a.
Dasar-Dasar
Pembentukan Karakter Dari Perspektif Al-Qur’an Dan Sunnah
Al-Qur’an dan hadis merupakan dua sumber utama
yang menjadi pedoman dalam kehidupan umat Islam. Sebagai pedoman dalam
kehidupan manusia, al-Qur’an dan sunnah tentunya mempunyai fungsi yang
signifikansi dalam kehidupan umat islam untuk memberi arah kehidupan, memberi
ketenangan, petunjuk, dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari terhadap
persoalan-persoalan yang baik dan tidak
baik, halal dan yang haram. Memahami fungsi al-Qur’an dan hadis ini,
maka atas berbagai fenomena kehidupan manusia, termasuk dalam memahami
pembentukan karakter manusia, harus didasarkan pada al-Qur’an dan Hadis
Nabi.
Ramayulis dalam bukunya Psikologi Agama, yang
cenderung menjadikan al-Qur’an inheren dengan agama menjelaskan bahwa
dalam kehidupan umat manusia agama atau al-Qur’an berfungsi sebagai
berikut :
1). Sumber nilai dalam menjaga Kesusilaan
Setiap
manusia, baik secara individu maupun secaa kolektif (bermasyarakat) akan tumbuh
dan berkembang. Sehingga perkembangan tersebut membutuhkan sebuah sistem nilai
sebagai tuntutan untuk mengarahkan perbuatan itu dalam mencapai tujuan
akhirnya.
2). Sarana untuk mengatasi Frustasi
Dalam menjalani kehidupan, manusia tentunya
tidak bisa terlepas dari persoalaan hidup. Persoalaan tersebut tentunya ada
yang bisa diatasi, namun tidak jarang persoalaan tersebut justeru membingungkan
yang menyebabkan frustasi dalam kehidupan. Di sinilah fungsi al-Qur’an
memberikan bimbingan agar seseorang tidak menemui jalan buntu, yang berakibat
pada stress atau frustasi.
3). Sarana Untuk mengatasi Ketakutan
Setiap manusia pasti memiliki keterbatasan
dalam mengathui atau memprediksi berbagai persoalaan kehidupannya. Fenomena
kaya dan miskin adalah dua hal yang tidak bisa dielakan dalam kehidupan.Tidak
jarang orang yang kaya takut jatuh miskin, dan sebaliknya orang miskin takut
karena tidak ada jaminan hidup. Semua fenomena ini merupakan ketakutan yang
tidak pernah berujung, atau bahkan tidak ada objeknya.karena itu, al-Qur’an
memberikan solusi atas persoalan yang muncul seperti ini dalam kehidupannya.
4). Sarana untuk memuaskan keingintahuan
Manusia adalah mahluk yang serba ingin tahu. Dalam proses pencarian
tersebut, tentu tidak semua hal yang bisa diketahui oleh manusia. Namun,
terkadang keterbatasan tersebut menjadi sesuatu yang tidak bisa dipecahkan
sehingga menjadi kerisauan intelektual.Di sinilah al-Qur’an memberikan
penjelasan tentang sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh kemampuan logika
manusia.[1]
Berdasarkan pandangan Ramayulis diatas, maka
dapat dipahami bahwa al-Qur’an mempunyai multi fungsi bagi kehidupan
manusia.Terkait dengan persoalaan karakter, al-Qur’an banyak memberikan
nilai-nilai yang dapat dijadikan dalam membentuk pemahaman tentang karakter,
mesikpun hanya bersifat umum, yang dijadikan prinsip dalam pembentukan
karakter. Karena itulah, al-Qur’an memiliki kedudukan yang penting dan
strategis dalam memberikan tuntunan sebagai dasar dalam memahami pembentukan
karakter manusia.
Menurut Abuddin Nata, karakter dalam perspektif
al-Qur’an lebih menekankan pada upaya membiasakan orang untuk
mempraktekan dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan (perintah untuk beribadah
atau beramal saleh) dan perintah untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang buruk.
Disamping itu al-Qur’an dalam porses pembentukan karakter juga
menekankan pada upaya agar manusia dapat mengetahui, memahami dan menyadari
tentang cara hidup, atau bagaimana seharusnya manusia hidup. Bila karakter
identik dengan akhlak, maka karakter adalah satu sifat untuk mengetahui,
memahami mana yang harus dilakukan oleh manusia dan mana yang tidak dilakukan
manusia.[2]
Berkaitan dengan al-Qur’an, maka karakter
dengan berbagai indikatornya sebagaimana dijelaskan dalam pengertian di atas,
mempunyai berbagai kesamaan. Sebab, karakter dalam bahasa Arab cenderung
disebut dengan sebutan istilah akhlaq atau khuluq yang berarti budi
pekerti atau tingkah laku. Didalam al-Qur’an, penggambaran karakter
diidentikan dengan penteladanan akhlak Rasulullah seperti firman Allah.
ôs)©9
tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ ( الأحزاب:21)
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S.Al-ahzaab:21)[3]
Perkatan uswah pada kata diatas adalah
bermakna dua kemungkinan. Pertama, uswah dalam arti kepribadian
Rasulullah secara totalitasnya adalah teladan.Kedua, uswah dalam arti
terdapat pada diri Rasulullah hal-hal yang patut diteladani.[4]
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad mempunyai kepribadian yang patut
diteladani bagi manusia. Inilah salah satu bentuk keagungan Nabi sebagai pribadi yang mempunyai karakter.
Bahkan al-Qur’an sendiri menjelaskan dan mempertegas keagungan akhlak
Rasulullah sebagai firman Allah SWT.
y7¯RÎ)ur
4n?yès9
@,è=äz
5OÏàtã
ÇÍÈ (القلم:4 )
Artinya :
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.(Q.S. Surat al-Qalam ayat 4)
Kedua ayat diatas menjadi acuan atau dasar
dalam menjelaskan pentingnya karakter dalam kehidupan manusia ayat diatas menggambarkan
tentang pribadi Rasulullah yang mempunyai budi pekerti yang agung, sehingga ia
layak menjadi panutan bagi umat islam. Dalam hal ini, akhlak yang ditujukan
kepada nabi Muhammad, bukan hanya tertuju kepada sejumlah sikap atau perilaku
tertentu dan kepribadian yang dimilikinya. Namun hal ini tertuju pada totalitas
kehidupan nabi Muhammad yang mengindikasikan kandungan berbagai karakter yang
baik, yang didasarkan pada nilai-nilai positif yang berasal dari al-Qur’an.
Tentunya akhlaq mulia bukan sekedar perilaku biasa yang tidak terkait dengan
kondisi batin, akan tetapi ia menggambarkan kematangan dan konsistensi sifat
batiniah yang terdapat dalam diri Rasulullah, yang tidak mudah diubah. Oleh
karena itu ayat diatas dijadikan sebagai dasar pentingnya akhlak dalam
kehidupan umat Islam dan pentingnya kedudukan Rasulullah sebagai teladan dalam
mentradisikan, membiasakan, dan membudayakan hal-hal yang baik, sehingga ia
mengkristal menjadi karakter pada diri.
Selanjutnya karakter dalam al-Qur’an juga
diasosiasikan pada pribadi atau manusia yang sudah terbebas dari kehidupan yang
sesat atau kehidupan gelap kepada kehidupan yang lurus atau terang benderang. Hal
ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT.
uqèd
Ï%©!$#
Ìj?|Áã
öNä3øn=tæ
¼çmçGs3Í´¯»n=tBur
ä3y_Ì÷ãÏ9
z`ÏiB
ÏM»yJè=à9$#
n<Î)
ÍqY9$#
4
tb%2ur
tûüÏZÏB÷sßJø9$$Î
$VJÏmu
ÇÍÌÈ
Artinya : Dialah yang memberi rahmat kepadamu
dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.
Dalam proses pembentukan karakter, al-Qur’an
memberikan gambaran tentang usaha Luqmanul Hakim dalam menanamkan karakter
kepada anaknya. Dalam hal ini, ia memberikan nasihat kepada puteranya untuk
senantiasa memlihara dan memupuk rasa
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dengan senatiasa melaksanakan segala
kebaikan dan mencegah setiap kemungkaran
serta bersabar atas setiap
sesuatu yang menimpanya. Hal ini di isyaratkan dalam al-Qur’an sebagai
berikut :
Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t$|¹r& (
¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ ( لقمان :17)
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S Luqman :17)[5]

Masih dalam konteks nasihat Luqmanul Hakim
kepada anaknya supaya memelihara,
menampilkan akhlak mulia, dalam firmanya,
ôÅÁø%$#ur Îû
Íô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB
y7Ï?öq|¹ 4
¨bÎ) ts3Rr&
ÏNºuqô¹F{$#
ßNöq|Ás9 ÎÏJptø:$#
ÇÊÒÈ
Artinya : Dan sederhanalah kamu dalam berjalan,
dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Maksudnya:
ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.(Q.S
Luqman :19)[6]
Dalam hal ini menanamkan kecerdasan [7]
terhadap anaknya, Luqman juga tidak segan-Segan membawa anaknya untuk turun
secara langsung ketengah-tengah masyarakat berinteraksi dengan kesulitan orang
lain. Diharapkan hal mi bisa menanamkan keerdasan terhadap kejiwaan anaknya.[8]
Isyarat al-Qur’an
yang mengindikasikan pembentukan karakter juga dikaitkaan dengan upaya al.Qur’an
memberikan arahan atau petunjuk kepada manusia agar keluar dan kehidupan yang
keliru kepada kehidupan yang benar, perilaku untuk mendamaikan manusia yang
saling bermusuhan dan menyelamatkan manusia yang sedang berada di tepi jurang
kehancuran. Terkait dengan dengan hal ini, al-Qur’an menjelaskan sebagai
berikut:
uqèd
Ï%©!$#
y]yèt
Îû
z`¿ÍhÏiBW{$#
Zwqßu
öNåk÷]ÏiB
(#qè=÷Ft
öNÍkön=tã
¾ÏmÏG»t#uä
öNÍkÏj.tãur
ãNßgßJÏk=yèãur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJõ3Ïtø:$#ur
bÎ)ur
(#qçR%x.
`ÏB
ã@ö6s%
Å"s9
9@»n=|Ê
&ûüÎ7B
. ( الجمعة :2)
Artinya :
Dia-lah yang mengutus kepada kaum
yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata. (Q.S. al-Jum’ah ayat : 2).[9]
øÎ)ur
tA$s%
4ÓyqãB ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9 ¨bÎ)
©!$#
ôMä.âßDù't br& (#qçtr2õs? Zots)t
( (#þqä9$s% $tRäÏGs?r& #Yrâèd ( tA$s% èqããr& «!$$Î
÷br& tbqä.r& z`ÏB úüÎ=Îg»pgø:$#
ÇÏÐÈ ( الجمعة :64)
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Musa berkata
kepada kaumnya:" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi
betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah
ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak
menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". Hikmah Allah menyuruh
menyembelih sapi ialah supaya hilang rasa penghormatan mereka terhadap sapi
yang pernah mereka sembah.( Q.S al-Jum’ah ayat 64). [10]
Dalam surat al-Imran Allah Juga berfirman
(#qßJÅÁtGôã$#ur
È@ö7pt¿2
«!$#
$YèÏJy_
wur
(#qè%§xÿs?
4
(#rãä.ø$#ur
|MyJ÷èÏR
«!$#
öNä3øn=tæ
øÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt öNä3Îqè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ã ª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»t#uä ÷ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ ( ال عمران :105 )[11]
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.(Q.S Ali imran :105)
Di samping
menggambarkan sifat-sifat yang baik, aI-Qur’an juga menggambarkan sifat
atau perliaku yang tidak baik yang harus dijauhi oleh unat Islam. Beberapa
karakter buruk tersebut merupakan penyakit hati, seperti pesimis, dusta,
munafik, ghibah, suka mencari kesalahan orang lain, dengki, sombong, zhalim dan
sebagainya. Beberapa sifat-sfat tersebut merupakan gambaran kehidupan manusia
yang jauh dari karakter yang di inginkan al-Qur’an. dengan prosesnya. Al-Mukminun
berarti orang-orang yang sudah memiliki secara mantap tanda-tanda atau sifat
keimanan, al-Mukmin berarti menggambarkan , orang-orang yang sudan
memiliki sifat-sjfat ketakwaan, al-Mukhlisun
berarti menggambarkan orang-orang yang sudah memiliki sifat-sjfat keikhlasan.
Istilah al-Mukminun
dalain aJ-Qur’an menggambarkan
orang yang mempunyai karakter
yang apabila disebutkan nama Allah bergetar haiinya sebagai berikut:
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎnu tbqè=©.uqtGt ÇËÈ ( الأنفال :2 )[12]
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang
berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Maksudnya: orang yang sempurna
imannya..Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang
mengagungkan dan memuliakannya.(Q.S Al-Anfal:2).
Istilah al-Mutaqin
dalam al-Qur’an menggambarkan orang yang mempunyai karakter kepekaan
dan empati sosial yang kuat dan mampu membangun hubuangan baik dengan Allah
dengan melakukan berbagai ibadah dan kesalehan yang lainnya serta mampu
menjalin hubungan baik dengan sesama manusia Hal mi diisyaratkan Oleh Allah
dalam FirmanNya:
*
}§ø©9
§É9ø9$#
br&
(#q9uqè?
öNä3ydqã_ãr
@t6Ï%
É-Îô³yJø9$#
É>ÌøóyJø9$#ur
£`Å3»s9ur
§É9ø9$#
ô`tB
z`tB#uä
«!$$Î
ÏQöquø9$#ur
ÌÅzFy$#
Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur
É=»tGÅ3ø9$#ur
z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur
tA#uäur
tA$yJø9$#
4n?tã
¾ÏmÎm6ãm
Írs
4n1öà)ø9$#
4yJ»tGuø9$#ur
tûüÅ3»|¡yJø9$#ur
tûøó$#ur
È@Î6¡¡9$#
tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur
Îûur
ÅU$s%Ìh9$#
uQ$s%r&ur
no4qn=¢Á9$#
tA#uäur
no4q2¨9$#
cqèùqßJø9$#ur
öNÏdÏôgyèÎ
#sÎ)
(#rßyg»tã
( tûïÎÉ9»¢Á9$#ur
Îû
Ïä!$yù't7ø9$#
Ïä!#§Ø9$#ur
tûüÏnur
Ĩù't7ø9$#
3
y7Í´¯»s9'ré&
tûïÏ%©!$#
(#qè%y|¹
( y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
tbqà)GßJø9$#
ÇÊÐÐÈ
) البقرة :177 )[13]
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.( Q.S Al-baqarah :177)
Di samping al-Qur’an menggambarkan sifat-sifat yang baik, al-Qur’an
juga menggambarkan juga menggambarkan perilaku yang tidak baik yang harus
dijauhi oleh manusia. Beberapa karakter buruk ynag harus dijauhi oleh manusia
seperti : penyakit hati, pesimis, dusta, munafik, ghibah, suka mencari
kesalahan orang lain , dengaki, somboong dan lain sebagainya. Beberapa sifat
tersebut menggambarkan kehidupan manusia yang jauh dari karakter yang
diinginkan al-Qur’an.
Al-Qur’an Sebagai dasar pembentukan
karakter dalam islam mempunyai berbagai fariasi istilah yang dipahami secara kontekstual.
Abuddin Nata menjelaskan bahwa al-Qur’an tidak meminta manusia menjadi amanu,
tetapi menjadi mukminun, bukan ittaqa tapi muttaqin, bukan aslama, tapi
muslimun, bukan akhlasa tapi mukhlisun amanu, ittaqa, aslama, dan akhlasa
itu adalah peroses yang masih berlangsung, yang membutuhkan komitmen dan
konsistensi agar menjadi sifat yang tetap dan mengkristal dalam batin.
Sedangkan Mukminun, Muslimun, Muttaqin, Dan Mukhlisun adalah gambaran
bahwa berbagai prediket tersebut telah mengkristal atau mendarah daging,
sehingga menjadi karakter. [14]
Ajaran Islam tentang aqidah, ibadah, dan Mu’amalah,
kisah, dan sejarah di dalamnya selalu berkaitan dengan nilai-nilai
karakter. Dalam aspek ibadah misalnya, setiap ibadah mengandung unsur
pendidikan karakter di dalamnya. Shalat mengajarkan karakter taqwa dan tawadhu’
disiplin jujur.Ibadah puasa mengajarkan karakter taqwa, sehat, empati, jujur,
disiplin. Zakat mengajarkan taqwa, kasih sayang, peduli, empati. Intinya semua
ibadah dalam islam sarat dengan
nilai-nilai pendidikan karakter :
Al-Ahmad
al-Jurjawiy mengatakan bahwa“ ketahuilah, bahwa seluruh ajaran samawi
dimaksudkan untuk menghasilkan empat perkara.1) mengetahui, mengesakan,
memujidan mengetahui, mengesakan dan memuji Allah dengan segala sifatnya sifat
wajib, mustahil, jaiz baginya.2) untuk mengajarkan cara pengabdian kepadanya
yang di dalamnya mengandung tujuan untuk mengaggungkan dan mensyukuri atas nikmatnya
yang tidak terbilang.3) untuk mendorong umat manusia) untuk melakukan perbuatan
yang baik dan mencegah perbuatan yang munkar dan menghiasi dengan dengan sopan
santun yang utama dan akhlak yang suci, serta berbagai keutamaan yang dapat
mengangkat derajat, martabat mansusia ke tempat yang tinggi dan mulia. 4)
membiasakan melakukan hukumnya yang kokoh dalam pergaulan hidup.[15]
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembentukan karakter dalam Islam memiliki dasar yang kuat
dalam al-Qur’an. Sebagai pedoman hidup umat manusia, al-Qur’an
dengan berbagai variasi, baik dalam perspektif pengistilahan maupun dalam
konteks makna, sarat dengan nilai yang mendukung pembentukan karakter dalam
diri seseorang, secara teknik operasional, pembentukan karakter dalam diri
seseorang memerlukan perjuangan yang solid, konsisten dan kesungguhan yang
kuat, terutama dalam mengendalikan hawa nafsu, dimana tidak menutupkemungkinan
ketika dimana manusia berjuang melaksanakan perosos pembentukan karakter.
Disamping itu al-Qur’an, pembentukan
karakter juga didukung oleh Hadits Rasulullah, sebgaai sumber hukum kedua
sesudah al-Qur’an. Bahkan implementasi akhlak Rasulullah tersimpul dalam
kepribadian Rasulullah SAW. Dalam hadis banyak dijumpai berbagai pesan dan
ajaran yang berasal dari Rasulullah. Bahkan Rasulullah memberikan penegasan
kepada umatnya tentang pentingnya pembentukan karakter. Demikian juga dengan
setiap ibadah dalam Islam mengandung dimensi pembentukan karakter didalamnya.[16]
Sebagai nilai yang menjadi landasan pembentukan
karakter yang berasal dari hadits Rasulullah sebagai berikut :
انما بعثت لا تمم مكا رم الاخلا ق (رواه اما م مالك)[17]
Artinyta : Sesungguhnya
aku diutus untuk memuliakan akhlak mulia (H.R Imam Malik).
ما تحل والد والدا من تحل افضل من اد ب حسن (رواه
الترمذى)[18]
Artinya : Tidak ada satu pemberian yang diberikan oleh
seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pemberian budi pekerti yang
baik (H.R. al-Timuz)
من حق الوا لد على الوا لد ان يحسن اد بهم وبهم ويحسن اسمه (رواه البيهقى عن ابن عبا س)[19]
Artinya : Di antara hak orang tua terhadap anaknya
adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang mulia dan memberinya nama yang baik
(H..R. al-Baihaqi dan Ibn ‘Abbas).
[2]Muntadha Munthahhari, Pengantar
Ilmu-Ilmu Islam, Terjemahan Ibrahim Husain al-Habsy dkk, (Jakarta : Pustaka
al-Zahra, 2003), h. 263
[3]Al-Qur’an Surat
al-Ahzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
[4]M.Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, Pesan, Kesan, Dan Keserasian al-Qur’an, ( Jakarta :Lentera Hati,
2002), Vol, II, h. 242-243
[5]Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17 : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[5]
[6]Al-Qur’an
Surat aL-Luqman ayat 19 : Dan sederhanalah kamu dalam berjalan, dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Maksudnya:
ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
[7]Kecerdasan berarti
kemampuan menaipulasi unsure-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai tujuan. Indikatornya
adalah aktif, dinamis dan terarah, analisis dan objektif, aspiratif , kreatif,
dan inofatif. Antisifasif, berpikiran terbuka dan maju secrta mencari solusi. Prayitino dan Avrifa Khaidir, op, cit., h.
20-21
[8]Abdul Majid dan Dian
Andayani, op., h. 212
[9]Al-Qur;an
Surat al-Jum’ah ayat 2 : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S.
al-Jum’ah ayat : 2
[10]Surat al-Jum’at ayat 64 : Dan (ingatlah),
ketika Musa berkata kepada kaumnya:" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak
menjadikan Kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".Hikmah
Allah menyuruh menyembelih sapi ialah supaya hilang rasa penghormatan mereka
terhadap sapi yang pernah mereka sembah.( Q.S al-Jum’ah ayat 64).
[11]Al-Qur;an Surat al-Imran Ayat 82 “ Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
[12]Al-Qur;an Surat Al-Anfal Ayat 2 “ Sesungguhnya
orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat- Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Maksudnya: orang
yang sempurna imannya..Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut
sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
[13]Al-Qur’an Surat: Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.
[14]Makalah Abuddin Nata.,
Loc.cit.
[15]Ali Ahmad al-Jurjawiy,
Hikmah Al-Tasyri’ Wa Falsafatuhu, Juz I Dan II,, (Beirut : Dar al-Fikr,
tp, tt.), h. 7
[16]Jalaluddin Rahmat, Renungan
–Renungan Sufistik Membuka Tirai Kegaiban, ( Bandung : Mizan, 2000), h. 40
[18]Abdul Nashih Ulwah,
Tarbiyah al-Aulud fi al-Islam, penerjemah kamelia dan Her Noer, Pedoman Pendidikan
Anak Dalam Islam, ( semarang : Asy-Syifa, 1981), h. 149
Tidak ada komentar:
Posting Komentar