Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

Krukulum Muatan Lokal ( Mulok)


A.  Krukulum Muatan Lokal ( Mulok)
1. pengertian kurikulum muatan lokal
            Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang  perlu diajarkan kepada siswa.
            Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan  kurikulum yang terdapat pada standar isi di dalam kurikulum tingkat  satuan pendidikan.           Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan  bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya  agar menyelenggarakan pendidikan dimasing-masing daerah lebih  meningkatkan relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang  bersangkutan.
            Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan  nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan  melengkapi kurikulum nasional.[1]
            Menurut Depdikbud dalam E. Mulyasa, kurikulum muatan lokal  adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan  kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai  pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.  Penentuan isi dan bahan pelajaran muatan local didasarkan pada  keadaan dan kebutuhan daerah atau lingkungan, yang dituangkan dalam
mata pelajaran dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri. Adapun materi  dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam pelaksanaannya  merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang  sesuai dengan  keadaan dan kebutuhan daerah. [2]
            Perlu dijelaskan disini keadaan daerah adalah segala sesuatu yang  terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan  lingkungan alam, lingkungan sosial dan ekonomi, serta lingkungan  budaya. Sedangkan kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat disuatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat sesuai dengan arah perkembangan serta potensi daerah yang bersangkutan.
            Mengingat kurikulum muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum nasional, maka masuknya muatan lokal tidak berarti mengubah kurikulum yang sudah ada. Artinya, ditinjau dari bidang studi yang telah ada dalam kurikulum nasional, tetap digunakan dan dijadikan rujukan dalam memasukkan bahan pengajaran muatan lokal.
            Dengan demikian sifat dari muatan lokal adalah memperkaya dan mempertajam pokok bahasan, yang telah ada dalam berbagai bidang studi dengan kepentingan dan bahan yang ada disekitarnya berdasarkan lingkungan alam,lingkungan sosial dan ekonomi, serta lingkungan budaya masyarakat setempat. Oleh sebab itu, isi program pendidikan muatan lokal berupa  bahan- bahan pengajaran dari  masyarakat  setempat, bias  pula media dan strategi pengajaran yang diangkat dan dikaitkan dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. [3]
            Dari deskripsi diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum muatan local harus benar-benar memperhatikan karakteristik lingkungan dan juga kebutuhan daerah dimana lembaga satuan pendidikan itu berada.
2. Tujuan kurikulum muatan lokal
            Secara umum muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal  pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantab tentang lingkungan dan masyarakat  sesuai dengan nilai yang berlaku didaerahnya dan mendukung  kelangsungan pembangunan daerah serta  embangunan nasional. Secara khusus pengajaran muatan lokal bertujuan agar peserta didik:
a.Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, social,dan budayanya,
b.memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,
c.Memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturanaturan yang berlaku didaerahnya, serta melestarikan dan pengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.[4]
3. Dasar pengembangan muatan lokal
            Muatan lokal merupakan gagasan-gagasan seseorang tentang  kurikulum yang antara lain memuat pandangannya terhadap suatu  pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Suatu gagasan pada dasarnya harus memiliki landasan-landasan tertentu  agar dapat dibina dan dikembangkan sesuai dengan harapan dari pencetusnya.Adapun landasan-landasan tersebut adalah:
a. Landasan Ideal
       Mengingat muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum, maka muatan lokal juga harus dikembangkan berdasarkan pancasila,Undang-Undang Dasar 45 dan ketetapan MPR Nomor II/MPR1988  tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada khususnya.Disamping itu muatan local juga perlu dikembangkan berdasarkan UU. RI. No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah Indonesia sebagai akibatnya.
b. Ladasan Hukum
            Sesuai dengan urutan terbitnya maka landasan hokum tentang muatan local adalah sebagai berikut;
1. Keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 tentang penerapan muatan local kurikulum sekolah dasar.362. Keputusan Direktur jendral pendidikan Dasar dan Menengah No.173/C/Kep/M/1987 tanggal 7 Oktober 1987 tentang petunjuk pelaksanaan penerapan muatan local kurikulum sekolah dasar. 3. Undang-Undang Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 ayat 1, pasal 37, pasal 38 ayat 1 dan pasal 39 ayat 1.4. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 14 ayat 3 dan 4 dan pasal 37.c. Landasan Teoritik         Landasan teoritik muatan local untuk sekolah dasar sebagi berikut.
1. Tingkat kemampuan berpikir murid sekolah dasar mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat kongkrit sampai tingkat abstrak, pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain teori belajar dari Ausubel dan konsep asimilasi dari Jean Peaget yang pada intinya menyatakan bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki siswa. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan baru dengan bantuan pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Fiedrich Herbart yang dikenal dengan istilah apersepsi.
2.    Pada dasarnya anak-anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Karena itu mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan senang bila diberi kesempatan  untuk enjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber belajar.
d. Landasan Demografik

1. Keindahan bangsa dan Negara Indonesia terletak pada keaneka  ragaman pada pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang  tersebar diberibu pulau dari sabang sampai meraoke. Kekaguman  terhadap bangsa dan Negara Indonesia telah dinyatakan oleh hampir seluruh bangsa didunia, karena keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila.Keanekaragaman tersebut bukan saja ada pada bidang budayanya  saja, melainkan juga pada keadaan alam, serta kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan muatan lokal.[5]
4. Isi kurikulum muatan lokal
                        Wujud dari kurikulum muatan lokal tidaklah hanya berbentuk mata pelajaran tmbahan saja, melainkan juga dalam wujud yang lain. Adapun isi kurikulum muatan lokal yaitu:
a. Memperkenalkan dan membiasakan melaksanakan norma-norma daerah betempat memakai alat peraga, alat-alat belajar, atau media pendidikan yang ada di daerah tersebut.
b. Mengambil contoh-contoh pelajaran yang ada atau sesuai dengan keadaan dan kegiatan diwilayah tersebut.
c. Memperkenalkan teori-teori yang cocok dengan kebutuhan atau kegiatan  wilayah tersebut.
d. Peserta didik diberi kesempatan berpartisipasi dan berproduksi pada usaha-usaha didaerah tersebut.
e. Keterampilan anak-anak yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja didaerah tersebut.
f. Anak-anak diikut sertakan dalam memecahkan masalah masyarakat setempat.
g. Bidang study baru yang cocok dengan kebutuhan daerah tersebut.[6]


[1] Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap Ktsp (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, SMP,dan SMA), (Pustaka Yustisia, Jakarta; 2007). Hlm. 180.
[2] E. Mulyasa, Op cit. Hlm. 273.
[3] Nana Sudjana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Disekolah (Bandung,: Sinar Baru
Alqensido, 1996). Hlm. 172-173.
[4] Khaeruddin, Mahfud Junaedi, dkk. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) Konsep Dan Implementasinya Di Madrasah,  PILAR MEDIA, 2007). hlm. 115.
[5] Syarifuddin Nurdin & M. basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,(Jakarta; CIPUTAT PERS, 2002). hlm. 64-66.
[6] Made Pidarta, Landasan Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997). hlm. 73.

Tidak ada komentar: