A.
Keberhasilan
Belajar
1. Pengertian Keberhasilan
Keberhasilan
secara etimologi berasal kata dari hasil yang artinya sesuatu yang diadakan
(dibuat, dijadikan) oleh usaha. Keberhasilan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
adalah perihal (keadaan) berhasil.[1]Keberhasilan
juga berarti memperoleh penghargaan, kepemimpinan. Keberhasilan bisa dikatakan
terlihat lebih tinggi oleh orang lain, jika terlihat dalam usaha dan kehidupan
sosial seseorang.
|
2. Pengertian Belajar
Belajar
secara etimologi adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar berasal
dari kata ajar yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui atau diturut.[2] Menurut
Made Pidarta belajar cendrung terlihat pada perubahaan perilaku yang relatif permanen
sebagai hasil pengalamaan (bukan hasil perkembangaan, pengaruh obat, atau
kecelakaan) dan melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikaannya kepada orang lain.[3]
Menurut
M. Sobry Sutikno, Belajar adalah proses orang untuk memperoleh berbagai
kecakapaan, keterampilan, dan sikap. Biasa juga di artikan bahwa, belajar itu
adalah suatu proses usaha yang di lakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhaan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungaannya.[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang tidaklah sama, sesuai dengan keadaan belajar yang
dihadapi dan di jalani.
3. Pengertian Keberhasilan belajar
Penjelasan
tentang keberhasilan dan belajar di atas dapat diketahui bahwa, keberhasilan
belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan, yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidup seseorang. Siswa dikatakan mencapai keberhasilan belajar jika
diakhir proses belajar tersebut terjadi perubahan, dari tidak tau menjadi tau.
Perubahan dari segi ilmu pengetahuan (kognitif), perubahan sikap, cara
bersosialisasi dengan lingkungan hidup di masyarakat, sehingga dapat
mengembangkan diri secara maksimal (afektif), maupun perubahan dari segi
keterampilan (psikomotor).
Siswa
dikatakan berhasil memiliki ketiga aspek pengetahuan di atas, jika
bagian-bagain yang di nilai dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
didapatkan oleh siswa. Berikut ini penjelasan tentang aspek kognitif, afektif,
dan psikomor:
a.
Kognitif
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak), berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi.[5]
Dalam ranah kognitif terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
atau aspek yang dimaksud adalah:
1)
Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge).
Adalah
kemampuan. seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya
2)
Pemahaman (comprehension)Adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
3)
Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum,
tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
4)
Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
5)
Sintesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6)
Penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation). Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan
jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan ketentuan atau kriteria yang ada.[6]
Jadi dapat dipahami bahwa tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
b. Afektif
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai.[7] Ranah
afektif dirinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1)
Menerima
atua memperhatikan (Receiving atau attending), adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2)
Menanggapi (Responding) yaitu adanya partisipasi
aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
3)
Menilai atau menghargai (Valuing ).
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan
4)
Mengatur atau
mengorganisasikan (Organization ), artinya mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum.
5)
Karakterisasi dengan
suatu nilai atau komplek nilai (Characterization by evalue or calue
complex ), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.[8]
Jadi dapat dipahami bahwa dalam ranah afektif
lebih kepada sikap seseorang. Oleh karena itu Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
c. Psikomotor
Psikomotor
merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.[9]
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Hasil
belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah
afektif. Contohnya materi kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah
SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain, yang diajarkan kepada siswa.
Setelah dijelaskan oleh guru kemudian diperkuat dengan buku-buku yang dibaca.
Kemudian siswa dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat
lainnya, tentang kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Kemudian diterapkan bersama-sama baik di lingkungan
sekolah, rumah, maupun masyarakat.
4.
Faktor-faktor
Keberhasilan Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar dibagi menjadi
dua golongan yaitu faktor intern (dalam diri induvidu) dan faktor ekstern
(diluar diri induvidu), sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor internal (dalam diri) induvidu
a.
Faktor
psikologis, diantara
beberapa faktor psikologis siswa yang berpengaruh kepada prestasi belajarnya
adalah:
1) Inteligensi . Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan antara intelegensi siswa dengan prestasi belajarnya.
Besarnya sekitar 0,50. Ini berarti bahwa 25 persen variansi prestasi belajar
dapat dijelaskan dari intelegensinya”.
2) Motivasi, merupakan kondisi psikologis yang
mendorong untuk memenuhi kebutuhan akan sesuatu. Dengan adanya motivasi dalam
diri siswa untuk belajar, siswa akan lebih giat dan tekun dalam mencapai tujuan
belajarnya. Skowronek mengatakan, bahwa adanya hubungan yang positif antara
motivasi berprestasi dengan kesuksesan belajar.[10]
3) Sikap, merupakan
pola tingkah laku yang dipelajari dan mempengaruhi seseorang untuk melakukan
sesuatu dengan cara tertentu terhadap sesuatu, objek dan ide tertentu. Diantara
bermacam-macam sikap yang dikira ada kaitanya dengan prestasi belajar adalah
sikap terhadap sekolah, guru, dan teman. Siswa yang mempunyai sikap kurang acuh
terhadap sekolahnya akan kurang giat belajar, malas mengerjakan tugas-tugas
sekolah dan mungkin juga tidak peduli terhadap sekolahnya.
4) Minat. Minat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh
berbagai pengetahuan. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga
akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar.
5) Kematangan, adalah sesuatu tingkah atau fase
dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan
kecakapan baru.[11]
Berdasarkan pendapat tersebut, maka kematangan adalah suatu kesanggupan organ
tubuh untuk menjalankan fungsinya, masing-masing kematang itu datang atau tiba
waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika
anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
6) Kesiapan, yaitu kesediaan untuk memberikan respon
atau reaksi. Diasumsikan
bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan
demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu
sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
b. Faktor Jasmani
1) Kesehatan. Faktor
kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar peserta didik, jika
kesehatan peserta didik terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk, akan menganggu proses keberhasilan belajar. Keadaan fisik yang
lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.
Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu
memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam
tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
2)
Cacat
Tubuh, adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta,
tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.[12]
3)
Faktor Kelelahan. Ada beberapa penyebab kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto
sebagai berikut:
Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang
berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai
dengan minat dan perhatian.[13]
2. Faktor
eksternal
Ada 3 Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar siswa yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat:
a.
Lingkungan Keluarga
1)
Cara orang tua mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar anaknya.
Slameto mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam
ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar
yaitu pendidikan bangsa dan Negara.[14]
2)
Hubungan kekeluargaan, yang penting dalam keluarga adalah
relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya
atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari
relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau
sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3)
Keadaan keluarga, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan
individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,
hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas
kehidupan.
4) Ekonomi
keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan
lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
5) Pengertian
Orang Tua. Anak
belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar
jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah”. Kadang-kadang anak mengalami lemah
semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin
untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.
6) Latar Belakang Kebudayaan. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di
dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belaja. Oleh karena itu perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar
yang optimal.
7) Suasana
Rumah, sangat mempengaruhi prestasi belajar, suasana rumah merupakan situasi atau
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan
belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan
ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada
keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan
sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang
menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang mengkibatkan
penuruan hasil belajar.
b. Lingkungan
Sekolah
1) Guru
dan cara mengajar. Guru dan cara mengajarnya merupakan
faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil
belajar yang akan dicapai oleh siswa.
2) Model
Pembelajaran. Model
atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh
sekali terhadap prestasi belajar siswa,
terutama pada pelajaran sain Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model
pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi
yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan
siswa, terutama pada guru sain. Dimana guru sain harus bisa
memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya: model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual,
realistik matematika problem solving dan lain sebagainya.
3) Alat-alat
Pembelajaran. Untuk
dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal
yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium dan
sebagaianya.
4) Kurikulum. Kurikulum diartikan sejumlah
kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu.
5) Waktu
Sekolah, adalah waktu terjadinya proses
belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan
malam hari.
6) Interakasi
Guru dan murid, guru
yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar
mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka
segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.
7) Disiplin
Sekolah. Kedisiplinan sekolah erat
hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar . Kedisiplinan sekolah ini misalnya
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib,
kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8) Media
Pembelajaran. Kenyataan
saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan
alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula.Media pendidikan ini misalnya
seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat
mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik.
c. Lingkungan
Masyaraka.
1) Kegiatan
siswa di masyarakat, kegiatan dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang
telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain,
belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur
waktunya.
2) Teman
Bergaul. Anak perlu bergaul dengan anak lain,
untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai
mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah
berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka
bergaul.
3) Cara
berinteraksi dilingkungan. Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal,
besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak. Misalnya anak tinggal di lingkungan
orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga
tanpa disuruh.
[5] Tohirin, M.S, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 140
[6] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1989I, h. 99-126
[7] Sunarto dan Ny. B.
Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 148
[8] Tohirin, M.S, op. cit., h. 143
[9] Tohirin, M.S, op. cit., h. 144
[10] Skowronek Helmut, Learning,
Motivation for learning and success’ Education , Tubingen, 1976. h. 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar