A.
Minat Belajar
1. Pengertian Minat
Minat adalah
kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan
memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.
Minat
merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif
kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang
didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga
berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan
(kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu
objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri
pribadi .[1]
Minat adalah kesukaan atau perhatian
yang mempunyai nilai lebih terhadap pelajaran tanpa adanya suruhan, kesukaan
yang special karena lahir dari diri sendiri.[2]
Minat merupakan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan,
yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat
diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan
seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu
Minat adalah
gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktifitas yang menstimulus
peransang pada individu. Seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan
mudah mempelajari bidang itu.[3]
Minat dapat
menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu
kegiatan karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk
mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, Pembelajaran atau
pengalaman.
Menurut
Gie, minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu
kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat
belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan
pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.[4]
Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap Pendidikan
Agama Islam akan mempelajari PAI dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar,
merasa senang mengikuti penyajian pelajaran PAI, dan bahkan dapat menemukan
kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan tugas
karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari PAI. Siswa akan
mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan
motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga
tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan
lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat
siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti.
Kondisi
kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa
minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk
memperhatikan suatu obyek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian psikologi
menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa
ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap
penolakan kepada guru .[5]
Minat merupakan
salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian
di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para
pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat. Menurut Gie,
arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
1. Minat melahirkan perhatian yang serta
merta.
2. Minat memudahnya terciptanya
konsentrasi.
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan
pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar
belajar dalam diri sendiri.[6]
Minat melahirkan
perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang
lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat
sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak
dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat
terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa .
Minat dan
perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali.Seseorang yang
menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk
memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh
perhatian secara kontinyu baik secarasadar maupun tidak pada objek tertentu,
biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang
siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun
sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang
sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan
siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan,
maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik.Hal ini tentu
mempengaruhi hasil belajarnya .[7]
Suatu minat
dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas.Siswa yang memiliki minat terhadap subjek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek
tersebut.
Minat tidak
dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu
dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong
belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal
yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan
minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana
hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya
sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana
pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-
tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar
merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting
dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa
kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi
untuk mempelajarinya. Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran
yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar
siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi PAI. Minat sebagai
aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat
tergantung pada individunya.
Minat
belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan
aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan
bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek,
demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga
konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi
terhadap objek yang sedangdipelajari.
Minat
sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi
oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan.
Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap
melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan.Faktor luar tersebut
dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan
persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya . [8]
Menurut lebih lanjut menurut Slameto,
faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh guru di sekolah
dengan cara:
1. Penyajian materi yang dirancang secara
sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berseri.
2. Memberikan rangsangan kepada siswa agar
menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur
4. Meningkatkan kondisi fisik siswa.
5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.
6. Menyediakan sarana penunjang yang memadai.[9]
Minat belajar membentuk sikap akademik
tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu minat
belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya
memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki
seseorang.[10]
Minat
berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai
dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya
belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi
rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan.
Dengan
demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang
muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan
konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar.[11]
Ada
lima butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong
tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa [12]yiatu
:
1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai
yang lebih baik dalam semua mata pelajaran
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa
ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.
3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang
tua, guru atau teman-teman.
5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih
sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.
Ada beberapa
langkah untuk menimbulkan minat belajar [13],
yaitu :
1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak
dicapai.
2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas
belajar.
3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti
rencana itu.
4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya;
menyelesaikan PR atau laporan.
5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan
jadwal belajar.
6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi
kegiatan belajar.
7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa
Belajar PAI
Ada beberapa
yang mempengaruhi minat peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu,
termasuk dalam mata pelajaran PAI. Secara keseluruhan faktor tersebut
digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang
berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari
dalam diri siswa). Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam
mata pelajaran PAI, yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah
faktor kurikulum, faktor dari dalam diri siswa, faktor metode mengajar, faktor
guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari
masing-masing faktor tersebut terhadap minat belajar PAI siswa dapat diuraikan
sebagai berikut :
a.
Faktor Kurikulum
Arah pengembangan Pembelajaran mata
pelajaran PAI pada masa mendatang tidak dapat terlepas dari tujuan dan fungsi
kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 2006. Pada Kurikulum 2006
terdapat beberapa tujuan pelajaran PAI khususnya di tingkat Sekolah Dasar,
adalah:
1.
Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian,
pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2.
Mewujudkan
manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang
berpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi (bertasamuh), menjaga keharmonisan secara
personal,dan sosial serta mengembangkan budaya agama Islam dalam komunitas
sekolah.
b.
Faktor dari dalam Diri Siswa
Siswa adalah
sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian
tujuan belajar yang ditentukan. Siswa juga mempunyai peranan dalam proses
belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi
antara guru dan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya,
yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada
interaksi proses belajar mengajar yang optimal.
Proses belajar
mengajar menurut konsep ini, siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang
memilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh
prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar
seperti diungkapkan oleh Sardiman [14]
adalah :
1.
Mencari perangsang atau motivasi
agar siswa mau melakukan satu tujuan tertentu.
2.
Mengarahkan seluruh kegiatan belajar
kepada suatu tujuan tertentu
3.
Memberi dorongan agar siswa mau
melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c.
Faktor Metode Mengajar
Mengajar atau
mentransfer ilmu dari guru kepada siswa memerlukan suatu teknik atau metode
tertentu. Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia
pendidikan telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran.
Di sekolah atau
lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata
pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tersendiri. Untuk mencari tujuan tersebut
setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk
mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya. Hal tersebut
disebabkan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata
pelajaran atau pokok bahasan. Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan
berbagai metode Pembelajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar
akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.
d.
Faktor Guru
Guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa
dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi
seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang
profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu.
Guru merupakan
unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan
kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu
diperhitungkan dengan sungguh-sungguh.Status guru bukan hanya sebatas pegawai
yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab
terhadap disiplin ilmu yang diembannya. Dalam pendidikan itu, guru mempunyai
tiga tugas pokok yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1) Tugas profesional
Tugas profesional ialah tugas yang
berhubungan dengan profesinya.Tugas profesional ini meliputi tugas mendidik,
mengajar, dan melatih.Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan.
2) Tugas manusiawi
Tugas manusiawi adalah tugas sebagai
manusia.Dalam hal ini baik guru mata pelajaran PAI maupun guru mata pelajaran
lainnya bertugas mewujudkan dirinya untuk merealisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya.Guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua
kedua.Ia harus mampu menarik simpatik sehingga ia menjadi idola siswa. Di
samping itu transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat
perlu dibiasakan, sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila
menghadapi guru.
3) Tugas kemasyarakatan
Tugas kemasyarakatan ialah guru sebagai
anggota masyarakat dan warga negara seharusnya berfungsi sebagai pencipta masa
depan dan penggerak kemampuan. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor penentu
yang tidak mungkin dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan
bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada masa kini. Di samping ketiga tugas pokok
tersebut diatas, menurut Muhtar , guru juga berperan sebagai :
a) Fasilitator
perkembangan siswa
Kemampuan
dan potensi yang dimiliki siswa tidak mungkin dapat berkembang dengan baik
apabila tidak mendapat rangsangan dari lingkungannya.Dalam suasana sekolah,
guru diharapkan dengan siswa secara individual telah mempunyai kemampuan dan
potensi itu. Dengan kata lain mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam
mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang tinggi mutunya.
b) Agen pembaharuan
Kehidupan
manusia merupakan serangkaian perubahan- perubahan yang nyata.Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengalami kepesatan yang
melangit.Dalam hal ini, guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan dan
dituntut untuk bertugas sebagai agen pembaharuan dan mampu menularkan
kreatifitas dan kesiapan mental siswa.
c) Pengelola kegiatan proses belajar mengajar
Guru
dalam hal ini bertugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu dalam menyajikan materi pelajarannya. Guru
berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar.
d) Pengganti orang tua di sekolah
Guru
dalam hal ini harus dapat menggantikan orang tua siswa apabila siswa sedang
berada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengganti orang tua,
guru- guru harus mampu menghayati hubungan kasih sayang seorang bapak atau
seorang ibu terhadap anaknya.Oleh karena itu, guru mampu mengenal suasana siswa
di rumah atau dalam keluarganya.
e.
Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana dan
prasarana sangat menunjang keberhasilan Pembelajaran misalnya fasilitas gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan lain-lain. Penggunaan alat
peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi utama, yaitu :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalistis hanya dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya
indra seperti objek terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau
model.
3. Dengan menggunakan media Pembelajaran secara
tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, dan
4. Dengan sikap yang unik untuk tiap siswa
dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi
pelajaran yang ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak
mengalami kesulitan jika harus diatasi sendiri.[15]
3.
Peningkatan Minat Siswa dalam Belajar
Mengajar
Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di
luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang
timbul.
Suatu
minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktifitas.Siswa yang minat terhadap objek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek
tersebut.[16]
Minat
tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu
yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil
belajar dan menyokong belajar selanjutnya.Walaupun minat terhadap sesuatu hal
tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal
tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajari sesuatu.[17]
Mengembangkan
minat siswa terhadap mata pelajaran PAI pada dasarnya adalah membantu siswa
melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari
dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada
siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya,
melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila siswa
menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang
dianggapnya penting, dan bila siswa bahwa hasil dari pengalaman akan membawa
kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk
mempelajarinya.
Beberapa
ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan
minat pada pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat
siswa yang telah ada .[18]
Di
samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner dalam Slameto, menyarankan
agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri sendiri.
Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai
hubungan antara suatu bahan Pembelajaran yang akan diberikan dengan bahan
pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan
datang. Selain itu, Roijjakkers dalam Slameto, berpendapat bahwa untuk
menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan
Pembelajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.[19]
Bila
usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha
mencapai tujuan Pembelajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk
membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang
tidak dilakukannya dengan baik.
Studi-studi
eksperintal menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis
diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam
kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang
dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuan.
Menghukum siswa karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan hukuman
yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi hukuman yang
ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya
para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apapun
yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.
[1]Kartono Kartini, Psikologi
Anak, (Bandung: PT. Alumni, 1986), h.47.
[2]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2000),
h.134.
[3]Wayan Nurkancana, PPN
Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional,1993), h.229.
[4]Lester D. Crow dan
Alice Crow, Psikologi Pendidikan,
terjemahan Z. Asijan (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), h.360.
[5]Slameto, Belajar dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara,1988), h.101.
[7]Kartono,Kartini, Kenakalan
Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 56.
[8]Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit
Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.102.
[10]Soemanto Wasty, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), h. 65.
[11]M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka
Cipta, 1997), h. 57.
[12]Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar, (
Jakarta: Rieneka Cipta, 1991), h.123.
[13]Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Rajawali, 1985), h. 86.
[14]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2001), h. 97.
[16]Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h.69.
[17]Ibid.
[18] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar