Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Konsep Pendidikan Agama Islam


A.    Konsep Pendidikan Agama Islam
1.   Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam tersusun dari dua pengertian pendidikan dan pendidikan agama Islam. Secara etimologis, pendidikan dalam kontes Islam diambil dari bahasa Arab, yaitu Tarbiayah yang merupakan masdar dari fi’il Rabba-Yarabbi-Tarbiyatan yang berarti tumbuh dan kembang. Sedangkan Islam berasal dari kata kerja Aslama-Yuslimu-Islaman  yang berarti tunduk patuh dan menyerahkan diri dan istilah pendidikan juga diartikan dengan istilah Ta’lim (pengajaran) atau Ta’dib (pembinaan).[1]
Secara  bahasa  pendidikan  Islam  diambil  dari bahasa Arab  yang dikenal dengan sebutan “Tarbiyah”, kata kerjanya adalah  Raba”. Untuk itu pendidikan Islam  secara bahasa  disebut dengan ‘Tarbiyah Islamiyah[2]
Kata kerja  rabba  di atas  bermakna  mendidik, sebagaimana yang  terdapat  dalam  firman Allah surat Al-Isra’: 24  berbunyi:
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx.    ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya:” Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Dapat dipahami dari ayat di atas, bahwa sebagai anak sudah sewajarnya mengasihi kedua orang tuanya karena dari kecil hingga dewasa anak dididik oleh orang tuanya, termasuk guru sebagai orang tua kedua baginya.
Pendidikan Islam menurut bahasa, Muhammad Al-Naquib mengartikan tarbiyah  tersebut dengan makan, mengasuh menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dan pertumbuhan, membesarkan,  memproduksi dan menjinakkan.[3]
Dalam buku Muhammad Al- Naquib Al-Attas, Fahrurozi  berpendapat  bahwa istilah “robaya” tidak saja  mengandung  makna  pengajaran  tingkah laku. Sayyid Quthub, menambahkan  bahwa tarbiyah  itu pula  mengandung  makna  pemeliharaan  anak dan menumbuhkan   sikap  mentalnya.[4]
Berdasarkan  beberapa  pandangan  Pendidikan Islam  secara bahasa, maka dapat  disimpulkan  bahwasanya Pendidikan Islam  ialah  suatu  usaha  yang  dilakukan  oleh orang dewasa  untuk memelihara, membina  dan membentuk  potensi  atau sumber  daya manusia baik aspek jasmani maupun rohani.
Sedangkan pengertian Pendidikan Islam secara istilah dinyatakan oleh Abdul  Fatah Jalal, Pendidikan Islam adalah proses persiapan dan pemeliharaan masa kanak-kanak di dalam keluarga. Sementara  itu, Mustafa Al-Gholayani  mengartikannya sebagai  penanaman etika pada jiwa anak dengan cara memberikan petunjuk dan nasehat, sehingga ia memiliki potensi dan kompetensi  jiwa yang mantap, dan dapat membenarkan  sifat-sifat yang berguna bagi tanah air.[5]
Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa pendidikan Islam ialah anak  melalui  penumbuhan  dan pengambangan potensi-potensi proses transformasi dan internalisasi  ilmu pengetahuan dan nilai pada diri guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan  hidup.[6]
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas secara istilah dapat  disimpulkan  bahwa pendidikan Islam  ialah proses  bimbingan  yang  diberikan kepada  seseorang  atau kelompok  orang dalam  rangka  mengembangkan  potensi-potensi  yang  diberikan   oleh Allah SWT, melalui  penumbuhan, pengembangan, pemeliharaan, dan pembentukan  pengetahuan, ketrampilan, sikap sehingga  anak atau seseorang tadi memiliki potensi  dan kompetensi jiwa yang mantap sesuai dengan ajaran Islam. Diharapkan  pula seseorang  tersebut  menjadi manusia  yang berkualitas, dimana ia dapat  merealisasikan ketrampilan dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam hal memberikan bimbingan, penumbuhan,  pengembangan, pembinaan, dan pembentukan potensi, sikap dan kepribadian anak yang berpengaruh  besar terhadap  hal tersebut   adalah keluarga. Dimana orang tua  merupakan  orang yang  pertama  dan utama  dalam memberikan  pendidikan  kepada anak. Mereka juga orang yang  pertama kali bertanggung jawab  atas kelangsungan  pendidikan anak. sebagai  peletak  dasar utama  terhadap nilai-nilai  dan norma-norma  yang  berlaku  di masyarakat. Selain  itu guru  berperan  sebagai orang tua  kedua bagi anak didiknya. Banyak hal  yang  dipelajari  anak  dari guru  yang  diterimanya  dari kedua  orang tuanya. Untuk itu, guru  diharapkan  berlaku baik dan bijaksana. Masyarakat merupakan lingkungan terakhir, bagi anak untuk  merealisasikan  pengetahuannya, maka  kebudayaan  dan tatanan  kehidupan  masyarakat  memberi pengaruh pula terhadap pembentukan karakter anak-anak tersebut.
Dari berbagai pengertian pendidikan Islam di atas dapat dipahami bahwa pada hakikatnya pendidikan Islam juda bertujuan untuk membentuk karakter manusia agar menjadi manusia yang sempurna baik itu untuk dapat menghadapi kehidupan di dunia dan siap menghadapi kematian.
2.   Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a.    Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam pandangan Islam harus merupakan upaya sadar dan terstruktur serta sistematis untuk mensukseskan misi penciptaan manusia sebagai Abdulloh dan khalifah Allah di muka bumi ini (Q.S. Al Baqarah 30)[7]
Dalam misinya sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia berperan memakmurkan muka bumi. Dengan berbekal syariat, manusia diharapkan mampu menata kehidupan manusia dengan benar sesuai kehendak Allah, serta dengan penguasaan sains dan teknologi, manusia diharapkan dapat mengambil manfaat sebaik-baiknya dari sumber daya alam yang ada. Kesemuannya itu dapat diakumulasikan hanya dengan pendidikan Islam, oleh karena itu pendidikan Islam di samping untuk membekali pemahaman terhadap tsaqofah Islam dan penguasaan sains dan teknologi yang mumpuni.[8]
b.   Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan adalah suatu kondisi yang menjadi target dari proses-proses pendidikan termasuk penyampaian ilmu pengetahuan yang dilakukan. Oleh karena itu tujuan pendidikan menjadi panduan bagi seluruh kegiatan dalam sistem pendidikan. Selain itu juga penetapan tujuan dalam dunia pendidikan merupakan hal yang mutlak yang harus dirumuskan dengan jelas sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini karena tujuan pendidikan itu memiliki fungsi pokok yaitu sebagai pemberi arah bagi segala kegiatan pendidikan, ini berarti didalamnya mencakup beberapa fungsi yaitu: (1) Untuk membentuk kerangka tiap program pengajaran, (2) membantu para guru untuk berfikir lebih spesifik dalam kaitannya dengan penyusupan materi pelajaran, (3) Memberi pedoman dalam mengevaluasi proses pendidikan.
Dalam pendidikan Islam pada intinya mempunyai tiga tujuan yang mencakup semuanya, diantaranya: (1) Membentuk kepribadian Islam yang kokoh (Syakhshiyyah Islamiyyah) (2) Menguasai tsaqofah Islam secara kaffah (3) Menguasai ilmu kehidupan  manusia sains tehnologi dan keahlian.[9]
Arifin menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada sang khaliq-Nya dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan dalam rangka mencari keridhoan-Nya.[10]
Di sisi lain tujuan pendidikan Islam itu juga harus sama dengan tujuan manusia, sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zariat ayat 56.[11] Secara umum tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman penghayatan dan pengalaman siswa tentang ajaran agama Islam, sehingga bisa menjadi seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.[12]
3.   Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: a) Hubungan manusia dengan Allah SWT. b) Hubungan manusia sesama manusia, dan c) Hubungan manusia dengan makhluk lain (selain manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu berfokus pada aspek: (1) Al-Quran dan Hadits (2) Keimanan (3) Syari’ah (4) Akhlak (5) Tarik yang lebih mengarah pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.[13]

4.   Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu. Demikian juga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Karakter paling menonjol dari PAI adalah proses pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mentransfer nilai (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai upaya mentrasfer nilai (transfer of value) ajaran Islam sehingga terintegrasi dalam diri anak didik. Dengan demikian, keberhasilan PAI tidak semata dilihat dari apa yang dipahami dan diketahui anak didik, melainkan sampai pada tingkat penghayatan dan pemahaman nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan anak didik mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran islam dari sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan Sunnah dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Di samping itu, PAI jika ditunjukan untuk membentuk kepribadian anak didik agar memiliki tanggung jawab social dan mampu mengembangkan sikap hidup toleran dalam masyarakat Indonesia yang majemuk hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam proses pembelajaran, PAI dijalankan dengan menggunakan pendekatan terpadu, meliputi:
1.      Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman tentang Allah
2.      Pengalaman, member kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan  merasakan  hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam kehidupan
3.       Pembiasaan,  mendorong peserta didik untuk membiasakan diri bersikap dan berperilaku terpuji sesuai dengan ajaran Islam
4.      Rasional, usaha memberikan peranan kepada akal (rasio) peserta didik dalam memahami dan membedakan bahan ajaran dalam materi pokok serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari
5.      Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajar agama Islam dan budaya bangsa
6.      Fungsional, menyajikan seluruh materi pokok dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam arti luas, dan
7.      Keteladanan, menjadikan figure guru serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua sebagai contoh tauladan yang berkepribadian agamis.

Sedangkan evaluasi PAI dilakukan dengan menggunakan penilaian berbasis kelas. Penilaian tersebut harus mencakup tiga rana, yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (efektip) dan keterampilan berperilaku (psikomotorik). Ketiga rana ini harus dinilai secara proporsional dan terpadu denga mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik serta bobot setiap aspek kompetensi dan materi.[14]
Mata pelajaran pendidikan Agama Islam itu keseluruhanya terliput dalam lingkup: Al-Qur’an dan hadits, keimanan, akhlak, dan fiqh/ibadah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesame manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.


[1] Muhaimin, et. Al. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengaktifkan PAI (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004), h. 75
[2] Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang,1978), h. 25
[3] Muhammad Al- Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1992). h. 66
[4] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam,(Bandung: Trigenda Karya, tt), h. 66.
[5] Ibid., h. 136
[6] Ibid, h. 66.
[7] Teks ayat QS. Al-baqarah: 30
Î)r tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi,” mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
[8] Muhammad Ismail Yanto, dkk, Menggagah Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Azhar Press, 2003), h. 47
[9] Ibid, h. 55
[10] Abdullah, idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999),h. 17
[11] Teks Ayat QS. Az-zariyat: 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku.

[12] Ibid, h. 20
[13] Depag RI, Op.Cit,
[14] Abdullah, idi, Op.Cit, h. 8

Tidak ada komentar: