Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

HAKEKAT BELAJAR


. HAKEKAT  BELAJAR

1.      Pengertian Belajar
Belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang di berikan kepada orang supaya diketahui (diturut), sedangkan belajar berarti berusaha memperoleh  kepandaian atau ilmu[1]. Para pedagog dan psikolog berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku[2].  Proses belajar mengajar juga merupakan  perintah Allah SWT seperti proses belajar mengajar yang terjadi pada Nabi Adam AS.
Firman Allah SWT[3] :
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ (#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ tA$s% ãPyŠ$t«¯»tƒ Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ  ( البقرة  : 31-33 )
Artinya: (31) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (32) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."(33)  Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" ( Q.S Al Baqarah : 31-33 )
Bermacam-macam pendapat tentang pengertian belajar, baik pendapat dari kalangan orang awam, maupun kalangan ahli pendidikan. Berikut ini di kemukakan beberapa pendapat para ahli pendidikan tentang pengertian belajar.
Skinner, yang dikutip Muhibbin Syah, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Chaplin membatasi belajar dengan dua rumusan. Pertama: belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintznan berpendapat, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut[4].
Rahman Abror berpendapat, bahwa belajar yaitu[5]: (1) menimbulkan suatu perubahan yang relatif tetap, (2) perubahan itu membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah diperlakukan belajar, (3) perubahan itu dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa benyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (tinjauaan kelembagaan); belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti Institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudiaan dinyatakan dalam bentuk skor. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauaan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekililing siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.[6]
Sudirman mengemukakan bahwa dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.[7] Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan. Defenisi ini atau konsep ini dalam praktek banyak dianut di sekolah-sekolah, sehingga para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan / menerimanya.
Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku, baik aspek kognitif, affektif dan psikomotor. Oleh karena itu “ Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”[8]. Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. “Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.”[9]
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, yaitu[10]:
a.   Perubahan yang terjadi secara sadar. Maksudnya, individu merasakan telah terjadi ada perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuan, kecakapan dan kebiasaannya bertambah.
b.   Bersifat kontinu dan fungsional. Maksudnya perubahan dalam belajar itu berkesinambungan dan bermamfaat bagi individu itu. Misalnya suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya, dan akan berguna bagi proses belajar berikutnya.
c.   Bersifat positif dan aktif. Maksudnya, dalam perbuatan belajar perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
d.  Perubahan belajar tidak bersifat sementara. Maksudnya perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar bersifat menetap atau permanen.
e.   Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Maksudnya, perubah tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang benar-benar disadari untuk mencapainya.
f.    Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Maksudnya perubahan tingkah laku yang diperoleh individu setelah mengikuti suatu proses belajar, meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, yakni pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan (kognitif, affektif dan psikomotor).
Pendapat-pendapat para ahli pendidikan tentang pengertian belajar di atas mempunyai persamaan. Semua pendapat itu dapat penulis ambil kesimpulannya bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin. Tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan bukan perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju kearah kemajuan atau perbaikan. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Allah SWT menciptakan manusia juga tidak langsung menjadi manusia yang serba bisa tapi Allah SWT menciptakan manusia dengan kondidi tidak mengetahuai sesuatu apapun.
Firman Allah SWT Surat An-Nahal ayat 78[11]:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ     
Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

2.    Prinsip-Prinsip Belajar

Agar proses belajar ini berjalan dengan lancar dan berhasil, maka dalam pelaksanaannya harus menerapkan beberapa prinsip belajar dengan benar. Apabila prinsisp-prinsip tersebut tidak diterapkan, maka terkadang proses belajar tidak akan pernah terjadi. Kalau pun terjadi, maka akan berjalan dengan lambat dan sulit.
Menurut Muhammad ‘Utsman Najati, salah seorang psikolog muslim, menyebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar yang mesti diterapkan tersebut dalam proses belajar, adalah:
a.       Motivasi
b.      Reward (penghargaan/hadiah)
c.       Pembagian waktu belajar
d.      Repetisi (pengulangan)
e.       Partisipasi aktif dan praktek ilmiah
f.       Konsentrasi
g.      Belajar secara gradual (bertahap)[12]

3.    Gaya Belajar

Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar merupakan cara yang diimplementasikan seseorang dalam menentukan bagaimana untuk menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Cara seseorang dalam menerima, berfikir, mengingat dan memecahkan masalah terbentuk secara alamiah yang kemudian dikombinasikan sesuai dengan kondisi lingkungan disekitarnya.
Kebanyakan orang belajar dengan banyak gaya, namun biasanya lebih menyukai satu cara dari pada yang lainnya. Banyak orang yang tidak menyadari mereka lebih suka pada satu gaya karena tak ada sesuatu yang eksternal yang mengatakan kepada mereka bahwa mereka berbeda dari orang lain. Maka setiap pelajar hendaknya berusaha untuk mengetahui gaya belajarnya sendiri. Di samping itu guru dan orang tua hendaknya juga mengetahui gaya belajar masing-masing anak mereka agar bantuan yang diberikan dapat efektif.
Setiap orang belajar dengan cara melihat, mendengar, melakukan, mengecap, dan membaui. Pikiran akan mengorganisir informasi yang diperoleh, dan otak mengolahnya dan memberi tempat untuk informasi yang baru itu. Inilah yang dinamakan proses belajar alami. Tantangannya, proses belajar ini unik dan berbeda-beda setiap orang. Seorang siswa mungkin pula belajar dengan gaya yang berbeda dengan cara guru mengajar. Dalam keadaan ini maka siswa harus mengubah apa yang diajarkan menjadi gaya belajar alami dirinya sendiri.
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan berbagai kegiatan di sekolah. Gaya yang dimiliki individu dalam belajar berbeda-beda, menurut Thomas L. Madden ada lima gaya menyerap informasi yang sifatnya tradisional, yaitu[13]:
a.       Auditori (melalui indra pendengaran)
b.   Kinestetis (melalui indra peraba)
c.    Visual (melalui indra penglihatan)
d.   Olfaktori (melali indra penciuman)
e.    Gustatori (melalui indra pengecap)
Dari kelima gaya menyerap informasi ditetapkan ada tiga Gaya belajar Utama, yaitu visual, Auditori, dan Kinestetis. Gaya belajar secara Olfaktori (melalui indra penciuman) dan Gustatori (melalui indra pengecap) akan memiliki aplikasi terbatas. Tetapi keduanya merupakan proses belajar yang bagus sekali. Gunakanlah kedua cara itu ketika mempelajari kelas memasak, kelas kimia, atau kelas-kelas lain di mana kedua indra ini dapat digunakan.[14]
Dalam menerima informasi seseorang telah menggunakan beberapa cara untuk memeaksimalkan gaya belajar mereka masing-masing berupa gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Ketiga gaya belajar itu mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mudah belajar melalui apa yang mereka lihat dengan membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan berulang-ulang (membaca berulang-ulang), siswa auditori melakukan belajar melalui apa yang mereka dengar, mendengarkan melalui contoh, cerita dan mengulang informasi melalui rekaman kaset, dan siswa kinestetik belajar melalui gerak dan sentuhan dan penerapan informasi yang diterima melalui gerakan atau mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta[15].
Pendapat di atas memberikan gambaran bahwa setiap pelajar belajar dengan mengguakan ketiga modalitas namun ada kecendrungan pada salah satu diantara ketiga gaya belajar yang ditandai dengan cara-cara ataupun berbagai kegiatan yang dilakukan yang cenderung digunakan oleh seseorang siswa dalam rangka upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru (melalui visual, auditori dan kinestetik).


[1] Tim Perumus Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1990),h. 13
[2] Burhanuddin Salam, Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi,(Jakarta, Rineka Cipta, 2004),h. 7
[3] Departemen Agama RI op.cit, h 6
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 60 - 61
[5] Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), cet. ke-4, h. 67

[6] Muhibbin  Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Logos, 1999), h.91- 92
[7] Sudirman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman bagi guru dan calon guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), cet. ke-4, h. 22
[8] Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 78
[9] Ibid., h.52
[10] Nashar, Peranan Motivasi & Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004), cet. ke-2, h. 52-53
[11]  AL Quran, Departemen Agama RI,  op.cit, h 275
[12] Muhammad ‘Utsman Najati, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi SAW, terjemahan Wawan Djunaedi Soffandi, judl asli “Al Hadiitsun-Nabawiy wa ‘Ilmun-Nafs”, (Jakarta: Mustaqim, 2003), cet. ke-1, h. 217
[13] Thomas L. Madden, Feri Up Your Learning: Petunjuk Belajar Yang Dipercepat Untuk Umur 12 Tahun Ke Atas, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 143
[14] Ibid., h. 143
[15] Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2000), cet. Ke-4, h. 112

Tidak ada komentar: