Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Hakikat Belajar


A.    Hakikat Belajar
Setiap manusia di mana saja berada akan melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan baik atau tekun. Bukan saja sekolah tempat belajar bagi anak, melainkan rumah juga bisa tempat belajar, baik dalam masyarakat dan lembaga-lembaga pendidikan ekstra lainnya seperti: les, privat, bimbingan studi dan lainnya. Untuk mencapai tujuan atau cita-cita harus mempunyai kesungguhan yang tinggi dalam belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi orang pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan.
Belajar merupakan suatu yang sangat penting serta besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia, sehingga belajar menjadi sebuah kebutuhan yang terpenting untuk dipenuhi. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu pembelajaran atau pendidikan tergantung bagaimana siswa mengikuti pembelajaran yang ada.
1.      Pengertian Belajar
Belajar berasal dari kata “ajar” yang berarti tunjuki agar menjadi tahu, terampil dan pandai. Sedangkan menurut istilah “belajar” adalah usaha memahami sesuatu, berusaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan, berusaha agar menjadi terampil mengerjakan sesuatu.[1] Menurut Nana Sudjana belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan kecakapan, dan kemampuan daya reaksinya, penerimaannya, dan lain-lain aspek lain yang ada pada diri individu.[2]
Definisi di atas menjelaskan bahwa belajar adalah suatu rangkaian proses belajar yang menimbulkan perubahan sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh, dalam kata lain belajar juga bisa dikatakan sebagai:
1.      Proses yang aktif
2.      Proses reaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu
3.      Proses yang diarahkan kepada sebuah tindakan melalui berbagai pengalaman.
4.      Proses melihat, mengamati, memahami sesuatu
Sudirman AM  mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, waktu dan pengenalan diri.[3] Dengan demikian belajar dapat dikatakan sebagian rangkaian arah perkembangan pribadi manusia seutuhnya. Melalui belajar itulah manusia bisa memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri.[4]
Menurut Haward L Kingsley yang dikutif oleh Slameto belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui peraktek atau latihan.[5] Menurut Oemar Hamalik “belajar” adalah merupakan sebuah perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman.[6]
Tidak jauh berbeda apa yang diungkapkan oleh M. Dalyono tentang definisi belajar ini “bahwa belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”. [7]
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ar-ra’du ayat 11.
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$#
Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù
¨ŠttB ¼çms9  $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur
Arinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.[8]

Ayat di atas menjelaskan kepada kita, bahwa manusia dianjurkan untuk berusaha memperbaiki diri kita masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Al-Maraghi dalam tafsirnya “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum berupa nikmat atau kesehatan, lalu mencabut dari mereka sehingga mereka dapat mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”.[9]
Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang ingin mengubah dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dapat dirubah dengan cara belajar atau menuntut ilmu pengetahuan. Namun, Dewa Ketut Sukardi mengemukakan “bahwa belajar mengandung sebuah perubahan dalam diri seseorang yang melakukan belajar perubahan itu dapat dikatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan sikap, sebagai aspirasi (penerimaan dan penghargaan)[10]
Dari berbagai definisi para ahli tentang belajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat semacam perbedaan dalam perumusannya, namun secara hakikat mempunyai tujuan yang sama, yaitu suatu proses perubahan prilaku yang positif dari dalam individu yang belajar. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, kebiasaan, sikap dan aspirasi yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman yang berkesenambungan.
2.      Prinsip-prinsip belajar
Setidaknya seorang guru sebelum menjalankan tugasnya sebagai guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat mempersiapkan dirinya tentang prinsip-prinsip belajar, yang akan membantu dirinya untuk menghadapi perbedaan-perbedaan individu yang ada disekitarnya.
Di bawah ini adalah prinsip-prinsip belajar:[11]
a.      Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1.      Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional
2.      Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional
3.      Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4.      Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b.      Sesuai hakekat belajar
1.      Belajar itu proses kontiniu, maka harus melalui tahap perekembangannya
2.      Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discoveri
3.      Belajar adalah kontiunitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
b.      Sesuai materi bahan yang harus dipelajari
1.      Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus terstruktural, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
2.      Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.
c.       Syarat keberhasilan belajar
1.      Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
2.      Repetisi, dalam belajar perlu ada ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa
Bila kita cermati prinsip-prinsip belajar di atas, akan ditemukan  dalam pembelajaran lebih dari satu prinsip belajar yang tampak, menuntut guru benar-benar menguasai dan terlebih menandai perwujudan prinsip-prinsip dalam pembelajaran.
3.      Teori-teori Belajar
Berikut ini akan dibahas tentang beberapa teori yang relevan dengan kebutuhan belajar manusia.
a.       Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilihat dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya dapat digunakan berbagai cara atau bahan, sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghapal kata-kata atau angka, istilah asing. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan daya-daya itu, kalau sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.[12]
Belajar adalah melatih daya-daya mental. Teori ini bertitik tolak dengan suatu asumsi bahwa pada diri individu terdapat sejumlah daya mental (ingatan, pantasi, berfikir dan lain-lain ). Berbagai daya itu dapat dilatih, sehingga bertambah baik fungsinya. Jadi, menurut teori ini, bahwa belajar yang penting adalah melatih suatu daya mental.[13]
b.      Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian atau unsur. Sebab keberadaan keseluruhan itu juga lebih dulu sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan.[14]
Prinsip belajar menurut teori ini adalah sebagai berikut:
1)      Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara pisik, emosional, sosial dan sebagainya.
2)      Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3)      Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4)      Belajar adalah perkembagan ke arah kematangan yang lebih luas.
5)      Belajar hanya berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh inssigt
6)      Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisasi
7)      Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.[15]

c.       Teori belajar menurut jiwa asosiasi
Teori asosiasi menjelaskan bahwa kegiatan belajar akan aktif kalau dikembangkan melalui situmulus/rangsangan dan respon (reaksi) S-R.[16]
Prinsip belajar menurut ilmu jiwa asosiasi adalah sebagai berikut:
1)      Prinsip “kesiapan” ialah apabila seseorang tinggi kesiapan menghubungkan, maka belajar akan berhasil.
2)      Prinsip “berbuat” ialah bahwa mahasiswa dengan mengerjakan sendiri akan menambah kemampuan belajar secara mantap. Untuk meningkatkan kemampuan belajar itu diperlukan praktek terus menerus.
3)      Prinsip “pengaruh” ialah dengan adanya sistem penghargaan akan lebih mengembangkan kemampuan menghubungkan.[17]
Ilmu jiwa asosiasi mempunyai prinsip bahwa keseluruhan  sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal yakni, teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Pavlav.
1)      Teori Konektionisme
Menurut Thorndike, dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense impresion) dengan inpuls untuk bertindak (impuls to action). Asosiasi yang demikian dinamakan “connecting”. Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon  itu akan terjadi terbiasa, otomatis.[18]
2)      Teori Conditing
Kalau seseorang mencium bau sate, air liur pun mulai keluar (kemecer). Demikian juga kalau seseorang naik kendaraan di jalan raya, begitu hidup lampu merah, maka ia akan berhenti. Bentuk kelakuan ini pernah dipelajari oleh Pavlav dengan mengadakan percobaan pada anjing. Tiap kali anjing itu diberi makan, lampu dinyalakan, karena melihat makanan, air liurnya keluar, begitu seterusnya.
Dalam kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang akan melakukan kebiasaan karena adanya suatu tanda, misalnya anak kesekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul, tentara akan mengerjakan atau melakukan segala sesuatu gerakan karena adanya aba-aba dari komandannya, permainan sepak bola akan berhenti kalau mendengar bunyi pluit.
4.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Dalam proses kegiatan belajar, tidak selalu berjalan dengan lancar. Setiap fenomena dari siswa dan kondisi pisik yang dibawa sewaktu belajar dapat mempengaruhi keadaan belajar siswa. Diantara yang paling besar mempengaruhi belajar adalah motivasi, sehingga motivasi sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar sesorang.
Istilah motivasi sebenarnya banyak digunakan dalam beberapa bidang atau situasi. Tapi dalam uraian ini sesuai dengan pembahasan penelitian ini diarahkan pada bidang pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar.
Dari segi bahasa motivasi berasal dari kata bahasa Inggris adalah “motive” yang berasal dari kata “motion” yang berarti gerakan atau bergerak,[19] yang berarti alasan, daya batin atau dorongan.[20] Dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi diartikan: 1). Dorongan yang timbul dalam diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. 2). Usaha yang dapat menjadikan seseorang untuk sekelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[21]
Menurut istilah, motivasi dirumuskan oleh para ahli, antara lain sebagaiberikut:
a.       S. Nasution mengemukakan, motivasi adalah menciptakan kondisi-kondisi sedemikian rupa sehingga anak dapat mengerjakan apa yang ingin ia lakukan.[22]
b.      Thomas M Risk yang dikutip oleh Rahmat Rohani dan Abu Ahmadi, memberikan definisi motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.[23]
c.       M.C Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik, merumuskan motivasi suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[24]
d.      Sudirman AM, menyatakan motivasi adalah sebagai keseluruham daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar.
Kemudian dalam kamus lengkap psikologi yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono, menjelaskan bahwa motivasi adalah “suatu ketegangan keadaan individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju kepada suatu tujuan atau sasaran.[25]
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat dilihat bahwa motivasi merupakan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Artinya dalam melaksanakan sebuah pekerjaan atau tindakan mesti harus mempuyai motivasi yang tinggi..
Tentunya dalam kajian ini, bahwa motivasi berarti keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri siswa yang dapat mendorong dan mengarahkan siswa tersebut dalam kegiatannya belajar sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan maksimal.
Dalam kajian-kajian Islam, disamping manusia mempunyai unsur fisik (raga), namun juga memiliki psikis (jiwa) hal ini dilukiskan dalam QS. As-sajadah ayat 7-9.
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ 
 ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ   ¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù
 `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B
 šcrãà6ô±n@  

Artinya: yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.[26]

Dalam surat dan ayat yang berbeda juga menjelaskan, seperti dalam QS. Al-zalzalah 7-8.
`yJsù ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB >o§sŒ #\øyz ¼çnttƒ ÇÐÈ   `tBur ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB ;o§sŒ #vx© ¼çnttƒ  
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.[27]
Bila dikaitkan dengan pengertian motivasi sebagai  faktor yang menyebabkan seseorang memulai dan melaksanakan aktifitas dengan semangat dan penuh dengan ketekunan, maka janji yang terdapat dalam ayat di atas secara teoritis akan menjadi pendorong yang kuat bagi seorang yang akan melaksanakan kewajiban dan tugasnya, yang dalam hal ini tugasnya sebagai pelajar (orang yang belajar)
a.       Prinsip-prinsip motivasi belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Menurut Kenneth H Hoover (dalam Hamalik, 2009: 114), mengemukakan bahwa prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut[28]:
3.      Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai yang telah dilakukan
4.      Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
d.      Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar.
e.       Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement). Penguatan perlu dilakukan pada setiap tingkat pengalaman belajar.
f.       Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
g.      Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran yang hendak dicapainya, maka perbuatan belajar ke arah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya dorongnya menjadi lebih besar.
h.      Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
i.        Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa pujian, penghargaan, oleh guru terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih efektif.
j.        Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan suasana yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi belajar.
k.      Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
l.        Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
m.    Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih energik.
n.      Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu perbuatan belajar siswa karena perhatiannya terarah pada hal lain.
o.      Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menimbulkan frustasi pada siswa, bahkan dapat menyebabkan demoralisasi dalam belajar. Karena itu, guru harus mempertimbangkan tingkat kesulitan tugas yang akan diberikan kepada siswa.


b.      Jenis-jenis motivasi
Banyak sekali para ahli menjelaskan tentang macam-macam motivasi dalam belajar. Namun di sini penulis mencantumkan beberapa macam motivasi dari berbagai sudut pandang.
a.       Motivasi dilihat dari pembentukannya
Bila dilihat dari dasar pembentukannya, motivasi dapat dibagi kepada menjadi motif bawaan dan motif yang dipelajari.[29]
1.      Motif-motif bawaan.
Maksud motif bawaan ini adalah motif yang dibawa sejak lahir. Artinya motivasi yang seperti ini tidak perlu dipelajari, seperti: dorongan untuk makan, minum dan dorongan seksual.
2.      Motif yang dipelajari
Motif yang dipelajari adalah motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan belajar dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat.
b.      Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodwardh dan Marquis yang dikutif Sumardi Surya Brata, mereka membagi motif itu menjadi tiga macam[30]:
1.      Motif organik. Meliputi kebutuhan asasi manusia itu sendiri. Misalnya kebutuhan untuk makan, minum seksual dan sebagainya.
2.      Motif darurat, Yang termasuk dalam jenis motivasi ini antara lain dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk bebas dan lain-lain.
3.      Motif objektif, menyangkut kebutuhan melakukan ekploitasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
c.       Motivasi jasmaniah dan rohaniah.
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan rohaniah[31]. Motif-motif jasmaniah merupakan menyangkut dorongan yang lahir karena desekan reflex, insting, nafsu dan sebagainya. Sedangkan motivasi rohaniah merupakan dorongan untuk mewujudkan kemauan, keinginan. Maksudnya seseorang ketika memiliki suatu kemauan atau keinginan lalu terdorong untuk melakukan perbuatan guna memenuhi keinginannya.
d.      Motivasi instrinsik dan ekstrinsik
Dari berbagai bentuk motivasi sebelumnya, bentuk motivasi instrinsik dan ekstrinsik adalah yang paling umum dan banyak diketahui serta dikaji dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu[32].
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
Motivasi Ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.[33]
Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.



e.       Motivasi jenis ketiga
Motivasi jenis ketiga ini adalah merupakan dorongan seseorang itu bertingkah laku dengan hanya mengharapkan ridho dari Tuhan yang Maha kuasa.[34]
Dalam bukunya Alex Sobur, diistilahkan jenis motivasi ketiga ini dengan teogenitis. Motif atau motivasi ini berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan, seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari saat ia merealisasikan norma-norma agama tetentu. Contoh motivasi ini adalah keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasikan norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab sucinya.[35]
Kalau diperhatikan dengan seksama, dalam al-Hadits akan dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Beberapa ungkapan yang dapat menjadi motivasi belajar, antara lain:
1.      Perbandingan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara keduanya, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits:
عن ابي سعيد الخدري قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فضل
 العالم على العابد كفضلي على امتي
Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: keutamaan orang yang berilmu dari pada orang yang ahli ibadah (tidak berilmu) seperti keutamaanku atas ummatku.[36]
Maksudnya hadis di atas adalah bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
2.      Mendorong orang menuntut ilmu dengan janji pemberian beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu dan beriman.
Di antara derajat yang diperoleh orang yang berilmu itu ialah mereka termasuk pewaris para Nabi. Sebagaimana  Rasulullah saw bersabda:[37]
عن جابر بن عبدالله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اكرموا
 العلماء فإنهم ورثة الأنبياء فمن اكرمهم فقد اكرم الله ورسوله
Artinya: Dari jabir bin abdillah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Muliakanlah para ulama!! Maka sesungguhnya mereka adalah pewaris para nabi , barang siapa yang memuliakan mereka, ia akan dimuliakan oleh allah dan Rasulnya.[38]
3.      Orang yang beriman dan berilmu itu termasuk orang terdekat kepada derajat para Nabi.
Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda:[39]
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ».
 قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang menempuh jalan guna menuntut ilmu, allah memudahkan baginya jalan menuju surga. Menurut abu isa: hadis ini hasan[40]

Status sosial yang sangat terhormat bagi orang-orang yang berilmu itu menjadi motivasi yang kuat bagi orang-orang yang beriman untuk terus menuntut ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat kelak.
4.      Ilmu yang bermanfaat itu termasuk salah satu (dari tiga) amalan yang terus berguna hingga mati.[41]
Dasarnya hadits berikut ini:

عن أبي هريرة ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة : إلا من صدقة جارية ، وعلم ينتفع به ، وولد صالح يدعو له »
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia sudah mati, maka putuslah pahala amalnya selain dari tiga yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang shaleh yang mendo’akan”. (HR. Muslim)[42]
Selain beberapa point motivasi belajar yang telah dipaparkan tersebut, perlu ditekankan kembali bahwa di antara ajaran Islam yang mengajak masyarakat untuk melahirkan berbagai pemikiran dan karya ilmiah ialah memasyarakatkan pendidikan dan memberantas kebodohan.
Demikian beberapa hal mengenai motivasi belajar dalam pandangan Islam yang dapat dirangkum berdasarkan penafsiran yang dapat dipahami secara umum dan dianggap bisa mewakili perspektif Islam tentang motivasi dalam menuntut ilmu.
1.      Motivasi Aqidah
Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat.[43] Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah rukum iman. Iman menurut hadist merupakan pengikraran yang bertolak dari hati, pengucaopan dengan lisan dan aplikasi dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari dalam yang muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah agama Islam terdiri dari rukun Iman, namun dalam motivasi akidah ini yang dilibatkan hanya unsur iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah dan iman kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini dilibatkan karena pada waktu belajar terlibat secara sehari-hari. Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas belajar karena belum menjadi pemahaman iman yang bisa dilibatkan dalam proses produksi maupun meningkatkan motivasi belajar.
Searah dengan pandangan Islam, Glock and Stark menilai bahwa kepercayaan keagamaan (teologi) adalah jantungnya dimensi keyakinan, didalamnya terdapat seperangkat kepercayaan mengani kenyataan akhir, alam, dan kehendak supranatural sehingga aspek lain dalam agama menjadi koheren.
Menurut ancok walaupun tidak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama kebenaran ajaran agama yang bersifat fundamnetal dan dogmatik
Ketika seseorang menghadirkan dimensi keyakinan akidahnya ke dalam kehidupannya , sering terjadi pengalaman batin yang sangat individual dan yakin dapat meningkatkan energi spiritual untuk meningkatkan kinerja.
2.      Motivasi Ibadah
Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah) yaitu tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya, yang tata caranya telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Ibadah adalah suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang tidak beragama, seperti doa, shalat dan puasa itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Ibadah bertitik tolak dari aqidah, jika ibadah diibaratkan akar maka ibadah adalah pohonnya. Jika ibdah masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari ibadah adalah mu’amalah[44].
Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat. Tetapi unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari dalam proses produksi sehingga patut diduga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui Al-Qur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan produksi seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dapat diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah akan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja. Namun sebagaimana ditulis Amsyari bahwa adanya pengaruh pemahaman aliran.
3.      Motivasi Muamalah
Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi alam. Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja. Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya.
Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari muamalah yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim menuju tercapainya rahmatan lil’alamin.
Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang religius, karena diilhami oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.[45]
c.       Fungsi Motivasi dalam Belajar
Fungsi motivasi dalam belajar adalah sangat penting dalam melakukan kegiatan belajar. Karena dengan motivasi yang kuat akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan memberikan partisipasi yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar.
Pentingnya motivasi dalam belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:
a.       Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil.
b.      Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya.
c.       Mengarahkan kegiatan belajar
d.      Membesarkan semangat belajar
e.       Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatan sedemikian rupa sehingga berhasil.[46]

Kelima motivasi di atas itu menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya. Dengan adanya motivasi dalam kegiatan belajar, maka suatu pekerjaan akan dapat terlaksana dengan penuh semangat dan kegairahan.
Menurut Djamara, semua motivasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu berfungsi sebagai:
1.      Motivasi sebagai pendorong
2.      Motivasi sebagai penggerak
3.      Motivasi sebagai pengarah perbuatan[47]
Seiring dengan ungkapan di atas, Sudirman AM dalam bukunya Interaksi Motivasi Belajar Mengajar menjelaskan tiga fungsi motivasi dalam belajar.
a.       Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggeraka atau motor yang melepas energy. Motivasi dalam hal ini sebagi motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.       Meneyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.[48]
d.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi motivasi belajar
Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya belajar dan pembelajaran mengemukakan beberapa faktor motivasi belajar adalah[49]:
a.       Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita atau harapan siswa sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa yang terpenuhi keinginannya dapat meningkatkan kemauan dan semangat belajarnya.
b.      Kemampuan siswa
Keinginan siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Seorang siswa yang memiliki kecakapan tertentu akan mempengaruhi motivasinya dalam belajar (dalam bidang tersebut)
c.        Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mempengaruhi perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehatia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.[50]
d.      Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat makas siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e.       Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatiaan, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan bakat dalam hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televise tentang pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja dibidang perikanan. Pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru  professional diharapkan mampu mamanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televise dan sumber belajar disekitar sekolah untuk memotivasi belajar.[51]


f.       Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
Dengan demikian upaya membelajarkan siswa di sekolah meliputi hal-hal berikut:
1.      Menyelenggarakan tata tertib sekolah
2.      Membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan peralatan sekolah.
3.      Membina pergaulan yang baik dalam belajar
4.      Membina lingkungan sekolah yang tertib dalam belajar.[52]
Artinya di sini, upaya guru dalam membelajarkan siswa turut serta dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa. Guru yang pandai mengupayakan belajar siswa dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah maka siswanya akan memiliki motivasi yang baik. Sebaliknya guru yang kurang memiliki kemampuan untuk memotivasi siswanya akan memiliki motivasi yang rendah bagi siswa.
e.       Bentuk-bentuk motivasi belajar di Sekolah
Didalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Ada beberapa bentuk tindakan yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar anak, antara lain[53]:
1.      Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh aspek kognitif. Bisa saja nilai itu bertentangan dengan efektif anak didik.
Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian harus juga di arahkan kepada aspek kepribadian anak didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk formatif atau sumatif
2.      Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Dalam dunia pendidikan, hadiah atau reward bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang menunjukkan kemauan dan peningkatan dari hasil belajarnya. Bentuk hadiah dapat beragam disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan dari siswa yang penting hadiah tersebut dapat memberikan nilai positif bagi peningkatan motivasi belajar siswa.
3.      Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam aktivitas belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan moderen, yakni cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran yang merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran. Kompetisi sebaiknya dilakukan dalam kondisi-kondisi tertentu, karena jika salah dalam pengelolaannya malah dapat menyebabkan siswa berkesulitan belajar malah menurun motivasi belajarnya.
4.      Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5.      Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak didik.
Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana.
6.      Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar yang rendah menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak sesuai dengan harapan.
7.      Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerjaan anak didik.
8.      Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pedekatan edukatif dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya dihari mendatang.
Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan kedalam motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya untuk belajar, misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, apakah untuk kehidupannya di masa depan siswa yang bersangkutan atau untuk yang lain. motivasi ekstrinsik merupakan keadaan yang datang dari individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, keteladanan orang tua, guru merupakan contoh-contoh kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang intrinsik maupun ektrinsik apalagi bagi anak berkesulitan belajar akan menyebabkan siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dampak selanjutnya adalah pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa motivasi instrinsik dan ekstrinsik memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.
f.       Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Seorang guru dalam mengajar dituntut untuk dapat mengaplikasikan metode pengajaran dengan baik dan benar. Sebab penggunaan metode dengan baik akan dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.
Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologis yang memperlancar proses pendidikan Islam yang sejalan dengan ajaran Islam.
a.       Prinsip memberikan suasana kegembiraan
b.      Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut
c.       Prinsip kebermaknaan bagi manusia didik
d.      Prinsip prasyarat
e.       Prinsip komunikasi terbuka
f.       Prinsip memberikan pengetahuan yang baru
g.      Prinsip memberikan model perilaku yang baik
h.      Prinsip praktek (pengalaman secara aktif)
i.        Prinsip kasih sayang, bimbingan, dan penyuluhan terhadap manusia didik.[54]
Sedangkan menurut De Decce dan Growfor sebagaimana yang dikutif oleh Syaiful Bahri Djamarah. Ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa[55]:
1.      Menggairahkan siswa
Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus bisa menghindari kebiasaan yang menoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan dalam situasi belajar. Dengan demikian guru harus mengetahui mengenai disposisi awal setiap siswa.
2.      Memberikan harapan yang realistis
Setiap siswa mempunyai harapan-harapan yang realistis. Oleh sebab itu, guru harus memberikan harapan-harapan kepada siswa supaya mereka lebih giat dalam belajar, namun harapan-harapan yang diberikan tentu saja yang bisa dijangkau dan dengan pertimbangan yang matang.
3.      Memberikan insentif
Setiap siswa memperoleh keberhasilan, maka diharapkan kepada guru untuk memberikan hadiah kepadanya atas keberhasilan yang ia peroleh, dengan intensif tersebut ia akan terdorong untuk melakukan  usaha yang lebih lanjut guna mencapai tujuan belajar
4.      Mengarahkan prilaku siswa
Mengarahkan perilaku adalah tugas guru,. Cara mengarahkan perilaku siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan penugasan,  bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan perkataan yang ramah dan baik.
Disamping usaha-usaha di atas masih ada beberpa usaha lain yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono sebagai berikut:[56]
1.      Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak usia enam tahun, siswa masuk sekolah selama lima sampai enam jam sehari. Sekurang-kurangnya siswa siswa mengalami belajar di sekolah selam Sembilan tahun. Dari segi perkembangan, ada siswa yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar.
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan guru  mampu sebagai berikut:
1.      Guru telah mempelajari bahan pelajaran
2.      Guru telah memahami bahan-bahan yang mudah, sedang dan sukar.
3.      Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan.
4.      Guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
Kegiatan belajar dalam sekolah masih nampak ketidak seriusan bagi siswa. Artinya mereka masih belum mengerti makna dari belajar itu sendiri.
2.      Optimalisasi unsur-unsur dinamis belajar dan pembelajaran.
Siswa akan belajar seutuh pribadinya, perasaan, kemauan, pikiran, perhatian, fantasi dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun tidak selamanya berjalan dengan lancar. Maka dengan demikian unsur-unsur di atas ini perlu dioptimalkan dengan sebaik mungkin sehingga motivasi anak akan semakin baik. Oleh karena itu, guru dapat mengoptimalisasi di atas dengan cara:
5.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
6.      Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.
7.      Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
8.      Memanfaatkan situasi lingkungan yang mendorong belajar.
9.      Menggunakan waktu secara tertib.
10.  Guru memberikan penguatan kepada siswa denga penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.[57] 
3.      Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
Kegiatan belajar merupakan aktifitas sehari-hari bagi siswa di sekolah yang bertolak dati jadwal pelajaran. Dari segi pengalaman, siswa telah merasakan pembelajaran yang berhasil dan pembelajaran yang gagal. Maka dengan demikian kemampuan yang dimilikinya perlu dioptimalkan.
4.      Penguatan cita-cita dan aspirasi belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikkan cita-cita bangsa. Upaya memdidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a.       Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menggembirakan, seperti mengatur kelas, dan menjadikan sekolah yang indah dan tertib.
b.      Guru mengikutsertakan siswa untuk memelihara fasilitas belajar.
c.       Guru membuat perlombaan dalam belajar.
d.      Guru menyarankan kepada orang tua siswa untuk melengkapi fasilitas belajar.
e.       Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan yang tercapai dan yang tidak tercapai.
f.       Guru bekerja sama dengan pendidik lain dalam mengembangkan cita-cita belajar sepanjang hayat.[58]



[1] Badudu, Sultan Moh Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996),h. 19
[2] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 28
[3] Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 23
[4] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 2003),  h. 2
[5] Wasty, Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang: Rineka Cipta, 1983), h. 97
[6] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Al-Gesindo, 2000), h. 45
[7] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), h. 49
[8] Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahan, (Semarang: CV. Thoha Putra, 1989), h. 370
[9] Ahmad  Mustafa Al-maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Thoha Putra, 1998), h. 134
[10] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 16
[11] Slameto,  op cit., h. 27-28
[12] Sardiman AM, op ci.t, h. 30
[13] Samijo Sri Mardiani, Bimbingan Belajar Dalam Rangka Penerapan SKS Dan Pola Belajar yang Efesien, (Bandung: CV. Armico, 1985), h. 5
[14] Sardiman AM, op cit., h. 30

[15] Sardiman AM, op. cit., h. 30-32
[16] Ibid., h. 5
[17] Samijo  Sri Mardiani, op. cit., h. 23
[18] Sardiman AM, op. cit., h. 33
[19] Sartito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 64
[20] Jhon M. Echols dan Hasan Shadility, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 386
[21] Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 593
[22] Ibid., h. 103
[23] Ahmad Rohani AM, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 10
[24] Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 106
[25] Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press, 1989)
[26] Al-Quran Dan Terjemahan, op. cit., h. 370
[27] Ibid., h. 545
[28] Oemar Hamalik,  op cit.,  h. 114-116
[29] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 86
[30] Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), h. 70
[31] Ibid., h. 88-89
[32] Sardiman A.M, op cit., h. 87
[33] Ibid., h. 88
[34] Parayitno, Dasar Teori Dan Praktis Pendidikan, (PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2009), h. 208
[35] Alex Sobur, Psikologi Umum (Dalam Lintasan Sejarah), (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 298
[36] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I (Surabaya: al-Ikhlas, 1995), h. 221
[37] Ibnu Jauzi, al-‘ilal al Mutanahiyah (Beirut: Pustaka hindiyyah, tt) jilid 1, h.81
[38] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, op.cit., h. 228.
[39] Al-Atthar, Sharqiy Muhammad Jamîl (Pentahqiq), Sunan Al-Turmudziy wa Huwa al-Jami’ al-Mukhtshar min al-Sunan ‘an Rosulillah SAW wa Ma’rifatuhu al-Sahih wa al-Ma’lul wa mâ ‘alaihi al-‘amal, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994) kitab ‘Ilm, bab Mâ ja a fi fadhl ilmi, juz 10, h. 147.
[40] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, op.cit., h. 233.
[41] Abu ja’far al-Azdi al-Hijri, dikenal dengan al-Thahawiy, Musykil al-Atsar li al-Thohawiy, (Beirut: Muassasah al-Risalah: 1415 H) jilid 1 h. 257
[42] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah I, op.cit., h. 233.
[43] www///htp. Motivasi dalam Islam, (Sabtu,10,2011)
[44] www///http. Motivasi dalam Islam, (Sabtu,10,2011)
[45] www///htp. Motivasi dalam Islam, (Sabtu,10,2011)
[46] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 85
[47] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 122
[48] Sudirman AM, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h. 83
[49] Dimyati dkk, op.  cit., h. 97
[50] Ibid., h., 99
[51] Ibid., h., 100
[52] Ibid., h. 100
[53] Sudirman AM, op cit., h. 90-91
[54] H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 199-209
[55] Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 135
[56] Dimyati dkk, op.  cit., h. 101
[57] Ibid., h. 103
[58] Ibid., h. 104-106

Tidak ada komentar: