang sudah mampu memperbaiki dirinya
tersebut.
Bagi guru yang membutuhkan supervisi
tindak lanjut karena belum dapat memperbaiki kelemahannya, pada saat ini juga ditentukan waktu supervisi tindak
lanjut itu. Supervisi tindak lanjut ini sebagai dampak dari teknik kunjungan
kelas biasanya mempergunakan teknik yang sama yaitu teknik supervisi kunjungan
kelas. Jadi supervisi berlangsung dalam waktu singkat, khusus memperbaiki
kelemahan itu saja, tapi dapat juga dengan mempergunakan teknik lain.
d)
Kebaikan teknik supervisi kunjungan
kelas
Ada
beberapa kebaikan teknik supervisi kunjungan kelas diantaranya sebagai berikut
:
(1)
Karena supervisi berlangsung dalam
waktu yang singkat, maka dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat melakukan
sejumlah supervisi.
(2)
Supervisi kunjungan kelas yang hanya
mengambil data sampel yang diperlukan merupakan proses untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan kecil atau kasus-kasus negative tertentu dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran.
(3)
Taknik supervisi kunjungan kelas
adalah satu-satunya teknik supervisi yang memperbolehkan supervisor memperbaiki
langsung kelemahan-kelemahan kecil yang dilakukan guru ketika sedang mengajar
dan mendidik para siswa.
(4)
Teknik supervisi ini juga tidak
selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi, sebab ada
kalangan supervisor memperbaiki kelemahan guru itu secara langsung dalam proses
pembelajaran di kelas, dengan demikian teknik supervisi ini cukup efisien.
e) Kelemahan teknik
supervisi kunjungan kelas
Ada
dua kelemahan teknik supervisi kunjungan kelas sebagai berikut :
(1) Teknik supervisi
kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data,
otomatis tidak bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh tentang kemampuan
atau kualitas guru yang disupervisi.
(2) Teknik supervisi ini
tidak dapat dipakai mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi atau yang
ditanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor. Dengan kata lain supervisi
ini hanya dapat dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui
kelemahan-kelemahannya ketika disupervisi dahulu atau bersumber dari informasi
tertentu tentang kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu.
Dari uraian
tentang teknik supervisi observasi kelas dan teknik supervisi kunjungan kelas
seperti yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa perbedaan di antara
keduanya sebagai berikut :[2]
Teknik Observasi Kelas
|
Teknik Kunjungan Kelas
|
1.
Memakan waktu satu pertemuan
2.
Yang diamati adalah keseluruhan
proses pembelajaran
3.
Untuk memperbaiki kualitas guru
serta memperbaikinya
4.
Supervisor tidak boleh
mengintervensi guru mengajar
5.
Dilakukan pada waktu proses belajar
berlangsung
6.
Ada pertemuan balikan
|
1.
Memakan waktu 5-10 menit
2.
Yang diamati sampel perilaku yang
masih lemah
3.
Untuk mengetahui apakah kelemahan
kecil duahulu dapat diperbaiki
4.
Supervisor bisa memperbaiki guru
secara langsung dalam proses pembelajaran
5.
Dilakukan sebelum, pada waktu
proses, dan sesudah proses belajar berlangsung
6.
Boleh ada dan boleh tidak ada
pertemuan balikan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar