A.
Hakikat Perencanaan Program
Pembelajaran
1.
Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan.[1]
Kaufman mengatakan, bahwa perencanaan adalah suatu
proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan
bernilai, di dalamnya mencakup elemen-elemen:
a.
Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan
b.
Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c.
Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan
yang diprioritaskan
d.
Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan
e.
Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
yang dirasakan
f.
Identifikasi strategi alternatif yang mungkin dan alat
atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap
kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kegiatan tiap strategi
dan alat yang dipakai.[2]
Dari
dua pendapat ahli di atas dapat dipahami bahwa perencanaan harus dimulai dengan
penentuan tujuan yang akan dicapai dan memperkirakan
(memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai
tujuan tersebut.
Sedangkan
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan
dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri
siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar tertentu.[3]
Menurut
Omar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.[4]
Dari
kedua makna tentang perencanaan dan pembelajaran di atas, dapat dsimpulkan
bahwa perencanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penerjemahan
kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya
dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dan merupakan
suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta
berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk
mencapai tujuan atau membentuk kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.
2.
Manfaat dan Fungsi Perencanaan
Pembelajaran
a.
Manfaat Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran seharusnya dipandang sebagai
suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi
berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dalam menyusun perencanaan
pembelajaran, tentu akan mengambil keputusan alternatif yang terbaik agar
proses pencapaian tujuan pembelajaran berjalan secara efektif.
Dengan demikian, ada beberapa manfaat yang dapat dipetik
dari penyusunan perencanaan proses pembelajaran, yaitu:[5]
1)
Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan
terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan. Artinya, dengan
perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar
keberhasilan yang akan dapat dicapai.
2)
Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana
yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi oleh siswa
dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Dengan perencanaan yang matang
guru akan dengan mudah mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul.
3)
Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa
ini banyak sekali sumber-sumber belajar yang mengandung berbagai informasi.
Dengan demikian, siswa akan dihadapkan pada kesulitan memilih sumber belajar
yang dianggap cocok dengan tujuan pembelajaran. Melalui perencanaan, guru dapat
menentukan sumber-sumber mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu
bahan pelajaran.
4)
Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung
secara sistematis, artinya, proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara
terarah dan terorganisir.
b.
Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting
bagi seorang guru. Melalui fungsi perencanaan ini, guru berusaha menjembatani
jurang antara di mana murid berada kemana mereka harus pergi.
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi,
diantaranya seperti dijelaskan berikut ini;[6]
1)
Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang, akan dapat
memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang
terjadi. Melalui umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki
program. Secara kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan
menemukan hal-hal baru.
2)
Fungsi Inovatif
Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita memahami adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat
ditangkap, manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis.
Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram
secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
3)
Fungsi Selektif
Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran kita
dihadapkan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan kita
dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk
dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin kita dapat menentukan
pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi
pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses
perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang
tidak sesuai.
4)
Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang
yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak
eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus
dapat mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil yang
ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oleh
sebab itu, perencanaan memiliki fungsi komunikasi.
5)
Fungsi Prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa
yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan
program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat
menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi
prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6)
Fungsi Akurasi
Sering terjadi, guru merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka
merasa waktu yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya bahan yang harus
dipelajari siswa. Akibatnya, proses pembelajaran berjalan tidak normal lagi,
sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi pelajaran yang telah
disampaikan pada siswa tidak peduli materi itu dipahami atau tidak. Perencanaan
yang matang dapat menghindari hal tersebut. Sebab, melalui proses perencanaan
guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan
pelajaran tertentu. Guru dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui
program perencanaan.
7)
Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukanlah sekadar menyampaikan materi, akan tetapi membentuk
manusia secara utuh. Manusia utuh bukan hanya berkembang dalam aspek
intelektual saja, akan tetapi juga dalam sikap dan katerampilan. Dengan
demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi hasil
belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi
pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.
8)
Fungsi Kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan
kita dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh
siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami siswa. Dalam hal ini
perencanaan berfungsi sebagai kontrol, yang selanjutnya dapat memberikan
balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
Dari
uraian tentang manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran di atas dapat
dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat
membantu guru untuk lebih maksimal dan berdaya guna dalam melaksanakan
tugasnya. Perencanaan yang disusun oleh guru dapat menolong pencapaian suatu
sasaran pembelajaran secara lebih efektif, tepat waktu, dan memberi peluang
untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaan pembelajaran.
3.
Kriteria Penyusunan Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi, namun disusun
sebagai bagian integral dari proses pekerjaan profesional, sehingga berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, penyusunan
perencanaan pembelajaran merupakan suatu kaharusan karena didorong oleh
kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai.
Di bawah ini,
dijelaskan beberapa nilai perencanaan yang dapat dijadikan sebagai kriteria
penyusunan perencanaan.[7]
a.
Signifikansi
Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi
artinya, adalah bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar proses
pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itulah, perencanaan
pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa.
b.
Relevan
Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah bahwa
perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun
eksternal. Kesesuaian internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Kesesuain eksternal mengandung makna, bahwa
perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Perencanaan
pembelajaran pada hakikatnya disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
c.
Kepastian
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, mungkin guru merasa banyak alternatif
yang dapat digunakan. Namun dari sekian banyak alternatif itu, hendaknya guru
menentukan alternatif mana yang sesuai dan dapat diimplementasikan. Nilai
kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, tidak lagi memuat
alternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi langkah-langkah
pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah, kita
akan terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak
terduga.
d.
Adaptabilitas
Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak
kaku. Misalnya, perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala
memiliki syarat-syarat tertentu, manakala syarat tersebut tidak dipenuhi, maka
perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Pembelajaran yang demikian
adalah perencanaan yang kaku, karena memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
Sebaiknya perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam
berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat
digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya.
e.
Kesederhanaan
Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana. Artinya mudah
diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Perencanaan yang rumit dan sulit
untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam
pengelolaan pembelajaran.
f.
Prediktif
Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat,
artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya...
“. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang
akan terjadi, dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.
4.
Langkah-Langkah Penyusunan
Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan
komponen-komponen dalam sistem pembelajaran, selanjutnya kita dapat menentukan
langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:[8]
a.
Merumuskan Tujuan Khusus
Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama guru adalah merumuskan tujuan
pembelajaran khusus beserta materi pelajarannya.
Rumusan tujuan pembelajaran, harus
mencakup 3 aspek penting yang diistilahkan oleh Bloom (1956) merupakan domain
kognitif, afektif, dan domain psikomotorik.
1)
Domain Kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
pengembangan aspek intelektual siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan
informasi. Penguasaan pengetahuan dan informasi seperti penguasaan mengenai
data dan fakta, konsep, generalisasi dan prinsip merupakan materi pelajaran
yang akan membantu bahkan merupakan hal yang penting untuk proses pembelajaran
pada tahap yang tinggi.
2)
Sikap dan Apresiasi
Domain sikap (afektif) adalah domain yang berhubungan dengan penerimaan dan
apresiasi seseorang terhadap suatu hal. Domain afektif bersentuhan dengan aspek
psikologis yang sulit, untuk didefinisikan pada bentuk tingkah laku yang dapat
diukur (spesifik). Hal ini disebabkan aspek sikap dan spresiasi berhubungan
dengan perkembangan mental yang ada dalam diri seseorang, sehingga yang muncul
dalam aspek perilaku belum tentu menggambarkan sikap seseorang.
3)
Keterampilan dan Penampilan
Domain keterampilan adalah domain yang menggambarkan kemampuan atau
keterampilan (skill) seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau performance.
Keterampilan merupakan tujuan pembelajaran khusus yang berhubungan dengan
kemampuan motorik (domain psikomotorik).
b.
Pengalaman Belajar
Langkah yang kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memilih
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Belajar bukan hanya sekadar mencatat dan menghafal, akan tetapi
proses berpengalaman. Oleh sebab itu, siswa harus didorong secara aktif
melakukan kegiatan tertentu.
c.
Kegiatan Belajar Mengajar
Langkah ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan
sistem adalah menentukan kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar
mengajar yang sesuai, pada dasarnya kita dapat merancang melalui pendekatan
kelompok atau pendekatan individual.
d.
Orang-orang yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab
dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran.
Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran khususnya yang
berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur atau guru, dan juga tenaga
profesional.
e.
Bahan dan Alat
Penyelesaian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan
pembelajaran. Penentuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1)
Keberagaman kemampuan intelektual siswa.
2)
Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang
harus dicapai siswa.
3)
Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara
khusus.
4)
Berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
5)
Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan.
6)
Fasilitas fisik yang tersedia.
f.
Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan proses pembelajaran. fasilitas fifik meliputi ruangan kelas, pusat
media, laboratorium, atau ruangan untuk kelas berukuran besar (semacam aula).
g.
Perencanaan Evaluasi dan
Pengembangan
Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah sistem perencanaan
pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan
pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Manakala
berdasarkan evaluasi seluruh elemen telah tersedia dengan lengkap, maka kita
dapat menentukan tahap berikutnya. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan
memberikan informasi tentang :
a.
Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran, yakni mengenai
isi pelajaran, prosedur pembelajaran dan juga bahan-bahan pelajaran yang
digunakan.
b.
Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti
pengalaman belajar.
c.
Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.
d.
Kelemahan – kelemahan instrumen yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
[1] Wina
Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta; Prenada
Media Group, 2011), h. 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar