Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Minat Belajar


A.      Minat Belajar
1.      Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.
Minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi .[1]
Minat adalah kesukaan atau perhatian yang mempunyai nilai lebih terhadap pelajaran tanpa adanya suruhan, kesukaan yang special karena lahir dari diri sendiri.[2]
Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu
Minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktifitas yang menstimulus peransang pada individu. Seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan mudah mempelajari bidang itu.[3]
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, Pembelajaran atau pengalaman.
Menurut Gie, minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.[4]


Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap Pendidikan Agama Islam akan mempelajari PAI dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran PAI, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan tugas karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari PAI. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti.
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru .[5]

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat. Menurut Gie, arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
1.      Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2.      Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
3.      Minat mencegah gangguan dari luar
4.      Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5.      Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.[6]
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa .
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali.Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secarasadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik.Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya .[7]
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan- tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi PAI. Minat sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedangdipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan.Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya . [8]

            Menurut lebih lanjut menurut Slameto, faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan cara:
1.    Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berseri.
2.    Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
3.    Mengembangkan kebiasaan yang teratur
4.    Meningkatkan kondisi fisik siswa.
5.    Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.
6.    Menyediakan sarana penunjang yang memadai.[9]
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.[10]
Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan.
Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar.[11] 
Ada lima butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa [12]yiatu :
1.    Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran
2.    Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.
3.    Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4.    Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.
5.    Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.
Ada beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar [13], yaitu :
1.    Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.
2.    Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar.
3.    Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.
4.    Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan PR atau laporan.
5.    Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.
6.    Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.
7.    Melatih kebebasan emosi selama belajar.
2.    Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Belajar PAI
Ada beberapa yang mempengaruhi minat peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu, termasuk dalam mata pelajaran PAI. Secara keseluruhan faktor tersebut digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa). Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam mata pelajaran PAI, yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah faktor kurikulum, faktor dari dalam diri siswa, faktor metode mengajar, faktor guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari masing-masing faktor tersebut terhadap minat belajar PAI siswa dapat diuraikan sebagai berikut :

a.      Faktor Kurikulum
Arah pengembangan Pembelajaran mata pelajaran PAI pada masa mendatang tidak dapat terlepas dari tujuan dan fungsi kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 2006. Pada Kurikulum 2006 terdapat beberapa tujuan pelajaran PAI khususnya di tingkat Sekolah Dasar, adalah:
1.        Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2.        Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (bertasamuh), menjaga keharmonisan secara personal,dan sosial serta mengembangkan budaya agama Islam dalam komunitas sekolah. 
b.      Faktor dari dalam Diri Siswa
Siswa adalah sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan. Siswa juga mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada interaksi proses belajar mengajar yang optimal.
Proses belajar mengajar menurut konsep ini, siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang memilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar seperti diungkapkan oleh Sardiman [14] adalah :
1.        Mencari perangsang atau motivasi agar siswa mau melakukan satu tujuan tertentu.
2.        Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu
3.        Memberi dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.

c.       Faktor Metode Mengajar
Mengajar atau mentransfer ilmu dari guru kepada siswa memerlukan suatu teknik atau metode tertentu. Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia pendidikan telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tersendiri. Untuk mencari tujuan tersebut setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata pelajaran atau pokok bahasan. Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan berbagai metode Pembelajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.

d.      Faktor Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh.Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya. Dalam pendidikan itu, guru mempunyai tiga tugas pokok yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1)      Tugas profesional
Tugas profesional ialah tugas yang berhubungan dengan profesinya.Tugas profesional ini meliputi tugas mendidik, mengajar, dan melatih.Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan.
2)      Tugas manusiawi
Tugas manusiawi adalah tugas sebagai manusia.Dalam hal ini baik guru mata pelajaran PAI maupun guru mata pelajaran lainnya bertugas mewujudkan dirinya untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya.Guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.Ia harus mampu menarik simpatik sehingga ia menjadi idola siswa. Di samping itu transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat perlu dibiasakan, sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila menghadapi guru.
3)      Tugas kemasyarakatan
Tugas kemasyarakatan ialah guru sebagai anggota masyarakat dan warga negara seharusnya berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor penentu yang tidak mungkin dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada masa kini. Di samping ketiga tugas pokok tersebut diatas, menurut Muhtar , guru juga berperan sebagai :
            a)    Fasilitator perkembangan siswa
Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa tidak mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapat rangsangan dari lingkungannya.Dalam suasana sekolah, guru diharapkan dengan siswa secara individual telah mempunyai kemampuan dan potensi itu. Dengan kata lain mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang tinggi mutunya.
b)  Agen pembaharuan
Kehidupan manusia merupakan serangkaian perubahan- perubahan yang nyata.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengalami kepesatan yang melangit.Dalam hal ini, guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan dan dituntut untuk bertugas sebagai agen pembaharuan dan mampu menularkan kreatifitas dan kesiapan mental siswa.
c)   Pengelola kegiatan proses belajar mengajar
Guru dalam hal ini bertugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam menyajikan materi pelajarannya. Guru berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar.
d)   Pengganti orang tua di sekolah
Guru dalam hal ini harus dapat menggantikan orang tua siswa apabila siswa sedang berada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengganti orang tua, guru- guru harus mampu menghayati hubungan kasih sayang seorang bapak atau seorang ibu terhadap anaknya.Oleh karena itu, guru mampu mengenal suasana siswa di rumah atau dalam keluarganya.
e.    Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menunjang keberhasilan Pembelajaran misalnya fasilitas gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan lain-lain. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi utama, yaitu :
1.    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis hanya dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka.
2.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra seperti objek terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau model.
3.    Dengan menggunakan media Pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, dan
4.    Dengan sikap yang unik untuk tiap siswa dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pelajaran yang ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan jika harus diatasi sendiri.[15]
3.    Peningkatan Minat Siswa dalam Belajar Mengajar
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang timbul. 
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas.Siswa yang minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.[16]

Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajari sesuatu.[17]

Mengembangkan minat siswa terhadap mata pelajaran PAI pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa bahwa hasil dari pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada .[18]
Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner dalam Slameto, menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan Pembelajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan datang. Selain itu, Roijjakkers dalam Slameto, berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan Pembelajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.[19]
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan Pembelajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.
Studi-studi eksperintal menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.


[1]Kartono Kartini, Psikologi Anak, (Bandung: PT. Alumni, 1986), h.47.
[2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2000), h.134.
[3]Wayan Nurkancana, PPN Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1993),  h.229.
[4]Lester D. Crow dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terjemahan Z. Asijan (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), h.360.
[5]Slameto,  Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara,1988), h.101.
[6]Lester D. Crow dan Alice Crow, loc. cit.
[7]Kartono,Kartini, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005),  h. 56.
[8]Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.102.
[9]Ibid.
[10]Soemanto Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta,  2003),  h. 65.
[11]M. Dalyono,  Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1997),  h. 57.
[12]Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,  Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rieneka Cipta, 1991),  h.123.
[13]Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali, 1985), h. 86.
[14]Sardiman A.M,  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), h. 97.
[15]S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-1 h. 99
[16]Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h.69.
[17]Ibid.
[18] Ibid.
[19]Ibid.

Tidak ada komentar: