Cari Blog Ini

Minggu, 10 Maret 2019

Kesulitan Belajar


A.    Kesulitan Belajar
1.      Pengertian Kesulitan Belajar
Pengertian kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United State of Office of Education (USEOU) pada tahun 1997 yang dikenal dengan public law, yaitu suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa uraian atau tulisan.[1] Adapun The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah menunjuk kepada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca menulis, dan nalar. Kesulitan belajar juga dikemukakan oleh The Board of The Association for Children and Adult with Learning Disabilities (ACALD), yaitu :
a.    Suatu kondisi yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi dan atau kemampuan verbal atau non verbal.
b.    Suatu kondisi, ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki system sensoris yang cukup dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula.
Dari beberapa definisi tersebut diatas mengemukakan bahwa anak kesulitan belajar memperoleh prestasi belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Selain itu juga beberapa definisi tersebut juga mengemukakan bahwa pengertian kesulitan belajar harus disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neorologin.[2]

2.      Bentuk-Bentuk Kesulitan Belajar
Secara garis besar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial.
a.   Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan tersebut sulit diketahui karena tidak ada pengukuran yang sistematis dan sering tampak sebagai kesulitan yang disebabkan oleh tidak dikuasainya ketrampilan prasyarat.
b.   Kesulitan belajar akademik, menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan ini dapat diketahui ketika anak gagal menampilkan salah satu/beberapa kemampuan akademik.[3]

3.      Penyebab Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal.
Berbagai faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar;
a.     Faktor genetik.
b.     Luka pada otak karena trauma fisik.
c.     Biokimia yang hilang.
d.    Biokimia yang merusak otak.
e.     Pencemaran lingkungan.
f.      Gizi yang memadai.
g.     Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial.
Adapun menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesulitan belajar:
a.       Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri
Faktor ini timbul dari siswa sendiri yang seringkali tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan atau meski disadari seringkali menganggap remeh dan tidak berusaha untuk menghilangkan/ memperbaikinya, yang termasuk dalam sebab ini adalah: a) siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, b) siswa kurang berminat terhadap bahan pengajaran, c) kesehatan siswa yang terganggu, dan d) kebiasaan belajar yang kurang menguntungkan bagi siswa.
a.    Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah: a) masalah ekonomi dalam keluarga, b) masalah disharmonis dalam keluarga, c) kurangnya kontrol dalam keluarga.
b.    Faktor-faktor yang bersumber dari masyarakat
c.    Gangguan dari jenis kelamin.
a.   Terlalu aktif dalam organisasi.
b.   Tidak mempunyai teman belajar bersama untuk kesulitan belajar.[4]

4.      Mengatasi Kesulitan Belajar
Usaha mengatasi kesulitan belajar Dalam rangka usaha dalam mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karenaitu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber- sumber penyebab lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan efisien.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu Pengumpulan data, pengolahandata, diagnosis, treatment, dan evaluasi. Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi belajar sebagai berikut: [5]
a.    Pengumpulan data,untuk mengumpulkan sumber penyebab kesulitan
Belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perludi adakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Di samping itui, teknik wawancara ataupun teknik dokumentasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data.
b.      Pengolahan data, data yang telah dikumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan seksama.
c.       Diagnosis, diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.Tentu saja keputusan yang diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah.
d.      Prognosis yaitu keputusan yang diambil berdasarkan diagnosis menjadi pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesuliatan belajar.
e.       Treatment, treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang disusun pada tahap prognosis.
Evaluasi, evaluasi disini bertujuan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik atau tidak. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkungan masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.


[1]ttp://www.google.com.kesulitan+belajar+Pembelajaran+PAI.
[2] Abdurrahman Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 6-8.
[3] Ibid, h: 11-12.
[4]Oemar, Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar.  Bandung. Tarsito, hal: 112
[5] Ibid, h. 115

Tidak ada komentar: