Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

Hakikat Remaja dalam Pendidikan


A. Hakikat Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentan kehidupan manusia.Tiap-tiap masyarakat mempunyai standar atau batasan yang berbeda masa kanak-kanak dan masa dewasa demikian juga teori-teori perkembangan. Namun umumnya rentan usia remaja berkisar antara  11-14 tahun sampai 21 tahun. Pada masa ini berlangsung proses-proses perubahan secara biologis (Perubahan hormon terutama hormon reproduksi) dan perubahan secara psikologis yang dipengaruhi oleh masyarakat, teman sebaya dan media masa.
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat membawa akibat terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta karakter atau keperibadiaanya.[1] Jika ditinjau dari dalam Islam, istilah remaja tidaklah ditemukan, hanya hanya ada kata Baligh, sebagaimana terdapat dalam surat an-Nur ayat 59.
#sŒÎ)ur x÷n=t ã@»xÿôÛF{$# ãNä3ZÏB zOè=ßsø9$# (#qçRÉø«tFó¡uù=sù $yJŸ2 tbxø«tGó$# šúïÏ%©!$# `ÏB öNÎgÎ=ö6s% 4 šÏ9ºxx. ßûÎiüt7ムª!$# öNà6s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒOŠÅ6ym ÇÎÒÈ ( النور : 59)[2]
Artinya : Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, sepeti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. (Q.S  an-Nur ayat 59).
Dalam  yakni surat as-Shaffat ayat 102:

$¬Hs>sù x÷n=t çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMtr'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ $¬Hs>sù x÷n=t çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMtr'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ ( الّصفّات  : 102)[3]
Artinya :  Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur yang sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : hai anakku, sesungguhnya aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.(Q.S as-Shaffat ayat 102)
Pada ayat pertama, istilah baligh yang dikaitkan dengan mimpi (al-huluma). Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan untuk menentukan awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari atau terhadap mereka yang telah baligh berlakuklah segala ketentuan hukum Islam.
Pada ayat kedua, kata baligh merujuk pada usia dewasa, maksudnya adalah memiliki kesadaran penuh pada dirinya, sehingga sudah dapat diberi beban tanggung jawab (taklif), terutama tanggung jawab agama dan sosial.[4]
Al-Ghazali menamakannya dengan fase aqil, dimana tingkatan intelektual seseorang berada dalam kondisi puncak, sehingga ia mampu membedakan perilaku yang benar dan mana yang buruk. [5]
Ibnu kastir [6] menyatakan bahwa jika anak-anak sudah balig, maka mereka wajib meminta izin untuk memasuki kamar orang tuannya dalam segala kondisi.
Kata balig dalam hukum islam sebagai penetuan usia awal kewajiban dalam melaksanakan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari. Seorang yang telah balig dan berakal, beraku padanya seluruh ketentuan hukum islam. Apa bila anak yang belum balig melakukan dosa atau kejahatan maka ia berada pada posisi khusus sejalan dengan ketentuan perundang-undang.
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menggunakan istilah remaja, maka akan diungkapkan pengertian remaja menurut etimologi dan terminology. Istilah yang sering dipakai,menunjukan makna remaja antara lain : Pubertiet, Adolenscence, Dan Young . dalam bahasa Indonesia, sering dikatakan sebagai pubertas atau remaja. Istilah puberty (Inggris), atau Puberteit (Belanda), berasal dari bahasa latin. Puberitas berarti kekuasaan.Puberty sering diistilahkan masa pencapaian kematangan seksual, ditinjau dari aspek biologisnya.[7]
Adolescence berasal daribahasa latin bertti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence ini dalam arti yang luas. Sering yang mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik.[8] Ini sesuai dengan beberapa riwayat Nabi SAW yang membahas tentang ini, diriwayatkan oleh Ibn Umar r.a dia berkata :
Aku dihadapkan Rasulullah SAW untuk ikut serta dalam pasukan perang. Ketika itu aku masih berusia 14 tahun. Namun Rasulullah SAW menolak aku. Pada tahun berikutnya, aku kembali mengajukan diri untuk menjadi pasukan perang. Ketika itu aku brusia  15 tahun, maka beliau mau menerimaku. (H.R. Bukhari Muslim, Abu Daud, al-Tarmidzi dan an-Nasa’i).

Hadits diatas memberikan gambaran bahwa usia puberitas diperkirakan berusia 15 tahun.pada usia itulah seorang individu atau remaja akan bisa dibedakan secara tegas sebagai anak kecil atau remaja.  Jika ditinjau dari islam sudah diberi beban atau taklif dan diperhitungkan sebagai seorang dewasa.
Zakiah Derajat Membagi Remaja  itu kepada dua masa [9]
a.    Masa remaja pertama  (13-16 tahun),  yakni masa perpindahan dari kanak-kanak yang terkenal terang, tidak banyak debat dan soal.  Mereka memasuki masa goncang karena pertumbuhan yang cepat disegala bidang.
b.   Masa remaja akhir (17-21 tahun), dapat dikatakan bahwa perkembangan anak pada waktu itu dari segi jasmani dan rohani dan kecerdasan yang telah mendekati kesempurnaan atau dalam istilah agama dikatakan telah mencapai baligh  berakal.
Adanya perbedaan karakteristik di antara masa fase pra-puberitas, pubertas dan adolesen antara lain :[10]
a.    Pada masa pra-puberitas anak sering merasa  bingung, cemas, takut, gelisah dan sebagainya. Anak tidak tau seab-musabab dari berbagai macam perasaan yang menimbulkan keresahan pada dirinya.
b.   Pada masa pubertas, anak muda menginginkan atau mendambakan sesuatu dan mencari sesuatu, namun apa sebenarnya sesuatu itu sendiri atau tidak tahu.
c.    Ada masa adolesen, anak muda ini mulai merasa stabil, ia sudah mulai mengenal dirinya, arah hidupnya, dan sudah memiliki pendirian tertentu berdasarkan suatu pola hidup yang jelas.
Dari batasan-batasan karakteristik di atas, terlihat tidak adanya batas yang jelas yang bisa ditangkap dengan panca indera.Perbedaan-perbedaan dari ketiga fase tersebut, batasan-batasan yang diberikan, adalah batasan yang bersifat kuantitatif.
Lazimnya masa remaja diangap mulai saat anak secara  seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun, penelitian tentang perubahan tingkahlaku, sikap, dan nilai- nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja dari pada masa akhir masa remaja. Dengan demikian secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa awal dan masa akhir.
Kehidupan remaja dalam bersikap tentunya sesuai dengan perkembangan yang sedang berkembang. Dari berbagai pengertian diatas maka dapat ditarik garis lurus bahwa sikap, akhlak, kepribadian, karakter merupakan keadaan dalam diri manusia terhadap sesuatu obyek atau situasi yang mendorongnya untuk memberikan respon berupa  perilaku atau tindakan.
Sikap mempunyai tiga komponen yaitu :
1). Komponen kognitif (cognitive component): komponen ini menyangkut pengetahuan yang sudah ada dalam diri seseorang. Pengetahuan terebut berkaitan dengan ketentuan-ketentuan tentang sesuatu apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas.
2). Komponen afektif (affective component) komponen ini hanya berkaitan dengan perasaan (emosi) positif atau negativ), Senang atau tidak senang.
3). Komponen perilaku (behavior component) komponen ini menyangkut kemauan untuk memberikan respon dalam bentuk perilaku.[11]
2.   Tugas  dan Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighrust dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia (mereka) mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata.     
Untuk memahami tugas perkembangan remaja, perlu dipahami hal-hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa.“ Dewasa” dapat diartikan dari berbagai segi, sehingga dikenal istilah dewasa secara fisik, sosial, psikologis, dewasa menurut hukum dan sebagainya. Setelah seorang berusia 17 tahun dikatakan sebagai seorang yang telah dewasa dan dapat diartikan sebagai dewasa dari beberapa segi, baik dari segi fisik berarti orang tersebut telah siap melaksanakan tugas-tugas reproduksi, dewasa dari hukum yang berarti seorang telah dapat aturan-aturan dihukum  atau telah harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Havighurts mengemukakan ada 10 macam jenis tugas perkembangan remaja, yaitu :
1). Mencapai hubungan dengan teman antara lawan jenis secara lebih memuaskan dan matang.
2). Mencapai  perasaan seks dewasa yang diterima secara social.
3). Menerima keadaan badanya dan menggunakannya secara efektif.
4). Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa.
5). Mencapai kebebasan ekonomi.
6). Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan.
7)  Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8). Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga Negara yang kompeten.
9). Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social, dan
10). Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku. [12]
Dari pihak lain, remaja telah mengantisipasi tugas-tugas dalam kehidupan sosial. Bagi seorang pria, yakni merencanakan untuk menjadi seorang yang bertanggung jawab bagi kehidupan berkeluarga, sehingga tugas mempersiapkan diri untuk mencapai manusia bertanggung jawab dalam arti menjadi pendukung keluarga, baik dari segi keamaman maupun ketentraman jiwa wanita dan anak-anak telah direncanakan. Bagi remaja wanita, naluri untuk menjadi wanita yang penuh kasih sayang tetapi sekaligus menjadi wanita yang membutuhkan perlindungan, telah pula mempengaruhi upaya untuk mempersiapkan dirinya memasuki jenjang kedewasaan. [13]
Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan-perubahan menuju tahap yang lebih tinggi atau lebih baik.
Ada perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan,[14] pertumbuhan lebih banyak berperan pada sapek-aspek jasmaniah atau fisik, sedangkan perkembangan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukan perubahan atau penambahan secara kuantitas, yaitu penambanhan dalam ukuran besar atau tinggi, sedangkan perkebangan dengan peningkatan atau penyempurnaan fungsi. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedangkan perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.
Kriteria perkembangan rohani remaja dapat dilihat dari sikap hidup, sifat-sifat, perkembangan emosional dan sebagainya. Sebenarnya dari definisi yang telah dikemukakan diatas telah dapat diambil gambaran bagaimana perkembangan rohani remaja.dari banyak pendapat para ahli, salah satu pendapat tentang perkembangan remaja adalah :
1.   Perkembangan konsep diri
Pada masa ini, remaja mulai mencari siapa dirinya, perkembangan pemikiran masa formal operasional, yaitu seharusnya ia sudah mampu berpikir abstark dan hipotesis dan bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dan bisa mengambil keputusan.
2.   Perkembangan Intelegensi
Pada masa ini remaja, sudah masuk pada tahap perkembangan pemikiran formal operasional, yaitu seharusnya sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis dan memperkirakan apa yang akan terjadi dan bisa mengambil keputusan.
3.   Perkembangan emosi
Pada usia remaja, emosi seseorang belum bisa dikatakan stabil, ini ditandai dengan pengendalian emosi yang kurang, dan cenderung meledak-ledak. Hal tersebut di karenakan konflik peran yang dialami remaja. Di satu sisi ia masih di anggap anak-anak tapi di sisi lain ia dituntut untuk menjadi dewasa.
4.   Perkembangan peran sosial
Gejolak emosi yang ada pada remaja, sangat mempengaruhi peran sosial remaja, di satu sisi ia harus mengikuti keinginanan orag tua. Keinginan untuk menunjukan siapa dirinya pada orang lain, juga menentukan perkembangan peran sosial remaja, oleh karena itu ia sudah mulai berinteraksi dengan lingkungannya.
5.   Perkembangan peran seksual
Perkembangan seksual merupakan rentetan dari perkembangan fisik dan sosilal remaja, dengan adanya perubahan-perubahan fisik maka ia mulai  memikirkan ia sebagai laki-laki atau wanita. Apa yang harus ia lakukan sesuai dengan jenis kelaminnya itu. Pada peran sosial ia pun sudah mendapatkan perlakuan sesuai dengan jenis kelaminya, karena itu ia harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan tuntunan sosial atau masyarakat, berdasarkan jenis kelaminnya.
6.    Perkembangan moral dan religi
 Moral dan religi merupakan bagian penting dalam mengisi kegoncangan jiwa remaja yang disebabkan pertumbuhan jasmani yang tidak sama satu sama lainnya, sehingga menimbulkan kecemasan, dan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, khawatir dan bahkan kepercayaan terhadap agama yang telah tumbuh sebelumnya mungkin akan ikut goncang karena kecewa terhadap dirinya. Yang berakibat remaja kadang-kadang ragu terhadap Tuhannya, yang terlihat dari cara beribadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Kadang-kadang ia sangat membutuhkan Tuhan, terutama  saat mereka menghadapi bahaya, takut akan gagal, atau merasa berdosa. Tapi ia kadang-kadang ia kurang membutuhkan Tuhan, ketika mereka sedang senang, riang gembira.
Moral dan religi merupakan bagian yang sangat penting baik pertumbuhan remaja, karena moral dan religi mampu mengendalikan tingkah laku remaja. Sebagai akibat perkembangan sosial, seksual, intelegensi, dan fisiknya. Pada masa remaja mulai memikirkan arah kehidupannya berdasarkan keyakinannya. Oleh  karena itu sebagian remaja bertambah dekat dengan religi dengan moral yang baik, tetapi sebagian lagi semakin menjauh dari religi (agama) hal ini di sebabkan oleh karagu-raguan  tentang kebenaran yang ada.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan dan perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseoang. Hal ini menunjukan bahwa sikap keagamaan erat hubungannya dengan gejala kejiwaan.
Pertumbuhan mental remaja kea arah berpikir logis, mempengaruhi pandangan dan kepercayaan kepada Tuhan. Ide-ide agama, dasar keyakinan serta pokok-pokok ajaran yang diterimanya sewaktu kecil akan berkembang dan bertambah subur sejalan dengan pertumbuhan kecerdasaan. Tidak jarang ide-ide dan pokok ajaran agama ditolak datau dikritik. Bahkan remaja kadang-kadang menjadi bimbang beragama, terutama bagi mereka yang mendapat didikan agama yang memungkinkan untuk berpikir bebas dan mengkritik.
Pada masa ini remaja yang mengalami gejolak perasaan yang terkadang bertentangan antara satu dengan yang lain. Seperti rasa ketergantungan kepada orang tua yang belum dapat dihindari, pertentangan antara agama dan ilmu pengetahuan, pebedaan antara nilai-nilai moral dan kelakuan orang-orang disekitarnya, dorongan-dorongan seks dan lain sebagainya.
Kegoncangan jiwa yang disebabkan oleh ha-hal tersebut diatas tampak dalam sikap acuh tak acuh dan pemalas, sakit-sakitan, bodoh dan nakal. Akibat emosi yang tidak stabil maka keyakinannya pun terlihat maju mundur (abivalence) dan pandangannya tentang tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu. [15]


  [1] Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta : Gunung Agung, 1989), h. 8
               [2]Al-Qur’an surat an-Nur ayat 59. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, sepeti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.
           [3] Al-Qur;an surat as-Shaffat ayat 102: Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur yang sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : hai anakku, sesungguhnya aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu...”

[4] Baca lebih lanjut Wahbah Al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islam, (Damaskus : Dar al Fikr : 1986), h. 158-159
[5] Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan Menurut Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 69.
[6] Ismail Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Jilid 3, (Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999), h284.
[7]Sunarto, dan B. Agung Hartono,  Perkembangan Peseta Didik, (Jakarta : Rineka cipta,1998), h. 321
[8]Elizabeth, B. Hurlock,  Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Penerjemah Istiwidayanti Dan Soejarwo, Judul Asli Development Psycology : A Life Span Approcach,  (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 206
[9] Zakiah Darajat , Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), h. 71
[10]Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 92.   Pada refrensi lain juga mengatakan bahwa adanya 3 peiode pada masa remaja akhir (late adolescence) ,  remaja madya, (midde adolescent ) dan remaja akhir (late adolescent) perubahan pada tubuhnya, cepat terangsang pada alwan jenis dan berpotensi erotis, remaja tingakh ditandai pertumbuhan sosialnya mulai meningkat yaitu sangat embutuhkan kawan-kawan. Sedangkan remaja akhir ditandai dengan minat yang makin tinggi terhadap fungsi-fungsi inteek, bergaul bersama orang-orang lain, identitas seksual tidak berubah lagi, mulai memikirkan kepentingan  orang lain.
[11]David L. Sills (ed.). International Encyclopedia of social Sciences Vol. I, (London : Macmillan Company and Free Press, t.t.), . 450
[12]Havighurts,  Perkembangan Perserta Didik, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h. 45
[13] Sunarto, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), 43-45
[14] Nana Syaodih, landasan Psikologi Peoses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003), h. 111
[15] Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), h 35

Tidak ada komentar: