Cari Blog Ini

Kamis, 03 Mei 2018

Pembelajaran Kooperatif


. Pembelajaran Kooperatif
1.                      Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan berbagai macam strategi. Strategi pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, ada yang menggunakan strategi pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda setiap penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika mampu menunjukkan persentasi yang disyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok mempunyai ketergantungan positif, ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok.[1]
Menurut Cuseo yang dikutip oleh Muhammad Arif Ismail bahwa pembelajaran kooperatif didefenisikan sebagai proses pembelajaran learner-centered di mana sekumpulan kecil terdiri dari tiga hingga lima orang pelajar saling bergantungan tentang tugas yang telah diarahkan, setiap pelajar bertanggung jawab untuk prestasi mereka sendiri dan guru bertindak sebagai permudah cara dalam proses pembelajaran kelompok.
Menurut Johnson dan Johnson dan Halubec yang dikutip oleh Muhammad Arif Ismail pembelajaran kooperatif adalah teknik yang menggunakan kumpulan kecil agar para pelajar kerja bersama untuk memaksimumkan pembelajaran mereka. Dalam kumpulan ini pelajar berbincang bahan yang dipelajari sesama mereka, membantu antara satu sama lain.[2]

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi guruan di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya dalam mempelajari satu pokok bahasan. Dalam pembelajaran kooperatif semua anggota kelompok dituntut untuk memberikan pendapat, ide dan pemecahan masalah sehingga dapat tercapai tujuan belajar dengan adanya kerja sama antara anggota kelompok.
Kelompok merupakan konsep yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dari dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya sehingga mereka memiliki dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran kelompok untuk mencapai tujuan bersama pula.[3]
Pada hakekatnya strategi pembelajaran kelompok adalah untuk mendesak pelajar, melibatkan diri dan menjadikan mereka berfikir secara bebas, mengadakan motivasi dan memberikan peluang kepada pelajar untuk menerangkan atau mengulang suatu pokok bahasan dalam berkomunikasi dengan temannya, serta menghapus persaingan di dalam kelas. Dalam pembelajaran kooperatif lebih ditekankan kepada perkembangan kerja anggota kelompok maka guru membantu proses kerja kelompok dan memberi perhatian kepada kecerdasan sosial di kalangan pelajar.[4]
Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama yaitu:
a.               Komponen tugas kooperatif (Cooperative task)
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.
b.              Komponen struktur insentive kooperatif (Cooperative intencive structure)
Komponen struktur insentiv kooperatifmerupakan suatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentiv dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran dari kooperatif karena melalui struktur insentiv setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain serta menguasai materi pelajaran sehingga mencapai tujuan kelompok.[5]

Dari dua komponen di atas dapat dipahami dengan tugas kooperatif, siswa sadar akan tangung jawabnya, baik tanggung jawab terhadap dirinya maupun terhadap sesama anggotanya. Sehingga antara anggota yang satu dengan yang lainnya saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.
Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala:
a.       Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam belajar.
b.      Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
c.       Jika guru ingin menanamkan bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya dan belajar dari bantuan orang lain,
d.      Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
e.       Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
f.       Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahannya.[6]

Sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan guru enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.
Isjoni mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :
a).    Saling ketergantungan positif
b).    Tanggung jawab perseorangan
c).    Tatap muka
d).   Komunikasi antar anggota
e).    Evaluasi proses kelompok.[7]
a.       Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk mencapai kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena toh mereka enggan memberikan sumbangan. Malahan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
b.      Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode pembelajaran kooperatif adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c.       Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
d.      Komunikasi antar anggota
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e.       Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam tergantung pada tingkat pendidikan siswa.
     Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan antara lain :
1)    Mencari Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
2)    Bertukar Pasangan
3)    Berpikir – Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman (Think – Pair – Share) dan Spencer Kagan Think – Pair – Square).
4)    Berkirim Salam dan Soal
5)    Kepala Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
6)    Kepala Bernomor Terstruktur
7)    Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
8)    Keliling Kelas
9)    Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
10)    Tari Bambu
11)    Jigsaw, dikembangkan oleh Aronsol et al.[8]
f.        Bercerita Berpasangan
Menurut Robert Slavin dalam pembelajaran kooperatif diperlukan keputusan dari guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a).  Menentukan topik yang akan digunakan dalam kerja kelompok.
b).    Membuat keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok.
c).    Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
d).   Memantau kerja siswa dalam kelompok.
e).    Memberikan saran penyelesaian masalah yang cocok.
f).     Evaluasi serta memberikan saran-saran. [9]
            Dalam metode pembelajaran kooperatif siswa juga bisa belajar dari sesama teman. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja, ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Tentu saja, keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
a).    Ukuran ruang kelas
b).    Jumlah siswa
c).    Tingkat kedewasaan siswa
d).   Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
e).    Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
f).     Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong
g).    Pengalaman siswa dalam melaksanakan pembelajaran gotong royong.[10]
Seperti telah diungkapkan, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sama dengan model pembelajaran kooperatif. Pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif yaitu pengelompokkan, semangat kooperatif, dan penetaan ruang kelas.
Dari ungkapan di atas jelas bahwa guru lebih ditekankan untuk memotivasi siswa tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainya. Bagi siswa yang kurang tanggap, maka siswa yang cepat tanggap termotivasi untuk membantu.
2.                      Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.               Adanya peserta dalam kelompok
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran setiap kelompok belajar.
b.              Adanya aturan kelompok
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun peserta sebagai anggota kelompok misalnya aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat, pelaksanaannya dan lain-lain.[11]

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi peserta yaitu:
1)      Keluarkan pendapat dengan bebas dengan ketentuan bahwa setiap pendapat atau buah pikiran harus dihargai
2)      Dengarkan baik-baik apa yang diucapkan orang lain
3)      Duduk saja sambil bicara, tak perlu berdiri
4)      Jangan borong seluruh pembicaraan
5)      Buat catatan singkat tentang pokok-pokok yang penting
6)      Berbicaralah sewaktu timbul pikiran
7)      Berbicara dengan jelas supaya dipahami orang lain
8)      Berikan alasan-alasan
9)      Peliharalah sikap ramah.[12]

Dalam     pembelajaran    kooperatif    setiap     siswa     harus memperhatikan    aturan-aturan    dalam    kelompok,    tidak    hanya mengemukakan argumen atau ide-ide satu individu saja. Masing-masing individu bebas mengemukakan argumen atau ide-idenya.
c.               Adanya upaya belajar
Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun rneningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok sehingga antara peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan.
d.             Adanya tujuan yang harus dicapai
Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.[13] Merencanakan kegiatan siswa belajar berarti menentukan tujuan belajar siswa yang harus dipersiapkan sebelum terjadinya aktivitas belajar mengajar. Pelaksanaan pelajaran artinya melakukan rencana dalam bentukan tindakan nyata dalam membantu siswa belajar. Mengevaluasi pelajaran artinya melakukan penilaian terhadap proses belajar dan hasil belajar yang dicapainya.
Di samping siswa berperan sebagai guru untuk temannya atau untuk dirinya sendiri, beberapa siswa mampu menjadi pemimpin yang menawarkan peran aktif dan pembimbing yang dipercaya oleh teman yang sekelasnya.[14]
Adanya tujuan yang jelas dapat membuat siswa ke arah mana mereka   akan   melangkah,   target   apa   yang   ingin   dicapai.   Dengan pemahaman  terhadap tujuan  maka  dapat menumbuhkan  minat  dan motivasi siswa untuk belajar. Perencanaan yang matang akan terlaksana dengan baik dan akan mencapai hasil yang diharapkan.


3.                      Karakteristik dan Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif
a.               Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain, perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran saja, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut, adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas pembelajaran kooperatif. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :
1)             Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri
untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama.
2)             Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3)             Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
4)             Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
           Strategi pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri
               Cooperatif Learning mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam guruan yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Slavin (1984) mengatakan bahwa Cooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Cooperatif Learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model Cooperatif Learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif “ sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubunganhubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota
           Menurut Slavin, Abrani dan Chambers yang dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif diantaranya sebagai berikut:
1)             Perspektif motivasi
Artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok.
2)             Perspektif sosial
Artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan, bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok merupakan iklim yang bagus di mana setiap anggota kelompok menginginkan semua memperoleh keberhasilan.
3)             Perspektif perkembangan kognitif
Artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi.
4)             Perspektif elaborasi kognitif
Artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.[15]

      Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada empat strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :[16]
1)             Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
2)             Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3)             Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya
4)             Menetapkan norma – norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik guna penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara menyeluruh. d).
      Ruang lingkup strategi pembelajaran Pembahasan tentang strategi pembelajaran akan berkisar pada uraian tentang komponen dan pendekatan dalam pembelajaran. Komponen – komponen strategi pembelajaran meliputi tujuan, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media dan sumber dan evaluasi. Sedangkan pendekatan dalam proses pembelajaran yang akan dibahas dalam uraian ini mencakup pendekatan yang berpusat pada guru, pendekatan yang berpusat pada peserta didik, pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan. Dengan demikian, pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan komponen – komponen dan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Masing – masing komponen pengembangan dan pendekatan akan dibahas secukupnya pada uraian berikut:

a.               Komponen pembelajaran
1)             Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan kondisi yang ingin dicapai, diwujudkan pada diri peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan tujuan pembelajaran dari standar kompetensi yang tertuang di dalam kurikulum. Standar kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam kompetensi dasar dan indikator pencapaian. Standar kompetensi merupakan tuntutan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi dasar merupakan kemampuan yang mesti dikuasai pesera didik setelah mengikuti satu pokok bahasan tertentu, sedangkan indikator kompetensi adalah karakteristik, cirri – ciri, tanda – tanda perilaku yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan starting point yang menentukan pemilihan dan pengembangan komponen
2)             Komponen pembelajaran seperti tujuan, bahan atau materi pengajaran, metode dan alat, penilaian (Evaluasi).[17]. Tujuan pembelajaran mesti dirumuskan secara jelas, operasional, dan terukur agar memudahkan guru dalam perumusan komponen – komponen pembelajaran tersebut.
                 Dari kutipan di atas jelas bahwa dengan strategi pembelajaran kooperatif ini hubungan antar sesama siswa semakin erat, saling membutuhkan satu sama lain. Dengan adanya bantuan dari sesamanya mereka akan berpacu untuk keberhasilan, tidak hanya keberhasilan individu keberhasilan kelompok akan mereka perjuangkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan memperjuangkan kelompoknya, sehingga anggota kelompok akan termotivasi mencari informasi untuk menambah pengetahuannya dan mengakibatkan hasil belajar meningkat.
Dengan demikian karakteristik strategi pembelajaran kooperatif yaitu:
1)             Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
Setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok.
Strategi pembelajaran dengan membentuk tim atau kumpulan dari beberapa orang siswa untuk peduli dengan yang lain, tidak hanya mementingkan diri sendiri melainkan berbagi dengan yang lainnya. Hal yang demikian menuntut akan keaktifan masing-masing anggota kelompok.
2)             Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana umumnya manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan. Dalam pembelajaran kooperatif fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya dan apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan lain-lain. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antara setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi pengawasan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
Dapat dipahami dalam pembelajaran kooperatif harus diperhatikan manajemennya dari awal terjadinya proses belajar, bagaimana persiapan sebelum belajar, langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan belajar. Dalam pelaksanaan tersebut setiap individu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
3)      Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya yang pintar membantu yang kurang pintar.
Dalam pelaksanaannya di samping tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan tersebut masing-masing individu harus ikhlas untuk memberi dalam hal informasi, pengetahuan, dan keterampilan.
4)             Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktekkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain, siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.
Siswa yang mengalami permasalahan dalam anggota kelompok tidak harus keluar dari anggota kelompok. Masing-masing harus berkomunikasi dan memberi informasi serta mencari solusi dari permasalahan tersebut. Sehingga sesuatu yang mengajar dalam pikiran seseorang individu menjadi tanggungan untuk semua anggota kelompok dan berusaha untuk mengemukakan, menerima,  dan mencari solusi yang terbaik oleh anggota kelompok sesuai keputusan bersama.
b.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 4 prinsip dasar pembelajaran kooperatif:
1)             Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakekat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dan masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu temannya menyelesaikan tugasnya. Menurut Johnson yang dikutip oleh Linda Campbell bahwa "keberhasilan kelompok didasarkan atas kemampuan kelompok itu dalam bekerja sama untuk meraih hasil yang diinginkan. Keterampilan sosial tidak akan dicapai dengan hanya meminta siswa untuk bekerja sama mereka harus dilatih dengan sengaja".
Menurut Johnson dan Johnson yang dikutip oleh Muhd. Arif Ismail bahwa "persandaran positif merujuk kepada persepsi bahwa kejayaan seseorang itu bergantung kepada kejayaan individu-individu yang lain dalam kelompoknya. Main peran juga penting untuk persandaran positif di mana belajar berperan sebagai pembaca, pemeriksa dan pemberi jawaban dalam kumpulan masing-masing".
Dari kutipan di atas jelas keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kreatifitas anggota dalam kelompoknya. Antara sesama anggota saling tergantung dan saling membutuhkan. Dalam kerja sama masing-masing saling memberi dorongan yang mengakibatkan suatu keberhasilan yang diharapkan.
2)      Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Keberhasilan kelompok tergantung kepada setiap anggotanya maka setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sesuai tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut guru memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok, penilaian individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
Menurut Johnson yang dikutip oleh Linda Campbell keberhasilan kelompok didasarkan pada kemampuan setiap anggota untuk menunjukkan bahwa dia telah belajar materi-materi yang sangat dibutuhkan. Pencapaian siswa terlihat meningkat ketika diketahui keberhasilan kelompok didasarkan kepada nilai anggota kelompok yang digabungkan atau ketika salah satu anggota kelompok berperan di dalamnya.
Dapat    dipahami    apabila    suatu    kelompok    berhasil memperoleh nilai yang tinggi sesuai dengan harapan, maka secara tidak langsung masing-masing individu juga akan memperoleh nilai yang tinggi.
3)      Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka, saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan rnemberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal dan budaya, latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi model utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
Menurut Johnson dan Johnson yang dikutip oleh Mohd. Arif Ismail bahwa interaksi tatap muka terjadi jika setiap individu membuat galakan dan memudahkan usaha antara mereka dalam menyelesaikan tujuan kelompok. Johnson memberi tiga langkah dalam menggalakkan interaksi, yaitu dengan menetapkan masa untuk pertemuan kelompok, memberi kesadaran akan pentingnya persandaran positif yang memerlukan kerja sama dan menggalakkan interaksi tatap muka di kalangan ahli.
Dapat dipahami bahwa dengan adanya kerja sama dalam menyelesaikan suatu persoalan dalam belajar akan meningkatkan kesadaran  bahwa  setiap  individu  saling  berhubungan,   saling memahami dan saling menghargai satu sama lain.
4)             Partisipasi dan komunikasi (participation and communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan mereka di dalam masyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum melakukan pembelajaran kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
Ketika siswa menerima tugas individu dalam kelompoknya, dia akan menjadi partisipan yang aktif dalam proses belajar dan mereka juga mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya dengan sangat memuaskan.
Setiap individu bertanggung jawab terhadap tugas yang ada dalam kelompoknya. Masing-masing anggota saling mendukung satu sama lain, saling memotivasi, dan kesempatan memberikan ide-ide yang menunjang keberhasilan kelompok. Dengan adanya tanggung jawab masing-masing kerjasama yang diciptakan akan menyenangkan dan menjadikan mereka semakin aktif dalam proses belajar mengajar.
4.              Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap, yaitu :
a.               Penjelasan materi
b.              Belajar dalam kelompok
c.               Penilaian
d.             Pengakuan tim.[18]
Yatim riyanto, mengemukakan lima prosedur pembelajaran kooperatif, yaitu ;
a.               Memberi informasi dan menyampaikan tujuan serta skenario pembelajaran
b.              Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kooperatif
c.               Membimbing siswa untuk melakukan kegiatan
d.             Evaluasi
e.               Memberikan penghargaan..[19]


[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 238
[2] M. Arif Ismail, Strategi Pengajaran Kepelbagaian Pelajar, (Bangi: Fakulti Pendidikan UKM, 2007), h. 148
[3] Wina Sanjaya, op.cit, h. 238
[4] M. Arif Ismail, op.cit, h. 181-182
[5] Wina Sanjaya, op.cit, h. 241
[6] Wina Sanjaya, op.cit, h. 240-241
                [7] Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabrta, 2007), h. 54
                [8]    Saidna Zulfikar,  Tugas Psikologi Pendidikan, Makalah. Padang : UNP Padang, h. 24
                [9] Robert E Slavin, Cooperative Learning, Theory, Research and Practice, (Massachussetts: Allyn & Bacon, 1998), h. 74
                [10] Ibid., h. 77
[11] Ibid, h. 239
[12] Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1982), h. 155
[13] Ibid, h. 139-240
[14] Nana Sudjana, CBSA, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h.55
 [15]  Wina Sanjaya, op.cit, h. 242
             [16]  Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Relajar Mengajar, (Yakarta: Rineka Cipta, 1996), h.5
[17] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), h. 30
                [18] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), h. 246
            [19] Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009)., h. 271

Tidak ada komentar: