Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Islam
Secara umum, pengertian pendidikan Islam dapat
dianalisa dari dua segi, yaitu secara etimologi dan secara terminologi,
penjelasannya sebagai berikut :
a.
Secara Etimologi
Dalam bahasa Arab, pendidikan sering digunakan
dengan beberapa istilah, antara lain : al-ta’lim (التعليم), al-tarbiyah
(التربية),
dan al-ta’dib (التأديب).[1]
Ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam pengertian pendidikan,
seperti berikut :
1).
Kata al-ta’lim
(التعليم) merupakan masdar dari kata ‘allama (علم) yang
berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.[2]
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 Allah
swt berfirman :
zN¯=tæur
tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä.
§NèO
öNåkyÎztä
n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù
ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ)
öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
(البقره :۳۱)
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
benar orang-orang yang benar!".[3]
(Q.S. Al-Baqarah : 31)
Berdasarkan pengertian kata ta’lim di
atas, bahwa pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan
seperangkat nilai antar manusia serta untuk menguasai nilai yang ditransfer
secara kognitif dan psikomotorik dan memberi tahu atau memberi pengetahuan,
tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan
ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.
2).
Kata al-tarbiyah
(التربية),
merupakan masdar dari kata rabba (ربى) yang berarti : mendidik, dan mengasuh
(anak)[4].
Menurut Al-Abrasyi sebagaimana yang dikutip
oleh Ramayulis, pengertian tarbiyah adalah :
“Mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai
tanah air, tegap jasmaninya, sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, halus
perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan
atau tulisan”.[5]
Berdasarkan pendapat Al-Abrasyi di atas,
pengertian tarbiyah mencakup berbagai aspek kehidupan peserta didik,
baik dari segi fisik maupun psikisnya untuk mencapai kehidupan yang sempurna
dan bahagia di dunia dan akhirat.
3).
Kata al-ta’dib
(التأديب)
merupakan masdar dari addaba (أدب) yang dapat diartikan dengan proses mendidik yang lebih tertuju
pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.[6]
Menurut Muhammad Naquib al-Attas, penggunaan
term al-ta’dib lebih cocok digunakan dalam pendidikan Islam, dibanding
penggunaan term al-ta’lim maupun al-tarbiyah.[7]
Hal ini disebabkan pengertian term al-ta’lim hanya ditujukan pada proses
pentransferan ilmu (proses pengajaran), tanpa adanya pengenalan lebih mendasar
pada perubahan tingkah laku. Sedangkan term al-Tarbiyah penunjukkan
makna pendidikannya masih bersifat umum dan berlaku bukan saja untuk proses
pendidikan pada manusia, tetapi juga ditujukan pada proses pendidikan selain
manusia. Padahal pendidikan Islam hanya ditujukan kepada proses-proses
pendidikan yang dilakukan manusia dalam upaya memiliki kepribadian muslim yang
utuh, sekaligus membedakannya dengan makhluk Allah lainnya.
Dengan demikian, penggunaan term al-ta’dib
lebih tepat digunakan bagi pendidikan Islam karena pengertian yang dikandungnya
mencakup semua wawasan ilmu pengetahuan, baik teoritis maupun praktis yang
terfomulasi dengan nilai-nilai tanggungjawab dan semangat Ilahiah sebagai
bentuk pengabdian manusia kepada Khaliqnya.
Namun demikian, penggunaan term al-tarbiyah
lebih cocok dan mewakili untuk memaknai pendidikan Islam. Hal ini disebabkan
oleh makna yang dikandungnya lebih luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia yang meliputi aspek jasmani, akal, daya kreasi dan sosial
kemasyarakatan manusia sebagai aspek yang tak bisa dipisahkan dalam proses
pendidikan Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam dikenal dengan istilah al-Tarbiyah
al-Islamiyah, bukan at-Ta’lim al-Islamiy ataupun al-Ta’dib
al-Islamiy.
b.
Secara Terminologi
Secara terminologi, beberapa ahli berbeda
pendapat mengenai pengertian pendidikan Islam, di antaranya :
1).
Prof. Dr. Omar
Muhammad Al-Touny Al-Syaebani, sebagaimana yang dikutip oleh Muzayyin Arifin,
berpendapat bahwa
“Pendidikan Islam merupakan usaha mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan itu
dilandasi dengan nilai-nilai Islami”.[8]
2).
Menurut M.
Yusuf al-Qardhawi, sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra, “ Pendidikan
Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya”.[9]
3).
Sedangkan M.
Kanal Hasan, sebagaimana dikutip Samsul Nizar, mendefinisikan bahwa :
Pendidikan Islam adalah suatu proses yang komprehensif
dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi
intelektual, spritual, emosi, dan fisik. Sehingga seorang muslim disiapkan
dengan baik untuk melaksanakan tujuan kehadirannya di sisi Tuhan sebagai hamba
dan wakil-Nya di muka bumi.[10]
4).
Hasil rumusan
Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian
Pendidikan Islam : “Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani
menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh,
dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.[11]
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di
atas, dapat penulis pahami, bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses
perubahan tingkah laku dan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani
peserta didik menurut ajaran Islam yang tersusun secara sistematis, terencana
dan komprehensif dalam upaya mentransfer berbagai ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai Islami kepada peserta didik, mengembangkan potensi yang ada pada
peserta didik, sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya di muka bumi dengan
sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah pada semua dimensi
kehidupan.
Pendidikan
yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata
Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu
yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran
yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi mengenai
pendidikan Agama Islam.
Menurut
Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah: pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya
secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di
akhirat kelak.[12]
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu
proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan
dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan
yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
2.
Tujuan Pendidikan Islam
a.
Tahap-tahap Tujuan Pendidikan Islam
Secara garis besar, tahap-tahap tujuan
pendidikan Islam itu dapat dikelompokkan kepada 3 tahap, yaitu tujuan
tertinggi, tujuan umum, dan tujuan khusus.[13]
Berikut ini akan penulis uraikan satu persatu :
1).
Tujuan
tertinggi
Tujuan tertinggi pendidikan Islam merupakan
tujuan final dari hakekat eksistensi manusia sebagai ciptaan Allah swt di muka
bumi, yaitu sebagai ‘abd dan khalifah fi al-ardh. Secara eksplisit,
tujuan tertinggi yang harus dicapai oleh pendidikan Islam, meliputi :
a). Menjadi hamba Allah yang paling bertaqwa dan senantiasa taqarrub
kepada-Nya. Pencapaian tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan
manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah swt.
b). Mengantarkan dan mengaktualkan seluruh potensi peserta
didik sesuai dengan nilai Islami sehingga dengan kemampuan tersebut, ia mampu
menjadi wakil Allah swt di muka bumi (khalifah fi al-ardh).
c). Mengantarkan peserta didik untuk memperoleh
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemenangan hidup, baik itu kehidupan di dunia
maupun di akhirat, secara serasi dan seimbang.[14]
Jadi, tujuan tertinggi pendidikan Islam
merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam, yaitu terciptanya manusia
yang paling bertaqwa, sehingga bisa menjalankan tugasnya sebagai khalifah di
muka bumi, dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana
firman Allah :
uqèdur
Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uy
öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû
!$tB
ö/ä38s?#uä
3 ¨bÎ) y7/u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$#
¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9
7LìÏm§
(الانعام :۱۶۵)
Artinya : “Dan Dia lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.[15] (Q.S. Al-An’am : 165)
2).
Tujuan umum
Tujuan umum lebih mengutamakan pendekatan
filosofis dan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam lebih bersifat
empirik-realistik yang berfungsi sebagai pemberi arah ke mana operasional
pendidikan Islam itu akan dilakukan.
Tujuan umum berupaya untuk mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimiliki peserta didik seoptimal mungkin, dan mampu
menyentuh seluruh aspek kemanusiaan manusia, yang meliputi : perubahan sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan peserta didik. Namun
perubahan itu tergantung kepada manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah
swt dalam Q.S. Ar-Ra’du : 11 :
… cÎ) ©!$# w çÉitóã
$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB
öNÍkŦàÿRr'Î/ … (الرعد :
۱۱)
Artinya : “ … Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
...”[16] (Q.S. Al-Ra’du : 11)
3).
Tujuan khusus
Orientasi tujuan khusus merupakan
operasionalisasi dari tujuan umum dan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.
Bentuknya operasional dan mudah dilakukan evaluasi. Sementara sifatnya elastis
dan adaptik sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman, tanpa melepaskan
diri dari nilai-nilai Ilahi sebagai tujuan tertinggi. Jadi Mekanisme dan sistem
nilai inilah yang membedakan antara pendidikan Islam dengan pendidikan umum.
Kefleksibelan mekanismenya ini, membuat tujuan khusus dan operasional
pendidikan Islam lebih bersifat dinamis.
Secara hierarkis, tujuan khusus pendidikan
Islam dapat dikelompokkan kepada beberapa bentuk, yaitu :
a). Tujuan kurikuler, tujuan yang ditetapkan melalui
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) di setiap lembaga pendidikan.
b). Tujuan pembelajaran umum, tujuan yang diarahkan pada
penguasaan suatu bidang studi pada satu jenjang pendidikan.
c). Tujuan pembelajaran khusus, tujuan yang diarahkan pada
penguasaan pada setiap materi yang diajarkan dalam setiap bidang studi.[17]
Ketiga tujuan tersebut merupakan bentuk
operasional interaksi pembelajaran yang dilakukan antara guru dan peserta
didik. Proses operasional interaksi pembelajaran, merupakan bentuk kata kunci
bagi berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan Islam yang lebih
tinggi dari lainnya. Melihat begitu pentingnya peranan yang diemban oleh tujuan
khusus untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan Islam selanjutnya, maka
bentuk pelaksanaan interaksi proses belajar mengajar perlu diformulasikan
sedemikian rupa, terutama proses dan isi pendidikannya.
b.
Aspek-aspek Tujuan Pendidikan Islam
Aspek tujuan pendidikan Islam itu meliputi
empat hal, yaitu (1) tujuan jasmaniah (ahdaf al-jismiyyah), (2) tujuan
rohaniah (ahdaf al-ruhiyyah), (3) tujuan akal (ahdaf al-aqliyyah),
dan (4) tujuan sosial (ahdaf al-ijtima’iyyah).[18]
Masing-masing aspek tujuan tersebut akan diuraikan di bawah ini :
1).
Tujuan
Jasmaniah (Ahdaf al-Jismiyyah)
Orientasi tujuan pendidikan jasmaniah, dalam
konteks ini dikaitkan dengan tugas manusia sebagai khalifah fi al-ardh.
Dalam melaksanakan tugasnya ini, manusia dituntut untuk memiliki jasmani yang
sehat dan kuat. Tanpa ditunjang bentuk jasmani yang sempurna, manusia akan
sulit untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dengan optimal. Jadi, tujuan
pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat
jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi, karena itu manusia
dianjurkan menjaga dirinya. Sebagaimana firman Allah swt :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#þqè%
ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur
#Y$tR
$ydßqè%ur
â¨$¨Z9$#
äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ
îps3Í´¯»n=tB
ÔâxÏî
×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt
©!$#
!$tB
öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur
$tB tbrâsD÷sã
(التحريم : ۶)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”. [19](Q.S.al-Tahrim:6)
2).
Tujuan Rohaniah
(Ahdaf al-Ruhiyyah)
Tujuan rohaniah pendidikan Islam ini berkaitan
dengan kemampuan manusia menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah
keimanan dan ketaatan kepada Allah, dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai
moralitas yang diajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasul-Nya Muhammad
saw.[20]
Tujuan rohaniah pendidikan Islam ini diarahkan kepada pembentukan akhlak
al-karimah (akhlak mulia). Hal ini dapat ditarik relevansinya dengan tujuan
Rasulullah diutus Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
عن أبى هر يرة رضي الله عنه قال:قال رسو ل الله صلى الله
عليه وسلم انمابعثت لاتمم مكارم الا خلاق (رواه البيهقي)
Artinya : “Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan
budi pekerti” (HR. Al-Baihaqy) [21]
3).
Tujuan Akal (Ahdaf
al-Aqliyah)
Selain tujuan jasmaniah dan tujuan rohaniah,
pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini bertumpu pada
pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak. Sehingga mampu
memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagad raya ini.
Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek
pengamatan dan renungan pikiran manusia sehingga mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi :
tûïÏ%©!$# tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur
Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u $tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù z>#xtã
Í$¨Z9$#
(ال عمران: ۱۹۱)
Artinya : “Orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami
dari siksa neraka”. [22](Q.S.
Ali-Imran : 191)
4).
Tujuan Sosial (Ahdaf
al-Ijjtima’iyah)
Tujuan sosial merupakan pembentukan
kepribadian yang utuh dari roh, tubuh dan akal. Di mana identitas individu
tercermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Oleh sebab itu, penting tercapainya tujuan pendidikan sosial karena manusia
harus mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang.
Jadi, proses pendidikan Islam harus selalu
diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga peserta didik
mampu beradaptasi dengan masyarakat secara harmonis. Sebagaimana Allah swt
menyuruh untuk saling tolong menolong untuk kebaikan dalam firman-Nya :
(#qçRur$yès?ur… n?tã
ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur
( wur (#qçRur$yès? n?tã
ÉOøOM}$#
Èbºurôãèø9$#ur 4
(#qà)¨?$#ur ©!$# (
¨bÎ)
©!$#
ßÏx© É>$s)Ïèø9$#
(الما ئدة : ۲)
Artinya : “... dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya”.[23]
(Q.S. Al-Maidah : 2)
3. Peran dan
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dengan perencanaan dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, mengahayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan agama Islam merupakan mata
pelajaran wajib yang diikuti seluruh siswa yang beragama Islam pada semua
satuan jenis dan jenjang sekolah.
Pendidikan agama sebagai satu bidang studi merupakan
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dengan bidang studi lainnya, karena bidang
studi secara keseluruhan berfungsi tercapainya tujuan umum pendidikan nasional.
Oleh karena antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya hendaknya
saling membantu dan saling kuat menguatkan. Dalam rangka penjabaran fungsi
pendidikan nasional yang juga merupakan tujuan pendidikan agama Islam, maka
pendidikan agama Islam harus berperan sebagai berikut:
a. Membentuk watak serta peradaban bangsa
dalam rangka membangun manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya.
b. Menjadikan manusia yang beriman dan
bertaqwa maksudnya adalah manusia yang selalu taat dan tunduk terhadap apa-apa
yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
c. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan mandiri, maksudnya adalah sikap utuh dan seimbang antara kekuatan
intelektual dan kekuatan spritual yang secara langsung termanifestasi dalam
bentukakhlak mulia.
d. Menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab, maksudnya adalah perwujudan dari iman dan taqwa itu
dimanifestasikan dalam bentuk kecintaan terhadap tanah air (khubbul wathan minal iman).[24]
Adapun fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
a.
Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada
Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya yang
pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap
orang tua dalam keluarga.
b.
Penanaman nilai yaitu sebagai
pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c.
Penyesuaian mental yaitu untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d.
Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e.
Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatife dan lingkungannya atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f.
Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan mr
nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran
yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama
islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.[25]
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa fungsi pendidikan agama Islam pada intinya adalah menyalurkan bakat-bakat
peserta didik yang telah dimiliki khususnya pendidikan agama Islam sehingga
bakat tersebut dapat berkembang secara optimal dan dapat diwujudkan dalam
perilakunya, sehingga dapat memperkuat iman dan memiliki akhlak yang mulia.
4. Proses Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI)
Istilah pembelajaran (instructions) secara sederhana
diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang
melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan kea rah tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula
dipandang sebagai kegiatan guru secara terpogram dalam desain pembelajaran
untuk membawa siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.[26]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya
merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang peserta didik
agar bias belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada.
Dalam hal ini terlihat bahwa dalam proses pembelajaran guru berperan aktif
dalam mengkondisikan peserta didik untuk belajar.
Seorang guru professional harus memiliki kerangka berpikir untuk
mengupayakan agar proses pembelajaran dapat dilakukan secara aktif. Zymper
sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa guru yang
professional harus memiliki shceme of teching, artinya bagaimana seorang guru
bias menciptakan terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik.[27]
a.
Bentuk Simulasi
Bentuk
proses pembelajaran simulasi didasarkan pada alas an bahwa manusia memiliki
pola perilaku untuk bias berpikir dan
berbuat. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai hal dan
menguji reaksi mereka.
b.
Bentuk
ekspositori
Bentuk
proses pembelajaran ekspositori ini lebih menitik beratkan pada peranan guru
dalam menyampaikan pesan atau materi.
c.
Bentuk inquiri
Bentuk
proses pembelajaran ini menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar. Peranan guru hanya sebagai pembimbing atau fasilitator saja.
d.
Bentuk curah
pendapat
Bentuk
curah pendapat ini dalam proses pembelajaran dapat dilakukan secara klasikal
dan kelompok. Namun dalam curah pendapat yang bersifat klasikal sering tidak
efektif, terutama bila guru kurang bisa memancing dan menggali pendapat siswa.
e.
Bentuk diskusi
panel
Bentuk
ini dalam proses pembelajaran bertujuan untuk melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda. Untuk ini diperlukan adanya moderator, panelis dan
peserta diskusi.
Bentuk-bentuk proses pembelajaran yang
dikemukakan di atas belum merupakan bentuk proses pembelajaran yang mutlak.
Para pendidik juga bias menggunakan bentuk-bentuk proses pembelajaran lainnya
yang disesuaikan dengan pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kurikulum yang akan dicapai oleh
setiap bidang studi sudah disusun dengan standar nasional yang meliputi
beberapa standar kompetensi yang akan dicapai dalam waktu yang telah
ditentukan.
Dengan
mempedomani standar kompetensi, guru atau tanaga kependidikan mengembangkan ke
dalam bentuk silabus pembelajaran, kemudian dari silabus pembelajaran itulah
dibuat rencana pembelajaran dan pada akhirnya dikembangkan lagi ke dalam bentuk
rencana pelaksanaan pembelajaran.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan yang sudah jelas dan dapat
mempermudah pelaksanaan pembelajaran, karena di dalamnya sudah sangat rinci dan
mulai dari penjabaran indicator sampai kepada tujuan pembelajaran serta segala
komponen yang dibutuhkan dalam system pembelajaran sudah tertera dengan jelas.[29]
Persiapan
ini harus dibuat dan direncanakan oleh guru dengan baik sebelum mereka
mengajar, tujuannya agar pembelajaran yang dilaksanakan tidak asal-asalan saja,
tetapi harus dengan perencanaan yang matang agar tujuan pembelajaran tercapai
dengan baik.
[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
op.cit., h. 2
[2] Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Padang :
IAIN IB Press, 2000), h. 60
[3] Departemen Agama, Al-Qur’an dan TerjemahNya, (Semarang
: Toha Putra, 1995), h. 14
[4] Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta
: Hidakarya Agung, 1989), h. 137
[6] Samsul Nizar, op.cit, h. 66
[7] Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam,
(Bandung : Mizan, 1988), h. 66
[8] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
2003), h.15
[9] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
2002), h. 5
[10] Samsul Nizar, op.cit., h. 74
[11] Muzayyin Arifin, loc.cit.
[12] Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi
Aksara, 1992), cet ke-2, h. 86
[13] Samsul Nizar, op.cit, h. 111
[15] Departemen Agama,op.cit, h.
217
[17] Samsul Nizar, op.cit, h. 116
[18] Ramayulis, op.cit, h. 143
[19] Departemen Agama,op.cit, h. 951
[20] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,
1997),h. 64
[21] Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Musa Abu Bakar al-Baihaqy, Sunan
al-Baihaqy al-Kubra, (Makkah : Maktabah Dar al-Bazi, 1994), juz 10, h. 192
[22] Departemen Agama,op.cit, h. 110
[24]
Abdur Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan
Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38,
[25]
Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 134-135
[26]
Ahmad Zayadi, Abdul Mujid, Tadzkirah, Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 8
[27]
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h. 133
[28]
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia,
2005, h. 95
[29]
Sasminelwati, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang: IAIN IB
Press, 2006), h. 76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar