Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

Pengertian Kerohanian Islam (Rohis)


1.   Pengertian Kerohanian Islam (Rohis)
Rohis merupakan singkatan dari Kerohanian Islam, yaitu wadah bagi siswa untuk berekspresi khusuusnya yang bersifat formal .Dengan demikian Rohis merupakan wadah yang paling strategis untuk menanamkan nilai-nilai keislaman bagi pelajar.Rohis menjadi corong yang langsung berkompeten terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah-sekolah melaui program baik formal maupun non formal yang dikordinir oleh pengurusnya.[1]
Kerohanian  Islam (Rohis) memiliki strutur keorganisasian seperti organisasi lainnya yang ada di sekolah-sekolah. Namun pengelolaanya berada dibawah naungan OSIS..Rohis menjadi bagian dari OSIS dan bergabung dalam suatu seksinya. Seluruh organisasi siswa berada dinaungan OSIS melalui  bagian kesiswaan.
Umumnya kegiatan Rohis dilaksanakan di Masjid dan dimushalah sekolah.Berikut ini salah satu model pengorganisasian yang berbasiskan masjid sekolah yang dapat dikembangkan sesuai dengan kreatifitas dan daya dukung setiap sekolah.
a.  Dewan Pembina, terdiri dari guru-guru agama islam yang membina dan memberikan sarana/fasilitas dan nasihat bagi pengurus. Majelis pertimbangan, terdiri dari kelas III dan tim alumni.
b. Ditentukan serta dapat memberikan bantuan berupa tenaga, saran dan bimbingan.
c.  Badan pengurus harian (BPH), terdiri dari ketua, wakil ketua 1 ( Putera), wakil ketua II ( Puteri), sekretaris, bendahara, dan ketua bidang. Dan mereka ini adalah lembaga eksekutif penggerak organisasi Rohis di sekolah.
d.    Bidang- bidang.
1). Bidang kaderisasi ; mengelola berbagai kegiatan kaderisasi, seperti mentoring siswa, training dan lain sebagainya. 
2). Bidang Dakwah; mengelola berbagai kegiatan syiar dan dakwah secara umum sehingga dapat terbagi kedalam beberapa seksi sesuai dengan kebutuhan seperti sesksi pengajian kelas, seksi PHBI dan sebagainya.
3). Bidang Hubungan Masyarakat; sesuai dengan tugasnya dapat di bagi menjadi beberapa seksi, seperti publikasi, dokumentasi, hubungan alumni, perwakilan kelas dan seksi hubungan guru.sekolah.
4). Bidang pendidikan dan media; dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti menangani berbagai kegiatan yang menunjang peningkatan prestasi belajar siswa muslim dan para aktifis Rohis seperti  KBM ( kelompok Belajar Muslim), try Out dan sebagainya.
2.   Konsep Organisasi Kerohanian Islam
Sebagaimana kita ketahui bahwa organisasi kerohanian islam (Rohis) merupakan wadah dan sekaligus maddah organisasi internal sekolah dibawah naungan bidang kesiswaan yang mengelola dan memberikan fasilitas berupa kegiatan/program yang bersifat keagamaan (penananaman nilai-nilai keagamaan) yang terdapat di sekolah.
Konsep yang ada pada organisasi kerohanian ini mengacu pada penanaman nilai aqidah, akhlak, syari’ah, mu’amalat, yang bertujuan untuk membimbing, mengarahkan, membentuk kepribadian, akhlak, karakter yang sesuai dengan ajaran islam.
a.    Aqidah
Penanaman aqidah hendaklah diberikan sejak dini dalam kehidupan manusia agar manusia dapat mengimani Allah dan rasulnya secara utuh. Hal inilah yang dilakukan oleh kerohanian islam dalam rangka membentuk kepribadian, karakter kepada peserta didik. Dengan memberikan penanaman aqidah ini maka peserta didik secara beransur ansur akana memiliki kedewasaan dan kepribadian serta kedewasaan beragama.  
Keseimbangan antara pikiran dan perasaan serta antara indera dan intuisi. Hal ini untuk menanamkan Belie, Ideological, keyakinan beragama, Knowledge atau Wawasan pengetahuan agama, Practical. Ritual/Amaliah Keagamaan, Experience atau Pengalaman eksperiensial tingkat kekhusyukan. Triologi Kedewasaan Beragama :  Iman, Islam, dan Ihsan Agama bukanlah Khayalan/Imaginasi. Akan tetapi, agama merupakan keimanan hidup dan kehidupan, serta sikap dan tingkah laku, serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksi manusia dengan Tuhan dan lingkungan. Orientasi Keberagamaan  dalam Beragama; Hablun Minallah, Hablun Minannas, Hablun Minalalam, Hablun Minannafsi, dan Hablun Minal Jismi. [2]

Rukun iman, islam dan ihsan, Rukun Iman 6: Aamantu bi Allaahi, wa malaa`ikatihi, wa kutubihi, wa rusuulihi, ilakh. Rukun Islam 5: An tasyhada an laa ilaha illa Allaah. Rukun Ihsan 5: Anta’buda Allaaha kaannaka taraahu faillam takun taraahu fainnahu yaraaka. 1) itqaanul ‘amal, 2) al-’amalu bit tartiib, 3) al-’amalu bi waqtihi, 4) al-’amalu bish shidqi, dan 5) al-’amalu bish shabri.
Untuk memperkuat analisis penulis dalam memahami konsep kerohanian islam maka dijelaskan dalam al-Quran surat al-luqman ayat 13 sebagai berikut :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã    (لقمان :   [3](13
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: " Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S. al-Luqman ayat 13).
Dari penjelasan di atas maka penulis menganailis bahwa penanaman aqidah yang hendaklah diberikan sejak awal. Karena penanman aqidah inilah yang akan menjadi dasar bagi terbentuknya pribadi, karakter peserta didik.
b.   Syari’at
Pembentukan karakter bukan hanya mengacu pada konsep aqidah asaja tetapi harus dilengkapi dengan syari’at, artinya ada sebuah aturan baik yang menyangkut dengan pergaulan, adap, sikap, norma-norma yang berlaku selama ia sesuai dengan ajaran islam. Oleh karena itu syari’at dalam hal ini merupakan hal terpenting agar pseserta didik  tetap berada dijalan atau posisi yang tepat.
c.    Mu’amalah
Praktek Keberagamaan harus memproteksi dan mengembkan hubungan komunikasi dan interaksi individu dengan Tuhan dan lingkungan secara sehat serta membuahkan keselamatan dan kesentosaan. Sifat batin (spiritualitas) agama membuat orang ramah terhadap berbagai bentuk ekspresi kebudayaan Interpersonal relationship are a key faktor in human well-being or  happiness. [4]
Dari penjelasan diatas maka penulis menganalisis bahwa manusia memiliki Agama bukanlah Khayalan Imaginasi. Akan tetapi, agama merupakan keimanan hidup dan kehidupan, serta sikap dan tingkah laku, serta pengembangan hubungan komunikasi dan interaksi manusia dengan Tuhan dan lingkungan. Orientasi Beragama; Hablun Minallah, Hablun Minannas, Hablun Minalalam, Hablun Minannafsi, dan Hablun Minal Jismi.

3. Aktivitas Kerhanian Islam
Syaikh Ali Makhfudz menyatakan bahwa untuk membentuk karakter, akhlak siswa diperlukan aktivitas yang dapat membimbing, mengarahkan, dan mendorong  siswa kepada menuju perubahan akhlak yang mulia sesuai dengan tujuan secara umum baik dalam bentuk organisasi kerohanian islam.
                              Kerohanian Islam (Rohis) sebagai organisasi di sekolah memiliki tujuan yang sama dengan tujuan secara umum. Tujuan pembinaan itu sendiri dapat dilihat dari defenisi, salah satunya yang dikemukakan oleh Syaikh Ali Makhfuz yang dikutip oleh Abd Rosyid shaleh, yaitu ; Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia akhirat.[5]

Definisi ini menurut  penulis  bahwa peranan pendidikan bukan saja dalam bentuk penyampaian dengan lisan tetapi sebagai ajakan baik dalam bentuk lisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan ajaran agama sebagai message yang disampaikan dengan tanpa ada unsur pemaksaan.
Pada millenium kedua ini, Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembentukan, pembangunan.pembinaan, pendidikan, karakter ini dapat diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran dan kegiatan disekolah yang berkaitan dengan nila atau norma pada setiap mata pelajaran yang perlu dikembangkan dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran, pendidikan, pembentukan serta pembinaan nilai-nilai karakter tidak hanya pada tatanan kognitif saja, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.[6]
4. Tujuan Kerohanian Islam dan  Sasaran
1.   Tujuan Rohis
Adapun tujuan Rohis yang dalam pembentukan  karakter siswa SMA Negeri 2 Padangsidimpuan di kalangan pelajar adalah  terwujudnya barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai kebenaran, terampil, kreatif dan mandiri, serta  mampu mengahadapi tantangan masa depan dan menjadi batu bata yang baik  dalam bangunan masyarakat islam.[7]
Dari penjelasan diatas penulis menganalisis bahwa tujuan rohis dan sejumlah kegiatan yang dilakasanakan dalam rangka membentuk karakter peserta didik dapat dikemukakan sebagai berikut :
(a). Membangun sekolah sebagai unsur kekuatan moral, keperibadian, karakter yang dapat menyelamatkan kehidupan remaja ditengah-tengah kehidupan sekolah dan masyarakat.
(b). Membangun pemikiran dan opini yang ilmiah yang objektif dalam kehidupan sosial budaya dan masyarakat menuju kepribadian, karakter, akhlak yang islami.
(c). Mengokohkan langkah-langkah perubahan  yang sistematis demi tercapainya tujuan pendidikan islam yaitu menjadi peserta didk yang berakhlakul karimah, berkeribadian yang baik, karakter yang baik sesuai dengan harapan sekolah dan masyarakat.
2.    Sasaran Rohis
Dengan demikian dari tujuan tersebut dapat dilihat bahwa sasaran aktivitas pembentukan  karakter siswa yang dilaksanakan oleh Rohis yaitu  tumbuh suburnya kader, simpatisan, potensi kepemimpinan, kulitas ilmiah, ilmuan, akademisi, serta terwujudnya kebangkitan Islam.
a.     Peserta didik, pembentukan karakter  adalah target yang paling khas sebagai sasaran pertama dalam pembentukan  karakter dikalngan pelajar sisiwa. Kader inilah yang nantinya akan menggerakan aktivitas Rohis di sekolah, yang merencanakan dan menjalankan program baik secara kolektif, terorganisir maupun secara individual (membina akhlakul karimah, kepribadian, karakter siswa)
b.     Tumbuh suburnya simpatisan, dalam aktivitas Rohis berorientasi pada terbentuknya simpatisan nilai-nilai kebenaran dalam jumlah yang banyak. Simpatisan pembinaan ini dapat disentuh melalui program yang bersifat umum seperti diskusi keislaman, pengajian umum, pengajian kelas dan lain sebagainya.
c.      Tumbuh suburnya potensi kepemimpinan. Potensi kepemimpinan yang tumbuh dan berkembang sejak dini adalah berbanding lurus dengan kematangan pemahamannya tentang Islam dan tanggung jawab bersama. Mulai dari berbicara  di depan umum, menjadi pembawa acara, pemimpin kegiatan dan organisasi dan lain sebagainya. Melalui berbagai sarana dan aktivitas pelajar dapat menemukan wahana untuk mengasah potensinya itu.
                                Tumbuh suburnya kualitas ilmiah dan keterampilan yang dilakukan oleh kerohanian Islam (rohis) juga berkepentingan untuk memadukan IMTAQ DAN IPTEK. Berilmu dan mengasah keterampilan dengan bingkai akhlak islami, seperti kemampuan bahasa, kompputer, kepemimpinan, menejemen dan lain sebagainya sehingga diharapkan generasi muda yang Islami memiliki daya saing dalam ilmu pengetahuan dan sains.


[1]Koesmarwanri dan Nugroho Widiyanto,  Dakwah Sekolah Di Era Baru, (Solo, Era Intermedia, 2002), h. 122

[2] Yahya Jaya, Psikologi Agama, ( IAIN IB Press, 2002), h. 65
              [3]Al-Qur’an surat al-Luqman ayat 13 : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

[4] Yahya Jaya, op.cit., h. 65
[5]Abd. Rosyid Shaleh, Menejemen Dakwah Islam, (Jakarta ; Bulan Bintang, 1993), h. 8
[6]Mansur Muslich, Pendidikan Karakter MenjawabTangtangan Krisis Multidimensional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 83-86
[7] Mahfudz Siddiq, Risalah Pendidikan Tarbiyah, (Jakarta : Pustaka Tarbiatuna, 2001),h. 35

Tidak ada komentar: