Cari Blog Ini

Minggu, 10 Maret 2019

Metode ALYAQIN


A.      Metode ALYAQIN
1.                            Pengertian Metode ALYAQIN
Metode ALYAQIN terdiri dari dua kata yaitu metode dan ALYAQIN. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.[1] Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Thariqah yang berarti langkah-langkah yang diambil guru yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[2] Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Selanjutnya Hasan Langgulung, Abd al-Rahman Ghunainah dan Ahmad Tafsir mendefenisikan metode sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, bahwa metode menurut Hasan Langgulung adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Abd al-Rahman Ghunainah menyatakan bahwa metode adalah cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan Ahmad Tafsir mendefenisikan metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.[3]
                        Dari berbagai pengertian metode yang sudah diberikan oleh para ahli, dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu cara yang digunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaranuntuk mencapai tujuan pengajaran.
Sedangkan kata ALYAQIN menrupakan singkatan dari al-Azamyaqra’talqin.[4] Metode ALYAQIN adalah suatu metode praktis untuk membaca dan menghafal ayat al-Qur’an. Metode ini diciptakan oleh ustad Roni Dasman, alumni Institut Studi Islam Darussalam Gontor Jawa Timur. Sampai saat ini, konsep metode ALYAQIN telah diterjemahkan ke dalam bahasa internasional, termasuk bahasa Inggris dan Hiragana-Jepang. Terjemahan bahasa yang beragam mempunyai tujuan agar metode ALYAQIN bisa dipakai oleh setiap umat seluruh penjuru dunia yang ingin menghafal ayat suci al-Qur’an.[5]

2.                            Tahapan metode ALYAQIN
Dalam metode ALYAQIN ketiga tahapan al-Azam, Yaqra’  dan Talqin tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan.
a.         al-Azam
            Tahap pertama dalam metode ini adalah al-Azam, yang merupakan kunci utama untuk bisa menerapakan metode ALYAQIN. al-Azam berasal dari bahasa Arab yang artinya kehendak atau kemauan yang kuat untuk bisa praktek metode ALYAQIN. Seseorang yang ingin menghafal al-Qur’an mesti bertekad kuat, berniat ikhlas, semanagat yang tinggi, dan menargetkan diri agar mampu konsisten dalam waktu yang telah diprogramkan, dengan memiliki keinginan yang kuat (strong desire) yang didasarkan atas niat ikhlas hanya mencari ridha Allah semata. Seseorang yang berinteraksi dengan al-Qur’an, akan memperoleh hidayah dari Allah SWT serta manfaat lainnya seperti ketenangan bathin, kejernihan pikiran, kesehatan jasmani maupun rohani.[6]
            Dalam menerapkan tahap al-Azam, guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memberikan berbagai motivasi agar siswa memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk mengahafal ayat al-Qur’an.


b.         Yaqra’
        Tahap kedua setelah kita ber-azam yang kuat, yaitu tahap Yaqra’. Yaqra’ berasal dari bahasa Arab  yang merupakan fi’il mudhari’ artinya membaca. Membaca yang dimaksud adalah dalam arti fiil mustaqbal, yaitu tidak sekedar qara’a (membaca ayat) tetapi disertai istimrariyyah (membaca ayat berulang-ulang dan berkesinambungan).
        Membaca satu ayat berulang-ulang akan menjadikan hafal ayatnya. Qara’a dengan istimrariyyah (membaca dengan berulang-ulang) inilah yang memudahkan dalam menghafal al-Qur’an. Karena dapat langsung hafal cukup dengan membacanya sebanyak-berulang-ulang. Banyaknya pengulangan yang  dilakukan dianjurkan sekurang-kurangnya 5 (lima) kali. Semakin banyak pengulangan yang  dilakukan semakin baik karena akan membuat tenang, bahkan menjadikan lebih sadar bahwa sedang berbicara dengan Allah melalui ayat yang dibaca.[7]
       Cara mempraktekkan tahap Yaqra’ adalah:
Bacalah ayat yang hendak dihafal dengan tenang sebanyak 5 (lima) kali. Pastikan mata melihat tulisan ayat yang dibaca. Setiap kali selesai membaca lafadz ayat, berhentilah sejenak untuk melakukan hal-hal berikut:
1.      Berhenti tahap awal
Baca dan pahamilah terjemah dari ayat yang  dibaca. Pemahaman terjemahan ayat sangat membantu kita dalam proses menghafal suatu ayat
2.      Berhenti tahap kedua
Pastikan mengingat awal kalimat dari ayat yang dibaca, karena hal ini akan memudahkan  dalam review hafalan contoh: ذلِكَ
3.      Berhenti tahap ketiga
Ingatlah awal huruf hijaiyah dari ayat yang  dibaca, contoh: huruf ذ
4.      Berhenti tahap keempat
Rasakan ketenangan dalam membaca seoalah-olah sedang berbicara dengan Allah SWT. Pengalaman membaca pada tahap ini mulai menjadikan sedikit hafal dari ayat yang dibaca
5.      Berhenti tahap kelima
Bacalah sehingga paham apa yang dibaca. Setelah tahap ini barulah masuk tahap talqin[8]
c.         Talqin
         Yang dimaksud dengan Talqin adalah kepastian penyampaian (pendiktean). Dalam metode ini, seseorang yang ingin membaca dan menghafal suatu ayat, ia harus memastikan bahwa ayat yang telah ia hafal sudah diklarifikasikan penyampaiannya melalui instrument simbol berupa huruf latin.
     Dalam tahap Talqin ini, fungsi otak kanan akan lebih dipakai dalam mengingat simbol yang telah ditransliterasikan kedalam huruf latin, sehingga memori bacaan ayat seseorang akan tersimpan secara baik, terarah, dinamis dan tetap fundamental.
     Cara mempraktekkan tahap Talqin (pendiktean mandiri) sebagai berikut:
1.      Ingatlah simbol huruf contoh: “A” sebagai pengikat hafalan ayat. Dengan mengingat simbol terrsebut, kita lebih mempunyai sarana untuk mengingat kembali ayat yang telah kita hafal.
2.      Bukalah kembali buku panduan, guna memastikan kebenaran dan keshahihan ayat yang telah kita hafal.
3.      Ulangilah apa yang telah kita lakukan serta pastikan kita mengingat simbol huruf “A” dengan otak kanan, guna menjadikan hafalan tersimpan secara lebih baik.[9]
     Dengan demikian, untuk melaksanakan metode ALYAQIN, guru harus melaksanakan tiga tahap yaitu, al-Azam, Yaqra’, dan Talqin.  Pada tahap al-Azam, guru menguatkan tekad dan memberi motivasi kepada siswa untuk dapat menghafal dengan baik. Selanjutnya pada tahap Yaqra’ siswa membaca ayat secara berulang-ulang minimal 5x. Kemudian siswa membaca ayat dengan melihat awalan ayat, awalan huruf hijaiyah ayat yang akan dihafal dan siswa membacanya secara berulang-ulaag. Pada tahap Talqin, siswa melihat awalan huruf latin dari setiap ayat yang akan dihafal untuk memudahkan mengingat. Berikut ini salah satu contoh penerapan metode ALYAQIN.
Q.S. aL-Ikhlas/112: 1-4
No. Ayat
Awal lafadz
Yaqra’
5x melihat ayat
Talqin
5x tidak melihat ayat
1
قُلْ
ق
Q
2
اللهُ
أ
A
3
لَمْ يَلِدْ
ل
L
4
وَلَمْ
و
W

B.       Pendidikan al-Qur’an
1.                            Pengertian Pendidikan al-Qur’an
Mata pelajaran pendidikan al-Qur’an adalah pemberian pengetahuan serta bimbingan tentang membaca, menulis, menghafal, memahami, mengahayati, dan mengamalkan kandungan al-Qur’an yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, dan akhlak.[10]
2.                            Tujuan Pendidikan al-Qur’an di SMK
Mata pelajaran pendidikan al-Qur’an pada tingkat SMK bertujuan:
a.       Meningkatkan kompetensi membaca, menerjemahkan, menghafal, memahami, menghayati isi al-Qur’an sebagai lanjutan dari tingkat pendidikan sebelumnya
b.      Meningkatkan rasa cinta terhadap al-Qur’an dan senang membacanya
c.       Terbiasa mengamalkan isi al-Qur’an, baik berkenaan dengan aqidah, ibadah maupun akhlak
d.      Menghafal minimal 20 surat pendek pilihan yang terdapat dalam juz ‘Amma dan ayat-ayat pilihan lainnya
e.       Meningkatkan efektifitas baca tulis al-Qur’an dan pemahamannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat[11]

3.                            Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan al-Qur’an di SMK
Standar kompetensi lulusan pendidikan al-Qur’an pada tingkat SMK yaitu:
a.    Membiasakan membaca al-Qur’an dengan bacaan murattal
b.    Menuliskan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan kaedah penulisan khath nasakh
c.    Melafalkan 20 surat pendek pilihan dalam juz ‘amma dan memahami kandungannya sebagai kelanjutan dari tingkat sebelumnya.
d.   Memahami ayat-ayat pilihan lainnya yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq serta ilmu pengetahuan dan teknologi
e.    Mengamalkan ajaran al-Qur’an yang telah dipelajari terkait dengan aqidah, ibadah, dan akhlaq dalam kehidupan.[12]

4.    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan al-Qur’an di SMK
a.    Kelas X semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.    Memahami isi ayat-ayat al-Qur’an mengenai amal shaleh dan hari akhir
1.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai amal shaleh dan hari akhir (Q.S. az-Zalzalah/99: 1-8 dan Q.S. an-Nahl/16: 97)
1.2      Menjelaskan amal shaleh dan hari akhir (Q.S. az-Zalzalah/99: 1-8 dan Q.S. an-Nahl/16: 97)
2.    Membiasakan shalat tahajud
2.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai shalat tahajud (Q.S. al-Furqan/25: 63-64 dan Q.S. al-Isra’/17: 79)
2.2     Menjelaskan hikmah shalat tahajud (Q.S. al-Furqan/25: 63-64 dan Q.S. al-Isra’/17: 79)
2.3     Mencontohkan pelaksanaan shalat tahajud

3.    Memahami keutamaan ilmu dalam kehidupan
3.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai keutamaan ilmu (Q.S. al-‘Alaq/96: 1-19, al-Mujadilah/58:11 dan al-Fathir/35: 28)
3.2      Menjelaskan keutamaan ilmu dalam kehidupan (Q.S. al-‘Alaq/96: 1-19, al-Mujadilah/58:11 dan al-Fathir/35: 28)
4.    Memahami hikmah larangan pernikahan silang

4.1     Membaca secara murattal dan menghafal Q.S. al-Baqarah ayat 221 mengenai larangan pernikahan silang
4.2     Menjelaskan larangan pernikahan silang dalam Q.S. al-Baqarah ayat 221

b.    Kelas X semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5.    Menerapkan tata cara berkomunikasi
5.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai tata cara berkomunikasi (Q.S. al-Baqarah/2: 263, al-Isra’/17: 23 dan 28, an-Nisa’/4: 63, dan at-Thaha/20: 44)
5.2      Menjelaskan tata cara berkomunikasi (Q.S. al-Baqarah/2: 263, al-Isra’/17: 23 dan 28, an-Nisa’/4: 63, dan at-Thaha/20: 44)
5.3     Membaca dan menjelaskan ayat al-Qur’an mengenai pentingnya tabayyun dalam menerima informasi (Q.S. al-Hujurat/49 :6)
5.4     Mencotohkan tata cara berkomunikasi yang baik menurut al-Qur’an
6.    Memahami keberadaan manusia sebagai makhluk mulia
6.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai keberadaan manusia sebagai makhluk yang mulia (Q.S. at-Tin/95: 1-8 dan al-Isra’/17: 70)
6.2     Menjelaskan keberadaan manusia sebagai makhluk yang mulia (Q.S. at-Tin/95: 1-8 dan al-Isra’/17: 70)

7.    Menghindari perilaku berputus asa
7.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku ikhlas (Q.S. al-Insyirah/94: 1-8, dan Q.S. Yusuf /12: 87)
7.2      Menjelaskan dekatnya pertolongan Allah (Q.S. al-Insyirah/94: 1-8, dan Q.S. Yusuf /12: 87)
7.3     Mencontohkan perilaku yang menghindari sifat putus asa
8.    Mengamalkan shalat dhuha dalam kehidupan

8.1     Membaca dan menjelaskan isi hadis mengenai shalat dhuha
8.2     Menjelaskan hikmah shalat dhuha
8.3     Mempraktekkan shalat dhuha

c.    Kelas XI semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.   Menghindari perilaku hubbundunya
1.1    Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat tentang perilaku hubbuddunya (Q.S. al-Humazah/104: 1-9 dan Q.S. al-Hadid/57: 20)
1.2      Menjelaskan ayat-ayat tentang perilaku hubbuddunya (Q.S. al-Humazah/104: 1-9 dan Q.S. al-Hadid/57: 20)
1.3     Mencontohkan perilaku yang menghindari hubbuddunya
2.   Memahami ayat-ayat mengenai keseimbangan dunia dan akhirat
2.1      Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai keseimbangan dunia dan akhirat (Q.S. al-Qashash/28: 77 dan Q.S. al-Baqarah/2: 201)
2.2      Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai keseimbangan dunia dan akhirat (Q.S. al-Qashash/28: 77 dan Q.S. al-Baqarah/2: 201)
3.    Menghindari perilaku bermegah-megahan dan sombong
3.1      Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku bermegah-megahan dan sombong (Q.S. at-Takasur/102: 1-8 dan Q.S. al-A’raf/7:40)
3.2      Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku bermegah-megahan dan sombong (Q.S. at-Takasur/102: 1-8 dan Q.S. al-A’raf/7:40)
3.3     Mencontohkan perilaku bermegah-megahan dan sombong
4      Menerapkan isi ayat-ayat mengenai hari pembalasan

4.1     Menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai hari pembalasan (Q.S. al-Qari’ah/101:1-11 dan Q.S. al-Infithar/82: 1-19)
4.2     Menjelaskan ayat-ayat mengenai hari pembalasan (Q.S. al-Qari’ah/101:1-11 dan Q.S. al-Infithar/82: 1-19)
4.3     Mengamalkan perilaku yang mencerminkan keyakinan terhadap hari pembalasan

d.   Kelas XI semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5.   Menghindari perilaku munafiq, kafir dan fasiq
5.1    Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai hubungan antar munafiq, kafir dan fasiq (Q.S. at-Taubah/9: 67-68; an-Nisa’/4: 142 dan 150-151; dan al-Hasyr/59: 19)
5.2          Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai tanda-tanda dan hubungan antara munafiq, kafir, dan fasiq (Q.S. at-Taubah/9: 67-68; an-Nisa’/4: 142 dan 150-151; dan al-Hasyr/59: 19)
5.3     Mencontohkan cara menghindari perilaku munafiq, kafir dan fasiq
6.    Menghindari perilaku kufur nikmat
6.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai kufur nikmat (Q.S. al-‘Adiyat/100: 1-11 dan Ibrahim/14: 7)
6.2     Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku kufur nikmat (Q.S. al-‘Adiyat/100: 1-11 dan Ibrahim/14: 7)
6.3     Mencontohkan perilaku menghindari kufur nikmat

7.    Menerapkan perilaku ikhlas
7.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku ikhlas (Q.S. al-Bayyinah/98: 1-8, dan Q.S. al-Hijr /15: 39-40)
7.2      Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai perilaku ikhlas (Q.S. al-Bayyinah/98: 1-8, dan Q.S. al-Hijr /15: 39-40)
8.    Memahami isi ayat-ayat mengenai kesuksesan hidup

8.1     Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai kesuksesan hidup (Q.S. al-Lail/92: 1-15, dan Q.S. ash-Shaf /61: 10-11)
8.2     Menjelaskan ayat-ayat mengenai kesuksesan hidup (Q.S. al-Lail/92: 1-15, dan Q.S. ash-Shaf /61: 10-11)


e.   Kelas XII semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.   Menghindari perilaku melalaikan shalat
1.1    Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai  perilaku melalaikan shalat (Q.S. al-Ma’un/107: 1-7 dan Q.S. al-Muddatstsir/74: 42-43)
1.2     Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai  perilaku melalaikan shalat (Q.S. al-Ma’un/107: 1-7 dan Q.S. al-Muddatstsir/74: 42-43)
1.3    Mencontohkan cara menghindari perilaku melalaikan shalat
2.   Memahami ayat-ayat al-Qur’an mengenai nafsu manusia
2.1    Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai macam-macam nafsu manusia (Q.S. al-Fajr/89: 1-30, Yusuf/ 12: 53 dan Q.S. al-Qiyamah/75: 2)
2.2      Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai macam-macam nafsu manusia (Q.S. al-Fajr/89: 1-30, Yusuf/ 12: 53 dan Q.S. al-Qiyamah/75: 2)
3.    Memahami isi ayat-ayat al-Qur’an mengenai tazkiyatun nafs
3.1    Membaca secara murattal, menghafal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai tazkiyatun nafs (Q.S. al-A’la/87: 1-19 dan Q.S. asy-Syams/91: 1-15)
3.2    Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai tazkiyatun nafs (Q.S. al-A’la/87: 1-19 dan Q.S. asy-Syams/91: 1-15)

f.       Kelas XII semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
4.   Memahami ciri-ciri hamba yang shaleh
4.1    Membaca secara murattal, dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai ciri-ciri hamba yang shaleh (Q.S. Ali Imran/3: 114)
4.2    Menjelaskan ciri-ciri hamba yang shaleh (Q.S. Ali Imran/3: 114)
5.   Memahami ciri-ciri ibadurrahman
5.1    Membaca secara murattal dan menulis khath naskhi ayat-ayat al-Qur’an mengenai ciri-ciri ibadurrahman (al-Furqan/25: 63-77)
5.2    Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an mengenai ciri-ciri ibadurrahman (al-Furqan/25: 63-77)[13]

5. Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
a.    Pengertian Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
                                    Secara etimologi, pembelajaran adalah kata benda (noun) dari kata kerja (verb) belajar, yang berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[14] Selanjutnya secara terminologi, pembelajaran adalah hal membelajarkan artinya mengacu kepada segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar dalam diri orang tersebut. Istilah pembelajaran ini diperkenalkan sebagai ganti istilah pengajaran.[15]
                                    Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.[16] Wina Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa.[17] Sedangkan menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun sedemikian rupa meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.[18]
                                    Dalam istilah pembelajaran yang lebih dipengaruhi oleh hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.[19] Dengan demikian, kalau dalam istilah pengajaran guru memegang peranan utama dalam memberikan informasi kepada siswa, maka dalam pemebelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi siswa.
                                    Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan al-Qur’an adalah segala aktivitas yang dilakukan supaya terjadinya peristiwa “belajar” pada diri siswa sehingga tujuan pendidikan al-Qur’an dapat tercapai.
b.    Perencanaan Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan.[20] Sedangkan yang dimaksud dengan Perencanaan pembelajaran adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[21]
                              Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompe­tensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembela­jaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
1)Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, ma­teri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pen­capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lu­lusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Ting­kat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus di­susun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang ber­tanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pen­didikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang me­nangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.[22]
2)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam silabus. RPP pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.[23]
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke­giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun  RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah:
   a)  Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pela­jaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
                b) Standar kompetensi
                      Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemam­puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
              c) Kompetensi dasar
                   Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter­tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe­tensi dalam suatu pelajaran.
d)      Indikator pencapaian kompetensi
                   Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai­an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera­sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran
                   Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan ha­sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f) Materi ajar
                   Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro­sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe­tensi.
g) Alokasi waktu
                   Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan un­tuk pencapaian KD dan beban belajar.
h) Metode pembelajaran
                   Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela­jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi­lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ­asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i)   Kegiatan pembelajaran
                         1)  Pendahuluan
                        Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
2)  Inti
               Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di­lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang­kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpul­an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
j) Penilaian hasil belajar
                     Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom­petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
k) Sumber belajar
                     Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom­petensi.[24]

                 Ada beberapa prisip penyusunan RPP yaitu:
1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
  RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, krea­tivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang­kan kegemaran membaca, pemahaman beragam ba­caan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4)  Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, ke­giatan pernlielajaran, indikator pencapaian kompeten­si, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengako­modasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6)  Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra­si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.[25]
                           Prinsip-prinsip penyusunan RPP serta komponen RPP merupakan hal yang mesti diperhatikan oleh guru Pendidikan al-Qur’an dalam menyusun RPP. Perencanaan pembelajaran Pendidikan al-Qur’an harus dibuat guru dengan baik karena dengan dengan perencanaan yang baik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c.    Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
         Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a.  Kegiatan Pendahuluan
       Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1)   Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses    pembelajaran
2)    Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengait­kan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
3)  Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai  silabus.[26]
b. Kegiatan Inti
        Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem­belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me­motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi­tas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
   Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuai­kan dengan karakteristik pesertadidik dan mata pela­jaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
                 1) Eksplorasi
                   Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
                  a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prin­sip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b)    menggunakan beragam pendekatan pembela­jaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c)  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam se­tiap kegiatan pembelajaran; dan
e)    memfasilitasi peserta didik melakukan per­cobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.[27]
2. Elaborasi
     Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan me­nulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
  b)  memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk  memuncul­kan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
  c)   memberi kesempatan untuk berpikir, menga­nalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
d)    memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif
 e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
  f)   rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
 g)    memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
 h)    memfasilitasi peserta didik melakukan pamer­an, turnamen, festival, serta produk yang diha­silkan
i)   memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa per­caya diri peserta didik.[28]
            c. Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,  isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik
2)   memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplo­rasi dan elaborasi peserta didik melalui ber­bagai sumber
3)   memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
4)   memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a)   berfungsi sebagai narasumber dan fasilita­tor dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan be­nar
b)   membantu menyelesaikan masalah
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil eksplorasi
d)   memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh
e)   memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.[29]
3.     Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a.   bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran
b.   melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsis­ten dan terprogram
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
d.   merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layan­an konseling dan/atau memberikan tugas balk tu­gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik
e.   menyampaikan rencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya.[30]
  Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran seorang guru harus mempunyai keterampilan-keterampilan mengajar mulai dari membuka pelajaran sampai pada menutup pelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran
d.        Evaluasi Pembelajaran Pendidikan al-Qur’an
                        Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang sesuatu sitem pengajaran. Rumusan itu mempunyai tiga implikasi, yaitu:
1)   Evaluasi adalah suatu proses terus menerus, dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai berakhir pengajaran.
2)   Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu yakni untuk bagaimana memperbaiki pengajaran.
3)   Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.[31]

                            Dengan demikian evaluasi merupakan proses yang berkenaan dengan pengumpulan informasi yang memungkinkan kita menentukan tingkat kemajuan pengajaran dan bagaiman berbuat pada waktu-waktu mendatang. Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1.    Memperoleh informasi yang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas serta efektifitas belajar siswa.
2.    Memperoleh bahan feed back.
3.    Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki dan meyempurnakan kegiatan mengajar guru.
4.    Memperoleh informasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan serta mengembangkan program.[32]
            Jadi dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pentingnya penggunaan evaluasi dalam pembelajaran ditujukan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, mengevaluasi kegiatan guru dan mengevaluasi sistem pengajaran (program pengajaran).
            Langkah pertama yang harus ditempuh guru dalam mengadakan evaluasi ialah menetapkan apa yang menjadi sasaran atau objek evaluasi. Sasaran ini penting diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasinya. Objek evaluasi meliputi tiga ranah, yaitu:
a.    Ranah kogniitif, yaitu ranah yang berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa mulai dari yang sederhana yaitu mengingat sampai kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu, pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
1)        Pengatahuan (recalling), kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali tentang ide, gejala, rumus, dan lain sebagainya.
2)        Pemahaman (komprehension), kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu itu diingat.
3)        Aplikasi (Aplication), kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum dalam situasi baru.
4)        Analisis (Analysis) kemampuan seseorang untuk merincikan atau menguraikan sesuatu.
5)        Sintesis (Syntesis) adalah proses memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga membentuk pola baru.
6)        Evaluasi (Evaluation), kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terrhadap suatu situasi, nilai atau ide.[33]
Untuk menilai ranah kognitif dipergunakan beberapa tes yaitu:
1)        Tes lisan yaitu peserta didik mendapat pertanyaan secara lisan yang harus dijawab secara lisan pula.
2)        Tes tulisan yang terdiri dari tes tulisan uraian dan tes tulisan objektif.
3)        Portofolio yaitu koleksi pekerjaan peserta didik yang menunjukkan segala usaha peserta didik, kemajuan dan pencapaian belajar.[34]
b.    Ranah afektif, yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
1)        Penerimaan (receiving) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kedalam dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan sebagainya.
2)        Pemberian respon (Responding) adalah keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi suatu gagasan atau sistem.
3)        Penghargaan terhadap nilai (evaluating) merupakan perasaan, keyakinan, anggapan suatu gagasan, benda atau cara berfikir tertentu mempunyai nilai.
4)        Pengorganisasian (organization) adalah saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem.
5)        Pengalaman (characterization) adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.[35]
Untuk menilai sikap keberagamaan dipergunakan teknik penilaian non tes, di antaranya yaitu:
1)      Observasi prilaku yaitu suatu penilaian yang dilakukan dengan mengamati kejadian perbuatan yang berkaitan dengan perilaku seseorang.
2)      Wawancara.
3)      Laporan pribadi.
4)      Skala sikap.[36]
c.    Ranah psikomotor, yaitu ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. meliputi enam tingkatan yaitu: gerakan reflek, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan kemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah dan keratif.[37]
Untuk menilai ranah psikomotorik dipergunakan tes perbuatan yaitu tes yang dipergunakan untuk menilai berbagai macam perintah yang harus dilaksanakan peserta didik yang berbentuk perbuatan, penampilan atau kinerja.[38]
Setelah sasaran penilaian ditetapkan maka langkah kedua bagi guru adalah menetapkan alat evaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni: pertama, tes yang terdiri dari tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Kedua, non tes yang terdiri dari observasi, wawancara, studi kasus dan rating scale.[39]
                  Evaluasi atau penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: pertama, tahap jangka pendek yakni penilaian yang dilaksanakan guru pada akhir proses belajar mengajar. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar berlangsung bebrapa kali dan telah menempuh periode, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.
                               Ada tiga prinsip dalam evaluasi pembelajaran yaitu:
a.       Prinsip keseluruhan
Evaluasi dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh.
b.      Prinsip kesinambungan
Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu
c.       Prinsip obyektifitas
Prinsip obyektifitas mengandung makna bahwa evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif.[40]
                        Penilaian atau evaluasi yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut:
a.    Memiliki validitas, artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur
b.    Mempunyai reliabilitas, suatu alat evaluasi memiliki reliabiltas apabila menunjukkan ketetapan hasil
c.    Objektivitas, suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi
d.   Efisiensi, suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak
e.    Kegunaan/kepraktisan, artinya alat evaluasi usefullness atau harus berguna untuk memberikan keterangan tentang siswa.[41]


[1] Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1565
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2002), h. 184
[3] Ibid
[4] Roni Dasman,  Buku Panduan 2 Minggu Hafal Juz ‘Amma Metode AlYaqin Internasional,  (Lubuk Sikaping: Pusat Studi Al-Qur’an, 2010), h. 1
[5]Ibid
[6] Ibid.
[7]Ibid, h. 2
[8]Ibid, h. 3
[9]Ibid., h. 4-5
[10] Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 70 Tahun 2010 tentang Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan al-Qur’an
[11] Ibid
[12] Ibid
[13]Ibid
[14]Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-7, h. 14
[15]Munadir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang:UM Press, 2001), h. 255
[16]Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 61
[17]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 102
[18]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), h. 57
[19] Wina Sanjaya, op.cit., h. 103
[20] Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h, 27
[21] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 17
[22] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses  Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
[23] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 221
[24] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI, op.cit.
[25] Ibid
[26]Ibid
[27]Ibid
[28]Ibid
[29]Ibid
[30] Ibid
[31] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Prndekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003 ), h. 210
[32] Roestiyah, NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan,(Jakarta: Bina Aksara, 1999), h. 88
[33] Asnely Ilyas,  Evaluasi Pendidikan, (Batusangkar:STAIN Batusangkar Press, 2006), h 35-40
[34] Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h 413-421
[35] Asnely Ilyas,  Op.Cid., h 43-45
[36] Ramayulis, Op. Cit, h 427- 429
[37] Asnely Ilyas,  Op.Cid.,, h 45-48
[38] Ramayulis, Op. Cit, h 423
[39] Nana Sudjana, op. cit., h. 113
[40] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 31-33
[41]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, op.cit., h. 157-158

Tidak ada komentar: