A. Metode ALYAQIN
1.
Pengertian Metode ALYAQIN
Metode ALYAQIN terdiri dari dua kata yaitu
metode dan ALYAQIN. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud.[1]
Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Thariqah yang berarti
langkah-langkah yang diambil guru yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.[2]
Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka langkah tersebut harus diwujudkan
dalam proses pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian
agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna
dengan baik.
Selanjutnya Hasan Langgulung, Abd al-Rahman
Ghunainah dan Ahmad Tafsir mendefenisikan metode sebagaimana yang dikutip oleh
Ramayulis, bahwa metode menurut Hasan Langgulung adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Abd al-Rahman Ghunainah
menyatakan bahwa metode adalah cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan
Ahmad Tafsir mendefenisikan metode adalah cara yang paling tepat dan cepat
dalam mengajarkan mata pelajaran.[3]
Dari berbagai pengertian metode yang
sudah diberikan oleh para ahli, dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu
cara yang digunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaranuntuk mencapai tujuan
pengajaran.
Sedangkan kata ALYAQIN
menrupakan singkatan dari al-Azam – yaqra’ – talqin.[4]
Metode ALYAQIN adalah suatu metode praktis untuk membaca dan menghafal
ayat al-Qur’an. Metode ini diciptakan oleh
ustad Roni Dasman, alumni Institut Studi Islam Darussalam Gontor Jawa Timur. Sampai saat ini, konsep metode ALYAQIN telah diterjemahkan ke dalam bahasa
internasional, termasuk bahasa Inggris dan Hiragana-Jepang. Terjemahan bahasa
yang beragam mempunyai tujuan agar metode ALYAQIN bisa dipakai oleh setiap umat
seluruh penjuru dunia yang ingin menghafal ayat suci al-Qur’an.[5]
2.
Tahapan metode ALYAQIN
Dalam metode ALYAQIN ketiga tahapan al-Azam, Yaqra’ dan Talqin tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan.
a.
al-Azam
Tahap pertama dalam metode ini
adalah al-Azam, yang merupakan kunci utama untuk bisa menerapakan metode
ALYAQIN. al-Azam berasal dari bahasa Arab yang artinya kehendak atau
kemauan yang kuat untuk bisa praktek metode ALYAQIN. Seseorang yang ingin
menghafal al-Qur’an mesti bertekad kuat, berniat ikhlas, semanagat yang tinggi,
dan menargetkan diri agar mampu konsisten dalam waktu yang telah diprogramkan,
dengan memiliki keinginan yang kuat (strong desire) yang didasarkan atas
niat ikhlas hanya mencari ridha Allah semata. Seseorang yang berinteraksi dengan al-Qur’an, akan memperoleh
hidayah dari Allah SWT serta manfaat lainnya seperti ketenangan bathin,
kejernihan pikiran, kesehatan jasmani maupun rohani.[6]
Dalam menerapkan tahap al-Azam,
guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memberikan
berbagai motivasi agar siswa memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk
mengahafal ayat al-Qur’an.
b.
Yaqra’
Tahap kedua setelah
kita ber-azam yang kuat, yaitu tahap Yaqra’. Yaqra’ berasal dari bahasa Arab yang merupakan fi’il mudhari’ artinya
membaca. Membaca yang dimaksud adalah dalam arti fi’il mustaqbal, yaitu
tidak sekedar qara’a (membaca ayat) tetapi disertai istimrariyyah (membaca
ayat berulang-ulang dan berkesinambungan).
Membaca satu ayat
berulang-ulang akan menjadikan hafal ayatnya. Qara’a dengan
istimrariyyah (membaca
dengan berulang-ulang) inilah yang memudahkan dalam menghafal al-Qur’an. Karena dapat
langsung hafal cukup dengan membacanya sebanyak-berulang-ulang. Banyaknya
pengulangan yang dilakukan
dianjurkan sekurang-kurangnya 5 (lima) kali. Semakin banyak pengulangan yang dilakukan semakin baik karena
akan membuat tenang, bahkan menjadikan lebih sadar bahwa sedang
berbicara dengan Allah melalui ayat yang dibaca.[7]
Cara mempraktekkan tahap Yaqra’
adalah:
Bacalah
ayat yang hendak dihafal dengan tenang sebanyak 5 (lima) kali. Pastikan mata melihat
tulisan ayat yang dibaca. Setiap kali selesai membaca lafadz ayat, berhentilah
sejenak untuk melakukan hal-hal berikut:
1.
Berhenti tahap awal
Baca dan pahamilah
terjemah dari ayat yang dibaca.
Pemahaman terjemahan ayat sangat membantu kita dalam proses menghafal suatu
ayat
2.
Berhenti tahap kedua
Pastikan mengingat awal
kalimat dari ayat yang dibaca, karena hal ini akan memudahkan dalam review hafalan contoh: ذلِكَ
3.
Berhenti tahap ketiga
Ingatlah awal huruf
hijaiyah dari ayat yang dibaca,
contoh: huruf ذ
4.
Berhenti tahap keempat
Rasakan ketenangan dalam
membaca seoalah-olah sedang berbicara dengan Allah SWT. Pengalaman membaca pada tahap
ini mulai menjadikan sedikit hafal dari ayat yang dibaca
5.
Berhenti tahap kelima
c.
Talqin
Yang dimaksud dengan Talqin adalah
kepastian penyampaian (pendiktean). Dalam metode ini, seseorang yang ingin
membaca dan menghafal suatu ayat, ia harus memastikan bahwa ayat yang telah ia
hafal sudah diklarifikasikan penyampaiannya melalui instrument simbol berupa
huruf latin.
Dalam
tahap Talqin ini,
fungsi otak kanan akan lebih dipakai dalam mengingat simbol yang telah
ditransliterasikan kedalam huruf latin, sehingga memori bacaan ayat seseorang
akan tersimpan secara baik, terarah, dinamis dan tetap fundamental.
Cara
mempraktekkan tahap Talqin
(pendiktean mandiri) sebagai berikut:
1.
Ingatlah simbol huruf contoh: “A” sebagai pengikat hafalan ayat.
Dengan mengingat simbol terrsebut, kita lebih mempunyai sarana untuk mengingat
kembali ayat yang telah kita hafal.
2.
Bukalah kembali buku panduan, guna memastikan kebenaran dan
keshahihan ayat yang telah kita hafal.
3.
Ulangilah apa yang telah kita lakukan serta pastikan kita
mengingat simbol huruf “A” dengan otak kanan, guna menjadikan hafalan tersimpan
secara lebih baik.[9]
Dengan
demikian, untuk melaksanakan metode ALYAQIN, guru harus melaksanakan tiga tahap
yaitu, al-Azam, Yaqra’, dan Talqin. Pada tahap al-Azam, guru menguatkan
tekad dan memberi motivasi kepada siswa untuk dapat menghafal dengan baik.
Selanjutnya pada tahap Yaqra’ siswa membaca ayat secara berulang-ulang
minimal 5x. Kemudian siswa membaca ayat dengan melihat awalan ayat, awalan
huruf hijaiyah ayat yang akan dihafal dan siswa membacanya secara berulang-ulaag.
Pada tahap Talqin, siswa melihat awalan huruf latin dari setiap ayat
yang akan dihafal untuk memudahkan mengingat. Berikut ini salah satu contoh
penerapan metode ALYAQIN.
Q.S.
aL-Ikhlas/112: 1-4
No. Ayat
|
Awal lafadz
|
Yaqra’
5x melihat ayat
|
Talqin
5x tidak melihat ayat
|
1
|
قُلْ
|
ق
|
Q
|
2
|
اللهُ
|
أ
|
A
|
3
|
لَمْ يَلِدْ
|
ل
|
L
|
4
|
وَلَمْ
|
و
|
W
|
B. Pendidikan al-Qur’an
1.
Pengertian Pendidikan al-Qur’an
Mata pelajaran pendidikan al-Qur’an adalah pemberian pengetahuan
serta bimbingan tentang membaca, menulis, menghafal, memahami, mengahayati, dan
mengamalkan kandungan al-Qur’an yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, dan
akhlak.[10]
2.
Tujuan Pendidikan al-Qur’an di SMK
Mata
pelajaran pendidikan al-Qur’an pada tingkat SMK bertujuan:
a.
Meningkatkan
kompetensi membaca, menerjemahkan, menghafal, memahami, menghayati isi al-Qur’an
sebagai lanjutan dari tingkat pendidikan sebelumnya
b.
Meningkatkan
rasa cinta terhadap al-Qur’an dan senang membacanya
c.
Terbiasa
mengamalkan isi al-Qur’an, baik berkenaan dengan aqidah, ibadah maupun akhlak
d.
Menghafal
minimal 20 surat pendek pilihan yang terdapat dalam juz ‘Amma dan ayat-ayat
pilihan lainnya
e.
Meningkatkan
efektifitas baca tulis al-Qur’an dan pemahamannya di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat[11]
3.
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan al-Qur’an di SMK
Standar
kompetensi lulusan pendidikan al-Qur’an
pada tingkat SMK yaitu:
a.
Membiasakan membaca al-Qur’an dengan bacaan murattal
b.
Menuliskan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan kaedah penulisan khath nasakh
c.
Melafalkan 20 surat pendek pilihan dalam juz ‘amma dan memahami kandungannya
sebagai kelanjutan dari tingkat sebelumnya.
d.
Memahami ayat-ayat pilihan lainnya yang berhubungan dengan aqidah, ibadah,
akhlaq serta ilmu pengetahuan dan teknologi
e.
Mengamalkan ajaran al-Qur’an yang telah dipelajari terkait dengan aqidah,
ibadah, dan akhlaq dalam kehidupan.[12]
4.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pendidikan al-Qur’an di SMK
a.
Kelas X semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1.
Memahami isi ayat-ayat al-Qur’an mengenai amal shaleh dan hari akhir
|
1.1 Membaca secara murattal, menghafal dan menulis
khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai amal shaleh dan hari akhir (Q.S. az-Zalzalah/99:
1-8 dan Q.S. an-Nahl/16: 97)
1.2 Menjelaskan amal shaleh dan hari akhir (Q.S.
az-Zalzalah/99: 1-8 dan Q.S. an-Nahl/16: 97)
|
2.
Membiasakan shalat tahajud
|
2.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai shalat tahajud (Q.S. al-Furqan/25:
63-64 dan Q.S. al-Isra’/17: 79)
2.2 Menjelaskan hikmah shalat tahajud (Q.S. al-Furqan/25:
63-64 dan Q.S. al-Isra’/17: 79)
2.3 Mencontohkan pelaksanaan shalat tahajud
|
3.
Memahami keutamaan ilmu dalam kehidupan
|
3.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai keutamaan ilmu (Q.S.
al-‘Alaq/96: 1-19, al-Mujadilah/58:11 dan al-Fathir/35: 28)
3.2 Menjelaskan keutamaan ilmu dalam kehidupan (Q.S.
al-‘Alaq/96: 1-19, al-Mujadilah/58:11 dan al-Fathir/35: 28)
|
4.
Memahami hikmah larangan pernikahan silang
|
4.1 Membaca secara murattal dan menghafal Q.S.
al-Baqarah ayat 221 mengenai larangan pernikahan silang
4.2 Menjelaskan larangan pernikahan silang
dalam Q.S. al-Baqarah ayat 221
|
b.
Kelas X semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
5.
Menerapkan tata cara berkomunikasi
|
5.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai tata cara berkomunikasi (Q.S.
al-Baqarah/2: 263, al-Isra’/17: 23 dan 28, an-Nisa’/4: 63, dan at-Thaha/20:
44)
5.2 Menjelaskan tata cara berkomunikasi (Q.S.
al-Baqarah/2: 263, al-Isra’/17: 23 dan 28, an-Nisa’/4: 63, dan at-Thaha/20:
44)
5.3 Membaca dan menjelaskan ayat al-Qur’an
mengenai pentingnya tabayyun dalam menerima informasi (Q.S. al-Hujurat/49 :6)
5.4 Mencotohkan tata cara berkomunikasi yang
baik menurut al-Qur’an
|
6.
Memahami keberadaan manusia sebagai makhluk mulia
|
6.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai keberadaan manusia sebagai
makhluk yang mulia (Q.S. at-Tin/95: 1-8 dan al-Isra’/17: 70)
6.2 Menjelaskan keberadaan manusia sebagai
makhluk yang mulia (Q.S. at-Tin/95: 1-8 dan al-Isra’/17: 70)
|
7.
Menghindari perilaku berputus asa
|
7.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku ikhlas (Q.S.
al-Insyirah/94: 1-8, dan Q.S. Yusuf /12: 87)
7.2 Menjelaskan dekatnya pertolongan Allah (Q.S.
al-Insyirah/94: 1-8, dan Q.S. Yusuf /12: 87)
7.3 Mencontohkan perilaku yang menghindari
sifat putus asa
|
8.
Mengamalkan shalat dhuha dalam kehidupan
|
8.1 Membaca dan menjelaskan isi hadis mengenai
shalat dhuha
8.2 Menjelaskan hikmah shalat dhuha
8.3 Mempraktekkan shalat dhuha
|
c.
Kelas XI semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1.
Menghindari perilaku hubbundunya
|
1.1
Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat
tentang perilaku hubbuddunya (Q.S. al-Humazah/104: 1-9 dan Q.S. al-Hadid/57:
20)
1.2 Menjelaskan ayat-ayat tentang perilaku hubbuddunya
(Q.S. al-Humazah/104: 1-9 dan Q.S. al-Hadid/57: 20)
1.3 Mencontohkan perilaku yang menghindari hubbuddunya
|
2.
Memahami ayat-ayat mengenai keseimbangan dunia dan akhirat
|
2.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai keseimbangan dunia dan
akhirat (Q.S. al-Qashash/28: 77 dan Q.S. al-Baqarah/2: 201)
2.2 Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai
keseimbangan dunia dan akhirat (Q.S. al-Qashash/28: 77 dan Q.S. al-Baqarah/2:
201)
|
3. Menghindari
perilaku bermegah-megahan dan sombong
|
3.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku bermegah-megahan
dan sombong (Q.S. at-Takasur/102: 1-8 dan Q.S. al-A’raf/7:40)
3.2 Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai
perilaku bermegah-megahan dan sombong (Q.S. at-Takasur/102: 1-8 dan Q.S.
al-A’raf/7:40)
3.3 Mencontohkan perilaku bermegah-megahan dan
sombong
|
4 Menerapkan isi
ayat-ayat mengenai hari pembalasan
|
4.1 Menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an
mengenai hari pembalasan (Q.S. al-Qari’ah/101:1-11 dan Q.S. al-Infithar/82:
1-19)
4.2 Menjelaskan ayat-ayat mengenai hari
pembalasan (Q.S. al-Qari’ah/101:1-11 dan Q.S. al-Infithar/82: 1-19)
4.3 Mengamalkan perilaku yang mencerminkan
keyakinan terhadap hari pembalasan
|
d.
Kelas XI semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
5.
Menghindari perilaku munafiq, kafir dan fasiq
|
5.1
Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an
mengenai hubungan antar munafiq, kafir dan fasiq (Q.S. at-Taubah/9: 67-68;
an-Nisa’/4: 142 dan 150-151; dan al-Hasyr/59: 19)
5.2
Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an
mengenai tanda-tanda dan hubungan antara munafiq, kafir, dan fasiq (Q.S.
at-Taubah/9: 67-68; an-Nisa’/4: 142 dan 150-151; dan al-Hasyr/59: 19)
5.3 Mencontohkan cara menghindari perilaku
munafiq, kafir dan fasiq
|
6.
Menghindari perilaku kufur nikmat
|
6.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai kufur nikmat (Q.S. al-‘Adiyat/100:
1-11 dan Ibrahim/14: 7)
6.2 Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai
perilaku kufur nikmat (Q.S. al-‘Adiyat/100: 1-11 dan Ibrahim/14: 7)
6.3 Mencontohkan perilaku menghindari kufur
nikmat
|
7.
Menerapkan perilaku ikhlas
|
7.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku ikhlas (Q.S.
al-Bayyinah/98: 1-8, dan Q.S. al-Hijr /15: 39-40)
7.2 Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai
perilaku ikhlas (Q.S. al-Bayyinah/98: 1-8, dan Q.S. al-Hijr /15: 39-40)
|
8.
Memahami isi ayat-ayat mengenai kesuksesan hidup
|
8.1 Membaca secara murattal, menghafal dan
menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai kesuksesan hidup (Q.S.
al-Lail/92: 1-15, dan Q.S. ash-Shaf /61: 10-11)
8.2 Menjelaskan ayat-ayat mengenai kesuksesan
hidup (Q.S. al-Lail/92: 1-15, dan Q.S. ash-Shaf /61: 10-11)
|
e. Kelas
XII semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1.
Menghindari perilaku melalaikan shalat
|
1.1
Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat
al-Qur’an mengenai perilaku melalaikan
shalat (Q.S. al-Ma’un/107: 1-7 dan Q.S. al-Muddatstsir/74: 42-43)
1.2
Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an
mengenai perilaku melalaikan shalat (Q.S.
al-Ma’un/107: 1-7 dan Q.S. al-Muddatstsir/74: 42-43)
1.3
Mencontohkan cara menghindari perilaku melalaikan shalat
|
2.
Memahami ayat-ayat al-Qur’an mengenai nafsu manusia
|
2.1
Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an
mengenai macam-macam nafsu manusia (Q.S. al-Fajr/89: 1-30, Yusuf/ 12: 53 dan Q.S.
al-Qiyamah/75: 2)
2.2 Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai
macam-macam nafsu manusia (Q.S. al-Fajr/89: 1-30, Yusuf/ 12: 53 dan Q.S.
al-Qiyamah/75: 2)
|
3.
Memahami isi ayat-ayat al-Qur’an mengenai tazkiyatun nafs
|
3.1
Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an
mengenai tazkiyatun nafs (Q.S. al-A’la/87: 1-19 dan Q.S. asy-Syams/91:
1-15)
3.2
Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai tazkiyatun nafs (Q.S.
al-A’la/87: 1-19 dan Q.S. asy-Syams/91: 1-15)
|
f.
Kelas XII semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
4.
Memahami ciri-ciri hamba yang shaleh
|
4.1
Membaca secara murattal, dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an
mengenai ciri-ciri hamba yang shaleh (Q.S. Ali Imran/3: 114)
4.2
Menjelaskan ciri-ciri hamba yang shaleh (Q.S. Ali Imran/3: 114)
|
5.
Memahami ciri-ciri ibadurrahman
|
5.1
Membaca secara murattal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an
mengenai ciri-ciri ibadurrahman (al-Furqan/25: 63-77)
5.2
Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai ciri-ciri ibadurrahman
(al-Furqan/25: 63-77)[13]
|
5. Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
a.
Pengertian Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
Secara etimologi, pembelajaran adalah kata benda (noun)
dari kata kerja (verb) belajar, yang berarti proses, cara, menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.[14]
Selanjutnya secara terminologi, pembelajaran adalah hal membelajarkan artinya
mengacu kepada segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana
menghasilkan terjadinya peristiwa belajar dalam diri orang
tersebut. Istilah pembelajaran ini diperkenalkan sebagai ganti istilah
pengajaran.[15]
Menurut
Syaiful Sagala, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pendidik sedangkan belajar dilakukan
oleh peserta didik.[16]
Wina Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan
yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih
baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa.[17]
Sedangkan menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun sedemikian rupa meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.[18]
Dalam
istilah pembelajaran yang lebih dipengaruhi oleh hasil teknologi yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar
yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa
dituntut beraktivitas penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.[19]
Dengan demikian, kalau dalam istilah pengajaran guru memegang peranan utama
dalam memberikan informasi kepada siswa, maka dalam pemebelajaran guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi siswa.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan
pembelajaran Pendidikan al-Qur’an adalah segala aktivitas yang dilakukan supaya
terjadinya peristiwa “belajar” pada diri siswa sehingga tujuan pendidikan al-Qur’an
dapat tercapai.
b.
Perencanaan Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
Perencanaan
merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan dan menentukan seperangkat
keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan.[20]
Sedangkan yang dimaksud dengan Perencanaan pembelajaran adalah proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan dan metode dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[21]
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar
(KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
1)Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat
dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau
beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani
urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs,
MA, dan MAK.[22]
2)Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam silabus. RPP pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk
memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.[23]
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap
guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan
RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan.
Komponen RPP adalah:
a) Identitas mata
pelajaran
Identitas mata pelajaran,
meliputi: satuan pendidikan,kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
b) Standar
kompetensi
Standar
kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran.
c) Kompetensi
dasar
Kompetensi
dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
d) Indikator pencapaian
kompetensi
Indikator
kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran
Tujuan
pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g) Alokasi waktu
Alokasi
waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar.
h) Metode
pembelajaran
Metode
pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran
agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada
setiap mata pelajaran.
i) Kegiatan
pembelajaran
1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan
awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
2) Inti
Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3) Penutup
Penutup
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
j) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
k) Sumber belajar
Penentuan sumber
belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi
ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.[24]
Ada beberapa prisip penyusunan RPP yaitu:
1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan
peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3) Mengembangkan
budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pernlielajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.[25]
Prinsip-prinsip penyusunan RPP serta komponen RPP merupakan hal yang
mesti diperhatikan oleh guru Pendidikan al-Qur’an dalam menyusun RPP.
Perencanaan pembelajaran Pendidikan al-Qur’an harus dibuat guru dengan baik
karena dengan dengan perencanaan yang baik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
c.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan
Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1)
Menyiapkan peserta didik secara
psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran
2)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
3)
Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode
yang disesuaikan dengan karakteristik pesertadidik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan
peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c) memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca
dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna
b) memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa
rasa takut
d) memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
can kolaboratif
e)
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
f) rnenfasilitasi
peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil
kerja individual maupun kelompok
h) memfasilitasi
peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan
i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya
diri peserta didik.[28]
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1)
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
3) memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
4)
memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar
b) membantu menyelesaikan masalah
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan
pengecekan hasil eksplorasi
d) memberi
informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh
3. Kegiatan
Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik
Dari penjelasan di atas, dapat
diketahui bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran seorang guru harus
mempunyai keterampilan-keterampilan mengajar mulai dari membuka pelajaran
sampai pada menutup pelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung efektif dan
mencapai tujuan pembelajaran
d.
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan
dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang sesuatu sitem pengajaran. Rumusan itu mempunyai tiga implikasi,
yaitu:
1)
Evaluasi
adalah suatu proses terus menerus, dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran
sampai berakhir pengajaran.
2)
Proses
evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu yakni untuk bagaimana
memperbaiki pengajaran.
3)
Evaluasi
menuntut penggunaan alat-alat yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.[31]
Dengan
demikian evaluasi merupakan proses yang berkenaan dengan pengumpulan informasi
yang memungkinkan kita menentukan tingkat kemajuan pengajaran dan bagaiman
berbuat pada waktu-waktu mendatang. Evaluasi
dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1.
Memperoleh
informasi yang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas serta efektifitas
belajar siswa.
2.
Memperoleh
bahan feed back.
3.
Memperoleh
informasi yang diperlukan untuk memperbaiki dan meyempurnakan kegiatan mengajar
guru.
4. Memperoleh informasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan serta
mengembangkan program.[32]
Jadi dari penjelasan di atas, dapat
dipahami bahwa pentingnya penggunaan evaluasi dalam pembelajaran ditujukan
untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, mengevaluasi kegiatan guru dan mengevaluasi
sistem pengajaran (program pengajaran).
Langkah pertama yang harus ditempuh
guru dalam mengadakan evaluasi ialah menetapkan apa yang menjadi sasaran atau
objek evaluasi. Sasaran ini penting diketahui agar memudahkan guru dalam
menyusun alat evaluasinya. Objek evaluasi meliputi tiga ranah, yaitu:
a.
Ranah kogniitif, yaitu ranah yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual siswa mulai dari yang sederhana yaitu mengingat sampai kemampuan
pemecahan masalah (problem solving). Ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu,
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
1)
Pengatahuan
(recalling), kemampuan seseorang
untuk mengingat-ingat kembali tentang ide, gejala, rumus, dan lain sebagainya.
2)
Pemahaman
(komprehension), kemampuan seseorang
untuk memahami sesuatu itu diingat.
3)
Aplikasi
(Aplication), kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum dalam situasi baru.
4)
Analisis
(Analysis) kemampuan seseorang untuk
merincikan atau menguraikan sesuatu.
5)
Sintesis
(Syntesis) adalah proses memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga membentuk pola baru.
6)
Evaluasi
(Evaluation), kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terrhadap suatu situasi, nilai atau ide.[33]
Untuk
menilai ranah kognitif dipergunakan beberapa tes yaitu:
1)
Tes
lisan yaitu peserta didik mendapat pertanyaan secara lisan yang harus dijawab
secara lisan pula.
2)
Tes
tulisan yang terdiri dari tes tulisan uraian dan tes tulisan objektif.
3)
Portofolio yaitu koleksi pekerjaan
peserta didik yang menunjukkan segala usaha peserta didik, kemajuan dan
pencapaian belajar.[34]
b.
Ranah afektif, yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni, penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
1)
Penerimaan (receiving) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari
luar yang datang kedalam dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
sebagainya.
2)
Pemberian respon (Responding) adalah keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi
suatu gagasan atau sistem.
3)
Penghargaan terhadap nilai (evaluating) merupakan perasaan,
keyakinan, anggapan suatu gagasan, benda atau cara berfikir tertentu mempunyai
nilai.
4)
Pengorganisasian (organization) adalah saling keterhubungan antara nilai-nilai
tertentu dalam suatu sistem.
5)
Pengalaman (characterization) adalah
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.[35]
Untuk
menilai sikap keberagamaan dipergunakan teknik penilaian non tes, di antaranya
yaitu:
1)
Observasi
prilaku yaitu suatu penilaian yang dilakukan dengan mengamati kejadian
perbuatan yang berkaitan dengan perilaku seseorang.
2)
Wawancara.
3)
Laporan
pribadi.
4)
Skala
sikap.[36]
c.
Ranah psikomotor, yaitu ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. meliputi enam tingkatan yaitu: gerakan
reflek, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan kemampuan fisik, gerakan
terampil, gerakan indah dan keratif.[37]
Untuk
menilai ranah psikomotorik dipergunakan tes perbuatan yaitu tes yang
dipergunakan untuk menilai berbagai macam perintah yang harus dilaksanakan
peserta didik yang berbentuk perbuatan, penampilan atau kinerja.[38]
Setelah
sasaran penilaian ditetapkan maka langkah kedua bagi guru adalah menetapkan
alat evaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
pertama, tes yang terdiri dari tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Kedua,
non tes yang terdiri dari observasi, wawancara, studi kasus dan rating scale.[39]
Evaluasi atau penilaian hasil
belajar dapat dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: pertama, tahap jangka pendek
yakni penilaian yang dilaksanakan guru pada akhir proses belajar mengajar.
Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni
penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar berlangsung bebrapa kali dan
telah menempuh periode, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada
akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.
Ada tiga prinsip dalam evaluasi pembelajaran yaitu:
a.
Prinsip keseluruhan
Evaluasi dikatakan
terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat,
utuh atau menyeluruh.
b.
Prinsip kesinambungan
Evaluasi yang baik
adalah evaluasi yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari
waktu ke waktu
c.
Prinsip obyektifitas
Prinsip obyektifitas
mengandung makna bahwa evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari
faktor-faktor yang sifatnya subjektif.[40]
Penilaian atau evaluasi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut:
a.
Memiliki validitas, artinya penilaian harus benar-benar mengukur
apa yang hendak di ukur
b.
Mempunyai reliabilitas, suatu alat evaluasi memiliki reliabiltas
apabila menunjukkan ketetapan hasil
c.
Objektivitas, suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa
yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat
evaluasi
d.
Efisiensi, suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa
membuang waktu dan uang yang banyak
e.
Kegunaan/kepraktisan, artinya alat evaluasi usefullness atau harus
berguna untuk memberikan keterangan tentang siswa.[41]
[1] Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1565
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: kalam Mulia, 2002), h. 184
[4] Roni Dasman,
Buku Panduan 2 Minggu Hafal Juz ‘Amma Metode AlYaqin Internasional, (Lubuk Sikaping: Pusat Studi Al-Qur’an,
2010), h. 1
[10] Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 70 Tahun
2010 tentang Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan al-Qur’an
[13]Ibid
[14]Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-7, h. 14
[15]Munadir, Ensiklopedia Pendidikan,
(Malang:UM Press, 2001), h. 255
[16]Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,
(Bandung: Alfabeta, 2005), h. 61
[17]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 102
[18]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta:Bumi Aksara, 1995), h. 57
[19] Wina Sanjaya, op.cit., h. 103
[20] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan
Pendidikan Suatu pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h, 27
[21] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 17
[22] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
[23] E. Mulyasa, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 221
[31] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Prndekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003 ), h. 210
[32] Roestiyah, NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan,(Jakarta:
Bina Aksara, 1999), h. 88
[36] Ramayulis, Op. Cit, h 427- 429
[38] Ramayulis, Op. Cit, h 423
[40] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 31-33
[41]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
op.cit., h. 157-158
Tidak ada komentar:
Posting Komentar