A.
Media
Pembelajaran
1.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara
harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab,
media adalah perantara (Rosaail) atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Gerlac dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan atau guru kepada
penerima pesan (siswa).[1]
Banyak batasan yang diberikan para pakar tentang media diantaranya: Menurut Association for
Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan
media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran
informasi.[2]
a.
Menurut
Gagne yang dikutip oleh Arief S. Sadiman , media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.[3]
b.
Menurut
Briggs yang dikutip Arief S. Sadiman, media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.[4]
c.
Menurut National Education Association (NEA),
media adalah bentuk-bentuk komunikasi, baik cetak maupun audio visual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi dapat didengar, dilihat maupun
dibaca.[5]
d.
Menurut
Vernous yang dipopulerkan oleh Zakiyah Daradjat dalam Ramayulis, media
pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga diartikan dengan manusia dan
benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap.[6]
e.
Menurut
Oemar Hamalik, media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan Pembelajaran di sekolah.[7]
Dari berbagai pengertian
media di atas setidaknya mereka sependapat bahwa:
a. Media merupakan wadah
dari pesan yag merupakan sumber atau penyalurnya ingin menyampaikan kepada
sasaran atau penerima pesan .
b. Materi yang ingin
disampaikan adalah pesan pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai adalah
terjadinya proses belajar.[8]
Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang
dipergunakan dalam mengajar disebut juga dengan media pembelajaran. Karena Pembelajaran bagian dari kegiatan
pembelajaran maka media Pembelajaran sering disebut juga dengan media
pembelajaran. Menurut Tim LPM DKI Jakarta: media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam
proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa
dalam belajar.
Dengan demikian media Pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi dan pesan-pesan Pembelajaran dari
sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan alat peraga,
namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian, istilah tersebut
dapat dilihat pada pola yang tergambar dalam bagan berikut :
![]() |
Gambar 3 : Bagan Pola interaksi
Pendidikan//Pembelajaran
(Yusuf hadimiarso, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan , hal. 52)
Keterangan gambar
bagan :
1.
Dalam pola
1 sumber belajar peserta didik/ siswa hanyalah berupa orang saja. Guru kelas
memegang kendali yang penuh atas terjadinya kegiatan belajar.
2.
Dalam pola
2 sumber belajar berupa orang yang dibantu oleh sumber lain.Walaupun demikian
dalam pola ini guru memegang kendali, hanya saja tidak mutlak karena ia dibantu
oleh sumber lain. Dalam pola intruksional ini sumber yang berfungsi sebagai
alat Bantu disebut alat peraga.
3.
Dalam pola
3 sumber belajar berupa orang bersama sama dengan sumber lain berdasarkan suatu
pembagian tanggung jawab. Dalam hal ini control terhadap kegiatan beajar
mengajar dibagi bersama antara sumber manusia dengan sumber lain. Sumber lain
itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar. Dalam pola ini
sumber lain itu dinamakan media.
4. Dalam pola 4 ini
siswa belajar hanya dari satu sumber yang bukan manusia. Keadaan ini terjadi
dalam suatu pembelajaran melalui media. Sumber bukan manusia tersebut dinamakan
media ( guru bermedia ).[9]
Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perbedaan
antara media dengan alat peraga terletak pada fungsinya bukan pada
substansinya. Sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tersebut fungsinya
hanya sebagai alat bantu saja. Dikatakan media jika sumber belajar itu
merupakan bagian yang integral dari seluruh kegiatan belajar.
Sedangkan Rusyan
berkesimpulan mengenai media dalam pendidikan adalah:
a.
Media adalah alat yang dapat membantu
proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan
sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
b.
Media berperan sebagai perangsang belajar
dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam
meraih tujuan belajar.[10]
2. Landasan Teoritis Penggunaan Media
Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan,
perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara
pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner
(1966), ada tiga tingkatan pertama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enactive),
pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (simbolic).[11]
Pengalaman
langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ’simpul’ dipahami dengan
langsung membuat ’simpul’. pada tingkat kedua yaitu iconic (gambar/image), kata
simpul dipelajari dari gambar, lukisan, photo, atau film. Meskipun siswa belum
pernah membuat simpul mereka dapat mempelajari dari gambar lukisan, photo atau
film tersebut. Kemudian yang ketiga pada tingkatan simbol (membaca/mendengar)
kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau
mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman
ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan,
keterampilan atau sikap) yang baru.
Salah
satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s cone of experience
(kerucut pengalam Dale). Kerucut ini
merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang
dikemukakan oleh Brunner sebagai mana dijelaskan sebelumnya.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai
dari pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal
(abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian
pesan itu.[12]

Gambar 1 : Hierarkie proses pembelajaran
(S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar,hal. 89)
Suatu proses pembelajaran adalah berbuat, bereaksi,
mengalami, menghayati pengalaman. Belajar menghayati situasi-situasi yang
sebenarnya dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi
itu dilakukan demi tujuan yang nyata bagi pelajar[13].
3. Alasan Penggunaan Media Pembelajaran
Media Pembelajaran digunakan guru karena bertitik tolak dari dua hal
sebagai berikut:
a. Belajar Merupakan
Perubahan Perilaku
Belajar dipandang
sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku ini tidak terjadi
dengan sendirinya, akan tetapi melalui suatu proses yang dimulai dari adanya
rangsangan, yaitu peserta didik menangkap rangsangan kemudian mengolahnya,
sehingga mengandung suatu persepsi. Semakin baik rangsangan diberikan, semakin
kuat pula persepsi peserta didik terhadap rangsangan tersebut.
Pembentukan
persepsi, harus diupayakan secara kuat oleh guru agar terbebtuk suatu
pengalaman belajar yang bermakna. Tetapi ada kalanya persepsi dapat terganggu
karena terdapat kekurangan atau hambatan baik dalam alat indera, minat,
pengalaman, kecerdasan, perhatian serta kejelasan objek yang akan dikenalkan.
Oleh karena itu digunkanlah media Pembelajaran sebagai pemecahannya.
b. Belajar Merupakan
Proses Komunikasi
Proses belajar
mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi adalah proses
menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima
pesan. Dalam proses penyampaian pesan tidak selamanya sukses karena terdapat
beberapa hambatan, baik yang ditimbulkan oleh pemberi pesan atau dari penerima
pesan. Hambatan ini disebut noises atau barriers.
Dalam proses
Pembelajaran, noise itu dapat berupa keterbatasan peserta didik secara fisik
maupun psikologis, kultural maupun lingkungan. Sehingga untuk meredam,
memperkecil, mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi
tadi, dapat digunakan alat perantara yang disebut media Pembelajaran.
4. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Menrutu Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad mengemukakan tiga ciri media
yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan[14]
:
a. Ciri fiksatif (fiksative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan
merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurut dan di susun kembali dengan media seperti fotografi,
pidio tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek yang telah
dimbil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat di reproduksi kapan
saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini media memungkinkan suatu rekaman kejadian
atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
b. Ciri manipulatif (manipulative
property)
Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki
ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan
kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian
menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotograpi tersebut.
Disamping dapat dipercepat suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat
menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya proses loncat galah
atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari
media.
c. Ciri
distributif (distributif property)
Ciri distributive dari
media memungkinkan suatu obyek atau
kejadian ditranportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative
sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini distribusi media tidak hanya terbatas
pada satu kelas saja, tetapi media itu misalnya rekaman video, audio, disket
computer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
Adapun klasifikasi media
bisa dilihat dari berbagai pendapat para ahli yang membagi kepada dua bagian
yaitu yang bersifat benda (materil) dan yang bukan benda ( non materil) antara lain :
Lebih lanjut Gerlach membagi menjadi
lima katagori umum menurut sifat benda, yaitu :
a). Real materials and
people (benda-benda asli dan manusia).
b). Visuals and projection (gambar-gambar dan gambar yang disorotkan)
c). Audio materials (benda-benda yang didengar).
d). Printed materials (benda-benda cetakan).
e). Display materials (benda-benda yang
dipamerkan).[15]
Sementara itu Edgar Dale membagi
berdasarkan pengalaman meliputi :
a). verbal ( kata ).
b). symbol visual ( lambang visual ; peta
diagram).
c). visual ( gambar ; foto, album).
d). audio ( radio).
e). gambar hidup, pameran
f). televisi
g). karyawisata
h). dramatisasi.
i). benda tiruan/pengamatan
j). pengalaman langsung.[16]
Salah
satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Dale,1969). Hasil belajar seseorang
diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataaan yang ada
dilingkungan seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambing
verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai
pesan itu.[17]
Adapun klasifikasi media
pembelajaran ini dapat dilihat dari beberapa sisi, dilihat dari jenisnya, daya liputnya dan
dari bahan pembuatannya.
a.
Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam beberapa bagian : media auditif, media visual
dan media audio visual.
1.
Media
auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti : radio, cassette recorder, piringan
hitam.
2.
Media
visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti :
gambar , foto, lukisan, brosur, Koran, majalah, buku.
3.
Media
audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, seperti
: film, video
b. Dilihat dari daya liputnya,
1.
Media daya
liput luas dan serentak, seperti radio dan televisi.
2.
Media daya
liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, seperti film, slide.
3.
Media daya
liput untuk Pembelajaran individual, seperti modul berprogram dan komputer
jaringan.
c.
Dilihat
dari bahan pembuatannya,
1.
Media
sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya
mudah dan penggunaannya tidak sulit.
2.
Media
komplek, media ini bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal
harganya dan penggunaannya memerlukan keterampilan khusus.
5. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses
belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media
Pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode
mengajar akan mempengaruhi jenis media Pembelajaran yang sesuai meskipun masih
ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara
lain tujuan Pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa menguasi
setelah Pembelajaran berlangsung, dan kontek pembelajaran termasuk
karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi
utama media Pembelajaran adalah sebagai alat Bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru.
Terdapat pendapat
beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari media Pembelajaran
dalam proses belajar mengajar. Yusuf Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa media Pembelajaran itu
mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain :
1. Membuat konkrit konsep yang abstrak
2. Membawa objek yang sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar
siswa.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar
4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang
5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
6. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi
bagi pengalaman belajar siswa.
7. Membangkitkan motivasi
belajar, dan
8. Menyajikan informasi belajar secara
konsisten dan dapat diulang maupun disimpang menurut kebutuhan.[18]
Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan
media Pembelajaran antara lain:
1.
Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan
memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2.
Mampu mempermudah pemahaman, dan
menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja
dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan
keras untuk mempelajari sesuatu.
4.
Membantu pembentukan kebiasaan,
melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, dan
5. Menimbulkan kekuatan perhatian
(ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat
belajar.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media Pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media Pembelajaran pada tahap orientasi Pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
isi pelajaran pada saat itu.[19]
Levie dan Lentz
mengemukakan empat fungsi media Pembelajaran khususnya media visual, yaitu:[20]
a. Fungsi atensi
Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal
Pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran
itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga
mereka tidak memperhatikan. Khususnya gambar yang diproyeksikan melalui over
head projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada
pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk
memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b.
Fungsi Afektif.
Fungsi afektif
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau
membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut
masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari
temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
d.Fungsi
Kompensatoris
Fungsi kompenstoris media Pembelajaran
terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan kontek untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan demikian, media
Pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal.
Adapun keuntungan media
Pembelajaran menurut commission on
Instructional Technology adalah :
1. Media teknologi
pendidikan membuat pendidikan lebih produktif.
2. Media teknologi pendidikan menunjang Pembelajaran individual atau
memungkinkan penerapan individualisasi dalam kegiatan pembelajaran.
3. Media teknologi pendidikan dapat membuat
kegiatan pembelajaran lebih ilmiah (scientific).
4. Media teknologi pendidikan dapat membuat
Pembelajaran lebih ‘power full’.
5 Media teknologi pendidikan dapat membuat
kegiatan pembelajaran lebih ‘immediate’.
6. Media teknologi pendidikan dapat membuat
percepatan pendidikan lebih ‘equal’.[21]
Menurut Oemar Hamalik
dalam Ensyclopedia of Educational
mengemukakan nilai dan manfaat media pendidikan adalah:
1.
Meletakkan
dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir untuk mengurangi verbalisme.
2.
Memperbesar
perhatian siswa.
3.
Meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, membuat belajar lebih
mantap.
4.
Memberikan
pengalaman yang nyata guna menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan
siswa.
5.
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu.
6.
Membantu
menumbuhkan pengertian guna membantu perkembangan bahasa.
7.
Memberikan
pengalaman-pengalaman yang mudah diperoleh serta keragaman dalam mengajar.[22]
6. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif
memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses Pembelajaran juga memerlukan
perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan dilapangan menunjukkan
bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas
dasar pertimbangan antara lain :
a). Ia merasa sudah akrab dengan media itu –
papan tulis atau proyektor transparansi.
b). ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat
menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri – misalnya diagram
pada Flip Chart.
c).
media yang dipilihnya dapat menarik
minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih
terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat
memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.
Adapun kriteria lain yang harus diketahui dan diperhatikan oleh guru dalam
memilih dan menetapkan media pembelajaran guna meningkatkan efektifitas
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan dengan
tujuan pembelajaran
2. Menunjang terhadap
isi bahan Pembelajaran
3. Kemudahan memperoleh
media
4. Keterampilan guru
dalam menggunakan media
5. Alokasi waktu yang
tersedia
6. Sesuai dengan taraf
berfikir siswa
Selain itu ada beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar dalam memilih
media Pembelajaran, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
Prinsip umum dalam memilih dan menggunakan media Pembelajaran harus
diperhatikan sebagai berikut :
1.
Media tidak dapat 100% dapat menggantikan peran
guru.
2.
Perlu persiapan yang matang baik guru, siswa,
alat, program maupun tempat yang akan digunakan.
3.
Pertimbangkan mutu media yang akan digunakan dalam
artian harus handal, sistem kerjanya mudah dipahami, spesifikasi dari bahan
yang bermutu, praktis penggunaannya, serta menjamin keselamatan bagi
penggunanya.
4.
Media harus jelas dan menarik.
5.
Ketersediaan media yang akan digunakan.
6.
Pertimbangkan waktu yang tersedia, mulai dari
persiapan penggunaan dan penyempurnaan kembali media yang digunakan.[23]
Sedangkan secara khusus penggunaan media Pembelajaran harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Pemilihan media Pembelajaran berdasarkan
tujuan pembelajaran.
2.
Penggunaan media Pembelajaran sesuai
dengan karakteristik peserta didik.
3. Pemilihan media Pembelajaran sesuai dengan
kondisi, situasi, waktu dan tempat.
4. Penggunaan media Pembelajaran sesuai dengan
karakteristik media pembelajaran.
5. Pemilihan media Pembelajaran sesuai dengan
ketersediaan media Pembelajaran itu sendiri.
Pendapat Dick and Carey mengatakan bahwa, dalam menggunakan media
Pembelajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Tujuan pemilihan. (untuk pembelajaran, informasi
yang bersifat umum atau mengisi waktu luang, Pembelajaran kelompok atau
individu.
2.
Karakteristik media pembelajaran (keampuhan, cara
pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
3.
Alternatif
pemilihan media yang dapat digunakan.
Menurut Syaiful Bahri dan
Aswan Zain dalam memilih media juga harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Objektivitas,
yaitu pilihan didasarkan atas prinsip efektifitas dan efisiensi, yaitu
ketepatan yang disesuaikan dengan materi serta tujuan Pembelajaran, bukan
didasarkan atas kebiasaan, kesenangan maupun kemampuan guru menggunakan media
Pembelajaran tersebut.
2.
Program
Pembelajaran yaitu tingkat kesesuaian dengan struktur kurikulum dan kedalaman
materi pelajaran yang akan disampaikan.
3.
Disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik tempat
atau ruangan maupun kondisi anak didik.
4.
Kualitas teknik memenuhi syarat keselamatan
penggunaannya dan mudah untuk disempurnakan bila diperlukan dan tidak
membahayakan penggunanya.[25]
Beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor atau hal-hal
yang mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran adalah :
1.
Tujuan pembelajaran
2.
Ketersediaan media pembelajaran
3.
Kemampuan dalam menggunakan media pembelajaran
4.
Waktu yang tersedia
5.
Metode yang digunakan
6.
Kondisi siswa
7.
Latar belakang pendidikan guru
7. Media Komputer dalam Pembelajaran
Perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber
belajar dan media pembelajaran. Media komputer dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran karena memberikan keuntungan-keuntungan yang tidak dimiliki oleh
media lainnya yaitu kemampuan komputer
untuk berinteraksi dengan siswa. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis
TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus
memperhatikan beberapa teknik agar media yang digunakan dapat dimanfaatkan
dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut. Dalam hal ini
media yang digunakan adalah komputer dan infokus.
Arief Sadiman mengatakan bahwa : Ditinjau dari
segi kesiapan pengadaaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis ,yaitu : media
jadi, karena media itu merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di
pasaranluas dalam keadaan siap pakai (media
by utilization) dan media rancangan, yang dirancang dan dipersiapkan secara
khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu ( media by design).[26]
Dari pernyataan tersebut diatas dapat dikatagorikan bahwa media komputer
dan infokus merupakan media rancangan yang mana dalam penggunaannnya sangat
diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat
dimanfaatkan. Perangkat keras (hardware) yang difungsikan dalam menginsfirasikan media
tersebut adalah menggunakan satu unit komputer lengkap atau dalam bentuk lap
top yang sudah terkoneksikan dengan peralatan infokus dan dilengkapi dengan layar proyektor.
Demikian media ini hendaknya dapat menarik perhatian yang besar bagi siswa
dalam proses pembelajaran khususnya PAI. Komputer sebagai media pembelajaran
memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Pemakai komputer
atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi.
Perkembangan teknologi komputer jaringan ( komputer network/ internet) saat ini telah
memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan
informasi yang diinginkan. Pembelajaran dengan menggunakan media memungkinkan
dapat menghasilkan karya-karya baru yang orisinil, memiliki nilai yang tinggi,
dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna.[27]
Hal ini memungkinkan dilakukan oleh siswa, misalnya dengan membuat slide
presentasi dengan microsoft power point dengan menggunakan animasi yang mereka
inginkan.
Berhubungan dengan bahan ajar, guru sering menghadapi kendala dalam
mempersiapkannya karena terbatasnya buku sumber materi pembelajaran.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah memberikan
alternatif pemecahan masalah bagi guru dalam mengatasi kesulitan bahan ajar.
Internet menyediakan solusi bagi guru dalam membuat persiapan pembelajaran.
Guru dapat mengakses internet dalam mencari materi yang dibutuhkan sebagai
bahan ajar di kelas.[28]
Tidak hanya guru yang dapat mengakses internet dalam mencari materi pelajaran,
siswapun dapat secara mandiri mengakses internet dalam mencari materi pelajran
yang dibutuhkan. Kondisi ini tentunya akan sangat membantu meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya
medium komputer. Beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di sejumlah negara yang
telah maju memanfaatkan medium ini sebagai sarana interaksi. Pemanfaatan ini
didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh komputer dalam memberikan umpan
balik ( feed back) yang segera kepada pemakainya.
Contoh penggunaan internet ini yang digunakan oleh Universitas Terbuka
dalam penyelenggaraan perkuliahan Universitas Terbuka Jarak Jauh disamping
mahasiswa mendapat modul untuk proses belajar mengajar mereka juga dapat
mengakses informasi melalui internet. Kuliah lewat internet juga telah lebih
dulu diselengarakan oleh Universitas Tun Abdul Razak (Unitar) Malaysia.
Pada pendidikan jarak jauh Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada interaksi pada Program Magister Managemen
Rumah Sakit dan Magister Mangemen Pelayanan Kesehatan dilakukan melalui surat
elektronik (e-mail) mahasiswa harus menjawab 75 % pertanyaan melalui e- mail.
Sejak tahun 1994 Universitas Indonesia telah mengembangkan infrastruktur
informasi yang dikenal dengan nama Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (
JUITA) yang menghubungkan sebelas fakultas dan lembaga lembaga penting yang ada
di UI dengan menggunakan jaringan serat
optik.[29]
Aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar mengajar memberikan
beberapa keuntungan. Komputer memungkinkan mahasiswa atau dalam hal ini siswa
belajar sesuai dengan kemampuannya dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan
informasi yang ditayangkan. Penggunaan komputer dam proses pembelajaran membuat
siswa dapat melakukan kontrol aktifitas belajarnya.
Penggunaan komputer dalam lembaga pendidikan jarak jauh memberikan
keleluasaan pada siswa untuk menentukan kecepatan belajarnya dan memilih
kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan.Kemampuan komputer untuk menampilkan
kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya. Yang diistilahkan dengan ”
kesabaran komputer” dapat membantu siswa yang memiliki kecepatan belajar lambat.
Dengan kata lain komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi
siswa yang lambat( slow learner).
Disamping itu komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik
terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement ) terhadap prestasi belajar siswa. Dengan kemampuan
komputer untuk merekam hasil belajar pemakainya (record keeping). Komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan
memberikan skor hasil belajar secara otomatis. Komputer juga dapat dirancang
agar dapat memberikan preskripsi atau saran bagi siswa untuk melakukan kegiatan
belajar tertentu. Kemampuan ini mengakibatkan komputer dapat dijadikan sebagai
sarana untuk pembelajaran yang bersifat individual ( individual learning).
Kelebihan komputer yang lain adalah kemampuan dalam mengintegrasikan
komponen warna, musik, dan animasi grafik (grafic
animation). Hal ini menyebabkan komputer manpu menyampaikan informasi dan
pengetahuan dengan tingkat realisme yang tinggi sehingga dijadikan sarana untuk
melakukan kegiatan belajar yang bersifat simulasi. Lebih jauh kapasitas memori
komputer memungkinkan penggunanya dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil.
Di samping kelebihan komputer dalam proses pembelajaran terdapat pula
beberapa kelemahan yang dimiliki komputer dalam pembelajaran. Kelemahan yang
pertama adalah tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer,
terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran. Disamping pengadaan,
pemeliharaan dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (hard ware) dan perangkat lunak (soft ware) memerlukan biaya yang relatif tinggi. Oleh karena
pertimbangan biaya dan manfaat ( cost
benefit analysis) perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menggunakan
komputer untuk keperluan pendidikan. Masalah lain adalah compability dan incompability
antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program
komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai.
Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer
yang spesifikasinya tidak sama.
Disamping kedua hal diatas, merancang dan memproduksi program pembelajaran
yang berbasis komputer (computer based
intruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program
komputer merupakan kegiatan intensif
yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.
Menurut Muhammad Surya, meskipun teknologi informasi komunikasi dalam
bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak dalam menunjang proses
pembelajaran anak secara efektif , efisien dan produktif, namun disisi lain
masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Dari sisi kegairahan kadang-kadang
anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan
materi yang dipelajari.Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu
bersifat individual sehingga mengurangipembelajaran yang bersifat sosial. Dari
aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari
internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis
terhadap informasi yang diperoleh.[30] Memandang persoalan ini, diperlukan adanya
pengontrolan dari pihak penyelenggara pendidikan terhadap penggunaan peralatan
teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu, pendidik juga hendaknya
mampu menanamkan nilai-nilai Islam, Iman dan Ihsan pada diri peserta didik.
Sehingga mereka meyakini bahwa Sang Khalik mengawasi semua perbuatan manusia
dimuka bumi ini dan akhkirnya mereka dapat mengontrol diri sendiri.
Quraish
Shihab menjelaskan sain dan hasil-hasilnya selain juga harus memberi manfaat
bagi manusia juga harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan
kemahakuasaan Allah dan tugas kekhalifahannya. Manusia hendaknya mengarahkan
dan mengembangkan teknologi sejalan dan seiring dengan nilai-nilai rabbani atau
dengan kata lain memadukan fikir dan zikir, ilmu dan iman.[31]
Sehingga dapat diartikan bahwa IPTEK hendaknya bertumpu dan relevan dengan
IMTAQ sehingga tidak menimbulkan malapetaka, merusak moral dan sisi negatif
lainnya.
[1]Ibid.
[2]Arief S.Sadiman,dkk, Media Pendidikan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h.6.
[5]Arief S. sadiman,dkk, Media
Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.7.
[6]Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2010), h. 203.
[7]Oemar Hamalik, Media
Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1989), h. 11.
[8]Yusuf Hadimiarso,dkk, Teknologi
Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1996), h.32.
[9]Asnawir dan
Basyiruddin Usman, op.cit, h.13.
[10]Cece Wijaya dan
Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung
: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 13.
[11] Ahmad Rohani, Media
Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1997) h. 7
[12] Azhar Arsyad, Media
Pembelajaran,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2003), Cet. Ke-5, h. 10
[13] S. Nasution, Didaktik
Azas-Azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. Ke-1 h. 99
[19]Ibid.
[20]Ibid.
[21]Sudarwan Danim, Media
Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.13.
[22]Oemar Hamalik, Media
Pendidikan, (Bandung: Alumni, 1986),
h.27-31.
[23] Sudarwan Danim, Media
Komunikasi Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara,1995,h,26
[24] Arsyad Azhar,Media
Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo,1997, h, 37
[25] Syaiful Bahri, Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rieneka Cipta,2000,h.46
[26]Arief S. Sadiman,dkk, Media
Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), h. 83.
[27]Mohammad Surya, Potensi Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Peningkatan Mutu
Pembelajaran di Kelas, 2006, p., http://www.eduksi.net/artikel-file/.
[29]www. Friend.freejoomlas.com/index.php…geogle,
22 Mei 2011
[30]Mohammad Surya, Potensi
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas,
2006, p., http://www.edukasi.net/artikel-file/
[31]Quraish Shihab,Wawasan
Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I, (Bandung: Mizan,1998), h.445-446.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar