. Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan
berbagai macam strategi. Strategi pembelajaran merupakan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai, ada yang menggunakan strategi pembelajaran individu dan
pembelajaran kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran dengan menggunakan strategi pengelompokan/tim kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda setiap penilaian dilakukan
terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika mampu menunjukkan persentasi yang disyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok mempunyai ketergantungan positif, ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab
individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap
individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga
setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok.[1]
Menurut Cuseo yang dikutip oleh Muhammad Arif Ismail
bahwa pembelajaran kooperatif didefenisikan sebagai proses pembelajaran learner-centered di mana sekumpulan kecil terdiri dari tiga hingga lima orang
pelajar saling bergantungan tentang tugas yang telah diarahkan, setiap pelajar bertanggung
jawab untuk prestasi mereka sendiri dan guru
bertindak sebagai permudah cara dalam proses pembelajaran kelompok.
Menurut Johnson dan Johnson dan Halubec yang dikutip oleh
Muhammad Arif Ismail pembelajaran kooperatif adalah teknik yang menggunakan
kumpulan kecil agar para pelajar kerja bersama untuk memaksimumkan
pembelajaran mereka. Dalam kumpulan ini pelajar berbincang bahan yang
dipelajari sesama mereka, membantu antara satu sama lain.[2]
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami
pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi guruan di mana
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka saling
membantu antara yang satu dengan yang lainnya dalam mempelajari satu
pokok bahasan. Dalam pembelajaran kooperatif semua anggota kelompok
dituntut untuk memberikan pendapat, ide dan pemecahan masalah sehingga
dapat tercapai tujuan belajar dengan adanya kerja sama antara anggota kelompok.
Kelompok merupakan konsep yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya tidak akan terlepas dari kelompoknya.
Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan
dari dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka
dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian
dari kelompoknya sehingga mereka memiliki dan merasa saling
ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan
bersama dalam pembelajaran kelompok untuk mencapai tujuan bersama
pula.[3]
Pada hakekatnya strategi pembelajaran kelompok
adalah untuk mendesak pelajar, melibatkan diri dan menjadikan mereka
berfikir secara bebas, mengadakan motivasi dan memberikan peluang kepada
pelajar untuk menerangkan atau mengulang suatu pokok bahasan
dalam berkomunikasi dengan temannya, serta menghapus persaingan di dalam kelas. Dalam
pembelajaran kooperatif lebih ditekankan kepada perkembangan
kerja anggota kelompok maka guru membantu proses kerja kelompok dan memberi perhatian
kepada kecerdasan sosial di kalangan
pelajar.[4]
Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama yaitu:
a.
Komponen tugas kooperatif (Cooperative task)
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.
b.
Komponen struktur insentive kooperatif
(Cooperative intencive structure)
Komponen struktur insentiv kooperatifmerupakan suatu yang membangkitkan
motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur
insentiv dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran dari kooperatif karena
melalui struktur insentiv setiap anggota kelompok bekerja keras
untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain serta menguasai materi
pelajaran sehingga mencapai tujuan kelompok.[5]
Dari dua komponen di atas dapat dipahami dengan
tugas kooperatif, siswa sadar akan tangung jawabnya, baik tanggung jawab terhadap
dirinya maupun terhadap sesama anggotanya. Sehingga antara anggota
yang satu dengan yang lainnya saling mendukung untuk mencapai tujuan
bersama.
Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala:
a. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping
usaha individual dalam belajar.
b. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa
yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
c. Jika guru ingin menanamkan bahwa siswa dapat belajar dari
teman lainnya dan belajar dari bantuan orang lain,
d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
e. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah
tingkat partisipasi mereka.
f. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahannya.[6]
Sistem pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong.
Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam
pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong
dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan guru enggan menerapkan sistem kerja
sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah
kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika
mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif
mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.
Isjoni mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus diterapkan :
a). Saling
ketergantungan positif
b). Tanggung
jawab perseorangan
c). Tatap
muka
d). Komunikasi
antar anggota
a. Saling
ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
mencapai kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri
agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat
nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan”
setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di
atas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali
ini dia mendapat 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok
mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk
memberikan sumbangan. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder
terhadap rekan-rekan mereka karena toh mereka enggan memberikan sumbangan.
Malahan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian
menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan
merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian
sumbangan mereka.
b. Tanggung
jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan metode pembelajaran kooperatif adalah persiapan
guru dalam penyusunan tugasnya. Masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok
bisa dilaksanakan.
c. Tatap
muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa
kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih
jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk
saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan
interaksi pribadi.
d. Komunikasi
antar anggota
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka.
e. Evaluasi
proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam tergantung pada
tingkat pendidikan siswa.
Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan antara lain :
Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teknik/tipe yang dapat diterapkan antara lain :
1) Mencari
Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
2) Bertukar
Pasangan
3) Berpikir
– Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman (Think – Pair – Share)
dan Spencer Kagan Think – Pair – Square).
4) Berkirim
Salam dan Soal
5) Kepala
Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
6) Kepala
Bernomor Terstruktur
7) Dua
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
8) Keliling
Kelas
9) Lingkaran
Kecil Lingkaran Besar
10) Tari
Bambu
11) Jigsaw,
dikembangkan oleh Aronsol et al.[8]
f. Bercerita Berpasangan
Menurut Robert Slavin dalam pembelajaran kooperatif diperlukan keputusan
dari guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a). Menentukan
topik yang akan digunakan dalam kerja kelompok.
b). Membuat
keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok.
c). Menyiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan.
d). Memantau
kerja siswa dalam kelompok.
e). Memberikan
saran penyelesaian masalah yang cocok.
f). Evaluasi
serta memberikan saran-saran. [9]
Dalam metode pembelajaran
kooperatif siswa juga bisa belajar dari sesama teman. Guru lebih berperan
sebagai fasilitator. Tentu saja, ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa,
sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Tentu saja, keputusan guru dalam
penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas
dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
a). Ukuran
ruang kelas
b). Jumlah
siswa
c). Tingkat
kedewasaan siswa
d). Toleransi
guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
e). Toleransi
masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
f). Pengalaman
guru dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong
g). Pengalaman
siswa dalam melaksanakan pembelajaran gotong royong.[10]
Seperti telah diungkapkan, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sama
dengan model pembelajaran kooperatif. Pengelolaan kelas model pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat
bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar lainnya. Ada tiga hal penting
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif
yaitu pengelompokkan, semangat kooperatif, dan penetaan ruang kelas.
Dari ungkapan di atas
jelas bahwa guru lebih ditekankan untuk memotivasi
siswa tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainya. Bagi siswa yang kurang tanggap,
maka siswa yang cepat tanggap termotivasi untuk membantu.
2.
Unsur-Unsur
Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran
kelompok adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada
empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.
Adanya
peserta dalam kelompok
Peserta adalah siswa yang
melakukan proses pembelajaran setiap kelompok belajar.
b.
Adanya
aturan kelompok
Aturan kelompok adalah segala
sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik
siswa sebagai peserta didik maupun peserta sebagai anggota kelompok
misalnya aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok,
waktu dan tempat, pelaksanaannya dan lain-lain.[11]
1)
Keluarkan pendapat dengan bebas dengan ketentuan bahwa setiap pendapat
atau buah pikiran harus dihargai
2)
Dengarkan baik-baik apa yang diucapkan orang lain
3)
Duduk saja sambil bicara, tak perlu berdiri
4)
Jangan borong
seluruh pembicaraan
5)
Buat
catatan singkat tentang pokok-pokok yang penting
6)
Berbicaralah
sewaktu timbul pikiran
7)
Berbicara
dengan jelas supaya dipahami orang lain
8)
Berikan
alasan-alasan
9)
Peliharalah
sikap ramah.[12]
Dalam pembelajaran kooperatif setiap
siswa harus memperhatikan aturan-aturan dalam
kelompok, tidak hanya mengemukakan
argumen atau ide-ide satu individu saja. Masing-masing
individu bebas mengemukakan argumen atau ide-idenya.
c.
Adanya
upaya belajar
Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa
untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki
maupun rneningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan,
sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut
dilakukan dalam kegiatan kelompok sehingga antara peserta dapat saling
membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun
gagasan-gagasan.
d.
Adanya
tujuan yang harus dicapai
Aspek tujuan dimaksudkan
untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat
memahami sasaran setiap kegiatan belajar.[13]
Merencanakan kegiatan siswa belajar berarti menentukan tujuan belajar
siswa yang harus dipersiapkan sebelum terjadinya aktivitas belajar mengajar.
Pelaksanaan pelajaran artinya melakukan rencana
dalam bentukan tindakan nyata dalam membantu siswa belajar. Mengevaluasi pelajaran
artinya melakukan penilaian terhadap proses belajar dan hasil belajar
yang dicapainya.
Di samping siswa berperan sebagai guru
untuk temannya atau untuk dirinya sendiri, beberapa siswa mampu menjadi
pemimpin yang menawarkan peran aktif dan pembimbing yang dipercaya oleh
teman yang sekelasnya.[14]
Adanya tujuan yang jelas dapat
membuat siswa ke arah mana mereka
akan melangkah, target
apa yang ingin
dicapai. Dengan pemahaman terhadap tujuan maka
dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Perencanaan yang matang
akan terlaksana dengan
baik dan akan mencapai hasil yang diharapkan.
3.
Karakteristik
dan Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif
a.
Karakteristik Strategi Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran
yang lain,
perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran saja, tetapi
juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut, adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas
pembelajaran kooperatif. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :
1)
Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri
untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama.
untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama.
2)
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3)
Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang
heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap
kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
4)
Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok
daripada perorangan.
Strategi pembelajaran kooperatif (Cooperatif
Learning) adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri
Cooperatif Learning mengandung pengertian bekerja bersama
dalam mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam guruan yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan
belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Slavin
(1984) mengatakan bahwa Cooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran di
mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya
bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan
dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Cooperatif Learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja,
karena belajar dalam model Cooperatif Learning harus ada “struktur dorongan dan
tugas yang bersifat kooperatif “ sehingga memungkinkan terjadinya interaksi
secara terbuka dan hubunganhubungan yang bersifat interdependensi yang efektif
di antara anggota
Menurut Slavin,
Abrani dan Chambers yang dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa
belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa
perspektif diantaranya sebagai berikut:
1)
Perspektif motivasi
Artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan
setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan
setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok.
2)
Perspektif sosial
Artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan, bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh
kelompok merupakan
iklim yang bagus di mana setiap anggota kelompok menginginkan semua memperoleh
keberhasilan.
3)
Perspektif perkembangan kognitif
Artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi.
4)
Perspektif elaborasi kognitif
Artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk
menambah pengetahuan
kognitifnya.[15]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada empat strategi dasar dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu :[16]
1)
Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
2)
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3)
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya
4)
Menetapkan norma – norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik guna penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara menyeluruh. d).
Ruang lingkup strategi
pembelajaran Pembahasan tentang strategi pembelajaran akan berkisar pada uraian
tentang komponen dan pendekatan dalam pembelajaran. Komponen – komponen strategi pembelajaran
meliputi tujuan, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media
dan sumber dan evaluasi. Sedangkan pendekatan dalam proses pembelajaran yang
akan dibahas dalam uraian ini mencakup pendekatan yang berpusat pada guru,
pendekatan yang berpusat pada peserta didik, pendekatan individual, pendekatan
kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman,
pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan
fungsional, pendekatan keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan. Dengan demikian,
pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan
komponen – komponen dan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Masing – masing
komponen pengembangan dan pendekatan akan dibahas secukupnya pada uraian
berikut:
a.
Komponen pembelajaran
1)
Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan kondisi yang ingin dicapai, diwujudkan pada diri peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan tujuan pembelajaran dari standar kompetensi yang tertuang di dalam kurikulum. Standar kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam kompetensi dasar dan indikator pencapaian. Standar kompetensi merupakan tuntutan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi dasar merupakan kemampuan yang mesti dikuasai pesera didik setelah mengikuti satu pokok bahasan tertentu, sedangkan indikator kompetensi adalah karakteristik, cirri – ciri, tanda – tanda perilaku yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan starting point yang menentukan pemilihan dan pengembangan komponen
Tujuan pembelajaran merupakan kondisi yang ingin dicapai, diwujudkan pada diri peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan tujuan pembelajaran dari standar kompetensi yang tertuang di dalam kurikulum. Standar kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam kompetensi dasar dan indikator pencapaian. Standar kompetensi merupakan tuntutan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi dasar merupakan kemampuan yang mesti dikuasai pesera didik setelah mengikuti satu pokok bahasan tertentu, sedangkan indikator kompetensi adalah karakteristik, cirri – ciri, tanda – tanda perilaku yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan merupakan starting point yang menentukan pemilihan dan pengembangan komponen
2)
Komponen pembelajaran seperti tujuan, bahan atau
materi pengajaran, metode dan alat, penilaian (Evaluasi).[17].
Tujuan pembelajaran mesti dirumuskan secara jelas, operasional, dan terukur
agar memudahkan guru dalam perumusan komponen – komponen pembelajaran tersebut.
Dari
kutipan di atas jelas bahwa dengan strategi pembelajaran kooperatif ini hubungan antar sesama
siswa semakin erat, saling membutuhkan satu
sama lain. Dengan adanya bantuan dari sesamanya mereka akan berpacu untuk
keberhasilan, tidak hanya keberhasilan individu keberhasilan kelompok akan
mereka perjuangkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan memperjuangkan kelompoknya, sehingga
anggota kelompok akan termotivasi mencari informasi untuk menambah
pengetahuannya dan mengakibatkan hasil belajar meningkat.
Dengan demikian karakteristik strategi pembelajaran
kooperatif yaitu:
1)
Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu
tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok)
harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.
Setiap anggota kelompok dapat saling memberikan
pengalaman, saling memberi dan menerima sehingga diharapkan setiap anggota
dapat memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok.
Strategi pembelajaran dengan membentuk tim atau kumpulan dari beberapa
orang siswa untuk peduli dengan yang lain, tidak hanya mementingkan diri
sendiri melainkan berbagi dengan yang lainnya. Hal yang
demikian menuntut akan keaktifan masing-masing anggota kelompok.
2)
Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana umumnya manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan.
Dalam pembelajaran kooperatif fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran
berjalan secara efektif. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya dan apa yang harus digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut dan lain-lain. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
harus dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan
termasuk ketentuan-ketentuan yang
sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama
antara setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.
Fungsi pengawasan menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
Dapat dipahami dalam pembelajaran kooperatif harus diperhatikan manajemennya
dari awal terjadinya proses belajar, bagaimana persiapan sebelum belajar, langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan belajar. Dalam pelaksanaan tersebut setiap individu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
harus dilakukan agar tujuan yang
ingin dicapai dapat terwujud.
3) Kemauan
untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Setiap anggota
kelompok bukan saja
harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu, misalnya yang pintar membantu yang kurang pintar.
Dalam pelaksanaannya di samping
tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan tersebut
masing-masing individu harus ikhlas untuk memberi dalam hal
informasi, pengetahuan, dan keterampilan.
4)
Keterampilan
bekerja sama
Kemauan
untuk bekerja sama itu kemudian dipraktekkan melalui aktivitas dan kegiatan
yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja
sama. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain, siswa perlu dibantu mengatasi berbagai
hambatan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.
Siswa yang
mengalami permasalahan dalam anggota kelompok
tidak harus keluar dari anggota kelompok. Masing-masing harus berkomunikasi dan memberi informasi serta mencari solusi
dari permasalahan tersebut. Sehingga sesuatu yang mengajar dalam pikiran seseorang individu menjadi tanggungan
untuk semua anggota kelompok dan berusaha untuk mengemukakan, menerima, dan mencari solusi yang terbaik
oleh anggota kelompok sesuai keputusan bersama.
b. Prinsip-prinsip
Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 4 prinsip dasar pembelajaran kooperatif:
1)
Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat
tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab
itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan tugas kelompok
akan ditentukan
oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua
anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja
yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas
sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakekat ketergantungan
positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan
semua ini memerlukan kerja sama yang baik dan masing-masing
anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu
temannya menyelesaikan tugasnya. Menurut Johnson yang dikutip oleh Linda
Campbell bahwa "keberhasilan kelompok didasarkan atas kemampuan kelompok
itu dalam bekerja sama untuk meraih hasil yang diinginkan. Keterampilan sosial
tidak akan dicapai dengan hanya meminta siswa untuk bekerja sama mereka harus
dilatih dengan sengaja".
Menurut Johnson dan Johnson yang dikutip oleh Muhd. Arif Ismail bahwa
"persandaran positif merujuk kepada persepsi bahwa kejayaan seseorang itu
bergantung kepada kejayaan individu-individu yang lain dalam kelompoknya. Main
peran juga penting untuk persandaran positif di mana belajar berperan sebagai
pembaca, pemeriksa dan pemberi jawaban dalam kumpulan masing-masing".
Dari kutipan di atas jelas keberhasilan suatu kelompok tergantung pada
kreatifitas anggota dalam kelompoknya. Antara sesama anggota saling tergantung
dan saling membutuhkan. Dalam kerja sama masing-masing saling memberi dorongan
yang mengakibatkan suatu keberhasilan yang diharapkan.
2)
Tanggungjawab
perseorangan (individual accountability)
Keberhasilan kelompok
tergantung kepada setiap anggotanya maka setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab sesuai tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik
untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut guru memberikan
penilaian terhadap individu dan juga kelompok, penilaian individu bisa berbeda
akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
Menurut Johnson yang dikutip
oleh Linda Campbell keberhasilan kelompok didasarkan pada
kemampuan setiap anggota untuk menunjukkan bahwa dia telah
belajar materi-materi yang sangat dibutuhkan. Pencapaian siswa
terlihat meningkat ketika diketahui keberhasilan kelompok didasarkan
kepada nilai anggota kelompok yang digabungkan atau ketika salah satu anggota kelompok berperan di dalamnya.
Dapat dipahami
apabila suatu kelompok
berhasil memperoleh nilai yang tinggi sesuai dengan harapan,
maka secara tidak langsung masing-masing individu juga akan memperoleh nilai yang tinggi.
3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi
ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok
untuk bertatap muka, saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan rnemberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing. Kelompok belajar
kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal dan budaya, latar belakang
sosial dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan
menjadi model utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
Menurut Johnson dan Johnson yang dikutip oleh Mohd. Arif Ismail bahwa interaksi tatap muka
terjadi jika setiap individu membuat
galakan dan memudahkan usaha antara
mereka dalam menyelesaikan tujuan kelompok. Johnson memberi tiga langkah dalam menggalakkan interaksi, yaitu dengan
menetapkan masa untuk pertemuan kelompok,
memberi kesadaran akan pentingnya persandaran positif yang memerlukan
kerja sama dan menggalakkan interaksi tatap
muka di kalangan ahli.
Dapat dipahami bahwa dengan adanya
kerja sama dalam menyelesaikan suatu persoalan dalam belajar akan
meningkatkan kesadaran
bahwa setiap individu
saling berhubungan, saling memahami dan
saling menghargai satu sama lain.
4)
Partisipasi dan komunikasi (participation and communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
komunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal
mereka dalam kehidupan mereka di dalam masyarakat kelak. Oleh karena itu,
sebelum melakukan pembelajaran kooperatif, guru perlu membekali siswa
dengan kemampuan berkomunikasi misalnya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh
partisipasi setiap anggotanya.
Ketika siswa menerima tugas individu dalam
kelompoknya, dia akan menjadi partisipan yang aktif dalam proses
belajar dan mereka juga mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya
dengan sangat memuaskan.
Setiap individu bertanggung jawab terhadap tugas
yang ada dalam kelompoknya. Masing-masing anggota saling mendukung
satu sama lain, saling memotivasi, dan kesempatan memberikan ide-ide
yang menunjang keberhasilan kelompok. Dengan adanya tanggung jawab
masing-masing kerjasama yang diciptakan akan menyenangkan dan
menjadikan mereka semakin aktif dalam proses belajar
mengajar.
4.
Prosedur
Pembelajaran Kooperatif
Prosedur
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap, yaitu :
a.
Penjelasan
materi
b.
Belajar dalam
kelompok
c.
Penilaian
d.
Pengakuan tim.[18]
Yatim riyanto, mengemukakan lima prosedur pembelajaran
kooperatif, yaitu ;
a.
Memberi
informasi dan menyampaikan tujuan serta skenario pembelajaran
b.
Mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok kooperatif
c.
Membimbing siswa
untuk melakukan kegiatan
d.
Evaluasi
e.
Memberikan
penghargaan..[19]
[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2007), h. 238
[2] M. Arif Ismail, Strategi Pengajaran Kepelbagaian Pelajar, (Bangi: Fakulti
Pendidikan UKM, 2007), h. 148
[3] Wina Sanjaya, op.cit, h. 238
[4] M. Arif Ismail, op.cit,
h. 181-182
[5] Wina Sanjaya, op.cit, h. 241
[6] Wina Sanjaya, op.cit, h. 240-241
[11] Ibid, h. 239
[12] Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1982), h. 155
[14] Nana Sudjana, CBSA, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h.55
[17] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), h. 30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar