Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Kreativitas Pembelajaran Agama Islam


. Kreativitas Pembelajaran Agama Islam
1.    Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata “ kreatif” yang berarti membuat suatu produk yang pada dasarnya baru, konstruktif. Istilah kreatif dipakai juga untuk imajinasi, dimana suatu kombinasi yang baru dari ide-ide atau gambaran-gambaran disusun atas inisiatif sendiri, bisa juga berbentuk sintesa pikiran yang tidak hanya bersifat penjumlahan.[1]
Kreativitas disinonimkan dengan kemampuan berfikir berbeda, diwariskan, imajinasi dan fantasi, sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, produk yang unik sampai kepada pemahaman kreativitas sebagai suatu potensi yang melekat pada diri individu untuk bisa dikembangkan dalam proses pendidikan. “Ada yang mengaitkannya kreativitas dengan kemampuan akademik (inteluktual), dan ada yang mengaitkannya dengan bakat dan motivasi”.[2]
Kreativitas merupakan “kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada”,[3] Kreativitas juga dapat diartikan dengan “ daya untuk menciptakan sesuatu di dalam angan-angan”,[4] dan “ kemampuan untuk memberikan gagasan - gagasan baru yang diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya”.[5]
Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut memecahkan ide aslinya atau menghasilkan suatu yang adaptis. Kreativitas juga dapat diartikan sebagai “suatu kemampuan manusia yang dapat membantu kemampuan yang lain, sehingga sebagai suatu keseluruhan dapat mengintegrasikan stimuli luar dengan stimuli dalam hingga tercipta suatu kebulatan yang baru”.
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang pengajaran. menimbulkan  berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
a)      Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”[6]
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
b)      Kreativitas dalam dimensi Proses
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking[7]
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Wallas mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu  Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami. Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita
Dari dua pendapat ahli di atas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
c)      Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson dalam Munandar, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”.[8]
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
d)     Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele dalam Munandar, yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Belajar kreatif telah menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan hasil belajar. Inti kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang baru. Produk baru bersifat relatif. Baru bisa bermakna sebagai hasil menyempurnakan, menambahkan, mengubah, mereposisi dari sesuatu yang ada sebelumnya sehingga sesuatu berubah menjadi lebih baik atau tampil beda. Baru juga bisa berarti tidak ada sebelumnya di dalam kelas atau di sekolah sendiri, di sini. Tidak peduli bahwa sesuatu itu sebenarnya sudah pernah ada di tempat lain. Jika kebaruan itu mencakup batas beberapa sekolah atau bahkan lebih dari itu, maka nilai kreativitasnya meningkat.
Apabila guru menggunakan konsep tersebut sebagai dasar pengembangan pembelajaran, maka masalah yang dihadapinya adalah bagaimana siswa dapat berkegiatan dengan menggunakan cara yang berbeda dari sebelumnya. Memilih cara melakukan sesuatu sehingga menghasilkan model berbeda dari yang sebelumnya.
Konsekuensi dari guru memerlukan data atau fakta mengenai proses  dan hasil belajar sebagai bahan perbandingan. Selanjutnya data digunakan untuk menentukan indikator pembeda.
Proses dan hasil belajar yang dijadikan bahan perbandingan pada prinsipnya dapat berasal dari produk siswa yang sama, internal sekolah, maupun dari sekolah lain, misalnya, dari sekolah yang mampu menghasilkan produk lebih unggul. Membandingkan proses belajar dan hasil belajar dengan produk internal disebut benchmarking internal, sedangkan membandingkan dengan proses dan hasil belajar dari luar sekolah disebut benchmarking eksternal.
Kubie dalam Bob Samples “Revolusi Belajar Untuk Anak, Panduan Belajar Sambil Bermain untuk Membuka Pikiran-pikiran Anak Anda” menjelaskan, bahwa “kreatif merupakan indikator kesehatan mental yang tinggi. Orang yang kreatif adalah mereka yang mempertahankan semenjak kanak-kanak untuk menerima apa yang mereka pahami dan juga apa yang tidak mereka pahami”.[9]
Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas), dan orientalis, dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengkolaborasikan (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat disimpulkan pada dasarnya merupakan kemampuan atau potensi, dan keterampilan yang ada pada seseorang yang dapat menghasilkan hal-hal baru melalui proses pengembangan dan penggabungan dorongan yang ada dari dalam diri dengan dorongan yang berasal dari luar. Atau penemuan sesuatu dengan cara mengolah hal-hal yang sudah ada dalam wujud yang baru menjadi kenyataan.
Pada hakekatnya “kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.kreativitas tidak akan terwujud dengan sendirinya tanpa ada yang menjembataninya. Begitu juga dengan kreativitas belajar peserta didik, seorang peserta didik tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa ada yang membimbing dan mengarahkannya. Salah satu cara yang ditempuhnya adalah dengan belajar di sekolah, karena secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kreativitas memiliki kriteria di antaranya adalah:
a.       Dalam respon-respon kreatif tercermin watak kebaruan dan original
b.      Dalam respon kreatif terbukti secara efektif menggambarkan koherensi, kecocokan dengan situasi-situasi rill yang dihadapi, terkadang dengan cepat mengalami perubahan.
c.       Dalam respon kreatif tergambar suatu bentuk-bentuk realisasi yang bermanfaat dalam memecahkan segenap persoalan dasar kehidupan manusia.
d.      Watak menonjol dari respon-respon kreatif adalah bahwa respon-respon itu dilandasi kesanggupan berpikir.
               Untuk berfikir kreatif selain harus mewujudkan hal-hal yang baru dalam kenyataan kreativitas juga harus memenuhi beberapa syarat diantaranya:
a.       Kreativitas melibatkan respon atau gagasan baru.
b.      Memecahkan masalah secara realisasi.
c.       Kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkan sebaik mungkin.
            Kreativitas dapat digali dengan cara:
1)      Melengkapi gambar,merupakan salah satu cara untuk menggali kreativitas, dengan cara melengkapi gambar untuk dijadikan sebuah rangkaian cerita yang belum terselesaikan. Dalam pembelajaran Islam dapat dilakukan seperti pembelajaran tata cara sholat dan sebagainya.
2)      Melalui membaca, pada dasarnya berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas. Ketika itu mulai membaca dan menghadapi lebih banyak materi yang tertuang dalam buku, majalah, surat kabar atau media yang lainnya. Saat itulah hal diluar materi atau kesimpulan muncul, meskipun tidak ada hubungannya. Alam fikiran kita sudah menjalar kesegala kondisi dan saat itu pula berbagai pemikiran yang  baru dan tidak ada dala buku itu muncul. Berdasarkan pemikiran tersebut kreativitas akan timbul salah satunya dengan membaca. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam mengejarkan semua materi pembelajaran.
3)      Menceritakan gambar, dalam rangkaian gambar tugas peserta didik adalah merangkai gambar dalam rangkaian cerita yang berjalin dengan tema tertentu. Seperti dalam pembelajaran agama dibuat urutan gambar seseorang yang memberikan sedekah kepada fakir miskin, tapi dibuat tanpa penjelasan dan peserta didik diperintahkan menceritakan gambar yang ia lihat.
4)      Pengembangan fantasi korelatif, dalam pengembangan fantasi korelatif peserta didik disuruh untuk mencari peraturan, hubungan antara satu benda dengan benda yang lain yang keberadaannya saling melengkapi. Tujuan pengembangan fantasi korelatif ini agar peserta didik terbiasa untuk melanjutkan atau menambah semaksimal mungkin tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah pokok. Bila peserta didik terlatih dalam hal ini, kemampuannya untuk menemukan unsur-unsur terkait dan korelatif dalam banyak hal akan berkembang.
5)      Pengembangan korelasi komplementer, dalam pengembangan ini peserta didik diminta untuk menjodohkan atau menambahkan suatu kata di depan kata yang telah disediakan sehingga terbentuk satu pasangan kata yang mengandung makna lain. Tujuannya untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Dengan cara seperti ini peserta didik akan terlatih untuk mencari dan akhirnya dia menemukan sesuatu yang dia inginkan setelah kerja keras, sehingga peserta didik tidak cepat untuk menyerah.
6)      Mengembalikan bentuk asli puisi, mengembangkan daya kreasi dapat dilakukan dengan cara membubuhkan kembali huruf kapital dan tanda baca pada puisi yang terlebih dahulu ditulis tanpa huruf besar dan tanda baca.
7)      Mengembangkan daya kreasi dengan menyadur puisi. Menyadur puisi adalah memprosakan sebuah puisi dengan bebas. Dalam menyadur guru atau peserta didik dapat mengembangkan sesuai dengan kemampuannya dan pemahamannya sehingga terbentuk prosa yang lebih panjang dari bentuk puisi aslinya. Menyadur adalah memahami inti puisi terlebih dahulu kemudian menguraikan permasalahan-permasalahan yang terkandung di dalamnya atau diprosakan.
8)      Mengembangkan kreativitas dengan memberi pertanda pertalian pada sebuah puisi dengan adanya hubungan penanda tersebut antara larik yang satu dengan larik yang lainnya terjalinlah suatu pengertian yang padu sehingga puisi terkesan memprosa dan makna yang terkandung di dalam puisi lebih mudah dipahami.
9)      Menyusun kata menjadi kalimat, adalah merangkai beberapa kata lepas dalam susunan kata yang mengandung makna lengkap.
10)  Pengembangan kreativitas dengan mengambil inti sari dari permasalahan, dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan dalam masalah yang diuraikan panjang lebar dan terkesan mendalam. Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh inti permasalahan tersebut hanya berkisar pada satu, dua, tiga hal saja.[10]
Banyak lagi cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menggali potensi atau kreativitas pada diri peserta didik. Proses ini tidak terbatas pada proses penggalian  ilmu eksak saja tetapi alat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran. Belajar dengan kreativitas mempunyai hubungan yang sangat erat. Dengan terjadinya proses belajar yang baik oleh peserta didik, maka kreativitas akan dapat muncul dari dalam dirinya, dan akan terus berkembang seiring perkembangan usianya.
2.      Peta Profil Kreativitas
Jeff DeGraff dan Khaterine mengelompokkan kreativitas pada kuadran kiri dan kanan dalam diagram berikut:
Profil individu imajinif (imagine) memiliki kompetensi dalam mengembangkan kreativitas bersumber dari daya imajinasinya. Sesungguhnya setiap individu memiliki kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu mewujudkan hayalannya dalam ide dan karya yang unik. Ujung dari hayalnya adalah berkarya.
Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru, memecahkan  masalah dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika didukung dengan kultur lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.
Profil individu penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang kuat, memiliki kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan keunggulan. Tipe pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung resiko. Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan merespon dengan cepat tiap perubahan.
Berbagai bentuk penemuan baru dalam bidang teknologi lahir dari tipe orang yang memiliki karakter seperti ini, kemauannya kuat dan tidak pernah puas dengan hasil kerja yang diraihnya.
Profil individu pembaharu (improve) ditandai dengan karakter yang kreativitasnya yang tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu yang ada, memodifikasi, dan menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau lebih baik, hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu pembaharu, seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah kehabisan ide, pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal.
Keunggulannya bemodalkan keunggulan berpikir yang sistematik, berhati-hati, dan selalu memperbaharui idenya dengan cepat serta dapat menapilkannya sebagai ide dan karya nyata. Orang seperti ini akan bekembang optimal jika tumbuh pada kultur yang berorientasi pada masa depan, fokus pada rencana, mengkreasi sistem dan proses, Lebih dari itu, konsisten terhadap standar dan peraturan yang dijadikan dasar pijakan.
Karakter seperti ini mendukung proses kerjanya berdisiplin tinggi, menjujung tingkat kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Lebih dari itu, kepatuhannya pada standar terhindar dari kesalahan. Profil pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Profil  memiliki karakter bekerja dengan penuh keyakinan dan sepenuh hati. Jika ia seorang pembisnis maka keyakinan terhadap pekerjaannya lebih daripada bisnis itu sendiri. Ia menghayati kedalamannya. Ia meyakini dengan dilandasi dengan nilai-nilai hidup yang menjadi dasar hidupnya.  Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya.
Profil penggagas memiliki komitmen yang kuat terhadap komunitasnya, fokus membangun kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan dan efektif berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak pernah berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam membangun dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan, memahami baik situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus menunggu keputusan yang terlalu lama.
Profil penggagas ini tumbuh dalam interaksi kelompok, menyadari pentingnya meningkatkan kekuatan individu melalui kelompok, menghargai sumber daya manusia, melakukan pelatihan, dan meningkatkan efektivitas fungsi organisasi. Dengan demikian setiap tahap kegiatannya teroganisasi dengan baik.
Dari uraian di atas, seperti dijelaskan Jeff DeGraff dan Khaterine dapat dikembangkan ihtisar ringkas profil kreativitas individu sebagai berikut:
a.       Imajinatif (imagine) mementingkan pencapain tujuan inovasi dan pertumbuhan. Karakter : generalis, senang bereksplorasi, menyukai perubahan, dan menyukai keragaman.
b.      Penanam Modal (Invest) mementingkan kecepatan dan keuntungan. Karakter : berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan menyukai tantangan.
c.       Pembaharu (improve) mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter sistematik, menyukai teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.
d.      Penggagas (Incubate) mementingkan peran minat dan kelapangan ide-ide. Karakter: menyukai curah ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi, bersifat komunikatif dan menyukai belajar.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
3.    Perlunya kreativitas dalam pendidikan Islam
Ada beberapa jenis lembaga  pendidikan Islam di antaranya lingkungan keluarga,masyaraka, mesjid, pesantren dan yang formal khususnya adalah sekolah da madrasah.
Kreativitas berkaitan dengan tujuan pendidikan, yang mana tujuan umumnya biasanya berhubungan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut.[11]  Penyusunan yang dimaksud adalah  pemerintah, lembaga  atau orang-orang yang terkait dengan kebijakan tentang pendidikan. Pandaga hidup orang Islam adalah yang terkandung dalam ajarn-ajaran Islam. Dari kajian terhadap ajaran-ajaran Islam tersebut, para ahli menentukan tujuan pendidikan dalam Islam.
Dari beberapa rumusan tujuan pendidikan yang diajukan para ahli, Abuddin Nata mencatat ada lima ciri tujuan pendidikan Islam tersebut, yaitu:
a.         Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas, memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Allah.
b.         Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
c.         Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak menyalah gunakan fungsi kekhalifahannya.
d.        Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya. Sehinga ia memiliki ilmu, akhlak da keterampilan yang semua ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
e.         Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[12]

Jadi usaha dalam pendidikan Islam diarahkan pada status keberadaan manusia sebagai utusan, pengganti atau dikenal dengan khlifah Allah di muka bumi. Firman Allah Swt:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ÇÌÉÈ
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat. Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…(Q.S al- Baqarah: 30)

Pengertian Khalifah dibahas lebih dalam oleh Quraish Shihab, Khalifah seringkali diartikan dengan pengganti. Sebagai pengganti, berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikannya baik bersama yang digantikan maupun sesudahnya.[13]
Ini berarti pada hakikatnya manusia memiliki sifat ketuhanan dan mampu berkomunikasi dengan Allah sebagai modal yang dibekalkan oleh yang memberikan otoritas (Allah) kepada manusia yang ditunjuk sebagai khalifah. Alla juga memliki nama-nama yang baik, da tentu pula nama-nama itu bisa pula dimiliki oleh manusia dalam kadar tertentu untuk kemudian direalisasikan sesuai dengan kadar kemanusiannya. Misalnya Allah memiliki nama pengasih, penyayang, pencipta dan sebagainya maka manusia diharapkan untuk mewujudkan nama-nama tersebt dalam kehidupanya.
Jika apapun diciptakan oleh Allah  ada  gunanya, maka secara tidak langsung manusia sebagai pengganti Allah perlu memperhatikan asas kemanfaat  dalam karya-karyanya, kreasi-kreasi dan produk kreatifnya. Dengan demikian jelaslah bahwa kreativitas adalah salah satu potensi yang dianugrahkan Allah kepada wakilnya, manusia di bumi dengan potensi kreatif ini manusia berusaha memakmurkan kehidupan di muka bumi.
Seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Peribadatan apapun bentuknya haruslah didasari oleh keimanan Kepada Allah dan alam gaib yang membuahkan amal berdasarkan kepada ilmu dan keyakinan jiwa sehingga bersifat aktif,   dinamis dan rasional.[14]
Dalam kaitannya dengan kreativitas yang digerakkan oleh imajinasi, rasa yang berbasis di hati, maka hanya dengan dibantu oleh imajinasilah sseorang bisa mengimani adanya Allah. Tidak seorangpun dapat mencintai Allah dan tak seorang pun dapat mencapai kehadiran Allah tanpa dibantu imajinasi, keyakinan dibentuk oleh imajinasi.[15]
Berfikir imajinatif dan intuitif atau kreatif dapat pula menghantarkan manusia memahami konsep kenabian secara lebih tepat dan bermakna. Nabi adalah manusia biasa seperti manusia pada mumnya, tetapi Nabi adalah manusia yang istimewa. Karena keistimewaannya, Nabi dianggap sebagi manusia super imajinatif, intuitif, kreatif di samping ia juga manusia yang logis dan rasionalis. Potensi ini juga dimiliki oleh manusia lain hanya saja ada yang banyak dan ada yang sedikit dan tidak akan pernah melebihi kapasitas Nabi.
4. Hubungan Strategi Pembelajaran dengan Kreativitas
Di antara hal-hal yang mempengaruhi kreativitas belajar adalah sebagai berikut:
a.         Kemampuan kognitif. Yaitu kemampuan untuk berkreasi sendiri dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
b.         Sikap yang terbuka. Orang kreatif mmpersiapkan dirinya untuk menerima stimuli dari dalam dan luar.
c.         Sifat yang bebas, otonom, dan percaya diri sendiri. Orang kreatif tidak senang digiring-giring, menampilkan diri semampunya dan semaunya, ia tidak terlalu terikat dengan konvensi-konvensi sosial.
Selain faktor yang mempengaruhi kreativitas dalam belajar juga ada faktor penghambat dalam pengembangan kreativtas belajar peserta didik, diantaranya:
a.       Para pendidik masih banyak yang belum memahami arti kreativitas dan bagaimana strategi pengembangannya di lingkungan sekolah.
b.      Keadaan dan suasana sekolah cenderung kurang kondusif untuk berkembangnya kreativitas.
c.       Tuntutan dan pengembangan kreaivitas dengan sistem penilaian yang berlaku masih dirasakan kurang relevan dengan perkembangan peserta didik.[16]

Sumber kendala dari pengembangan kreativitas tersebut adalah:
a.       Kendala historis. Adanya kurun waktu yang tidak menunjang bahkan menghambat pengembangan kreativitas perorangan maupun kelompok.
b.      Kendala biologis, kemampuan kreativitas mereka adalah ciri hereiter dan lingkungan sebagai faktor penentu utama.
c.       Kendala Psikologis. Di antara kendala-kendala yang paling utama mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologis terhadap prilakau kreatif. Kendala dapat dirumuskan sebagai faktor yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran, dalam hal ini menghambat prilaku kreatif.
d.      Kondisi sosiologis. Lingkungan mempunyai dampak terhadap ungkapan kreatif kita, setiap masyarakat memiliki nilai, norma, tradisi, kegiatan, minat, lingkungan sosial merupakan faktor utama untuk menentukan dalam menggunakan potensi kreatif dan untuk  mengungkapkan keunikan kita.[17]
Proses belajar mengajar merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Namun sebelum terwujudnya karya-karya sebagai hasil dari kreativias belajar peserta didik, perlu diperhatikan cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru. Karena kreativitas akan terwujud jika guru mengajar efektif dan efisien dan peserta didik belajar dengan sungguh-sungguh.kreativitas merupakan hal terpenting karena:
a.       Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.
b.      Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mndapat perhatian pendidikan formal.
c.       Bersibuk diri secara kreatif hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepda individu
d.      Kreativitas yag memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya
a.       Dari alasan tersebut terlihat jelas bahwa kreativitas sangatlah penting. Namun kreativitas tersebut tidak hanya penting bagi seorang peserta didik, akan tetapi bagi seorang guru kreativitas.[18]

Dari alasan tersebut terlihat jelas bahwa kreativitas itu sangatlah penting, namun kreativias tersebut tidak hanya untuk peserta didik, akan tetapi juga bagi seorang pendidik.Karena dengan kreatifnya seorang guru dalam mengajar dapat membawa peserta didik ke arah kemajuan. Di antara kreativitas guru sebagai berikut:
a.       Kreativitas dalam mengelola kelas
Keterampilan guru dalam mengelola kelas adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan konsentrasi peserta dalam menerima pelajaran. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar yaitu pengaturan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal ini saling terkait, karena keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan institusional sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas. Karena kelas yang baik dapat menghasilkan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan tial keberhasilan pengajaran.[19]
Untuk dapat menciptakan suasana yang dapat menghidupkan suasana belajar, meningkatkan prestasi belajar peserta didik, dan lebih memungkinkan guru meberikan bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai, maksudnya adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi:
1)      Tujuan pengajaran, merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam mengajar. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar peserta didik di bawah bimbingan guru.
2)      Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia. Waktu yang tersedia dapat dirasakan lama dan menjadi sumber tekanan bagi anak, jika diisi dengan kegiatan yang kurang menggairahkan anak dalam belajar. Waktu yan
3)      Tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif.
4)      Pengaturan ruang dan perabot pelajaran di kelas. Agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar, perlu diperhatikan pengaturan ruangan belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudhkan guru untuk bergerak secara leluas dan membantu peserta didik dalam belajar.
5)      Pengelompokan peserta didik dalam belajar. Yang mana peserta didik melakukan
beragam kegiatan belajar.Kegiatan belajar peserta didik disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik itu sendiri. Ada peserta didik yang dapat belajar sendiri dan ada pula yang tdak. Agar kegiatan belajar yang diciptakan guru sesuai dengan kebutuhan cara belajar peserta didik, diperlukan pengelompokan peserta didik dalam belajar.[20]

b.      Kreatif dalam menggunakan metode
Dalam mengembangkan kreativitas peserta didik tidaklah mudah, seorang guru harus mengetahui cara-cara yang harus dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. Di antaranya adalah dengan menggunakan metode-metode dalam pengembangan kreativitas sebagai berikut:
1.      Pengembangan kreativitas tingkat pertama, lebih ditekankan pada aspek keterbukaan terhadap dan berbagai kemungkinan.  Metode yang digunakan pada tingkat pertama ini adalah:
a)    Pemanasan, bertujuan untuk mengarahkan individu yang berbakat terhadap keterbukaan untuk menerima berbagai ide dan kemungkinan yang ada.  Cara yang digunakan adalah dengan mengajukan pertannyaan yang dapat menimbulkan pikiran.
b)   Berfikir dan merasa secara terbuka, dilakukan setelah kegiatan pemanasan dan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang dapat menampung berbagai ide dan kemungkinan.
c)    Branistorming dan penilaian yang berbeda, tujuannya adalah untuk membiasakan individu terutama individu yang berbakat untuk lebih merasa peka dan tanggap terhadap  kejadian yang berlangsung di sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai  pendapat yang didasarkan sudut pandang yang berbeda. Kemudian diarahkan untuk membentuk pendapat baru.
2.      Metode pengembangan kreativitas adalah pada tingkat kedua, bertujuan untuk mengembangkan berbagai ide dalam menghadapi situasi yang kompleks yang melibatkan perasaan yang kompleks pula. Pengembangan kreativitas pada tingkat ini dapat dilakuan dengan metode:
a)   Analisa morphologis, bertujuan untuk memecahkan masalah berdasarkan bentuk dan struktur utama dari permasalahan tersebut. Analisis ini memberi peluang teradap munculnya kombinasi ide-ide dan elemen yang mejadi unsur utama dari bentuk dan struktur permasalahan.
3.      Penjelasan terhadap nilai-nilai yang diyakini, merupakan suatu usaha dalam mendorong kemampuan untuk berfikir dan merasa secara divergen. Metode pengembangan kreativitas pada tingkat ketiga. Pada fase  ini kemampuan berfikir dititik beratkan pada kemampuan berfikir secara kreatif dan kepekaan dalam memecahkan masalah secara mandiri. Metode yang digunakan adalah :
a)        Belajar secara mandiri adalah metode yang dapat mendorong pengembangan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.
b)        Enrichmen adalah pengayaan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan dalam mencari pemecahan masalah.
c)        Kreatif dalam strategi Pembelajaran.
        Strategi dalam kegiatan mengajar juga merupakan faktor pendukung  untuk keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar  sehari-hari dapat digunakan strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik, agar peserta didik tidak laku dan mengalami kemunduran. Di antaranya adalah:
a)      Penilaian terhadap hasil kerja peserta didik, bertujuan agar mereka merasa dihargai juga sebagai motivasi. Dalam pemberian penilaian guru hendaknya menghindari ucapan negatif yang dapat menurunkan semangat peserta didik.
b)      Hadiah terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa materi. Karena banyak penelitian menunjukkan bahwa jika anak terpusat untuk mendapat hadiah sebagai alasan untuk melakukan sesuatu, maka motivasi instrinsuk dan kreativitas mereka akan menurun.
c)      Pilihan, sedapat mungkin berilah anak kesempatan untuk memilih karena kreativitas tidak akan berkembang jika anak hanya melakukan sesuatu dengan satu cara.[21]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu cara agar anak dapat berkreasi dan mencari solusi dalam suatu permasalahan dengan tidak diberi ketentuan, tetapi diberikan suatu pilihanagar peserta didik dapat berkembang dan tidak takut untuk melakukan hal-hal yang baru, tanpa adanya rasa takut atau terkekang dengan pilihan yang diberikan oleh guru.


[1] James Drever, Kamus Psikologi, Terj.nanc/Simanjuntak (Jakarta: Bina Aksara, 1980), h.85
[2] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, terj. Med. Mertasari Tjandarasa (Jakarta: Erlangga, 1992) jilid II, cet ke-2, h.2-4
[3]  Utami  Munandar, Mengembangkat Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Para Guru dan  Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedi Widiasara Indonesia, 1992), h.47
[4]  Nursito,  Kiat Menggali Kreativitas, (Yogyakarta : PT Mitra Gama Widya, 1999),h.37
[5] Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas  Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),h. 25
[6]  Guilford, J.P, Traits of creativity, Dalam H.H Anderson (Ed), Creativity and its cultivation, (New York: Wiley, 1959),h.20
[7] Utami Munandar, S.C.., Creativity and Education. A Study of the Relationships between Measures of creative Thingking and a Number of Educational Variables in Indonesia Primary and Junior Secondary Schools, ( Jakarta: Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan, 1977), h. 34
[8]  Ibid, h.35
[9] Bob Samples, Revolusi Belajar Untuk Anak, Panduan belajar sambil Bermain untuk membuka Pikiran Anak-anak anda, (Bandung: Keifa, 1996),h.67
[10]  Nursito,op. Cit, h. 38-56
[11]. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet ke-7, h.136
[12]  Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), cet.ke-2,h.53-54
[13]  M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an,( Bandung : Mizan, 1994),h.157
[14] Yahya Jaya, Psikoterapi Agama Islam, (Padang: IAIN Imam Bonjol, 1999), h.15
[15] Ibid, h.36
[16]  A. Malik Fadjar, op.cit,h.318
[17] Utami Munandar, Pengembangan kreativitas  Anak Berbakat, Op.cit, h.219-220
[18] Utami Munandar,  op.cit, h.46
[19] Conny Semiawan,dkk,Pendekatan keterampilan Proses, bagaiman a Mengaktifkan Peserta didik  dalam Belajar, (Jakarta: PT Gramedia, 1990),h.63
[20] Ibid, h. 63-66
[21] Utami Munandar,Pengembangan Kreativitas  Anak Berbakat, op.cit, h.113-115

Tidak ada komentar: