Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

Pengertian Kurikulum


A.  Pengertian Kurikulum
            Kata “kurikulum” berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yaitu jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari  start hingga finish. pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang  pendidikan. Dalam bahasa arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan manhaj, yaitu jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh  manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/ guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. 
            Al-Khauly dalam muhaimin, menjelaskan al-Manhaj sebagai  seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.[1] Pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu: 
a. Kurikulum sebagai mata pelajaran, merupakan pandangan yang  dianggap tradisional, dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran  ini biasanya erat kaitannya dengan usaha untuk memperoleh ijazah.[2]
b. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yaitu bahwa pencapaian target  pelaksanaan suatu kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh Isi atau materi pelajaran seperti yang tergambar dari hasil tes sebagai produk belajar, akan tetapi juga harus  dilihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.[3]
c. Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Hilda Taba diikuti oleh tokoh-tokoh yang lainnya, menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang  petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan. Hal ini juga sejalan  dengan rumusan kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 tahun  2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa kurikulum  adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. [4]
            Dari pengertian kurikulum diatas dapat dilihat bahwa setiap orang  mempunyai pandangan yang berbeda dalam mengartikan kurikulum. Namun dalam study tentang kurikulum yang telah dilakukan oleh banyak  ahli menunjukkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua  segi yang berbeda. Yaitu tinjauan menurut pandangan lama dan tinjauan  menurut pandangan baru. Pengertian kurikulum menurut tinjauan lama atau sering disebut  pandangan tradisional merumuskan bahwa kurikulum dipandang sebagaisejumlah mata pelajaran yang tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah
            Ilmu pengetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau  ijazah.Sedangkan kurikulum menurut pandangan baru, menurut Harold B.Alberty & Elsie J. Alberty, kurikulum adalah semua aktivitas/kegiatan  yang dilakukan oleh murid sesuai dengan peraturan-peraturan sekolah. Jadi kurikulum tidak hanya terbatas pada pengalaman dan pengetahuan anak dalam kelas atau pelajaran-pelajaran yang diberikan selama jam  pelajaran berlangsung.
            Dari kedua  pengertian tersebut, penulis sedikit banyak telah dapat  melihat sekilas perbedaan antara kurikulum tradisional dan kurikulum  menurut pandangan baru. Adapun perbedaan antara kurikulum lama dan  kurikulum baru yaitu;[5]
1. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman-pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal  yang telah dialami sebelumnya. Sedangkan kurikulum baru Berorientasi  pada masa sekarang, sebagai persiapan untuk masa yang akan datang. Pengajaran berdasarkan unit atau topic dari kehidupan masyarakat serta  sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.
2. Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang mengutamakan perkembangan segi pengetahuan akademik dan keterampilan, dengan mengabaikan perkembagan sikap, cita-cita, kebiasaan, dan sebagainya belajar lebih ditekankan pada unsur mengingat dan latihan-latihan belaka.
               Adapun penguasaan pengetahuan dan keterampilan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh ijazah atau kenaikan kelas. Kurikulum baru bertujuan untuk  pengembangkan keseluruhan pribadi siswa. Belajar bukan untuk memperoleh ijazah, melainkan agar mampu hidup didalam masyarakat.
3. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, yang diajarkan secara terpisah. Terkadang memang diadakan semacam korelasi, tetapi korelasi tersebut diadakan hanya dilakukan diantara unsur-unsur tertentu saja dalam beberapa mata pelajaran. Dalam kurikulum lama, mata pelajaran hanya berfungsi sebagai alat. Kurikulum baru disusun berdasarkan  masalah atau topik tertentu. Siswa belajar dengan mengalami sendiri,sehingga terjadi proses modifikasi dan penguatan tingkah laku melalui pengalaman dengan menggunakan mata pelajaran, oleh karena itu kurikulum disusun dalam bentuk bidang studi yang luas atau dalam bentuk integrasi dari semua mata pelajaran.
            Sedangkan menurut BSNP (badan standar nasional pendidikan) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagi pedoman  penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan  pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan  nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,satuan pendidikan dan peserta didik. oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada didaerah.[6]
            Dengan demikian penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa kurikulum adalah suatu program pendidikan yang dilaksanakan dan diberikan kepada peserta didik dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah. Program pendidikan yang dimaksud disini adalah adanya pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik baik intra maupun ekstra. Jadi tidak terbatas pada mata pelajaran saja.
2. Fungsi kurikulum
            Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu. Selain berfungsi sebagai pedoman belajar,melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus di capai, isi atau bahan pelajaran apa yang harus dikuasai, dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. menurut Alexander Inglis  mengemukakan enam fungsi kurikulum diantaranya;[7]
a. Fungsi penyesuaian
            Kurikulum harus dapat mengantar siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat.[8] Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individu pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula.
b. Fungsi integrasi
            Kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Disini kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang  terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari  masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan  sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c. Fungsi diferensiasi,
       Kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikannya (bakat, minat maupun perbedaan kemampuannya). Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas  social dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi social.
d. Fungsi persiapan
            Kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak  baik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi  maupun untuk kehidupan di masyarakat. Persiapan lebih lanjut ini  sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan  semua yang diperlukan siswa atau apa pun yang menarik perhatian mereka.
e. Fungsi pemilihan
            Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal  yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan  menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi  masyarakat yang menganut sistem demokratis. Untuk  mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
f. Fungsi diasnostik
            Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.Fungsi ini merupakan fungsi diagnostic kurikulum dan akan  membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.
            Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh kurikulum secara
keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap  pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan dengan arah filasat pendidikan  dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan.
3. Komponen-komponen kurikulum
            Kurikulum pada dasarnya memiliki komponen-komponen  penunjang yang saling berkaitan dan berintegrasi satu dengan yang lainnya  dalam rangka menca Oemar Hamalik, mengatakan bahwa ada lima komponen kurikulum yaitu:
1.Tujuan, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan  penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya.secara umum tujuan-tujuan tersebut mencakup:
a.Tujuan institusional, merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga  pendidikan atau tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga  pendidikan, artinya apa yang seharusnya dimiliki siswa setelah  menamatkan lembaga pendidikan tersebut.[9]
b. Tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran  sehingga harus mencerminkan hakikat keilmuan yang ada didalam  bidang studi itu. Bila dilihat secara operasional, maka tujuan  kurikuler adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah menyelesaikan atau mempelajari satu bidang studi atau mata pelajaran tersebut.
c.Tujuan intruksional merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler.Tujuan intruksional ini merupakan yang paling langsung  dihadapkan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar. Ada  dua macam tujuan intruksional, yaitu tujuan intruksional umum (TIU) atau juga disebut dengan tujuan pembelajaran umum danpai tujuan pendidikan.tujuan intruksional khusus (TIK) juga disebut dengan tujuan  pembelajaran khusus.[10]
2. Konten atau isi kurikulum, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi  bahan kajian dan mata pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajarmengajar,seperti pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang  disosialisasikan dengan mata pelajaran. Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan  pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa dalam rangka  mencapai tujuan pendidikan. Untuk menentukan isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi daam masyarakat, perkembangan ilmu  pengetahuan dan teknologi, disamping juga tidak terlepas dari  kaitannya dengan kondisi anak didik (psikologis anak) pada setiap jenjang pendidikan tersebut.[11]
3.Aktivitas belajar, aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai  aktivitas yang diberikan kepada pembelajar dalam situasi belajarmengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa  memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang  ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum, dapat tercapai. Berkaitan dengan aktivitas belajar, harus diperhatikan pula strategi belajar mengajar yang efektif, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:[12]
a. Pengajaran expository 
          Pengajaran expository atau penjelasan rinci ini melibatkan  pengiriman informasi dalam arah tunggal, dari suatu sumber kepembelajar. Contoh dari pengajaran ini adalah ceramah,demonstrasi, dll.
b. Pengajaran interaktif
       Pada hakikatnya, pengajaran ini sama dengan pengajaran  expository. Perbedaannya, dalam pengajaran interaktif terdapat  dorongan yang disengaja ketika terjadi interaksi antara guru dan  pembelajar, yang biasanya berbentuk pemberian pertanyaan. Dalam pendekatan ini pembelajar lebih aktif, dan keterampilan  berpikir ditingkatkan melalui unsur interaktif.
c. Pengajaran atau diskusi kelompok kecil
          Karakteristik pokok dari strategi ini melibatkan pembagian  kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang bekerja relative  bebas, untuk mencapai suatu tujuan. Peran guru berubah, dari  seorang pemberi pengetahuan menjadi koordinator aktivitas dan pengarah informasi.
d. Pengajaran inkuiri atau pemecahan masalah
          Ciri utama strategi ini adalah aktifnya pembelajar dalam  penentuan jawaban dari berbagai pertanyaan serta pemecahan  masalah. Pengajaran inkuiri biasanya melibatkan pembelajaran  dengan aktivitas yang dilaksanakan secara bebas, berpasangan atau dalam kelompok yang lebih besar.
e. Strategi inkuiri atau pemecahan masalah  belajar mengajar lainnya  Strategi belajar mengajar lain yang relatif lebih baru adalah  cooperative learning, community service project, dll.
4. Sumber
            Sumber atau resources yang dapat digunakan untuk mencapai  tujuan pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Buku dan bahan tercetak,
b. Perangkat lunak computer,
c. Film dan kaset Video,
d. Televisi, dan masih banyak lagi.
5.Evaluasi,Evaluasi atau penilaian dsilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan bersifat terbuka. Dari Evaluasi ini dapat  diperoleh keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar siswa, dan pelaksanaan kurikulum oleh guru dan tenaga kependidikan  lainnya.[13]


[1] . Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Disekolah, Madrasah, Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta; RajaGrafindo Persada, 2007). hlm. 1
[2] . Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta; kencana, 2008). hlm. 4
[3] Ibid, hlm. 7.
[4] Ibid, hlm. 8.
[5] . Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung; Remaja Rosdakarya,
2007). Hlm. 9-11
[6] Badan Standar Pendidikan Nasional (BSNP), panduan Umum Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Timur, 2006).Hlm.7.
[7] . Ibid. Hlm. 13
[8] Wina Sanjaya, Op. Cit. hlm. 14.
[9] Syarifuddin Nurdin dan M. Basyirudin Usman, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pres, 2002). Hlm. 51-52.
[10] . Ibid, Hlm. 53-54.
[11] . Ibid, Hlm. 54.
[12] . Oemar Hamalik, Op cit. Hlm. 179-180.
[13] . Ibid, hlm. 177-180

Tidak ada komentar: