Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa Latin medius
yang secara harfiah berarti tengah. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.[1]
Media pembelajaran merupakan aspek penting sebagai alat bantu mengajar. Di
dalam proses belajar mengajar media memegang peranan penting karena di dalam
proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Dengan kata
lain media pembelajaran adalah alat atau sarana yang membawa informasi dari
guru sebagai sumber informasi kepada siswa sebagai penerima informasi.
2. Jenis Media Pembelajaran
Ada lima jenis media yang digunakan untuk
pembelajaran. Leshin, dkk membagi media
menjadi empat jenis. Pertama, media berbasis manusia (guru,
instruktur, kegiatan kelompok dll), kedua, media berbasis cetakan (buku
penuntun, buku kerja/latihan), ketiga, media berbasis visual (buku, charts,
grafik, peta, gambar dll), keempat, media berbasis audio-visual (video,
film, slide bersama tape, televisi), dan kelima, media berbasis komputer
(pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif).
Ada empat jenis media yang digunakan untuk
pembelajaran. Angkowo dan A. Kosasih, membagi media pembelajaran menjadi empat
jenis sebagai berikut.
Pertama, media grafis seperti media gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster,
kartun, dan komik. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu
media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, kedua, media tiga dimensi
yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, dan model susun, ketiga,
media proyeksi seperti slide, film strips, film, dan OHP, keempat, lingkungan
sebagai media pembelajaran.[2]
Dengan demikian, media dibagi atas empat jenis. Pertama,
media grafis, kedua, media tiga dimensi, ketiga, media proyeksi,
dan keempat, media lingkungan.
Media pembelajaran juga bisa dikelompokan
berdasarkan materi pelajaran. Angkowo dan A. Kosasih mengelompokan media yang
sesuai dengan materi pelajaran sebagai berikut. Pertama, media grafis,
yakni pesan yang disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual
(menyangkut indra penglihatan), kedua, media audio, media jenis ini
berkaitan dengan indra pendengaran, ketiga, media proyeksi diam, media yang
pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran.
Jadi, media berdasarkan materi pelajaran dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok. Media grafis berkaitan dengan indra penglihatan, media audio
berkaitan dengan indra pendengaran, dan media proyeksi diam.
Sebelum memilih sebuah media pembelajaran, ada
lima hal yang perlu kita perhatikan. Menurut Wilkinson, dalam R. Angkowo dan A.
Kosasih, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah.
Pertama, Tujuan, media yang dipilih hendaknya
menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan, kedua, ketepatgunaan,
Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan
dan meningkatkan pencapaian akademik, ketiga keadaan siswa, keempat,
ketersedian, walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia, dan kelima,
biaya, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya
benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.[3]
Jadi, tenaga pengajar harus jeli dalam memilih
media, yakni dengan memperhitungkan tujuan, ketepatgunaan, ketersediaan,
keadaan siswa dan biaya media yang akan kita pakai.
Media dianggap sebagai suatu alat bantu yang
dapat merangsang keingintahuan peserta didik, sehingga dapat mengembangkan
proses belajar. Dengan alat inilah peserta didik mendapatkan informasi secara
tepat. Jadi, media pembelajaran adalah alat atau sarana yang membantu
menyalurkan informasi dari guru kepada siswa.
Pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan,
perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman
baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966),
ada tiga tingkatan pertama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enictive),
pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (simbplic).[4]
Pengalaman langsung adalah
mengerjakan, misalnya arti kata “simpul” dipahami dengan langsung membuat “simpul”,
pada tingkat kedua yaitu iconic
(gambar/image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, photo, atau film.
Meskipun siswa belum
pernah membuat simpul mereka dapat
mempelajari dari gambar lukisan, photo atau film tersebut. Kemudian yang ketiga
pada tingkatan simbol (membaca/mendengar) kata simpul dan mencoba
mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan
pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman
(pengetahuan, keterampil an atau sikap) yang baru.
Salah satu gambaran yang paling
banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses
belajar adalah Dale’s scone of experience (kerucut pengalam Dale).
Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan
pengalaman yang dikemukakan oleh Brunner sebagai mana dijelaskan sebelumnya.
Hasil belajar seseorang diperoreh
mulai dari pengamatan langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai-kepada lambang verbal (abstrak).
Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.[5]

|
![]() |
|||
![]() |
Kongkrit
Gambar
1. Hirarki proses pembelajaran
Suatu proses pembelajaran adalah
berbuat, bereaksi, mengalami, menghayati pengalaman. Belajar menghayati
situasi-situasi yang sebenarnya
dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu
dilakukan demi tujuan yang nyata bagi pelajaran.[6]
Dalam suatu proses belajar
mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media
pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu
metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang
sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam
memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang
diharapkan siswa menguasi setelah pembelajaran berlangsung, dan kontek pembelajaran
termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu
fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang
turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru.
3.
Fungsi
dan Manfaat Media pembelajaran
Terdapat pendapat beberapa ahli
pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar. Yusuf Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa media pembelajaran
itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain :
a.
Membuat
konkrit konsep yang abstrak
b.
Membawa
objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa.
c.
Menampilkan objek yang terlalu besar
d.
Menampilkan
objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang
e.
Mengamati
gerakan yang terlalu cepat.
f.
Memungkinkan
keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
g.
Membangkitkan
motivasi belajar dan
h.
Menyajikan
informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.[7]
Sementara itu Abu Bakar Muhammad
juga berpendapat bahwa kegunaan media pembelajaran antara lain:
a.
Mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
b.
Mampu
mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
c.
Merangsang
anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan
kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
d.
Membantu
pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu
pelajaran, dan
e.
Menimbulkan
kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam indera, melatihnya, memperhalus
perasaan dan cepat belajar.
Humalik
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi. Pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
isi pelajaran pada saat itu.[8]
Levie dan Lentz mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yaitu:[9]
a. Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran. Seringkali pada awal pembelajaran siswa tidak tertarik dengan
materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Khususnya gambar
yang diproyeksikan melalui over head projector dapat menenangkan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan
demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin
besar.
b. Fungsi Afektif
Fungsi afektif media visual dapat terlihat siswa
ketika belajar atau membaca teks yang dari tingkat kenikmatan bergambar. Gambar
atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari
temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompenstoris media pembelajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan kontek untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan demikian, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Adapun keuntungan media
pembelajaran menurut Commission on
Instructional Technologi, adalah :
a.
Media
teknologi pendidikan membuat pendidikan lebih produktif.
b.
Media teknologi pendidikan menunjang
pembelajaran individual atau memungkinkan penerapan individualisasi dalam
kegiatan pembelajaran.
c.
Media
teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih ilmiah (scientific).
d.
Media teknologi pendidikan dapat membuat
kegiatan pembelajaran lebih power full.
e.
Media
teknologi pendidikan dapat membuat percepatan pendidikan lebih immediate.
Menurut Oemar Hamalik dalam Ensyclopedia
of Educational mengemukakan nilai dan manfaat media pendidikan
adalah:
a.
Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk
berfikir untuk mengurangi verbalisme.
b.
Memperbesar
perhatian siswa.
c.
Meletakan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, membuat belajar lebih
mantap.
d.
Memberikan
pengalaman yang nyata guna menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
siswa.
e.
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu.
f.
Membantu
menumbuhkan pengertian guna membantu perkembangan bahasa.
g.
Memberikan
pengalaman-pengalaman yang mudah diperoleh serta keragaman dalam mengajar.[10]
[4] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar (Bandung
: Remaja Rosda Karya, l99l), h. 13
[8]
Ibid..
[9]
Ibid.
[10]
Oemar Humalik, Media Pendidikan, (Bandung: Alumni, 1986), 27-31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar