Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Juli 2018

Media Pembelajaran


Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media
Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.[1] Media pembelajaran merupakan aspek penting sebagai alat bantu mengajar. Di dalam proses belajar mengajar media memegang peranan penting karena di dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Dengan kata lain media pembelajaran adalah alat atau sarana yang membawa informasi dari guru sebagai sumber informasi kepada siswa sebagai penerima informasi.
2.      Jenis  Media Pembelajaran
Ada lima jenis media yang digunakan untuk pembelajaran. Leshin, dkk  membagi media menjadi empat jenis. Pertama,  media berbasis manusia (guru, instruktur, kegiatan kelompok dll), kedua, media berbasis cetakan (buku penuntun, buku kerja/latihan), ketiga, media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta, gambar dll), keempat, media berbasis audio-visual (video, film, slide bersama tape, televisi), dan kelima, media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif).
Ada empat jenis media yang digunakan untuk pembelajaran. Angkowo dan A. Kosasih, membagi media pembelajaran menjadi empat jenis sebagai berikut.
Pertama, media grafis seperti media gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, kedua, media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, dan model susun, ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, dan OHP, keempat,  lingkungan sebagai media pembelajaran.[2]
Dengan demikian, media  dibagi atas empat  jenis. Pertama, media grafis, kedua, media tiga dimensi, ketiga, media proyeksi, dan keempat, media lingkungan.
Media pembelajaran juga bisa dikelompokan berdasarkan materi pelajaran. Angkowo dan A. Kosasih mengelompokan media yang sesuai dengan materi pelajaran sebagai berikut. Pertama, media grafis, yakni pesan yang disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual (menyangkut indra penglihatan), kedua, media audio, media jenis ini berkaitan dengan indra pendengaran, ketiga, media proyeksi diam, media yang pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Jadi, media berdasarkan materi pelajaran dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Media grafis berkaitan dengan indra penglihatan, media audio berkaitan dengan indra pendengaran, dan media proyeksi diam.
Sebelum memilih sebuah media pembelajaran, ada lima hal yang perlu kita perhatikan. Menurut Wilkinson, dalam R. Angkowo dan A. Kosasih, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah.
Pertama, Tujuan, media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan, kedua, ketepatgunaan, Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapaian akademik, ketiga keadaan siswa, keempat, ketersedian, walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia, dan kelima, biaya, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.[3]

Jadi, tenaga pengajar harus jeli dalam memilih media, yakni dengan memperhitungkan tujuan, ketepatgunaan, ketersediaan, keadaan siswa dan biaya media yang akan kita pakai.
Media dianggap sebagai suatu alat bantu yang dapat merangsang keingintahuan peserta didik, sehingga dapat mengembangkan proses belajar. Dengan alat inilah peserta didik mendapatkan informasi secara tepat. Jadi, media pembelajaran adalah alat atau sarana yang membantu menyalurkan informasi dari guru kepada siswa.
Pemerolehan  pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966), ada tiga tingkatan pertama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enictive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (simbplic).[4]
Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata “simpul” dipahami dengan langsung membuat “simpul”,  pada tingkat kedua yaitu iconic (gambar/image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, photo, atau film. Meskipun siswa belum pernah membuat simpul  mereka dapat mempelajari dari gambar lukisan, photo atau film tersebut. Kemudian yang ketiga pada tingkatan simbol (membaca/mendengar) kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya dengan  pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampil an atau sikap) yang baru.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s scone of experience (kerucut pengalam Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Brunner sebagai mana dijelaskan sebelumnya.
Hasil belajar seseorang diperoreh mulai dari pengamatan langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai-kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.[5]     
                                                                                                                        Abstrak
Verbal
 









                                                                                                                                                                                                          Kongkrit
Gambar 1. Hirarki proses pembelajaran
Suatu proses pembelajaran adalah berbuat, bereaksi, mengalami, menghayati pengalaman. Belajar menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu dilakukan demi tujuan yang nyata bagi pelajaran.[6]
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa menguasi setelah pembelajaran berlangsung, dan kontek pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
3.   Fungsi dan Manfaat Media pembelajaran
Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Yusuf Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa media pembelajaran itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain :
a.       Membuat konkrit konsep yang abstrak
b.      Membawa objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa.
c.        Menampilkan objek yang terlalu besar
d.      Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang
e.       Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
f.       Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
g.      Membangkitkan motivasi belajar dan
h.      Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.[7]
Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan media pembelajaran antara lain:
a.       Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
b.      Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
c.       Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
d.      Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, dan
e.       Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Humalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi. Pembelajaran  akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.[8]
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yaitu:[9]
a. Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Khususnya gambar yang diproyeksikan melalui over head projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b. Fungsi Afektif
Fungsi afektif media visual dapat terlihat siswa ketika belajar atau membaca teks yang dari tingkat kenikmatan bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.


c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompenstoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan kontek untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan demikian, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Adapun keuntungan media pembelajaran menurut Commission on  Instructional Technologi, adalah :
a.          Media teknologi pendidikan membuat pendidikan lebih produktif.
b.       Media teknologi pendidikan menunjang pembelajaran individual atau memungkinkan penerapan individualisasi dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Media teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih ilmiah (scientific).
d.       Media teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih power full.
e.       Media teknologi pendidikan dapat membuat percepatan pendidikan lebih immediate.
Menurut Oemar Hamalik dalam Ensyclopedia of Educational mengemukakan nilai dan manfaat media pendidikan adalah:
a.        Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir untuk mengurangi verbalisme.
b.      Memperbesar perhatian siswa.
c.       Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, membuat belajar lebih mantap.
d.      Memberikan pengalaman yang nyata guna menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
e.       Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu.
f.       Membantu menumbuhkan pengertian guna membantu perkembangan bahasa.
g.      Memberikan pengalaman-pengalaman yang mudah diperoleh serta keragaman dalam mengajar.[10]


[1] Azhar Arsyad,  Media Pengajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), h 81
[2] Angkowo dan Kosasih. Media Pembelajaran. ( Jakarta: Kriya  Pustaka. 2007), h.12-13
[3] Angkowo dan Kosasih. Media Pembelajaran. (Jakarta: Kriya  Pustaka. 2007), h.14-15

[4] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosda Karya, l99l), h. 13
[5] Azhar Arsyad, h.10
[6] S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-1 h. 99

[7] Yusuf Hadimiarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, l986), h.115
[8] Ibid..
[9] Ibid.
[10] Oemar Humalik, Media Pendidikan, (Bandung: Alumni, 1986), 27-31

Tidak ada komentar: