Cari Blog Ini

Kamis, 05 Juli 2018

KOMUNIKASI DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN


A.      Hakikat Komunikasi Efektif.
1.         Proses Komunikasi
Sebuah komunikasi akan bernilai efektif jika prosesnya berjalan lancer dan terencana. Oleh sebab itu untuk mencapai komunikasi menjadi efektif, maka seseorang mesti menguasai empat jenis keterampilan dalam berkomunikasi yaitu: 1) Menulis, 2) Membaca, 3) Berbicara, 4) Mendengar. Keempat hal  ini dikarenakan bahwa setiap hari manusia melakukan, paling tidak, satu dari  keempat hal tersebut, dilingkungan dimana manusia itu berada. Seperti juga  pernafasan, komunikasi sering di anggap sebagai suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali seseorang tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya secara efektif.
Sebagaimana dijelaskan dalam BAB I bahwa komunikasi itu berlangsung melalui tahap demi tahap yang mengharuskan seseorang yang akan berkomunikasi mesti melakukan perencanaan atau langkah- langkah.
Adapun tahapan pada proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.         Tahap Ideasi (Ideation), yaitu tahap proses penciptaan gagasan, pesan atau informasi. Pada umumnya ideasi muncul karena ada rangsangan dari luar atau saat ada kebutuhan untuk berkomunikasi pada diri peserta.
b.      Tahap Penyandian (Encoding), yaitu proses penyusunan gagasan atau pesan menjadi suatu bentuk informasi (simbol, lambang, sandi) yang akan dikirimkan termasuk pemilihan dan penentuan cara untuk menyampaikannya.
c.       Tahap Pengiriman (Transmitting), merupakan kegiatan penyampaian pesan atau informasi yang terjadi di antara peserta komunikasi.
d.      Tahap Penerimaan (Receiving), yakni proses penerimaan atau pengumpulan pesan yang terjadi pada para peserta komunikasi.
e.       Tahap Penafsiran (Decoding), yakni usaha pemberian arti terhadap informasi/pesan di antara peserta komunikasi.
f.       Tahap Pemberian Tanggapan (Respon), merupakan tindak lanjut dari penafsiran yang telah dilakukan, yakni pemberian reaksi terhadap pesan yang telah disampaikan. Jadi para peserta komunikasi menggunakan arti atau makna suatu pesan sebagai dasar untuk memberikan reaksi. Apabila respon/reaksi yang diberikan “sesuai” dengan maksud pengirim pesan berarti terjadi komunikasi yang efektif dan sebaliknya apabila “tidak sesuai” berarti telah terjadi mis-communication.
g.          Tahap Balikan (Feedback), berlangsung seiring dengan tahap-tahap komunikasi lainnya, yang berupa gejala atau fenomena yang dapat dijadikan petunjuk keberhasilan atau kegagalan suatu proses komunikasi. Jadi pengertian feedback ini harus dibedakan dengan hasil (respons).[1]
Berdasarkan paparan tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi sebenarnya tergantung pada persepsi, dan sebaliknya persepsi juga tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi tergantung persepsi masing-masing orang yang terlibat di dalamnya. Jika terdapat ketidak samaan pengertian antara penerima dan pengirim informsi akan menimbulkan kegagalan berkomunikasi itu sendiri.
Jadi secara sederhana komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses pengoperasian isi pesan berupa lambang-lambang dari komunikator ke komunikan.  Dibawah ini sebuah bagan yang mengambarkan terjadinya sebuah komunikasi, sebagai berikut:
Bagan atau siklus ini menjelaskan bahwa sebuah pesan yang disampaikan kepada komunikan diterima dengan baik, dan komunikator memahami bahwa lawan bicaranya mengerti maksud dan isi dari pesan tersebut. Secara teoritis komunikasi seperti ini sudah efektif jika konsepnya sebatas bahwa pesan diterima dan ditindak lanjuti oleh komunikan.

2. Komunikasi di tinjau dari berbagai aspek
Para pakar ilmu komunikasi mengelompokkan pembagian komunikasi dalam bentuk yang bermacam-macam. Sebagaimana telah dipaparkan Dedy Mulyana Komunikasi di lihat dari peserta atau pelaku komunikasinya terbagi menjadi 5 bagian yaitu: 
a.         Komunikasi Intra pribadi
Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri-sendiri. Contohnya berfikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak di bahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intra pribadi ini inheren dalam komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain setiap individu biasanya berkomunkasi dengan diri sendiri, hanya saja caranya tidak di sadari.
Jadi keberhasilan komunikasi selalu bergantung dengan orang lain dan bergantung pada keefektifan komunikasi dengan diri sendiri.
b.         Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi yang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
1)    Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat.
2)   Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi, kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi bebas mengubah topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antar pribadi bisa saja di dominasi oleh satu pihak, misalnya; komunikasi suami –istri di dominasi oleh suami, dan komunikasi atasan dengan bawahan selalu di kuasai oleh atasan.
Jelas sekali bahwa komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena seseorang dapat menggunakan alat indra tersebut untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikanya. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar dan televisi atau lewat teknologi komunikasi tercanggih sekalipun seperti telepon genggam, E-mail, atau telekonferensi, yang membuat manusia merasa terasing.
c.    Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antar pribadi,  karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
d.        Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang di kelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sekumpulan orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.
e.    Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi. Dalam hal ini termasuk juga komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komuniksi kebawah, komunikasi keatas, dan komuniksi horizontal, sedangkan kamunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip[2].
Demikianlah bila komunikasi tersebut di lihat dari sisi peserta komunikasinya, bahwa komunikasi itu baik verbal dan nonverbal sering di dominasi oleh salah satu pihak namun hal itu sepanjang bahwa pesan tersampaikan dengan baik dan komunikan menerima dengan baik situasi dan kondisinya, maka hal itu tidak menjadi persoalan, walaupun bagi komunikan sebenarnya memiliki tekanan psikologis.
Akan tetapi komunikasi juga bisa di tinjau sebagai proses, jika di lihat sebagai proses maka ia memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut:
1)   Komunikasi langsung
Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi ini berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.
2)   Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu, misalnya menggunakan radio, buku, dll.
Kemudian komunikasi juga bisa di lihat dari sudut pandang dan arah sasaran yang akan dituju dari komunikasi itu misalnya; (a) Komunikasi berdasarkan sasaran, komunikasi berdasarkan sasaran misalnya:
(1)      Komunikasi massa
Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak semua audiensinya yang di kenal. Dalam hal ini perlu diperhatikan :
(a)      Pesan di susun dengan jelas, tidak rumit, tidak bertele-tele
(b)      Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami
(c)      Bentuk gambar yang baik
(d)     Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio)
2)        Komunikasi kelompok
Yaitu komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat di hitung dan di kenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.
3)        Komunikasi perorangan
Yaitu komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon dalam hal ini terjadi model atau bentuk komunikasi seperti:
(a)      Komunikasi satu arah
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
(b)      Komunikasi timbal balik
Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik.[3]
Jadi komunikasi bila ditinjau dasi sudat pandang atau tujuan serta sasaran yang hendak dicapai yang penting di ingat adalah metode dan strategi bagaiman komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, dan memiliki azas manfaat.
3)      Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
a.    Komunikasi Verbal
Pada dasarnya ada dua bentuk komunikasi yang umum digunakan disetiap kondisi yaitu, komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat di kemas secara verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya di kemas secara verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang pesannya di kemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Sedang komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata.[4]
Komunikasi ini paling banyak di pakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.[5] Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
1)                  Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal misalnya lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik.[6] Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:(a) Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;(b) Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia (c) Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Menurut Hafied Changgara, ada tiga teori yang membicarakan komunikasi verbal, sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa yaitu:
(1)          Teori Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957) sebagaimana di kutip oleh hafied Canggara, bahwa teori ini menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. teori ini menyatakan bahwa jika satu organ di rangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan memberi reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia di ajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
2)             Teori kedua ialah teori Kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky. Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang di bawa dari lahir.
3)             Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah yang dikembangkan oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang di terima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.[7]
Berdasarkan ketiga teori tersebut dapat diambil sebuah pemahaman bahwa dalam berkomunikasi seseorang tidak bisa lepas dari penggunaan bahasa baik verbal nonverbal, karena dengan bahasalah seseorang dapat menjalin sebuah iteraksi sosial, bahasa yang baik dan efektif membawa kepada penafsiran yang baik dan sebaliknya bahasa yang tidak baik juga bisa membawa kepada kondisi yang tidak baik.
2)        Kata
Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang mewakili sesuatu hal, seperti orang, barang, kejadian, atau keadaan namun kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Tetapi makna kata itu adalah berhubungan langsung antara kata dan pikiran orang.[8]  
Jadi penggunaan kata- kata dalam berkomunikasi merupakn ruh dari komunikasi itu sendiri.
b.    Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Nonverbal adalah komunikasi yang pesannya di kemas dalam bentuk nonverbal, tanpa  kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai dari pada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi  hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakaikan. Karena itu komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.[9]
“Nonverbal communication is all aspects of communication other than words themselves. It includes how we utter words (inflection, volume), features, of environments that affect interaction (temperature, lighting), and objects that influence personal images and interaction patterns (dress, jewelry, furniture”)[10].

(Komunikasi non verbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri.  Hal ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan) dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi Non Verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
1.        Bahasa Tubuh berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.
2.        Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olah raga.
3.        Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.
4.        Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah[11].
Berdasarkan konsep tersebut dapat dipahami bahwa antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk  menciptakan suatu makna.
4)   Faktor- faktor penunjang dan penghambat komunikasi
a.    Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi
Dalam mengkaji efektif atau tidaknya komunikasi, maka mengetahui factor penunjang dan pendukung adalah sesuatu yang sangat perlu, karena dengan demikian dapat diminimalisir hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi dalam komunikasi misalnya salah pengertian yang bisa berakibat pada salahnya tindakan. Diantara faktor penunjang komunikasi efektifnya adalah:
1)        Penguasaan Bahasa
Kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan sarana dasar komunikasi. Baik komunikator maupun audience (penerima informasi) harus menguasai bahasa yang digunakan dalam suatu proses komunikasi agar pesan yang disampaikan bisa di megerti dan mendapatkan respon sesuai yang diharapkan.
Jika komunikator dan audience tidak menguasai bahasa yang sama, maka proses komunikasi akan menjadi lebih panjang karena harus menggunakan media perantara yang bisa menghubungkan bahasa keduanya atau yang lebih dikenal sebagai translator (penerjemah)
2)      Media Komunikasi
Media yang di maksud di sini adalah suatu alat penunjang dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Kemajuan IPTEK telah menghadirkan berbagai macam sarana komunikasi sehingga proses komunikasi menjadi lebih mudah. Semenjak ditemukannya berbagai media komunikasi yang lebih baik selain direct verbal (papyrus di Mesir serta kertas dari Cina ), maka komunikasi bisa di sampaikan secara tidak langsung walau jarak cukup jauh yaitu dengan tulisan atau surat. Semenjak penemuan sarana komunikasi elektrik yang lebih canggih lagi (televisi, radio, pager, telepon genggam dan internet) maka jangkauan komunikasi menjadi sangat luas dan tentu saja hal ini sangat membantu dalam penyebaran informasi.
Dengan semakin baiknya koneksi internet dewasa ini, maka komunikasi semakin lancar dan up to date. Misalnya saja peristiwa unjuk rasa massal yang menyebabkan kekacauan di Mesir bisa kita ketahui bahkan secara live.
3)      Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir (kecerdasan) pelaku komunikasi baik komunikator maupun audience sangat mempengaruhi kelancaran komunikasi. Jika intelektualitas si pemberi pesan lebih tinggi dari pada penerima pesan, maka si pemberi pesan harus berusaha menjelaskan. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir yang baik agar proses komunikasi bisa menjadi lebih baik dan efektif serta mengena pada tujuan yang diharapkan.
Begitu juga dalam berkomunikasi secara tidak langsung misalnya menulis artikel, buku ataupun tugas-tugas perkuliahan (laporan bacaan, makalah, kuisioner dan lain-lain), sangat dibutuhkan kemampuan berpikir yang baik sehingga penulis bisa menyampaikan pesannya dengan baik dan mudah di mengerti oleh pembacanya.
Demikian juga halnya dengan pembaca, kemampuan berpikirnya harus luas sehingga apa yang dibacanya bisa dimengerti sesuai dengan tujuan si penulis. Jika salah satu (penulis atau pembaca) tidak memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka apa yang disampaikan bisa tidak dimengerti sehingga tidak mencapaia tujuan yang diharapkan.
4)      Lingkungan yang Baik
Lingkungan yang baik juga menjadi salah satu faktor penunjang dalam berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan di suatu lingkungan yang tenang bisa lebih difahami dengan baik dibandingkan dengan komunikasi yang dilakukan di tempat bising/berisik. Komunikasi di lingkungan kampus perguruan tinggi tentu saja berbeda dengan komunikasi yang dilakukan di pasar.
b.    Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi
1.      Hambatan sosiologis
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan  kehidupan masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan Gemeinschaft dan gesellschaft.
Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan rumah tanngga.  sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Hal ini dikarenakan bahwa dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai gologan dan lapisan, hal ini akan menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, semua itu menjadi hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang termaksud dalam hambatan sosiologis.
2.    Hambatan antropologis
Manusia meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai makhluk “homo sapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Dalam komunikasi misalnya, komunikator dalam melancarkan komunikasinya dia akan berhasil apabila dia mengenal siapa komunikan dalam arti ‘siapa’ disini adalah bukan soal nama, melainkan ras, bangsa, atau suku apa si komunikan tersebut. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
Perlu diketahui bahwa komunikasi berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu di terima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau rohani.
3.    Hambatan psikologis
Factor psikologis sering menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Hal ini umunnya disebabkan sikomunikator dalam melancarkan komunikasinya tidak terlebih dahulu mengkaji si komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologi lainnya; juga jika komunikasi menaruh prasangka kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu dinilai negatif.
Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologisdan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan tidak enak.
Berkenaan dengan factor-faktor penghambat komunikasi yang bersifat sosiologis-antropologis-psikologis itu menjadi permasalahan maka upaya untuk mengatasinya ialah mengenal diri komunikan dengan mengkaji kondisi psikologinya sebelum komunikasi terjadi, dan bersikap empatik kepada komunikan.[12]
4.    Hambatan semantik
Kalau hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada komunikator. Factor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Agar proses komunikasi itu berjalan dengan baik seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah mengucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir, yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi.
Gangguan semantis juga kadang-kadang disebabkan oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Salah komunikasi ada kalanya juga disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, dalam komunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat dimengeri atau yang denotatif.
Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi, seorang komunikator harus mengucapakan pertanyaan yang jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan di sususn dalam kalimat-kalimat yang dapat dimengerti.
5.    Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contohnya: suara telepon yang kurang jelas, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang kurang jelas pada pesawat televise dan lain-lain. Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator tapi biasanya memerlukan orang-orang yang ahli di bidang tersebut misalnya teknisi.
6. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya adalah suara riuh (bising) orang-orang atau lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang dan lain-lain. Untuk menghindari hambatan ini, komunkator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan seperti yang telah disebutkan tadi.[13]
Jadi dapat dipahami bahwa dalam berkomunikasi, para pelaku komunikasi (komunikator maupun audience) harus senantiasa memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses komunikasi sehingga komunikasi yang dilakukan bisa berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Demikian halnya dalam dunia akademik, memahami pola komunikasi yang efektif amatlah di butuhkan.


[1] Ibid.
[2] Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatau Pengantar.(Bandung PT.Remaja Rosdakarya..2010) h.253
[3] Ibid.h 257
[4] Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 22
[5] Ibid., h. 22
[6] Ibid., h. 23
[7] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2007), h. 99-102
[8]Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 24
[9] Ibid,. h. 26
[10] Julia T. Wood, Communication in Our Lives, (USA:  University of North Carolina at Capital Hill,  2009), h. 131

[11] Op. Cit., h. 27

[12] Onong Uchana Effendy.. Dinamika Komunikasi.( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1992)h, 23

[13] Tierney Elizabeth. 101 Cara Berkomunikasi Lebih Baik. (Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003)h,7

Tidak ada komentar: