Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Media Pembelajaran


A.      Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara   (Rosaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlac dan Ely  mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan atau guru kepada penerima pesan (siswa).[1]
Banyak batasan yang diberikan para pakar tentang media diantaranya: Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.[2]
a.    Menurut Gagne yang dikutip oleh Arief S. Sadiman , media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.[3]
b.    Menurut Briggs yang dikutip Arief S. Sadiman, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.[4]
c.    Menurut National Education Association (NEA), media adalah bentuk-bentuk komunikasi, baik cetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi dapat didengar, dilihat maupun dibaca.[5]
d.   Menurut Vernous yang dipopulerkan oleh Zakiyah Daradjat dalam Ramayulis, media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga diartikan dengan manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.[6]
e.    Menurut Oemar Hamalik, media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan Pembelajaran di sekolah.[7]
Dari berbagai pengertian media di atas setidaknya mereka sependapat bahwa:
a.    Media merupakan wadah dari pesan yag merupakan sumber atau penyalurnya ingin menyampaikan kepada sasaran atau penerima pesan .
b.    Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.[8]
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang dipergunakan dalam mengajar disebut juga dengan media pembelajaran. Karena Pembelajaran bagian dari kegiatan pembelajaran maka media Pembelajaran sering disebut juga dengan media pembelajaran. Menurut Tim LPM DKI Jakarta: media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Dengan demikian media Pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesan Pembelajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian, istilah tersebut dapat dilihat pada pola yang tergambar dalam bagan berikut :


 








Gambar 3 :    Bagan Pola interaksi Pendidikan//Pembelajaran
(Yusuf hadimiarso, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan , hal. 52)
Keterangan gambar bagan :
1.    Dalam pola 1 sumber belajar peserta didik/ siswa hanyalah berupa orang saja. Guru kelas memegang kendali yang penuh atas terjadinya kegiatan belajar.
2.    Dalam pola 2 sumber belajar berupa orang yang dibantu oleh sumber lain.Walaupun demikian dalam pola ini guru memegang kendali, hanya saja tidak mutlak karena ia dibantu oleh sumber lain. Dalam pola intruksional ini sumber yang berfungsi sebagai alat Bantu disebut alat peraga.
3.    Dalam pola 3 sumber belajar berupa orang bersama sama dengan sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab. Dalam hal ini control terhadap kegiatan beajar mengajar dibagi bersama antara sumber manusia dengan sumber lain. Sumber lain itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar. Dalam pola ini sumber lain itu dinamakan media.
4.    Dalam pola 4 ini siswa belajar hanya dari satu sumber yang bukan manusia. Keadaan ini terjadi dalam suatu pembelajaran melalui media. Sumber bukan manusia tersebut dinamakan media ( guru bermedia ).[9]
Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perbedaan antara media dengan alat peraga terletak pada fungsinya bukan pada substansinya. Sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tersebut fungsinya hanya sebagai alat bantu saja. Dikatakan media jika sumber belajar itu merupakan bagian yang integral dari seluruh kegiatan belajar.
Sedangkan Rusyan berkesimpulan mengenai media dalam pendidikan adalah:
a. Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
b. Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan belajar.[10]
2.    Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966), ada tiga tingkatan pertama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (simbolic).[11]

Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ’simpul’ dipahami dengan langsung membuat ’simpul’. pada tingkat kedua yaitu iconic (gambar/image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, photo, atau film. Meskipun siswa belum pernah membuat simpul mereka dapat mempelajari dari gambar lukisan, photo atau film tersebut. Kemudian yang ketiga pada tingkatan simbol (membaca/mendengar) kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s cone of experience (kerucut pengalam Dale).  Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Brunner sebagai mana dijelaskan sebelumnya.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.[12]








 








Gambar 1 : Hierarkie proses pembelajaran
(S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar,hal. 89)
Suatu proses pembelajaran adalah berbuat, bereaksi, mengalami, menghayati pengalaman. Belajar menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu dilakukan demi tujuan yang nyata bagi pelajar[13].
3.    Alasan Penggunaan Media Pembelajaran
Media Pembelajaran digunakan guru karena bertitik tolak dari dua hal sebagai berikut:
a.       Belajar Merupakan Perubahan Perilaku
Belajar dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui suatu proses yang dimulai dari adanya rangsangan, yaitu peserta didik menangkap rangsangan kemudian mengolahnya, sehingga mengandung suatu persepsi. Semakin baik rangsangan diberikan, semakin kuat pula persepsi peserta didik terhadap rangsangan tersebut.
Pembentukan persepsi, harus diupayakan secara kuat oleh guru agar terbebtuk suatu pengalaman belajar yang bermakna. Tetapi ada kalanya persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan atau hambatan baik dalam alat indera, minat, pengalaman, kecerdasan, perhatian serta kejelasan objek yang akan dikenalkan. Oleh karena itu digunkanlah media Pembelajaran sebagai pemecahannya.
b.      Belajar Merupakan Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses penyampaian pesan tidak selamanya sukses karena terdapat beberapa hambatan, baik yang ditimbulkan oleh pemberi pesan atau dari penerima pesan. Hambatan ini disebut noises atau barriers.
Dalam proses Pembelajaran, noise itu dapat berupa keterbatasan peserta didik secara fisik maupun psikologis, kultural maupun lingkungan. Sehingga untuk meredam, memperkecil, mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi tadi, dapat digunakan alat perantara yang disebut media Pembelajaran.

4. Ciri-Ciri dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Menrutu Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan[14] :
a. Ciri fiksatif (fiksative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan di susun kembali dengan media seperti fotografi, pidio tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek yang telah dimbil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat di reproduksi kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b. Ciri manipulatif (manipulative property)
Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotograpi tersebut. Disamping dapat dipercepat suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media.

c.  Ciri distributif (distributif property)
Ciri distributive dari media  memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditranportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas saja, tetapi media itu misalnya rekaman video, audio, disket computer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
Adapun klasifikasi media bisa dilihat dari berbagai pendapat para ahli yang membagi kepada dua bagian yaitu yang bersifat benda (materil) dan yang bukan benda ( non materil)  antara lain :
            Lebih lanjut Gerlach membagi menjadi lima katagori umum menurut sifat benda, yaitu :
a). Real materials and people (benda-benda asli dan manusia).
b).   Visuals and projection (gambar-gambar dan gambar yang disorotkan)
c).   Audio materials (benda-benda yang didengar).
d).   Printed materials (benda-benda cetakan).
e).   Display materials (benda-benda yang dipamerkan).[15]
            Sementara itu Edgar Dale membagi berdasarkan pengalaman meliputi :
a).   verbal ( kata ).
b).   symbol visual ( lambang visual ; peta diagram).
c).   visual ( gambar ; foto, album).
d).   audio ( radio).
e).   gambar hidup, pameran
f).   televisi
g).   karyawisata
h).   dramatisasi.
i).    benda tiruan/pengamatan
j).    pengalaman langsung.[16]
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Dale,1969). Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataaan yang ada dilingkungan seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambing verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu.[17]

Adapun klasifikasi media pembelajaran ini dapat dilihat dari beberapa sisi, dilihat dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan pembuatannya.
a.     Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam beberapa bagian : media auditif, media visual dan media audio visual.
1.    Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti : radio, cassette recorder, piringan hitam.
2.    Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti : gambar , foto, lukisan, brosur, Koran, majalah, buku.
3.    Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, seperti : film, video
b. Dilihat dari daya liputnya,
1.      Media daya liput luas dan serentak, seperti radio dan televisi.
2.    Media daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, seperti film, slide.
3.    Media daya liput untuk Pembelajaran individual, seperti modul berprogram dan komputer jaringan.
c.       Dilihat dari bahan pembuatannya,
1.    Media sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit.
2.    Media komplek, media ini bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya dan penggunaannya memerlukan keterampilan khusus.
5. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media Pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media Pembelajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan Pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa menguasi setelah Pembelajaran berlangsung, dan kontek pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media Pembelajaran adalah sebagai alat Bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari media Pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Yusuf Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa media Pembelajaran itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain :
1.    Membuat konkrit konsep yang abstrak
2.    Membawa objek yang sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar siswa.
3.    Menampilkan objek yang terlalu besar
4.    Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang
5.    Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
6.    Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
7.              Membangkitkan motivasi belajar, dan
8.    Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpang menurut kebutuhan.[18]
Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan media Pembelajaran antara lain:
1.    Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2.    Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
3.    Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
4.    Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, dan
5.  Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media Pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media Pembelajaran pada tahap orientasi Pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.[19]

Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media Pembelajaran khususnya media visual, yaitu:[20]
a.    Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal Pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Khususnya gambar yang diproyeksikan melalui over head projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b.    Fungsi Afektif.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d.Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompenstoris media Pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan kontek untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan demikian, media Pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Adapun keuntungan media Pembelajaran menurut commission on Instructional Technology  adalah :
1.           Media teknologi pendidikan membuat pendidikan lebih produktif.
2.    Media teknologi pendidikan  menunjang Pembelajaran individual atau memungkinkan penerapan individualisasi dalam kegiatan pembelajaran.
3.    Media teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih ilmiah (scientific).
4.    Media teknologi pendidikan dapat membuat Pembelajaran lebih ‘power full’.
5     Media teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih ‘immediate’.
6.    Media teknologi pendidikan dapat membuat percepatan pendidikan lebih ‘equal’.[21]
Menurut Oemar Hamalik dalam Ensyclopedia of Educational mengemukakan nilai dan manfaat media pendidikan adalah:
1.         Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir untuk mengurangi verbalisme.
2.         Memperbesar perhatian siswa.
3.         Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, membuat belajar lebih mantap.
4.         Memberikan pengalaman yang nyata guna menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5.         Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu.
6.         Membantu menumbuhkan pengertian guna membantu perkembangan bahasa.
7.         Memberikan pengalaman-pengalaman yang mudah diperoleh serta keragaman dalam mengajar.[22]
6. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses Pembelajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain :
a).   Ia merasa sudah akrab dengan media itu – papan tulis atau proyektor  transparansi.
b).  ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri – misalnya diagram pada Flip Chart.
c).   media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.
Adapun kriteria lain yang harus diketahui dan diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetapkan media pembelajaran guna meningkatkan efektifitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.    Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
2.    Menunjang terhadap isi bahan Pembelajaran
3.    Kemudahan memperoleh media
4.    Keterampilan guru dalam menggunakan media
5.    Alokasi waktu yang tersedia
6.    Sesuai dengan taraf berfikir siswa
Selain itu ada beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar dalam memilih media Pembelajaran, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Prinsip umum dalam memilih dan menggunakan media Pembelajaran harus diperhatikan sebagai berikut :
1.         Media tidak dapat 100% dapat menggantikan peran guru.
2.         Perlu persiapan yang matang baik guru, siswa, alat, program maupun tempat yang akan digunakan.
3.         Pertimbangkan mutu media yang akan digunakan dalam artian harus handal, sistem kerjanya mudah dipahami, spesifikasi dari bahan yang bermutu, praktis penggunaannya, serta menjamin keselamatan bagi penggunanya.
4.         Media harus jelas dan menarik.
5.         Ketersediaan media yang akan digunakan.
6.         Pertimbangkan waktu yang tersedia, mulai dari persiapan penggunaan dan penyempurnaan kembali media yang digunakan.[23]
Sedangkan secara khusus penggunaan media Pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Pemilihan media Pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran.
2.    Penggunaan media Pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
3.    Pemilihan media Pembelajaran sesuai dengan kondisi, situasi, waktu dan tempat.
4.    Penggunaan media Pembelajaran sesuai dengan karakteristik media pembelajaran.
5.    Pemilihan media Pembelajaran sesuai dengan ketersediaan media Pembelajaran itu sendiri.
Pendapat Dick and Carey mengatakan bahwa, dalam menggunakan media Pembelajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.         Tujuan pemilihan. (untuk pembelajaran, informasi yang bersifat umum atau mengisi waktu luang, Pembelajaran kelompok atau individu.
2.         Karakteristik media pembelajaran (keampuhan, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
3.         Alternatif pemilihan media yang dapat digunakan.
4.         Efektifitas biaya.[24]
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain dalam memilih media juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.         Objektivitas, yaitu pilihan didasarkan atas prinsip efektifitas dan efisiensi, yaitu ketepatan yang disesuaikan dengan materi serta tujuan Pembelajaran, bukan didasarkan atas kebiasaan, kesenangan maupun kemampuan guru menggunakan media Pembelajaran tersebut.
2.         Program Pembelajaran yaitu tingkat kesesuaian dengan struktur kurikulum dan kedalaman materi pelajaran yang akan disampaikan.
3.         Disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik tempat atau ruangan maupun kondisi anak didik.
4.         Kualitas teknik memenuhi syarat keselamatan penggunaannya dan mudah untuk disempurnakan bila diperlukan dan tidak membahayakan penggunanya.[25]
Beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor atau hal-hal yang mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran adalah :
1.         Tujuan pembelajaran
2.         Ketersediaan media pembelajaran
3.         Kemampuan dalam menggunakan media pembelajaran
4.         Waktu yang tersedia
5.         Metode yang digunakan
6.         Kondisi siswa
7.         Latar belakang pendidikan guru
7. Media Komputer dalam Pembelajaran
Perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber belajar dan media pembelajaran. Media komputer dimanfaatkan dalam proses pembelajaran karena memberikan keuntungan-keuntungan yang tidak dimiliki oleh media lainnya yaitu  kemampuan komputer untuk berinteraksi dengan siswa. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang digunakan dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut. Dalam hal ini media yang digunakan adalah komputer dan infokus.
Arief Sadiman mengatakan bahwa : Ditinjau dari segi kesiapan pengadaaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis ,yaitu : media jadi, karena media itu merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaranluas dalam keadaan siap pakai (media by utilization) dan media rancangan, yang dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu ( media by design).[26] 

Dari pernyataan tersebut diatas dapat dikatagorikan bahwa media komputer dan infokus merupakan media rancangan yang mana dalam penggunaannnya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras (hardware)  yang difungsikan dalam menginsfirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit komputer lengkap atau dalam bentuk lap top yang sudah terkoneksikan dengan peralatan infokus dan dilengkapi dengan layar proyektor.
Demikian media ini hendaknya dapat menarik perhatian yang besar bagi siswa dalam proses pembelajaran khususnya PAI. Komputer sebagai media pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual (individual learning). Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Perkembangan teknologi komputer jaringan    ( komputer network/ internet) saat ini telah memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang diinginkan. Pembelajaran dengan menggunakan media memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orisinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna.[27] Hal ini memungkinkan dilakukan oleh siswa, misalnya dengan membuat slide presentasi dengan microsoft power point dengan menggunakan animasi yang mereka inginkan.
Berhubungan dengan bahan ajar, guru sering menghadapi kendala dalam mempersiapkannya karena terbatasnya buku sumber materi pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah memberikan alternatif pemecahan masalah bagi guru dalam mengatasi kesulitan bahan ajar. Internet menyediakan solusi bagi guru dalam membuat persiapan pembelajaran. Guru dapat mengakses internet dalam mencari materi yang dibutuhkan sebagai bahan ajar di kelas.[28] Tidak hanya guru yang dapat mengakses internet dalam mencari materi pelajaran, siswapun dapat secara mandiri mengakses internet dalam mencari materi pelajran yang dibutuhkan. Kondisi ini tentunya akan sangat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya medium komputer. Beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di sejumlah negara yang telah maju memanfaatkan medium ini sebagai sarana interaksi. Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh komputer dalam memberikan umpan balik ( feed back) yang segera kepada pemakainya.
Contoh penggunaan internet ini yang digunakan oleh Universitas Terbuka dalam penyelenggaraan perkuliahan Universitas Terbuka Jarak Jauh disamping mahasiswa mendapat modul untuk proses belajar mengajar mereka juga dapat mengakses informasi melalui internet. Kuliah lewat internet juga telah lebih dulu diselengarakan oleh Universitas Tun Abdul Razak (Unitar) Malaysia.
Pada pendidikan jarak jauh Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada interaksi pada Program Magister Managemen Rumah Sakit dan Magister Mangemen Pelayanan Kesehatan dilakukan melalui surat elektronik (e-mail) mahasiswa harus menjawab 75 % pertanyaan melalui e- mail. Sejak tahun 1994 Universitas Indonesia telah mengembangkan infrastruktur informasi yang dikenal dengan nama Jaringan Universitas Indonesia Terpadu ( JUITA) yang menghubungkan sebelas fakultas dan lembaga lembaga penting yang ada di UI dengan menggunakan  jaringan serat optik.[29]

Aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar mengajar memberikan beberapa keuntungan. Komputer memungkinkan mahasiswa atau dalam hal ini siswa belajar sesuai dengan kemampuannya dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditayangkan. Penggunaan komputer dam proses pembelajaran membuat siswa dapat melakukan kontrol aktifitas belajarnya.
Penggunaan komputer dalam lembaga pendidikan jarak jauh memberikan keleluasaan pada siswa untuk menentukan kecepatan belajarnya dan memilih kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan.Kemampuan komputer untuk menampilkan kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya. Yang diistilahkan dengan ” kesabaran komputer” dapat membantu siswa yang memiliki kecepatan belajar lambat. Dengan kata lain komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi siswa yang lambat( slow learner). Disamping itu komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement ) terhadap prestasi belajar siswa. Dengan kemampuan komputer untuk merekam hasil belajar pemakainya (record keeping). Komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara otomatis. Komputer juga dapat dirancang agar dapat memberikan preskripsi atau saran bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar tertentu. Kemampuan ini mengakibatkan komputer dapat dijadikan sebagai sarana untuk pembelajaran yang bersifat individual ( individual learning).
Kelebihan komputer yang lain adalah kemampuan dalam mengintegrasikan komponen warna, musik, dan animasi grafik (grafic animation). Hal ini menyebabkan komputer manpu menyampaikan informasi dan pengetahuan dengan tingkat realisme yang tinggi sehingga dijadikan sarana untuk melakukan kegiatan belajar yang bersifat simulasi. Lebih jauh kapasitas memori komputer memungkinkan penggunanya dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil.
Di samping kelebihan komputer dalam proses pembelajaran terdapat pula beberapa kelemahan yang dimiliki komputer dalam pembelajaran. Kelemahan yang pertama adalah tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran. Disamping pengadaan, pemeliharaan dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (hard ware) dan perangkat lunak (soft ware) memerlukan  biaya yang relatif tinggi. Oleh karena pertimbangan biaya dan manfaat ( cost benefit analysis) perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menggunakan komputer untuk keperluan pendidikan. Masalah lain adalah compability dan incompability antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama.
Disamping kedua hal diatas, merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer based intruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan  intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.
Menurut Muhammad Surya, meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak dalam menunjang proses pembelajaran anak secara efektif , efisien dan produktif, namun disisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari.Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangipembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh.[30]   Memandang persoalan ini, diperlukan adanya pengontrolan dari pihak penyelenggara pendidikan terhadap penggunaan peralatan teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu, pendidik juga hendaknya mampu menanamkan nilai-nilai Islam, Iman dan Ihsan pada diri peserta didik. Sehingga mereka meyakini bahwa Sang Khalik mengawasi semua perbuatan manusia dimuka bumi ini dan akhkirnya mereka dapat mengontrol diri sendiri.
Quraish Shihab menjelaskan sain dan hasil-hasilnya selain juga harus memberi manfaat bagi manusia juga harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah dan tugas kekhalifahannya. Manusia hendaknya mengarahkan dan mengembangkan teknologi sejalan dan seiring dengan nilai-nilai rabbani atau dengan kata lain memadukan fikir dan zikir, ilmu dan iman.[31] Sehingga dapat diartikan bahwa IPTEK hendaknya bertumpu dan relevan dengan IMTAQ sehingga tidak menimbulkan malapetaka, merusak moral dan sisi negatif lainnya.


[1]Ibid.
[2]Arief  S.Sadiman,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),  h.6.
[3]Ibid.
[4]Ibid.
[5]Arief S. sadiman,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),  h.7.
[6]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2010),  h. 203.
[7]Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1989), h. 11.
[8]Yusuf Hadimiarso,dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1996), h.32.
[9]Asnawir dan Basyiruddin Usman, op.cit, h.13.
[10]Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991), h. 13.
[11] Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1997) h. 7
[12] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2003), Cet. Ke-5, h. 10
[13] S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. Ke-1 h. 99
[14]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT.  Raja Grafindo Persada, 2003),  h.10
[15]Ibid.
[16]Ibid.
[17]Ibid.
[18] Yusuf Hadimiarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali,1986), h.115.
[19]Ibid.
[20]Ibid.
[21]Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),  h.13.
[22]Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Alumni, 1986),  h.27-31.
[23] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara,1995,h,26
[24] Arsyad Azhar,Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo,1997, h, 37
[25] Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rieneka Cipta,2000,h.46
[26]Arief S. Sadiman,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006),  h. 83.
[27]Mohammad Surya, Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi  dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas, 2006, p., http://www.eduksi.net/artikel-file/.
[28]Iwan Setiawan, Penerapan ICT dalam Pembelajaran, 2008, p., http://darmasuksma.blogspot.
[29]www. Friend.freejoomlas.com/index.php…geogle, 22 Mei 2011
[30]Mohammad Surya, Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas, 2006, p., http://www.edukasi.net/artikel-file/
[31]Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I, (Bandung: Mizan,1998), h.445-446.

Tidak ada komentar: