. Kreativitas
Pembelajaran Agama Islam
1.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal
dari kata “ kreatif” yang berarti membuat suatu produk yang pada dasarnya baru,
konstruktif. Istilah kreatif dipakai juga untuk imajinasi, dimana suatu
kombinasi yang baru dari ide-ide atau gambaran-gambaran disusun atas inisiatif
sendiri, bisa juga berbentuk sintesa pikiran yang tidak hanya bersifat
penjumlahan.[1]
Kreativitas
disinonimkan dengan kemampuan berfikir berbeda, diwariskan, imajinasi dan
fantasi, sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, produk yang unik sampai
kepada pemahaman kreativitas sebagai suatu potensi yang melekat pada diri individu
untuk bisa dikembangkan dalam proses pendidikan. “Ada yang mengaitkannya
kreativitas dengan kemampuan akademik (inteluktual), dan ada yang mengaitkannya
dengan bakat dan motivasi”.[2]
Kreativitas
merupakan “kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi,
atau unsur-unsur yang ada”,[3]
Kreativitas juga dapat diartikan dengan “ daya untuk menciptakan sesuatu di
dalam angan-angan”,[4] dan “ kemampuan untuk
memberikan gagasan - gagasan baru yang diterapkan dalam pemecahan masalah atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya”.[5]
Kreativitas adalah
suatu kemampuan untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut
memecahkan ide aslinya atau menghasilkan suatu yang adaptis. Kreativitas juga
dapat diartikan sebagai “suatu kemampuan manusia yang dapat membantu kemampuan
yang lain, sehingga sebagai suatu keseluruhan dapat mengintegrasikan stimuli
luar dengan stimuli dalam hingga tercipta suatu kebulatan yang baru”.
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks,
yang pengajaran. menimbulkan berbagai perbedaan
pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli
merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap
kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi
kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan
kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi
Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
a) Definisi kreativitas dalam dimensi
Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari
individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities
that are characteristics of creative people”[6]
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya
dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari
keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi
kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
b) Kreativitas dalam dimensi Proses
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan
kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide
unik atau kreatif.
“Creativity
is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in
originality of thinking”[7]
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses
atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih
menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Wallas mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data
sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi
percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah
yang dialami. Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam
alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama
(berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar
(hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan
terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada
akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.Tahap Iluminasi; adalah
tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam
tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler
dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.Tahap
Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara
kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita
Dari dua pendapat ahli di atas memandang kreativitas sebagai sebuah
proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan
sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
c) Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas
yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri
berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif,
maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi
Simpson dalam Munandar, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya
sebagai berikut “The initiative that one manifests by his power to break away
from the usual sequence of thought”.[8]
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai
imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas
juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan
kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
d) Definisi Kreativitas dalam dimensi
Product
Definisi pada dimensi produk
merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa
yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah
elaborasi/penggabungan yang inovatif.
Definisi yang berfokus pada produk
kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron yang
menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan
sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele dalam Munandar, yang menyatakan
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang
mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya
membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah
ada sebelumnya.
Belajar kreatif telah menjadi
bagian penting dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini
kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan
hasil belajar. Inti kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang lebih baik
atau sesuatu yang baru. Produk
baru bersifat relatif. Baru bisa bermakna sebagai hasil menyempurnakan,
menambahkan, mengubah, mereposisi dari sesuatu yang ada sebelumnya sehingga
sesuatu berubah menjadi lebih baik atau tampil beda. Baru juga bisa berarti
tidak ada sebelumnya di dalam kelas atau di sekolah sendiri, di sini. Tidak
peduli bahwa sesuatu itu sebenarnya sudah pernah ada di tempat lain. Jika
kebaruan itu mencakup batas beberapa sekolah atau bahkan lebih dari itu, maka
nilai kreativitasnya meningkat.
Apabila guru menggunakan konsep tersebut sebagai dasar pengembangan
pembelajaran, maka masalah yang dihadapinya adalah bagaimana siswa dapat
berkegiatan dengan menggunakan cara yang berbeda dari sebelumnya. Memilih cara
melakukan sesuatu sehingga menghasilkan model berbeda dari yang sebelumnya.
Konsekuensi dari guru memerlukan data atau fakta mengenai proses
dan hasil belajar sebagai bahan perbandingan. Selanjutnya data digunakan
untuk menentukan indikator pembeda.
Proses
dan hasil belajar yang dijadikan bahan perbandingan pada prinsipnya dapat
berasal dari produk siswa yang sama, internal sekolah, maupun dari sekolah
lain, misalnya, dari sekolah yang mampu menghasilkan produk lebih unggul.
Membandingkan proses belajar dan hasil belajar dengan produk internal disebut benchmarking
internal, sedangkan membandingkan dengan proses dan hasil belajar dari luar
sekolah disebut benchmarking eksternal.
Kubie dalam Bob Samples “Revolusi Belajar Untuk Anak, Panduan Belajar Sambil Bermain untuk
Membuka Pikiran-pikiran Anak Anda” menjelaskan, bahwa “kreatif merupakan
indikator kesehatan mental yang tinggi. Orang yang kreatif adalah mereka yang
mempertahankan semenjak kanak-kanak untuk menerima apa yang mereka pahami dan
juga apa yang tidak mereka pahami”.[9]
Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan
sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas), dan
orientalis, dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengkolaborasikan
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat
disimpulkan pada dasarnya merupakan kemampuan atau potensi, dan keterampilan
yang ada pada seseorang yang dapat menghasilkan hal-hal baru melalui proses
pengembangan dan penggabungan dorongan yang ada dari dalam diri dengan dorongan
yang berasal dari luar. Atau penemuan sesuatu dengan cara mengolah hal-hal yang
sudah ada dalam wujud yang baru menjadi kenyataan.
Pada hakekatnya “kreatif berhubungan dengan
penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada.kreativitas tidak akan terwujud dengan
sendirinya tanpa ada yang menjembataninya. Begitu juga dengan kreativitas
belajar peserta didik, seorang peserta didik tidak akan bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa ada yang membimbing dan mengarahkannya. Salah satu
cara yang ditempuhnya adalah dengan belajar di sekolah, karena secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kreativitas memiliki kriteria di antaranya adalah:
a.
Dalam
respon-respon kreatif tercermin watak kebaruan dan original
b.
Dalam respon
kreatif terbukti secara efektif menggambarkan koherensi, kecocokan dengan
situasi-situasi rill yang dihadapi, terkadang dengan cepat mengalami perubahan.
c.
Dalam respon
kreatif tergambar suatu bentuk-bentuk realisasi yang bermanfaat dalam
memecahkan segenap persoalan dasar kehidupan manusia.
d.
Watak
menonjol dari respon-respon kreatif adalah bahwa respon-respon itu dilandasi
kesanggupan berpikir.
Untuk berfikir kreatif selain harus mewujudkan hal-hal yang baru dalam
kenyataan kreativitas juga harus memenuhi beberapa syarat diantaranya:
a.
Kreativitas
melibatkan respon atau gagasan baru.
b.
Memecahkan
masalah secara realisasi.
c.
Kreativitas
merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkan
sebaik mungkin.
Kreativitas dapat digali dengan cara:
1)
Melengkapi
gambar,merupakan salah satu cara untuk menggali kreativitas, dengan cara
melengkapi gambar untuk dijadikan sebuah rangkaian cerita yang belum
terselesaikan. Dalam pembelajaran Islam dapat dilakukan seperti pembelajaran
tata cara sholat dan sebagainya.
2)
Melalui
membaca, pada dasarnya berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan
kreativitas. Ketika itu mulai membaca dan menghadapi lebih banyak materi yang
tertuang dalam buku, majalah, surat kabar atau media yang lainnya. Saat itulah
hal diluar materi atau kesimpulan muncul, meskipun tidak ada hubungannya. Alam
fikiran kita sudah menjalar kesegala kondisi dan saat itu pula berbagai
pemikiran yang baru dan tidak ada dala
buku itu muncul. Berdasarkan pemikiran tersebut kreativitas akan timbul salah
satunya dengan membaca. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam mengejarkan semua
materi pembelajaran.
3)
Menceritakan
gambar, dalam rangkaian gambar tugas peserta didik adalah merangkai gambar
dalam rangkaian cerita yang berjalin dengan tema tertentu. Seperti dalam
pembelajaran agama dibuat urutan gambar seseorang yang memberikan sedekah
kepada fakir miskin, tapi dibuat tanpa penjelasan dan peserta didik
diperintahkan menceritakan gambar yang ia lihat.
4)
Pengembangan
fantasi korelatif, dalam pengembangan fantasi korelatif peserta didik disuruh
untuk mencari peraturan, hubungan antara satu benda dengan benda yang lain yang
keberadaannya saling melengkapi. Tujuan pengembangan fantasi korelatif ini agar
peserta didik terbiasa untuk melanjutkan atau menambah semaksimal mungkin
tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah pokok. Bila peserta didik
terlatih dalam hal ini, kemampuannya untuk menemukan unsur-unsur terkait dan
korelatif dalam banyak hal akan berkembang.
5)
Pengembangan
korelasi komplementer, dalam pengembangan ini peserta didik diminta untuk
menjodohkan atau menambahkan suatu kata di depan kata yang telah disediakan
sehingga terbentuk satu pasangan kata yang mengandung makna lain. Tujuannya
untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Dengan cara seperti ini peserta
didik akan terlatih untuk mencari dan akhirnya dia menemukan sesuatu yang dia
inginkan setelah kerja keras, sehingga peserta didik tidak cepat untuk
menyerah.
6)
Mengembalikan
bentuk asli puisi, mengembangkan daya kreasi dapat dilakukan dengan cara
membubuhkan kembali huruf kapital dan tanda baca pada puisi yang terlebih
dahulu ditulis tanpa huruf besar dan tanda baca.
7)
Mengembangkan
daya kreasi dengan menyadur puisi. Menyadur puisi adalah memprosakan sebuah
puisi dengan bebas. Dalam menyadur guru atau peserta didik dapat mengembangkan
sesuai dengan kemampuannya dan pemahamannya sehingga terbentuk prosa yang lebih
panjang dari bentuk puisi aslinya. Menyadur adalah memahami inti puisi terlebih
dahulu kemudian menguraikan permasalahan-permasalahan yang terkandung di
dalamnya atau diprosakan.
8)
Mengembangkan
kreativitas dengan memberi pertanda pertalian pada sebuah puisi dengan adanya
hubungan penanda tersebut antara larik yang satu dengan larik yang lainnya
terjalinlah suatu pengertian yang padu sehingga puisi terkesan memprosa dan
makna yang terkandung di dalam puisi lebih mudah dipahami.
9)
Menyusun
kata menjadi kalimat, adalah merangkai beberapa kata lepas dalam susunan kata
yang mengandung makna lengkap.
10)
Pengembangan
kreativitas dengan mengambil inti sari dari permasalahan, dalam kehidupan
sehari-hari kita sering dihadapkan dalam masalah yang diuraikan panjang lebar
dan terkesan mendalam. Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh inti permasalahan
tersebut hanya berkisar pada satu, dua, tiga hal saja.[10]
Banyak lagi cara
yang dapat dilakukan oleh guru dalam menggali potensi atau kreativitas pada
diri peserta didik. Proses ini tidak terbatas pada proses penggalian ilmu eksak saja tetapi alat diterapkan dalam
berbagai mata pelajaran. Belajar dengan kreativitas mempunyai hubungan yang
sangat erat. Dengan terjadinya proses belajar yang baik oleh peserta didik,
maka kreativitas akan dapat muncul dari dalam dirinya, dan akan terus
berkembang seiring perkembangan usianya.
2.
Peta Profil Kreativitas
Jeff DeGraff dan Khaterine mengelompokkan kreativitas pada kuadran
kiri dan kanan dalam diagram berikut:
Profil individu imajinif (imagine) memiliki kompetensi
dalam mengembangkan kreativitas bersumber dari daya imajinasinya. Sesungguhnya
setiap individu memiliki kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu
mewujudkan hayalannya dalam ide dan karya yang unik. Ujung dari hayalnya adalah
berkarya.
Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata
artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru,
memecahkan masalah dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika
didukung dengan kultur lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan,
melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru,
bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.
Profil individu penanam modal (invest) menunjukkan daya
kompetisi yang kuat, memiliki kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan
keunggulan. Tipe pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung
resiko. Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum
kopetitor dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya
fokus pada kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi
yang kuat untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan
kemampuan merespon dengan cepat tiap perubahan.
Berbagai bentuk penemuan baru dalam bidang teknologi lahir dari tipe
orang yang memiliki karakter seperti ini, kemauannya kuat dan tidak pernah puas
dengan hasil kerja yang diraihnya.
Profil individu pembaharu (improve) ditandai dengan
karakter yang kreativitasnya yang tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu
yang ada, memodifikasi, dan menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi
baru atau lebih baik, hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil
individu pembaharu, seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak
pernah kehabisan ide, pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal.
Keunggulannya bemodalkan keunggulan berpikir yang sistematik,
berhati-hati, dan selalu memperbaharui idenya dengan cepat serta dapat
menapilkannya sebagai ide dan karya nyata. Orang seperti ini akan bekembang
optimal jika tumbuh pada kultur yang berorientasi pada masa depan, fokus pada
rencana, mengkreasi sistem dan proses, Lebih dari itu, konsisten terhadap
standar dan peraturan yang dijadikan dasar pijakan.
Karakter seperti ini mendukung proses kerjanya berdisiplin tinggi,
menjujung tingkat kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Lebih dari itu,
kepatuhannya pada standar terhindar dari kesalahan. Profil pengeram (incubate)
adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide inovatif dalam dirinya
sebelum gagasan direalisasikan. Profil memiliki karakter bekerja dengan
penuh keyakinan dan sepenuh hati. Jika ia seorang pembisnis maka keyakinan
terhadap pekerjaannya lebih daripada bisnis itu sendiri. Ia menghayati
kedalamannya. Ia meyakini dengan dilandasi dengan nilai-nilai hidup yang
menjadi dasar hidupnya. Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam
kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya.
Profil penggagas memiliki komitmen yang kuat terhadap komunitasnya,
fokus membangun kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan
dan efektif berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak
pernah berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam
membangun dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan, memahami
baik situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus menunggu
keputusan yang terlalu lama.
Profil penggagas ini tumbuh dalam interaksi kelompok, menyadari
pentingnya meningkatkan kekuatan individu melalui kelompok, menghargai sumber
daya manusia, melakukan pelatihan, dan meningkatkan efektivitas fungsi
organisasi. Dengan demikian setiap tahap kegiatannya teroganisasi dengan baik.
Dari uraian di atas, seperti dijelaskan Jeff DeGraff dan Khaterine
dapat dikembangkan ihtisar ringkas profil kreativitas individu sebagai berikut:
a.
Imajinatif
(imagine) mementingkan pencapain tujuan inovasi dan pertumbuhan.
Karakter : generalis, senang bereksplorasi, menyukai perubahan, dan menyukai
keragaman.
b.
Penanam
Modal (Invest) mementingkan kecepatan dan keuntungan. Karakter :
berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan menyukai
tantangan.
c.
Pembaharu (improve)
mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter sistematik, menyukai
teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.
d.
Penggagas (Incubate)
mementingkan peran minat dan kelapangan ide-ide. Karakter: menyukai curah
ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi, bersifat komunikatif dan menyukai
belajar.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk
menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang
memberikan definisi saling melengkapi. Dari beberapa uraian mengenai definisi
kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :“Kreativitas
adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif
(bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
3.
Perlunya kreativitas dalam pendidikan Islam
Ada beberapa jenis
lembaga pendidikan Islam di antaranya
lingkungan keluarga,masyaraka, mesjid, pesantren dan yang formal khususnya
adalah sekolah da madrasah.
Kreativitas
berkaitan dengan tujuan pendidikan, yang mana tujuan umumnya biasanya
berhubungan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun
tujuan tersebut.[11] Penyusunan yang dimaksud adalah pemerintah, lembaga atau orang-orang yang terkait dengan
kebijakan tentang pendidikan. Pandaga hidup orang Islam adalah yang terkandung
dalam ajarn-ajaran Islam. Dari kajian terhadap ajaran-ajaran Islam tersebut,
para ahli menentukan tujuan pendidikan dalam Islam.
Dari beberapa
rumusan tujuan pendidikan yang diajukan para ahli, Abuddin Nata mencatat ada lima
ciri tujuan pendidikan Islam tersebut, yaitu:
a.
Mengarahkan
manusia agar menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu
melaksanakan tugas-tugas, memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak
Allah.
b.
Mengarahkan
manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam
rangka ibadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
c.
Mengarahkan
manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak
menyalah gunakan fungsi kekhalifahannya.
d.
Membina dan
mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya. Sehinga ia memiliki ilmu, akhlak da keterampilan yang semua ini dapat digunakan untuk
mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
e.
Mengarahkan
manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[12]
Jadi usaha dalam
pendidikan Islam diarahkan
pada status keberadaan manusia sebagai utusan, pengganti atau dikenal dengan
khlifah Allah di muka bumi. Firman Allah Swt:
øÎ)ur
tA$s%
/u
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
ÎoTÎ)
×@Ïã%y`
Îû
ÇÚöF{$#
ZpxÿÎ=yz
… ÇÌÉÈ
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat. Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…(Q.S al- Baqarah: 30)
Pengertian Khalifah
dibahas lebih dalam oleh Quraish Shihab, Khalifah seringkali diartikan
dengan pengganti. Sebagai pengganti, berarti melaksanakan sesuatu atas nama
yang digantikannya baik bersama yang digantikan maupun sesudahnya.[13]
Ini berarti pada hakikatnya
manusia memiliki sifat ketuhanan dan mampu berkomunikasi dengan Allah sebagai
modal yang dibekalkan oleh yang memberikan otoritas (Allah) kepada manusia yang
ditunjuk sebagai khalifah. Alla juga memliki nama-nama yang baik, da tentu pula
nama-nama itu bisa pula dimiliki oleh manusia dalam kadar tertentu untuk
kemudian direalisasikan sesuai dengan kadar kemanusiannya. Misalnya Allah
memiliki nama pengasih, penyayang, pencipta dan sebagainya maka manusia
diharapkan untuk mewujudkan nama-nama tersebt dalam kehidupanya.
Jika apapun diciptakan
oleh Allah ada gunanya, maka secara tidak langsung manusia
sebagai pengganti Allah perlu memperhatikan asas kemanfaat dalam karya-karyanya, kreasi-kreasi dan
produk kreatifnya. Dengan demikian jelaslah bahwa kreativitas adalah salah satu
potensi yang dianugrahkan Allah kepada wakilnya, manusia di bumi dengan potensi
kreatif ini manusia berusaha memakmurkan kehidupan di muka bumi.
Seluruh pelaksanaan
tugas kekhalifahan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Peribadatan apapun
bentuknya haruslah didasari oleh keimanan Kepada Allah dan alam gaib yang
membuahkan amal berdasarkan kepada ilmu dan keyakinan jiwa sehingga bersifat
aktif, dinamis dan rasional.[14]
Dalam kaitannya
dengan kreativitas yang digerakkan oleh imajinasi, rasa yang berbasis di hati,
maka hanya dengan dibantu oleh imajinasilah sseorang bisa mengimani adanya
Allah. Tidak seorangpun dapat mencintai Allah dan tak seorang pun dapat
mencapai kehadiran Allah tanpa dibantu imajinasi, keyakinan dibentuk oleh
imajinasi.[15]
Berfikir imajinatif
dan intuitif atau kreatif dapat pula menghantarkan manusia memahami konsep
kenabian secara lebih tepat dan bermakna. Nabi adalah manusia biasa seperti
manusia pada mumnya, tetapi Nabi adalah manusia yang istimewa. Karena
keistimewaannya, Nabi dianggap sebagi manusia super imajinatif, intuitif,
kreatif di samping ia juga manusia yang logis dan rasionalis. Potensi ini juga
dimiliki oleh manusia lain hanya saja ada yang banyak dan ada yang sedikit dan
tidak akan pernah melebihi kapasitas Nabi.
4. Hubungan
Strategi Pembelajaran dengan Kreativitas
Di antara hal-hal yang mempengaruhi
kreativitas belajar adalah sebagai berikut:
a.
Kemampuan
kognitif. Yaitu kemampuan untuk berkreasi
sendiri dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
b.
Sikap yang
terbuka. Orang kreatif mmpersiapkan dirinya untuk menerima stimuli dari dalam
dan luar.
c.
Sifat yang
bebas, otonom, dan percaya diri sendiri. Orang kreatif tidak senang
digiring-giring, menampilkan diri semampunya dan semaunya, ia tidak terlalu terikat dengan
konvensi-konvensi sosial.
Selain faktor yang
mempengaruhi kreativitas dalam belajar juga ada faktor penghambat dalam
pengembangan kreativtas belajar peserta didik, diantaranya:
a. Para pendidik masih banyak yang belum memahami arti kreativitas dan bagaimana strategi pengembangannya di
lingkungan sekolah.
b. Keadaan dan suasana sekolah cenderung kurang kondusif untuk berkembangnya kreativitas.
c. Tuntutan dan pengembangan kreaivitas dengan sistem penilaian yang berlaku masih dirasakan kurang relevan dengan
perkembangan peserta didik.[16]
Sumber kendala dari
pengembangan kreativitas tersebut adalah:
a.
Kendala
historis. Adanya kurun waktu yang tidak menunjang bahkan menghambat
pengembangan kreativitas perorangan maupun kelompok.
b.
Kendala
biologis, kemampuan kreativitas mereka adalah ciri hereiter dan lingkungan
sebagai faktor penentu utama.
c.
Kendala
Psikologis. Di antara kendala-kendala yang paling utama mendapat perhatian
pendidik adalah kendala psikologis terhadap prilakau kreatif. Kendala dapat
dirumuskan sebagai faktor yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian
sasaran, dalam hal ini menghambat prilaku kreatif.
d.
Kondisi
sosiologis. Lingkungan mempunyai dampak terhadap ungkapan kreatif kita, setiap
masyarakat memiliki nilai, norma, tradisi, kegiatan, minat, lingkungan sosial
merupakan faktor utama untuk menentukan dalam menggunakan potensi kreatif dan
untuk mengungkapkan keunikan kita.[17]
Proses belajar mengajar merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Namun sebelum
terwujudnya karya-karya sebagai hasil dari kreativias belajar peserta didik,
perlu diperhatikan cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru. Karena kreativitas akan terwujud
jika guru mengajar efektif dan efisien dan peserta didik belajar dengan
sungguh-sungguh.kreativitas merupakan hal terpenting karena:
a. Dengan
berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah
satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.
b. Kreativitas
atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran
yang sampai saat ini masih kurang mndapat perhatian pendidikan formal.
c. Bersibuk
diri secara kreatif hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepda
individu
d. Kreativitas
yag memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya
a. Dari
alasan tersebut terlihat jelas bahwa kreativitas sangatlah penting. Namun
kreativitas tersebut tidak hanya penting bagi seorang peserta didik, akan tetapi
bagi seorang guru kreativitas.[18]
Dari alasan tersebut terlihat
jelas bahwa kreativitas itu sangatlah penting, namun kreativias tersebut tidak
hanya untuk peserta didik, akan tetapi juga bagi seorang pendidik.Karena dengan
kreatifnya seorang guru dalam mengajar dapat membawa peserta didik ke arah
kemajuan. Di antara kreativitas guru sebagai berikut:
a. Kreativitas dalam mengelola kelas
Keterampilan guru
dalam mengelola kelas adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kreativitas dan konsentrasi peserta dalam menerima pelajaran. Tugas utama
seorang guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi
belajar mengajar yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas.
Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil atau tidaknya
suatu proses belajar mengajar yaitu pengaturan kelas dan pengajaran itu
sendiri. Kedua hal ini saling terkait, karena keberhasilan pengajaran dalam
arti tercapainya tujuan institusional sangat tergantung pada kemampuan mengatur
kelas. Karena kelas yang baik dapat menghasilkan situasi yang memungkinkan anak
belajar sehingga merupakan tial keberhasilan pengajaran.[19]
Untuk dapat
menciptakan suasana yang dapat menghidupkan suasana belajar, meningkatkan
prestasi belajar peserta didik, dan lebih memungkinkan guru meberikan bimbingan
dan bantuan terhadap peserta didik dalam belajar, diperlukan pengorganisasian
kelas yang memadai, maksudnya adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan
dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi:
1) Tujuan pengajaran, merupakan pangkal tolak keberhasilan
dalam mengajar. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah menyusun rencana dan
melaksanakan kegiatan belajar peserta didik di bawah bimbingan guru.
2) Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia. Waktu yang
tersedia dapat dirasakan lama dan menjadi sumber tekanan bagi anak, jika diisi
dengan kegiatan yang kurang menggairahkan anak dalam belajar. Waktu yan
3) Tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif.
4) Pengaturan ruang dan perabot pelajaran di kelas. Agar
tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar, perlu diperhatikan
pengaturan ruangan belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan
memudhkan guru untuk bergerak secara leluas dan membantu peserta didik dalam belajar.
5) Pengelompokan peserta didik dalam belajar. Yang mana
peserta didik melakukan
beragam kegiatan
belajar.Kegiatan belajar peserta didik disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
peserta didik itu sendiri. Ada peserta didik yang dapat belajar sendiri dan ada
pula yang tdak. Agar kegiatan belajar yang diciptakan guru sesuai dengan
kebutuhan cara belajar peserta didik, diperlukan pengelompokan peserta didik
dalam belajar.[20]
b. Kreatif dalam menggunakan metode
Dalam mengembangkan
kreativitas peserta didik tidaklah mudah, seorang guru harus mengetahui
cara-cara yang harus dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. Di antaranya
adalah dengan menggunakan metode-metode dalam pengembangan kreativitas sebagai
berikut:
1. Pengembangan kreativitas tingkat pertama, lebih ditekankan pada aspek keterbukaan terhadap dan berbagai
kemungkinan. Metode yang digunakan pada
tingkat pertama ini adalah:
a)
Pemanasan, bertujuan untuk mengarahkan individu yang berbakat terhadap
keterbukaan untuk menerima berbagai ide dan kemungkinan yang ada. Cara yang digunakan adalah dengan mengajukan
pertannyaan yang dapat menimbulkan pikiran.
b)
Berfikir dan merasa secara terbuka, dilakukan setelah kegiatan pemanasan
dan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang dapat menampung berbagai
ide dan kemungkinan.
c)
Branistorming dan penilaian yang berbeda, tujuannya adalah untuk
membiasakan individu terutama individu yang berbakat untuk lebih merasa peka
dan tanggap terhadap kejadian yang
berlangsung di sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
berbagai pendapat yang didasarkan sudut
pandang yang berbeda. Kemudian diarahkan untuk membentuk pendapat baru.
2. Metode pengembangan kreativitas adalah pada tingkat
kedua, bertujuan untuk mengembangkan berbagai ide dalam menghadapi situasi yang
kompleks yang melibatkan perasaan yang kompleks pula. Pengembangan kreativitas
pada tingkat ini dapat dilakuan dengan metode:
a)
Analisa morphologis, bertujuan untuk memecahkan masalah berdasarkan bentuk
dan struktur utama dari permasalahan tersebut. Analisis ini memberi peluang
teradap munculnya kombinasi ide-ide dan elemen yang mejadi unsur utama dari
bentuk dan struktur permasalahan.
3.
Penjelasan terhadap nilai-nilai yang diyakini, merupakan suatu usaha dalam mendorong kemampuan untuk
berfikir dan merasa secara divergen. Metode pengembangan kreativitas pada
tingkat ketiga. Pada fase ini kemampuan
berfikir
dititik beratkan pada kemampuan berfikir secara kreatif dan kepekaan dalam
memecahkan masalah secara mandiri. Metode yang digunakan adalah :
a)
Belajar secara mandiri adalah metode yang dapat mendorong pengembangan
kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.
b)
Enrichmen adalah pengayaan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
dalam mencari pemecahan masalah.
c)
Kreatif dalam strategi Pembelajaran.
Strategi dalam kegiatan mengajar juga merupakan faktor pendukung untuk keberhasilan pembelajaran. Dalam
kegiatan belajar sehari-hari dapat
digunakan strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik,
agar peserta didik tidak laku dan mengalami kemunduran. Di antaranya adalah:
a)
Penilaian
terhadap hasil kerja peserta didik, bertujuan agar mereka merasa dihargai juga
sebagai motivasi. Dalam pemberian penilaian guru hendaknya menghindari ucapan negatif yang dapat menurunkan semangat peserta didik.
b)
Hadiah
terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah yang tidak berupa materi. Karena
banyak penelitian menunjukkan bahwa jika anak terpusat untuk mendapat hadiah
sebagai alasan untuk melakukan sesuatu, maka motivasi instrinsuk dan
kreativitas mereka akan menurun.
c)
Pilihan,
sedapat mungkin berilah anak kesempatan untuk memilih karena kreativitas tidak
akan berkembang jika anak hanya melakukan sesuatu dengan satu cara.[21]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu cara agar anak dapat
berkreasi dan mencari solusi dalam suatu permasalahan dengan tidak diberi
ketentuan, tetapi diberikan suatu pilihanagar peserta didik dapat berkembang
dan tidak takut untuk melakukan hal-hal yang baru, tanpa adanya rasa takut atau
terkekang dengan pilihan yang diberikan oleh guru.
[2] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, terj. Med.
Mertasari Tjandarasa (Jakarta: Erlangga, 1992) jilid II, cet ke-2, h.2-4
[3] Utami
Munandar, Mengembangkat Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedi
Widiasara Indonesia, 1992), h.47
[6] Guilford, J.P, Traits of
creativity, Dalam H.H Anderson (Ed), Creativity and its cultivation, (New
York: Wiley, 1959),h.20
[7] Utami Munandar, S.C.., Creativity and Education. A Study of the
Relationships between Measures of creative Thingking and a Number of
Educational Variables in Indonesia Primary and Junior Secondary Schools, (
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1977), h. 34
[8] Ibid, h.35
[9] Bob Samples, Revolusi Belajar Untuk Anak, Panduan belajar sambil
Bermain untuk membuka Pikiran Anak-anak anda, (Bandung: Keifa, 1996),h.67
[11]. Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet ke-7, h.136
[19] Conny Semiawan,dkk,Pendekatan keterampilan Proses, bagaiman a
Mengaktifkan Peserta didik dalam Belajar,
(Jakarta: PT Gramedia, 1990),h.63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar