A.
Konsep Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam tersusun dari
dua pengertian pendidikan dan pendidikan agama Islam. Secara etimologis,
pendidikan dalam kontes Islam diambil dari bahasa Arab, yaitu Tarbiayah yang merupakan masdar dari fi’il Rabba-Yarabbi-Tarbiyatan
yang berarti tumbuh dan kembang. Sedangkan Islam berasal dari kata kerja Aslama-Yuslimu-Islaman yang berarti tunduk patuh dan menyerahkan diri
dan istilah pendidikan juga diartikan dengan istilah Ta’lim (pengajaran) atau Ta’dib
(pembinaan).[1]
Secara bahasa
pendidikan Islam diambil
dari bahasa Arab yang dikenal
dengan sebutan “Tarbiyah”, kata kerjanya adalah “Raba”. Untuk itu pendidikan
Islam secara bahasa disebut dengan ‘Tarbiyah Islamiyah”[2]
Kata kerja rabba di atas
bermakna mendidik, sebagaimana
yang terdapat dalam
firman Allah surat Al-Isra’: 24
berbunyi:
ôÙÏÿ÷z$#ur
$yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u
#ZÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya:” Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Dapat
dipahami dari ayat di atas, bahwa sebagai anak sudah sewajarnya mengasihi kedua
orang tuanya karena dari kecil hingga dewasa anak dididik oleh orang tuanya,
termasuk guru sebagai orang tua kedua baginya.
Pendidikan Islam menurut bahasa,
Muhammad Al-Naquib mengartikan tarbiyah
tersebut dengan makan, mengasuh menanggung, memberi makan,
mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dan pertumbuhan,
membesarkan, memproduksi dan
menjinakkan.[3]
Dalam buku Muhammad
Al- Naquib Al-Attas, Fahrurozi
berpendapat bahwa istilah “robaya”
tidak saja mengandung makna
pengajaran tingkah laku. Sayyid
Quthub, menambahkan bahwa tarbiyah itu pula
mengandung makna pemeliharaan
anak dan menumbuhkan sikap mentalnya.[4]
Berdasarkan beberapa
pandangan Pendidikan Islam secara bahasa, maka dapat disimpulkan
bahwasanya Pendidikan Islam
ialah suatu usaha
yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memelihara, membina dan membentuk
potensi atau sumber daya manusia baik aspek jasmani maupun
rohani.
Sedangkan pengertian
Pendidikan Islam secara istilah dinyatakan oleh Abdul Fatah Jalal, Pendidikan Islam adalah proses
persiapan dan pemeliharaan masa kanak-kanak di dalam keluarga. Sementara itu, Mustafa Al-Gholayani mengartikannya sebagai penanaman etika pada jiwa anak dengan cara
memberikan petunjuk dan nasehat, sehingga ia memiliki potensi dan kompetensi jiwa yang mantap, dan dapat membenarkan sifat-sifat yang berguna bagi tanah air.[5]
Menurut
Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam ialah anak melalui
penumbuhan dan pengambangan potensi-potensi
proses transformasi dan internalisasi
ilmu pengetahuan dan nilai pada diri guna mencapai keselarasan dan
kesempurnaan hidup.[6]
Dari
beberapa pengertian pendidikan Islam di atas secara istilah dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Islam ialah
proses bimbingan yang
diberikan kepada seseorang atau kelompok
orang dalam rangka mengembangkan
potensi-potensi yang diberikan
oleh Allah SWT, melalui penumbuhan, pengembangan, pemeliharaan, dan
pembentukan pengetahuan, ketrampilan,
sikap sehingga anak atau seseorang tadi
memiliki potensi dan kompetensi jiwa
yang mantap sesuai dengan ajaran Islam. Diharapkan pula seseorang tersebut
menjadi manusia yang berkualitas,
dimana ia dapat merealisasikan
ketrampilan dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam hal
memberikan bimbingan, penumbuhan,
pengembangan, pembinaan, dan pembentukan potensi, sikap dan kepribadian
anak yang berpengaruh besar terhadap hal tersebut
adalah keluarga. Dimana orang tua
merupakan orang yang pertama
dan utama dalam memberikan pendidikan
kepada anak. Mereka juga orang yang
pertama kali bertanggung jawab
atas kelangsungan pendidikan
anak. sebagai peletak dasar utama
terhadap nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Selain itu
guru berperan sebagai orang tua kedua bagi anak didiknya. Banyak hal yang
dipelajari anak dari guru
yang diterimanya dari kedua
orang tuanya. Untuk itu, guru
diharapkan berlaku baik dan
bijaksana. Masyarakat merupakan lingkungan terakhir, bagi anak untuk merealisasikan pengetahuannya, maka kebudayaan
dan tatanan kehidupan masyarakat
memberi pengaruh pula terhadap pembentukan karakter anak-anak tersebut.
Dari berbagai
pengertian pendidikan Islam di atas dapat dipahami bahwa pada hakikatnya
pendidikan Islam juda bertujuan untuk membentuk karakter manusia agar menjadi
manusia yang sempurna baik itu untuk dapat menghadapi kehidupan di dunia dan
siap menghadapi kematian.
2.
Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam pandangan Islam
harus merupakan upaya sadar dan terstruktur serta sistematis untuk mensukseskan
misi penciptaan manusia sebagai Abdulloh dan
khalifah Allah di muka bumi ini (Q.S.
Al Baqarah 30)[7]
Dalam misinya sebagai khalifah di
muka bumi ini, manusia berperan memakmurkan muka bumi. Dengan berbekal syariat,
manusia diharapkan mampu menata kehidupan manusia dengan benar sesuai kehendak
Allah, serta dengan penguasaan sains dan teknologi, manusia diharapkan dapat
mengambil manfaat sebaik-baiknya dari sumber daya alam yang ada. Kesemuannya
itu dapat diakumulasikan hanya dengan pendidikan Islam, oleh karena itu
pendidikan Islam di samping untuk membekali pemahaman terhadap tsaqofah Islam
dan penguasaan sains dan teknologi yang mumpuni.[8]
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan adalah suatu
kondisi yang menjadi target dari proses-proses pendidikan termasuk penyampaian
ilmu pengetahuan yang dilakukan. Oleh karena itu tujuan pendidikan menjadi
panduan bagi seluruh kegiatan dalam sistem pendidikan. Selain itu juga
penetapan tujuan dalam dunia pendidikan merupakan hal yang mutlak yang harus
dirumuskan dengan jelas sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini karena
tujuan pendidikan itu memiliki fungsi pokok yaitu sebagai pemberi arah bagi
segala kegiatan pendidikan, ini berarti didalamnya mencakup beberapa fungsi
yaitu: (1) Untuk membentuk kerangka tiap program pengajaran, (2) membantu para
guru untuk berfikir lebih spesifik dalam kaitannya dengan penyusupan materi
pelajaran, (3) Memberi pedoman dalam mengevaluasi proses pendidikan.
Dalam pendidikan Islam pada intinya
mempunyai tiga tujuan yang mencakup semuanya, diantaranya: (1) Membentuk
kepribadian Islam yang kokoh (Syakhshiyyah
Islamiyyah) (2) Menguasai tsaqofah
Islam secara kaffah (3) Menguasai ilmu kehidupan manusia sains tehnologi dan keahlian.[9]
Arifin menyatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertaqwa
dan berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada sang khaliq-Nya
dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala
aspek kehidupan dalam rangka mencari keridhoan-Nya.[10]
Di sisi lain tujuan pendidikan Islam
itu juga harus sama dengan tujuan manusia, sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zariat
ayat 56.[11]
Secara umum tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman penghayatan dan pengalaman siswa tentang ajaran agama Islam, sehingga
bisa menjadi seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT Serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.[12]
3.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: a) Hubungan manusia
dengan Allah SWT. b) Hubungan manusia sesama manusia, dan c) Hubungan manusia
dengan makhluk lain (selain manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran
Pendidikan Agama Islam yaitu berfokus pada aspek: (1) Al-Quran dan Hadits (2)
Keimanan (3) Syari’ah (4) Akhlak (5) Tarik yang lebih mengarah pada
perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.[13]
4.
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik tertentu. Demikian juga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI). Karakter paling menonjol dari PAI adalah proses pembelajaran tidak hanya
ditujukan untuk mentransfer nilai (transfer
of knowledge), tetapi juga sebagai upaya mentrasfer nilai (transfer of value) ajaran Islam sehingga
terintegrasi dalam diri anak didik. Dengan demikian, keberhasilan PAI tidak
semata dilihat dari apa yang dipahami dan diketahui anak didik, melainkan
sampai pada tingkat penghayatan dan pemahaman nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan anak
didik mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran islam dari sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan
Sunnah dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman. Di samping itu, PAI jika ditunjukan untuk membentuk kepribadian
anak didik agar memiliki tanggung jawab social dan mampu mengembangkan sikap
hidup toleran dalam masyarakat Indonesia yang majemuk hingga terwujud persatuan
dan kesatuan bangsa.
Dalam proses pembelajaran, PAI dijalankan dengan
menggunakan pendekatan terpadu, meliputi:
1. Keimanan,
memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman tentang
Allah
2. Pengalaman,
member kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan
hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam kehidupan
3. Pembiasaan, mendorong peserta didik untuk membiasakan diri
bersikap dan berperilaku terpuji sesuai dengan ajaran Islam
4. Rasional, usaha
memberikan peranan kepada akal (rasio) peserta didik dalam memahami dan
membedakan bahan ajaran dalam materi pokok serta kaitannya dengan perilaku yang
baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari
5. Emosional,
upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang
sesuai dengan ajar agama Islam dan budaya bangsa
6. Fungsional, menyajikan
seluruh materi pokok dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam arti luas,
dan
7. Keteladanan,
menjadikan figure guru serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua sebagai
contoh tauladan yang berkepribadian agamis.
Sedangkan evaluasi PAI dilakukan
dengan menggunakan penilaian berbasis kelas. Penilaian tersebut harus mencakup
tiga rana, yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (efektip) dan keterampilan
berperilaku (psikomotorik). Ketiga rana ini harus dinilai secara proporsional
dan terpadu denga mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik serta
bobot setiap aspek kompetensi dan materi.[14]
Mata pelajaran pendidikan Agama Islam
itu keseluruhanya terliput dalam lingkup: Al-Qur’an dan hadits, keimanan,
akhlak, dan fiqh/ibadah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan
Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesame manusia, makhluk
lainnya maupun lingkungannya.
[1] Muhaimin, et. Al. Paradigma
Pendidikan Islam, Upaya Mengaktifkan PAI (Bandung, Remaja Rosda Karya,
2004), h. 75
[7] Teks ayat QS. Al-baqarah: 30
Î)r tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi,” mereka
berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
[8] Muhammad Ismail Yanto, dkk, Menggagah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Azhar Press, 2003), h. 47
[9] Ibid, h. 55
[10] Abdullah, idi, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999),h. 17
[11] Teks Ayat QS. Az-zariyat: 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9
Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-ku.
[12] Ibid, h. 20
[13] Depag RI, Op.Cit,
[14] Abdullah, idi, Op.Cit, h.
8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar