A.
Hakikat Belajar
Setiap manusia di mana saja berada akan
melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya
tentu harus belajar dengan baik atau tekun. Bukan saja sekolah tempat belajar
bagi anak, melainkan rumah juga bisa tempat belajar, baik dalam masyarakat dan
lembaga-lembaga pendidikan ekstra lainnya seperti: les, privat, bimbingan studi
dan lainnya. Untuk mencapai tujuan atau cita-cita harus mempunyai kesungguhan
yang tinggi dalam belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi orang
pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan
atau kecakapan.
Belajar merupakan suatu yang sangat
penting serta besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia, sehingga belajar
menjadi sebuah kebutuhan yang terpenting untuk dipenuhi. Dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok.
Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu pembelajaran atau pendidikan tergantung
bagaimana siswa mengikuti pembelajaran yang ada.
1.
Pengertian
Belajar
Belajar berasal dari kata “ajar” yang
berarti tunjuki agar menjadi tahu, terampil dan pandai. Sedangkan menurut
istilah “belajar” adalah usaha memahami sesuatu, berusaha untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, berusaha agar menjadi terampil mengerjakan sesuatu.[1]
Menurut Nana Sudjana belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap
dan tingkah lakunya, keterampilan kecakapan, dan kemampuan daya reaksinya,
penerimaannya, dan lain-lain aspek lain yang ada pada diri individu.[2]
Definisi di atas menjelaskan bahwa
belajar adalah suatu rangkaian proses belajar yang menimbulkan perubahan sebagai
akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh, dalam kata lain belajar
juga bisa dikatakan sebagai:
1.
Proses
yang aktif
2.
Proses
reaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu
3.
Proses
yang diarahkan kepada sebuah tindakan melalui berbagai pengalaman.
4.
Proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu
Sudirman AM mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu
usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan
ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, waktu dan pengenalan diri.[3]
Dengan demikian belajar dapat dikatakan sebagian rangkaian arah perkembangan
pribadi manusia seutuhnya. Melalui belajar itulah manusia bisa memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri.[4]
Menurut Haward L Kingsley yang dikutif
oleh Slameto belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas)
ditimbulkan atau diubah melalui peraktek atau latihan.[5]
Menurut Oemar Hamalik “belajar” adalah merupakan sebuah perubahan dalam
perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman.[6]
Tidak jauh berbeda apa yang diungkapkan
oleh M. Dalyono tentang definisi belajar ini “bahwa belajar adalah suatu usaha
atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya”. [7]
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
Surat Ar-ra’du ayat 11.
¼çms9
×M»t7Ée)yèãB
.`ÏiB
Èû÷üt/
Ïm÷yt
ô`ÏBur
¾ÏmÏÿù=yz
¼çmtRqÝàxÿøts
ô`ÏB
ÌøBr&
«!$#
3
cÎ)
©!$#
w
çÉitóã
$tB
BQöqs)Î/
4Ó®Lym
(#rçÉitóã
$tB
öNÍkŦàÿRr'Î/
3
!#sÎ)ur
y#ur&
ª!$#
5Qöqs)Î/
#[äþqß
xsù
¨ttB
¼çms9 $tBur
Oßgs9
`ÏiB
¾ÏmÏRrß
`ÏB
@A#ur
Arinya:
Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap
menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat
amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang
menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. Tuhan tidak akan
merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.[8]
Ayat di atas menjelaskan kepada kita,
bahwa manusia dianjurkan untuk berusaha memperbaiki diri kita masing-masing.
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Al-Maraghi dalam tafsirnya
“sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum berupa
nikmat atau kesehatan, lalu mencabut dari mereka sehingga mereka dapat mengubah
apa yang ada pada diri mereka sendiri”.[9]
Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
seseorang yang ingin mengubah dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dapat
dirubah dengan cara belajar atau menuntut ilmu pengetahuan. Namun, Dewa Ketut
Sukardi mengemukakan “bahwa belajar mengandung sebuah perubahan dalam diri
seseorang yang melakukan belajar perubahan itu dapat dikatakan sebagai suatu
kecakapan, suatu kebiasaan sikap, sebagai aspirasi (penerimaan dan penghargaan)[10]
Dari berbagai definisi para ahli tentang
belajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat semacam perbedaan dalam
perumusannya, namun secara hakikat mempunyai tujuan yang sama, yaitu suatu
proses perubahan prilaku yang positif dari dalam individu yang belajar.
Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, kebiasaan, sikap dan
aspirasi yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman yang
berkesenambungan.
2.
Prinsip-prinsip belajar
Setidaknya
seorang guru sebelum menjalankan tugasnya sebagai guru atau pembimbing
seharusnya sudah dapat mempersiapkan dirinya tentang prinsip-prinsip belajar,
yang akan membantu dirinya untuk menghadapi perbedaan-perbedaan individu yang
ada disekitarnya.
Di
bawah ini adalah prinsip-prinsip belajar:[11]
a.
Berdasarkan
prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1.
Dalam
belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat
dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional
2.
Belajar
harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa
untuk mencapai tujuan instruksional
3.
Belajar
perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya
bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4.
Belajar
perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b.
Sesuai
hakekat belajar
1.
Belajar
itu proses kontiniu, maka harus melalui tahap perekembangannya
2.
Belajar
adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discoveri
3.
Belajar
adalah kontiunitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang
lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
b.
Sesuai
materi bahan yang harus dipelajari
1.
Belajar
bersifat keseluruhan dan materi harus terstruktural, penyajian yang sederhana,
sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
2.
Belajar
harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional
yang harus dicapai.
c.
Syarat
keberhasilan belajar
1.
Belajar
memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
2.
Repetisi,
dalam belajar perlu ada ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap
itu mendalam pada siswa
Bila kita cermati prinsip-prinsip belajar di atas,
akan ditemukan dalam pembelajaran lebih
dari satu prinsip belajar yang tampak, menuntut guru benar-benar menguasai dan
terlebih menandai perwujudan prinsip-prinsip dalam pembelajaran.
3.
Teori-teori Belajar
Berikut ini akan dibahas tentang
beberapa teori yang relevan dengan kebutuhan belajar manusia.
a.
Teori
belajar menurut ilmu jiwa daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari
bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilihat dalam rangka untuk
memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya dapat digunakan berbagai cara atau
bahan, sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan
menghapal kata-kata atau angka, istilah asing. Yang penting dalam hal ini bukan
penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan daya-daya
itu, kalau sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.[12]
Belajar adalah melatih daya-daya mental. Teori ini
bertitik tolak dengan suatu asumsi bahwa pada diri individu terdapat sejumlah
daya mental (ingatan, pantasi, berfikir dan lain-lain ). Berbagai daya itu
dapat dilatih, sehingga bertambah baik fungsinya. Jadi, menurut teori ini,
bahwa belajar yang penting adalah melatih suatu daya mental.[13]
b.
Teori
belajar menurut ilmu jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan
lebih penting dari bagian-bagian atau unsur. Sebab keberadaan keseluruhan itu
juga lebih dulu sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan.[14]
Prinsip belajar menurut teori ini adalah
sebagai berikut:
1)
Manusia bereaksi
dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi
juga secara pisik, emosional, sosial dan sebagainya.
2)
Belajar adalah
penyesuaian diri dengan lingkungan.
3)
Manusia
berkembang sebagai keseluruhan sejak kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala
aspek-aspeknya.
4)
Belajar adalah
perkembagan ke arah kematangan yang lebih luas.
5)
Belajar hanya
berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh inssigt
6)
Tidak mungkin
ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang
menggerakkan seluruh organisasi
7)
Belajar akan
berhasil kalau ada tujuan.[15]
c.
Teori
belajar menurut jiwa asosiasi
Teori asosiasi menjelaskan bahwa
kegiatan belajar akan aktif kalau dikembangkan melalui situmulus/rangsangan dan
respon (reaksi) S-R.[16]
Prinsip belajar menurut ilmu jiwa
asosiasi adalah sebagai berikut:
1)
Prinsip
“kesiapan” ialah apabila seseorang tinggi kesiapan menghubungkan, maka belajar
akan berhasil.
2)
Prinsip
“berbuat” ialah bahwa mahasiswa dengan mengerjakan sendiri akan menambah
kemampuan belajar secara mantap. Untuk meningkatkan kemampuan belajar itu
diperlukan praktek terus menerus.
3)
Prinsip
“pengaruh” ialah dengan adanya sistem penghargaan akan lebih mengembangkan
kemampuan menghubungkan.[17]
Ilmu jiwa asosiasi mempunyai prinsip
bahwa keseluruhan sebenarnya terdiri
dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua
teori yang sangat terkenal yakni, teori konektionisme dari Thorndike dan teori
conditioning dari Pavlav.
1)
Teori
Konektionisme
Menurut Thorndike, dasar dari belajar
itu adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense impresion) dengan inpuls untuk bertindak (impuls to
action). Asosiasi yang demikian dinamakan “connecting”. Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon
ini akan terjadi yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan terjadi terbiasa, otomatis.[18]
2)
Teori
Conditing
Kalau
seseorang mencium bau sate, air liur pun mulai keluar (kemecer). Demikian juga
kalau seseorang naik kendaraan di jalan raya, begitu hidup lampu merah, maka ia
akan berhenti. Bentuk kelakuan ini pernah dipelajari oleh Pavlav dengan
mengadakan percobaan pada anjing. Tiap kali anjing itu diberi makan, lampu
dinyalakan, karena melihat makanan, air liurnya keluar, begitu seterusnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang akan melakukan
kebiasaan karena adanya suatu tanda, misalnya anak kesekolah mendengar lonceng,
kemudian berkumpul, tentara akan mengerjakan atau melakukan segala sesuatu
gerakan karena adanya aba-aba dari komandannya, permainan sepak bola akan
berhenti kalau mendengar bunyi pluit.
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Dalam
proses kegiatan belajar, tidak selalu berjalan dengan lancar. Setiap fenomena
dari siswa dan kondisi pisik yang dibawa sewaktu belajar dapat mempengaruhi
keadaan belajar siswa. Diantara yang paling besar mempengaruhi belajar adalah
motivasi, sehingga motivasi sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar
sesorang.
Istilah motivasi sebenarnya banyak digunakan dalam
beberapa bidang atau situasi. Tapi dalam uraian ini sesuai dengan pembahasan
penelitian ini diarahkan pada bidang pendidikan, khususnya dalam proses belajar
mengajar.
Dari segi bahasa motivasi berasal dari kata bahasa
Inggris adalah “motive” yang berasal dari kata “motion” yang berarti gerakan
atau bergerak,[19] yang
berarti alasan, daya batin atau dorongan.[20]
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi diartikan: 1). Dorongan yang timbul
dalam diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. 2). Usaha yang dapat menjadikan seseorang untuk
sekelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[21]
Menurut istilah, motivasi dirumuskan oleh para ahli,
antara lain sebagaiberikut:
a.
S.
Nasution mengemukakan, motivasi adalah menciptakan kondisi-kondisi sedemikian
rupa sehingga anak dapat mengerjakan apa yang ingin ia lakukan.[22]
b.
Thomas
M Risk yang dikutip oleh Rahmat Rohani dan Abu Ahmadi, memberikan definisi
motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan
motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar yang menunjang kegiatan ke
arah tujuan-tujuan belajar.[23]
c.
M.C
Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik, merumuskan motivasi suatu perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan.[24]
d.
Sudirman
AM, menyatakan motivasi adalah sebagai keseluruham daya penggerak di dalam diri
seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan
belajar.
Kemudian dalam kamus lengkap psikologi yang diterjemahkan
oleh Kartini Kartono, menjelaskan bahwa motivasi adalah “suatu ketegangan
keadaan individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku
menuju kepada suatu tujuan atau sasaran.[25]
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat dilihat
bahwa motivasi merupakan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Artinya dalam melaksanakan sebuah
pekerjaan atau tindakan mesti harus mempuyai motivasi yang tinggi..
Tentunya dalam kajian ini, bahwa motivasi berarti
keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri siswa yang dapat mendorong
dan mengarahkan siswa tersebut dalam kegiatannya belajar sehingga tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai dengan maksimal.
Dalam kajian-kajian Islam, disamping manusia
mempunyai unsur fisik (raga), namun juga memiliki psikis (jiwa) hal ini
dilukiskan dalam QS. As-sajadah ayat 7-9.
üÏ%©!$#
z`|¡ômr&
¨@ä.
>äóÓx«
¼çms)n=yz
(
r&yt/ur
t,ù=yz
Ç`»|¡SM}$#
`ÏB
&ûüÏÛ
ÇÐÈ
¢OèO
@yèy_
¼ã&s#ó¡nS
`ÏB
7's#»n=ß
`ÏiB
&ä!$¨B
&ûüÎg¨B
ÇÑÈ ¢OèO
çm1§qy
yxÿtRur
ÏmÏù
`ÏB
¾ÏmÏmr
(
@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
4
WxÎ=s%
$¨B
crãà6ô±n@
Artinya: yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.[26]
Dalam
surat dan ayat yang berbeda juga menjelaskan, seperti dalam QS. Al-zalzalah
7-8.
`yJsù
ö@yJ÷èt
tA$s)÷WÏB
>o§s
#\øyz
¼çntt
ÇÐÈ `tBur
ö@yJ÷èt
tA$s)÷WÏB
;o§s
#vx©
¼çntt
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.[27]
Bila
dikaitkan dengan pengertian motivasi sebagai
faktor yang menyebabkan seseorang memulai dan melaksanakan aktifitas
dengan semangat dan penuh dengan ketekunan, maka janji yang terdapat dalam ayat
di atas secara teoritis akan menjadi pendorong yang kuat bagi seorang yang akan
melaksanakan kewajiban dan tugasnya, yang dalam hal ini tugasnya sebagai
pelajar (orang yang belajar)
a.
Prinsip-prinsip
motivasi belajar
Prinsip-prinsip
belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung, berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
Menurut Kenneth H Hoover (dalam Hamalik, 2009: 114),
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut[28]:
3.
Pujian
lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan,
sedangkan pujian bersifat menghargai yang telah dilakukan
4.
Para
siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat
kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda.
Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan
belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
d.
Motivasi
yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang
berasal dari luar.
e.
Tingkah
laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan
penguatan (reinforcement). Penguatan perlu dilakukan pada setiap tingkat
pengalaman belajar.
f.
Motivasi
mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat
mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya
akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
g.
Pemahaman
yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. Apabila
siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran yang hendak dicapainya,
maka perbuatan belajar ke arah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya
dorongnya menjadi lebih besar.
h.
Tugas-tugas
yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
i.
Ganjaran
yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk
merangsang minat belajar. Dorongan berupa pujian, penghargaan, oleh guru
terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi
belajar yang lebih efektif.
j.
Teknik
dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat
siswa. Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan suasana yang
menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi
belajar.
k.
Minat
khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
l.
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang tergolong pandai,
karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
m.
Kecemasan
dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi
lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih
energik.
n.
Kecemasan
yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu perbuatan
belajar siswa karena perhatiannya terarah pada hal lain.
o.
Tugas-tugas
yang terlampau sulit dikerjakan dapat menimbulkan frustasi pada siswa, bahkan
dapat menyebabkan demoralisasi dalam belajar. Karena itu, guru harus
mempertimbangkan tingkat kesulitan tugas yang akan diberikan kepada siswa.
b. Jenis-jenis
motivasi
Banyak
sekali para ahli menjelaskan tentang macam-macam motivasi dalam belajar. Namun
di sini penulis mencantumkan beberapa macam motivasi dari berbagai sudut
pandang.
a.
Motivasi
dilihat dari pembentukannya
Bila
dilihat dari dasar pembentukannya, motivasi dapat dibagi kepada menjadi motif
bawaan dan motif yang dipelajari.[29]
1.
Motif-motif
bawaan.
Maksud
motif bawaan ini adalah motif yang dibawa sejak lahir. Artinya motivasi yang
seperti ini tidak perlu dipelajari, seperti: dorongan untuk makan, minum dan
dorongan seksual.
2.
Motif
yang dipelajari
Motif yang dipelajari adalah motif yang
timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan belajar dalam suatu bidang
ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat.
b.
Jenis
motivasi menurut pembagian dari Woodwardh dan Marquis yang dikutif Sumardi
Surya Brata, mereka membagi motif itu menjadi tiga macam[30]:
1.
Motif
organik. Meliputi kebutuhan asasi manusia itu sendiri. Misalnya kebutuhan untuk
makan, minum seksual dan sebagainya.
2.
Motif
darurat, Yang termasuk dalam jenis motivasi ini antara lain dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk bebas dan lain-lain.
3.
Motif
objektif, menyangkut kebutuhan melakukan ekploitasi, melakukan manipulasi,
untuk menaruh minat.
c.
Motivasi
jasmaniah dan rohaniah.
Ada
beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni
motivasi jasmaniah dan rohaniah[31].
Motif-motif jasmaniah merupakan menyangkut dorongan yang lahir karena desekan
reflex, insting, nafsu dan sebagainya. Sedangkan motivasi rohaniah merupakan
dorongan untuk mewujudkan kemauan, keinginan. Maksudnya seseorang ketika
memiliki suatu kemauan atau keinginan lalu terdorong untuk melakukan perbuatan
guna memenuhi keinginannya.
d.
Motivasi
instrinsik dan ekstrinsik
Dari
berbagai bentuk motivasi sebelumnya, bentuk motivasi instrinsik dan ekstrinsik
adalah yang paling umum dan banyak diketahui serta dikaji dunia pendidikan
khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi
Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu[32].
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik
akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang
ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan
yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat
pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu
bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk
menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul
dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol
dan seremonial.
Motivasi
Ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.[33]
Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktifitas belajar.
e.
Motivasi
jenis ketiga
Motivasi
jenis ketiga ini adalah merupakan dorongan seseorang itu bertingkah laku dengan
hanya mengharapkan ridho dari Tuhan yang Maha kuasa.[34]
Dalam
bukunya Alex Sobur, diistilahkan jenis motivasi ketiga ini dengan teogenitis.
Motif atau motivasi ini berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan,
seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari saat ia
merealisasikan norma-norma agama tetentu. Contoh motivasi ini adalah keinginan
untuk mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasikan
norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab sucinya.[35]
Kalau diperhatikan dengan seksama, dalam
al-Hadits akan dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada
setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Beberapa ungkapan
yang dapat menjadi motivasi belajar, antara lain:
1.
Perbandingan
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara keduanya,
di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits:
عن ابي سعيد الخدري قال قال رسول الله
صلى الله عليه و سلم فضل
العالم على العابد كفضلي على امتي
Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: keutamaan orang yang berilmu dari pada orang
yang ahli ibadah (tidak berilmu) seperti keutamaanku atas ummatku.[36]
Maksudnya hadis di atas adalah bahwa
tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
2.
Mendorong
orang menuntut ilmu dengan janji pemberian beberapa derajat bagi orang-orang
yang berilmu dan beriman.
Di antara derajat yang diperoleh orang
yang berilmu itu ialah mereka termasuk pewaris para Nabi. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:[37]
عن جابر بن عبدالله قال قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم اكرموا
العلماء فإنهم ورثة الأنبياء فمن اكرمهم
فقد اكرم الله ورسوله
Artinya: Dari jabir bin abdillah ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: Muliakanlah para ulama!! Maka sesungguhnya
mereka adalah pewaris para nabi , barang siapa yang memuliakan mereka, ia akan
dimuliakan oleh allah dan Rasulnya.[38]
3.
Orang
yang beriman dan berilmu itu termasuk orang terdekat kepada derajat para Nabi.
Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda:[39]
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ».
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang menempuh jalan guna menuntut ilmu,
allah memudahkan baginya jalan menuju surga. Menurut abu isa: hadis ini hasan[40]
Status sosial yang sangat terhormat bagi
orang-orang yang berilmu itu menjadi motivasi yang kuat bagi orang-orang yang
beriman untuk terus menuntut ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dunia
dan akhirat kelak.
4.
Ilmu
yang bermanfaat itu termasuk salah satu (dari tiga) amalan yang terus berguna
hingga mati.[41]
Dasarnya
hadits berikut ini:
عن أبي هريرة ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : «
إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة : إلا من صدقة جارية ، وعلم ينتفع به
، وولد صالح يدعو له »
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, katanya:
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia sudah mati, maka putuslah
pahala amalnya selain dari tiga yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan
dan anak yang shaleh yang mendo’akan”. (HR. Muslim)[42]
Selain beberapa
point motivasi belajar yang telah dipaparkan tersebut, perlu ditekankan kembali
bahwa di antara ajaran Islam yang mengajak masyarakat untuk melahirkan berbagai
pemikiran dan karya ilmiah ialah memasyarakatkan pendidikan dan memberantas
kebodohan.
Demikian beberapa hal mengenai motivasi
belajar dalam pandangan Islam yang dapat dirangkum berdasarkan penafsiran yang
dapat dipahami secara umum dan dianggap bisa mewakili perspektif Islam tentang
motivasi dalam menuntut ilmu.
1.
Motivasi
Aqidah
Motivasi spiritual dalam Islam adalah
berdasarkan motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat.[43]
Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari kehidupan, yang
dimaksud dengan akidah Islam adalah rukum iman. Iman menurut hadist merupakan
pengikraran yang bertolak dari hati, pengucaopan dengan lisan dan aplikasi
dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari
dalam yang muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah agama Islam
terdiri dari rukun Iman, namun dalam motivasi akidah ini yang dilibatkan hanya
unsur iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah dan iman kepada Rasulullah.
Ketiga unsur ini dilibatkan karena pada waktu belajar terlibat secara sehari-hari.
Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas belajar karena belum menjadi
pemahaman iman yang bisa dilibatkan dalam proses produksi maupun meningkatkan motivasi
belajar.
Searah dengan pandangan Islam, Glock and
Stark menilai bahwa kepercayaan keagamaan (teologi) adalah jantungnya dimensi
keyakinan, didalamnya terdapat seperangkat kepercayaan mengani kenyataan akhir,
alam, dan kehendak supranatural sehingga aspek lain dalam agama menjadi
koheren.
Menurut ancok walaupun tidak sepenuhnya
sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, Dimensi keyakinan
atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap
kebenaran ajaran agamanya, terutama kebenaran ajaran agama yang bersifat
fundamnetal dan dogmatik
Ketika seseorang menghadirkan dimensi
keyakinan akidahnya ke dalam kehidupannya , sering terjadi pengalaman batin
yang sangat individual dan yakin dapat meningkatkan energi spiritual untuk
meningkatkan kinerja.
2.
Motivasi
Ibadah
Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah
“ubudiyah) yaitu tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung
antara hamba dengan Tuhannya, yang tata caranya telah ditentukan secara rinci
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Ibadah adalah suatu perbuatan yang tidak
pernah dilakukan oleh orang yang tidak beragama, seperti doa, shalat dan puasa
itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Ibadah bertitik tolak dari
aqidah, jika ibadah diibaratkan akar maka ibadah adalah pohonnya. Jika ibdah
masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari ibadah adalah
mu’amalah[44].
Ibadah dalam ajaran Islam dapat
dicontohkan sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat.
Tetapi unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan puasa, karena
ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari dalam proses produksi sehingga
patut diduga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam
melalui Al-Qur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan produksi seperti:
zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dapat diragukan bahwa umat yang
ibadahnya kaffah akan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja.
Namun sebagaimana ditulis Amsyari bahwa adanya pengaruh pemahaman aliran.
3.
Motivasi
Muamalah
Kaidah muamalah dalam arti luas adalah
tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan
manusia dengan benda atau materi alam. Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan
primer, dan sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja. Kebutuhan
tersier dilarang dalam Islam karena dipandang tidak untuk meningkatkan kinerja
tetapi dipandang sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya.
Bekerja dan berproduksi adalah bagian
dari muamalah yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim
menuju tercapainya rahmatan lil’alamin.
Motivasi muamalah adalah dorongan
kekuatan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang dilandasi oleh
kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang religius,
karena diilhami oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.[45]
c. Fungsi
Motivasi dalam Belajar
Fungsi
motivasi dalam belajar adalah sangat penting dalam melakukan kegiatan belajar. Karena
dengan motivasi yang kuat akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan memberikan
partisipasi yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar.
Pentingnya
motivasi dalam belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:
a.
Menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil.
b.
Menginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya.
c.
Mengarahkan
kegiatan belajar
d.
Membesarkan
semangat belajar
e.
Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan,
individu dilatih untuk menggunakan kekuatan sedemikian rupa sehingga berhasil.[46]
Kelima
motivasi di atas itu menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari
oleh pelakunya. Dengan adanya motivasi dalam kegiatan belajar, maka suatu
pekerjaan akan dapat terlaksana dengan penuh semangat dan kegairahan.
Menurut
Djamara, semua motivasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu berfungsi sebagai:
1.
Motivasi
sebagai pendorong
2.
Motivasi
sebagai penggerak
3.
Motivasi
sebagai pengarah perbuatan[47]
Seiring
dengan ungkapan di atas, Sudirman AM dalam bukunya Interaksi Motivasi
Belajar Mengajar menjelaskan tiga fungsi motivasi dalam belajar.
a.
Mendorong
manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggeraka atau motor yang melepas energy.
Motivasi dalam hal ini sebagi motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
b.
Menentukan
arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c.
Meneyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.[48]
d. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi motivasi belajar
Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya belajar dan
pembelajaran mengemukakan beberapa faktor motivasi belajar adalah[49]:
a.
Cita-cita
atau aspirasi siswa
Cita-cita
atau harapan siswa sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa yang
terpenuhi keinginannya dapat meningkatkan kemauan dan semangat belajarnya.
b.
Kemampuan
siswa
Keinginan
siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya.
Seorang siswa yang memiliki kecakapan tertentu akan mempengaruhi motivasinya
dalam belajar (dalam bidang tersebut)
c.
Kondisi siswa
Kondisi
siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang
siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mempengaruhi perhatian
belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah
memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang
marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehatia akan mengejar ketinggalan pelajaran.
Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia
memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi
jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.[50]
d.
Kondisi
lingkungan siswa
Lingkungan
siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya,
dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat makas siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan
belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun,
akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah
yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya.
Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.
e.
Unsur-unsur
dinamis dalam pembelajaran
Siswa
memiliki perasaan, perhatiaan, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan bakat dalam hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada
motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam,
lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan
budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin
menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
Dengan melihat tayangan televise tentang pembangunan bidang perikanan di
Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar
dan bekerja dibidang perikanan. Pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya,
lingkungan yang semakin berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus
bagi pembelajaran. Guru professional
diharapkan mampu mamanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televise dan
sumber belajar disekitar sekolah untuk memotivasi belajar.[51]
f.
Upaya
guru dalam membelajarkan siswa.
Guru
adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar
sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan
lingkungan sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam
belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan
kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat
memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang
baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
Dengan
demikian upaya membelajarkan siswa di sekolah meliputi hal-hal berikut:
1.
Menyelenggarakan
tata tertib sekolah
2.
Membina
disiplin belajar dalam setiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan
pemeliharaan peralatan sekolah.
3.
Membina
pergaulan yang baik dalam belajar
4.
Membina
lingkungan sekolah yang tertib dalam belajar.[52]
Artinya
di sini, upaya guru dalam membelajarkan siswa turut serta dalam mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Guru yang pandai mengupayakan belajar siswa dengan baik
di sekolah maupun di luar sekolah maka siswanya akan memiliki motivasi yang
baik. Sebaliknya guru yang kurang memiliki kemampuan untuk memotivasi siswanya
akan memiliki motivasi yang rendah bagi siswa.
e. Bentuk-bentuk
motivasi belajar di Sekolah
Didalam
kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik
sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktifitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan siswa dalam melakukan
kegiatan belajar.
Ada
beberapa bentuk tindakan yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar anak, antara lain[53]:
1.
Memberi
Angka
Angka
dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak
didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan
motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus menyadari bahwa
angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang
bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh aspek kognitif. Bisa
saja nilai itu bertentangan dengan efektif anak didik.
Untuk
itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif dan
keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian harus juga di arahkan kepada aspek kepribadian anak didik dengan cara
mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya semata-mata berpedoman
pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk formatif atau sumatif
2.
Hadiah
Hadiah
adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau
kenang-kenangan/cenderamata. Dalam
dunia pendidikan, hadiah atau reward bisa dijadikan sebagai alat
motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang menunjukkan kemauan dan
peningkatan dari hasil belajarnya. Bentuk hadiah dapat beragam disesuaikan
dengan kemampuan dan keinginan dari siswa yang penting hadiah tersebut dapat
memberikan nilai positif bagi peningkatan motivasi belajar siswa.
3.
Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim
belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam
kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap
anak didik sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam
aktivitas belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan moderen,
yakni cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran
yang merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran. Kompetisi sebaiknya dilakukan
dalam kondisi-kondisi tertentu, karena jika salah dalam pengelolaannya malah
dapat menyebabkan siswa berkesulitan belajar malah menurun motivasi belajarnya.
4.
Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi
yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga dengan anak
didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi
karena harga dirinya.
5.
Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik
biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi
ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk
memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak
selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan
setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak
didik.
Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila
dilakukan secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan
terencana.
6.
Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat
motivasi. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi
belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi
belajar yang melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar
yang rendah menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap
seperti itu bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar
yang tidak sesuai dengan harapan.
7.
Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat
dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang
positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan
pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan
sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau
bertentangan sama sekali dengan hasil kerjaan anak didik.
8.
Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif,
tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang
baik dan efektif. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan
pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pedekatan edukatif dimaksud di sini
sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak
didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak
didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi
pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya dihari
mendatang.
Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang
mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan kedalam motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya untuk belajar, misalnya
perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, apakah
untuk kehidupannya di masa depan siswa yang bersangkutan atau untuk yang lain.
motivasi ekstrinsik merupakan keadaan yang datang dari individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan
atau tata tertib sekolah, keteladanan orang tua, guru merupakan contoh-contoh
kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang intrinsik
maupun ektrinsik apalagi bagi anak berkesulitan belajar akan menyebabkan siswa
kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di
rumah. Dampak selanjutnya adalah pencapaian hasil belajar yang kurang
memuaskan.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa motivasi
instrinsik dan ekstrinsik memegang peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar.
f. Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar
Seorang guru dalam mengajar dituntut untuk dapat
mengaplikasikan metode pengajaran dengan baik dan benar. Sebab penggunaan
metode dengan baik akan dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.
Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan
landasan psikologis yang memperlancar proses pendidikan Islam yang sejalan
dengan ajaran Islam.
a.
Prinsip
memberikan suasana kegembiraan
b.
Prinsip
memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut
c.
Prinsip
kebermaknaan bagi manusia didik
d.
Prinsip
prasyarat
e.
Prinsip
komunikasi terbuka
f.
Prinsip
memberikan pengetahuan yang baru
g.
Prinsip
memberikan model perilaku yang baik
h.
Prinsip
praktek (pengalaman secara aktif)
i.
Prinsip
kasih sayang, bimbingan, dan penyuluhan terhadap manusia didik.[54]
Sedangkan menurut De Decce dan Growfor sebagaimana
yang dikutif oleh Syaiful Bahri Djamarah. Ada empat fungsi guru sebagai
pengajar yang berhubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar
siswa[55]:
1.
Menggairahkan
siswa
Dalam melaksanakan
kegiatan mengajar, guru harus bisa menghindari kebiasaan yang menoton dan
membosankan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan
memberikan kebebasan dalam situasi belajar. Dengan demikian guru harus
mengetahui mengenai disposisi awal setiap siswa.
2.
Memberikan
harapan yang realistis
Setiap
siswa mempunyai harapan-harapan yang realistis. Oleh sebab itu, guru harus
memberikan harapan-harapan kepada siswa supaya mereka lebih giat dalam belajar,
namun harapan-harapan yang diberikan tentu saja yang bisa dijangkau dan dengan
pertimbangan yang matang.
3.
Memberikan
insentif
Setiap
siswa memperoleh keberhasilan, maka diharapkan kepada guru untuk memberikan
hadiah kepadanya atas keberhasilan yang ia peroleh, dengan intensif tersebut ia
akan terdorong untuk melakukan usaha
yang lebih lanjut guna mencapai tujuan belajar
4.
Mengarahkan
prilaku siswa
Mengarahkan
perilaku adalah tugas guru,. Cara mengarahkan perilaku siswa dapat dilakukan
dengan cara memberikan penugasan, bergerak
mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut
dan perkataan yang ramah dan baik.
Disamping usaha-usaha di atas masih ada beberpa
usaha lain yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, seperti yang
dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono sebagai berikut:[56]
1.
Optimalisasi
penerapan prinsip belajar
Perilaku
belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak usia enam tahun, siswa masuk
sekolah selama lima sampai enam jam sehari. Sekurang-kurangnya siswa siswa
mengalami belajar di sekolah selam Sembilan tahun. Dari segi perkembangan, ada
siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah
belajar.
Dalam
upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat
membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan guru mampu sebagai berikut:
1.
Guru
telah mempelajari bahan pelajaran
2.
Guru
telah memahami bahan-bahan yang mudah, sedang dan sukar.
3.
Guru
telah menguasai cara-cara mempelajari bahan.
4.
Guru
telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
Kegiatan
belajar dalam sekolah masih nampak ketidak seriusan bagi siswa. Artinya mereka
masih belum mengerti makna dari belajar itu sendiri.
2.
Optimalisasi
unsur-unsur dinamis belajar dan pembelajaran.
Siswa
akan belajar seutuh pribadinya, perasaan, kemauan, pikiran, perhatian, fantasi
dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun tidak selamanya berjalan
dengan lancar. Maka dengan demikian unsur-unsur di atas ini perlu dioptimalkan
dengan sebaik mungkin sehingga motivasi anak akan semakin baik. Oleh karena itu,
guru dapat mengoptimalisasi di atas dengan cara:
5.
Memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
6.
Memelihara
minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.
7.
Meminta
kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa
untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
8.
Memanfaatkan
situasi lingkungan yang mendorong belajar.
9.
Menggunakan
waktu secara tertib.
10. Guru memberikan penguatan kepada siswa
denga penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala
hambatan dan pasti berhasil.[57]
3.
Optimalisasi
pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
Kegiatan
belajar merupakan aktifitas sehari-hari bagi siswa di sekolah yang bertolak
dati jadwal pelajaran. Dari segi pengalaman, siswa telah merasakan pembelajaran
yang berhasil dan pembelajaran yang gagal. Maka dengan demikian kemampuan yang
dimilikinya perlu dioptimalkan.
4.
Penguatan
cita-cita dan aspirasi belajar
Guru
adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikkan cita-cita
bangsa. Upaya memdidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
a.
Guru
menciptakan suasana pembelajaran yang menggembirakan, seperti mengatur kelas,
dan menjadikan sekolah yang indah dan tertib.
b.
Guru
mengikutsertakan siswa untuk memelihara fasilitas belajar.
c.
Guru
membuat perlombaan dalam belajar.
d.
Guru
menyarankan kepada orang tua siswa untuk melengkapi fasilitas belajar.
e.
Guru
memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan
mencatat keinginan yang tercapai dan yang tidak tercapai.
f.
Guru
bekerja sama dengan pendidik lain dalam mengembangkan cita-cita belajar
sepanjang hayat.[58]
[1] Badudu,
Sultan Moh Zain, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996),h. 19
[3] Sardiman
AM, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 23
[6] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung:
Al-Gesindo, 2000), h. 45
[7] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2001), h. 49
[9] Ahmad Mustafa Al-maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Thoha Putra, 1998), h.
134
[10] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 16
[11] Slameto, op cit., h. 27-28
[13] Samijo Sri Mardiani, Bimbingan Belajar Dalam Rangka Penerapan SKS
Dan Pola Belajar yang Efesien, (Bandung: CV. Armico, 1985), h. 5
[15] Sardiman AM, op. cit., h. 30-32
[16] Ibid., h. 5
[17] Samijo Sri Mardiani, op. cit., h. 23
[18] Sardiman AM, op. cit., h. 33
[19] Sartito Wirawan
Sarwono, Pengantar Psikologi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1995), h. 64
[20] Jhon M. Echols dan
Hasan Shadility, Kamus Inggris Indonesia,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 386
[21] Tim Penyusun Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 593
[22] Ibid., h. 103
[23] Ahmad Rohani AM, Abu
Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), h. 10
[24] Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), h. 106
[25] Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta:
Rajawali Press, 1989)
[29] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1995), h. 86
[30] Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 1995), h. 70
[31] Ibid., h. 88-89
[34] Parayitno, Dasar
Teori Dan Praktis Pendidikan, (PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
2009), h. 208
[35] Alex Sobur, Psikologi
Umum (Dalam Lintasan Sejarah), (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 298
[37] Ibnu Jauzi, al-‘ilal al Mutanahiyah (Beirut: Pustaka
hindiyyah, tt) jilid 1, h.81
[38] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, op.cit., h. 228.
[39] Al-Atthar, Sharqiy
Muhammad Jamîl (Pentahqiq), Sunan Al-Turmudziy wa Huwa al-Jami’ al-Mukhtshar
min al-Sunan ‘an Rosulillah SAW wa Ma’rifatuhu al-Sahih wa al-Ma’lul wa
mâ ‘alaihi al-‘amal, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994) kitab ‘Ilm, bab Mâ
ja a fi fadhl ilmi, juz 10, h. 147.
[41] Abu ja’far al-Azdi al-Hijri, dikenal dengan al-Thahawiy, Musykil
al-Atsar li al-Thohawiy, (Beirut: Muassasah al-Risalah: 1415 H) jilid 1 h.
257
[42] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, op.cit., h. 233.
[43] www///htp. Motivasi
dalam Islam, (Sabtu,10,2011)
[45] www///htp. Motivasi
dalam Islam, (Sabtu,10,2011)
[46] Dimyati dan Mudjiono,
Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), h. 85
[47] Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Pendidikan Remaja, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 122
[48] Sudirman AM, Interaksi
Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h. 83
[49] Dimyati dkk, op. cit., h. 97
[52]
Ibid., h. 100
[54] H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h. 199-209
Tidak ada komentar:
Posting Komentar