A.
Lingkungan
Belajar
Manusia
disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan
lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan
sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung di dalamnya.
Perkembangan seseorang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari adanya faktor
pembawaan dan faktor lingkungan. Di antara
keduanya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dalam menjadikan manusia
yang berkualitas. Ahmad menyatakan”faktor lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan,
kepribadian, sikap dan nilai”.[1]
Sementara
itu Oemar berpendapat bahwa ”lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar yang
memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu”.[2]
Hal ini berarti lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pribadi seseorang, dan
akan membentuk kebiasaan dari seseorang tersebut. Selain itu menurut Oemar
menyatakan “inti dari belajar adalah pengalaman dan pengalaman ini diperoleh
melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial”.[3]
Ahmad
menyatakan ”lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang dapat mendukung
pembelajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran
atau sumber belajar”.[4]
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan belajar
adalah segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang dapat mendukung dalam
proses belajar dan nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Bimo
menyatakan apabila kita berbicara tentang lingkungan belajar, maka kita akan
membahas masalah yang berhubungan dengan tempat, alat-alat untuk belajar,
suasana, waktu, dan pergaulan.[5]
Untuk lebih jelasnya, secara lebih terperinci hal-hal tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
a.
Tempat
Tempat belajar yang baik
merupakan tempat yang tersendiri, yang
tenang, mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan tidak
terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Di samping itu juga perlu diperhatikan
mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara dengan baik.
b.
Alat-alat untuk belajar
Dalam proses belajar dan
mengajar, peralatan dan perlengkapan
belajar merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran.
Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
dukungan dari peralatan
yang memadai. Dalam proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang
ada, maka proses belajar
mengajar
akan dapat berjalan dengan lebih baik.
c.
Suasana
Suasana belajar di sini adalah berbagai elemen atau aspek
dalam lingkungan yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana di sini berkaitan dengan hal atau peristiwa
yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya. Suasana
belajar merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung proses belajar siswa.
Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses belajar
siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tentram dan damai yang dapat
mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun di sekitar tempat
tinggalnya.
d.
Waktu.
Dalam masalah penetapan waktu
belajar, hendaknya dapat diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan
proses belajar dan mengajar di sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi
hari. Hal ini dimaksudkan bahwa di waktu pagi hari kondisi siswa masih dalam
keadaan segar. Masalah waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah
waktu yang ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk
itu seorang siswa
harus dapat mengatur waktu belajarnya sendiri dengan cermat. Dalam pengaturan
waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan membagi waktu yang ada dengan adil antara waktu untuk
belajar, bermain, aktivitas lain-lain dan juga waktu istirahat.
e.
Pergaulan.
Pergaulan anak, dalam hal ini
adalah dengan siapa anak itu bermain akan berpengaruh terhadap belajar anak.
Apabila anak dalam bergaul memilih dengan teman yang baik, maka akan
berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan
teman yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri
anak.
Lingkungan belajar sebagai faktor
eksternal siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Muhibbin dapat
digolongkan menjadi dua yaitu: lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.[6]
Untuk lebih jelasnya, lingkungan belajar siswa tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.
Lingkungan sosial
Untuk lingkungan sekolah, yang
termasuk dalam lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru,
karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya dapat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa
di rumah antara lain adalah masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul
siswa di rumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar
siswa.
Lingkungan sosial yang dominan
dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri. Hal ini dapat dipahami, karena lingkungan keluarga merupakan
lingkungan belajar pertama dan utama bagi seorang anak.
b.
Lingkungan nonsosial
Untuk lingkungan nonsosial siswa
yang berpengaruh terhadap belajar siswa tersebut di antaranya adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal siswa, alat- alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan
juga mass media. Slameto menyatakan lingkungan belajar siswa yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat.[7]
Lingkungan keluarga terdiri dari: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Lingkungan
sekolah terdiri dari: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan masyarakat terdiri dari: kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Sementara itu menurut hasil
penelitian Wilberg dan Greenberg dalam Deporter menunjukkan bahwa”lingkungan
sosial/suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar
akademis”.[8]
Hal ini berarti lingkungan sosial seperti suasana kelas merupakan salah satu
lingkungan belajar yang mempengaruhi proses belajar siswa. Bila lingkungan
belajar siswa tersebut bagus, maka akan berpengaruh baik terhadap proses
belajar mereka, dan nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Jadi, kesimpulan dari pendapat-pendapat ahli di
atas yang menjadi indikator dari
lingkungan belajar siswa adalah sebagai berikut:
·
Lingkungan
sosial
a.
Kepedulian dan
dukungan orang tua/wali terhadap kegiatan belajar anak
b.
Suasana belajar
di rumah
c.
Kondisi
lingkungan masyarakat disekitar tempat tinggal siswa
d.
Relasi guru
dengan siswa
e.
Relasi siswa
dengan siswa
·
Lingkungan non
sosial
a. Keadaan
ekonomi keluarga
b. Kelengkapan
perlengkapan belajar
c. Penggunaan
televisi dan internet
d. Keadaan
gedung,
e. Suasana
sekolah,
f. Sarana
prasarana sekolah
Untuk memperjelas sebelas indikator
di atas, maka masing masing indikator tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kepedulian
dan dukungan Orang
Tua/Wali terhadap kegiatan
belajar anak
Orang tua dalam mendidik anak mempunyai peran yang sangat
penting terhadap kemajuan belajar anaknya. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Slameto bahwa;
“Orang
tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur
waktu belajarnya, tidak menyediakan atau
melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar
atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya,
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan
anak tidak/kurang berhasil dalam belajar”.[9]
Dalam mendidik anaknya, orang tua diharapkan
senantiasa melakukan kontrol atau pengawasan terhadap belajarnya. Dengan
pengawasan tersebut diharapkan dapat
mencegah anak agar tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang pelajar untuk
selalu belajar. Selain itu, perhatian orang tua terhadap kepentingan dan
kebutuhan belajar anak berperan besar dalam memberi kontribusi positif terhadap
proses dan hasil belajar anak. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajarnya, anak
akan memperoleh kemudahan dalam belajar, sehingga anak akan dapat belajar
dengan lebih baik dan hal tersebut memungkinkan anak dapat meraih hasil belajar
yang optimal.
b.
Suasana belajar di rumah
Setelah anak belajar di sekolah,
mereka juga dituntut untuk belajar kembali setelah mereka pulang dan berada di
rumah. Rumah sebagai tempat tinggal siswa di mana
mereka belajar di dalamnya, hendaknya mempunyai suasana yang tenang, teratur
dan damai. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto bahwa “suasana rumah yang
tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga
atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah dan
akibatnya belajarnya menjadi kacau”.[10]
Untuk dapat belajar dengan baik
siswa membutuhkan suasana rumah yang tenang, nyaman, dan jauh dari keributan.
Dalam suasana
yang tenang dan nyaman tersebut anak akan merasa aman untuk berada di rumah,
dan dapat belajar dengan nyaman di rumah tanpa adanya gangguan yang berarti.
c.
Kondisi lingkungan tempat tinggal siswa
Kehidupan masyarakat di
sekitar tempat tinggal siswa mempunyai
pengaruh yang besar terhadap belajar siswa. Dalam bukunya Slameto berpendapat
bahwa,
“Apabila masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa adalah orang-orang yang
terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya,
antusias dengan cita-cita yang luhur
akan masa depan anaknya, anak/siswa akan terpengaruh ke hal-hal yang dilakukan
oleh orang-orang lingkungannya. Pengaruh
tersebut dapat mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi”.[11]
Rumah tempat tinggal siswa yang terletak pada
masyarakat yang baik, yaitu masyarakat yang terpelajar akan memberi pengaruh
baik terhadap anak, hal ini karena anak akan mendapat pengaruh yaitu contoh atau teladan dari orang-orang
yang terpelajar di sekitarnya yang tentunya memperhatikan masalah belajar,
sehingga anak akan termotivasi untuk menjadi seperti mereka.
d.
Relasi guru
dengan siswa
Guru merupakan salah satu komponen yang
penting dalam keberhasilan belajar siswa. Seperti yang diungkapkan Aunurrahman,
“Bilamana dalam proses pembelajaran,
guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas dengan baik, mampu memfasilitasi
kegiatan belajar siswa, mampu memotivasi, membimbing , dan memberi kesempatan
secara luas untuk memperoleh kesempatan, maka siswa akan mendapatkan dukungan
yang kuat untuk mencapai hasil belajar
yang diharapkan”[12]
Bila guru dapat membimbing, memotivasi
siswa , dan peduli terhadap siswa-siswanya, serta dapat menjalin hubungan yang
baik dengan siswa dan siswa dengan gurunya, maka akan mendukung kegiatan
pembelajaran di sekolah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
e.
Relasi siswa
dengan siswa
Dalam aktivitas belajar di sekolah
seorang anak/siswa senantiasa berada bersama siswa-siswa lain untuk belajar.
Keberadaan anak/siswa di sekolah dituntut untuk dapat menjalin hubungan yang
harmonis di antara mereka.
Seperti yang diungkapkan Slameto bahwa “menciptakan relasi yang baik antar
siswa adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar
siswa”.[13]
Dengan terjalinnya hubungan yang harmonis di antara siswa, maka akan tercipta suasana yang
menyenangkan di antara
siswa, dan hal tersebut akan memperlancar
proses belajar mereka.
f.
Keadaan ekonomi
keluarga
Menurut pendapat Slameto bahwa “keadaan
ekonomi keluarga sangat erat kaitannya dengan belajar anak. Seorang anak yang
sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti: ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan sebagainya. Fasilitas
tersebut hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang”.[14]
Ketika anak berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya kurang, dapat
dipastikan kebutuhan dan perlengkapan belajar anak kurang terpenuhi. Dengan
keadaan seperti itu, dapat dipastikan anak tidak dapat belajar dengan baik.
Lain halnya dengan anak yang berasal dari keluarga berkecukupan, maka kebutuhan
belajar anak dapat terpenuhi dengan
lebih baik. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajar anak, maka anak tersebut akan
dapat belajar dengan lebih baik dan hal tersebut akan memberi kontribusi
positif terhadap hasil belajar anak.
g.
Kelengkapan
peralatan belajar siswa
Dalam proses pembelajaran khususnya
untuk mata pelajaran akutansi dibutuhkan peralatan belajar seperti penggaris,
pensil, pena, kalkulator, dll. Perlengkapan tersebut harus ada saat pelajaran
dimulai agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slameto menyatakan bahwa “seorang anak yang sedang belajar membutuhkan
fasilitas belajar seperti: ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis
menulis, buku-buku dan sebagainya”.[15]
h.
Penggunaan
televisi dan internet
Sekarang
ini media telekomunikasi dan informasi mudah untuk didapat dan digunakan oleh
siswa-siswa. Siswa-siswa juga senang untuk menggunakan media-media tersebut
baik itu dalam belajar, maupun dalam kegiatan lainnya. Salah satu media
telekomunikasi dan informasi tersebut di antaranya televisi dan internet. Media
ini dapat digunakan siswa untuk menunjang proses belajar mereka, sehingga dalam
proses pembelajaran tersebut tidak lagi dibatasi jarak dan waktu. Namun
kenyataannya banyak siswa-siswa sekarang yang menggunakan media-media tersebut
di luar batas yang seharusnya, sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran
itu sendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh Zainal
bahwa “internet itu berisi berbagai macam informasi dan sumber-sumber informasi
lain, meskipun di dalamnya juga terkandung hal-hal yang tidak berguna dan
menghabiskan waktu sehingga mengganggu pelajaran siswa dengan mudahnya”. Http://zaskia.wordpresss.com.
Selain itu menurut Slameto “mass media
yang baik memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap
belajarnya.[16]
Sebaliknya mass media
yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa”. Jadi, siswa seharusnya dapat
menggunakan media tersebut khususnya televisi dan internet dengan bijak, agar
tidak berpengaruh negatif terhadap hasil
belajar siswa nantinya.
i.
Keadaan gedung
sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar bagi
siswa hendaknya mempunyai kondisi yang baik, yaitu yang dapat mendukung belajar
siswa. Menurut Bimo, tempat belajar yang baik adalah;
“Tempat yang tersendiri, yang tenang, warna
dindingnya sebaiknya jangan yang tajam atau mencolok, dan dalam ruangan jangan
sampai ada hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Perlu pula diperhatikan
tentang penerangan yang harus cukup, karena penerangan yang tidak baik akan menyebabkan kelelahan pada mata yang
tentu akan mengganggu jalannya proses belajar. Ventilasi udarapun perlu
diperhatikan sebaik-baiknya”.[17]
Selain itu menurut Dhority
dalam Deporter “ segala sesuatu dalam
lingkungan kelas yang memacu dan menghambat belajar”. Jadi, keadaan gedung,
terutama kondisi kelas akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang
berlangsung di dalamnya. Jika
kondisi kelas nyaman dan tidak terdapat hal-hal seperti: gambar dan
poster-poster yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, maka dapat
memacu belajar siswa tersebut.
j.
Suasana sekolah
Untuk dapat mendukung
proses belajar siswa di sekolah perlu adanya suasana sekolah yang dapat
membantu proses belajar mereka. Keadaan sekolah pada umumnya dan kelas pada
khususnya yang terlihat rapi akan membuat suasana menjadi lebih nyaman untuk
belajar. Demikian pula dengan keadaan sekeliling sekolah yang tenang jauh dari
suasana bising dapat membuat suasana sekolah menjadi lebih kondusif untuk
belajar. Menurut Bimo, suasana sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi proses belajar siswa[18].
Dengan suasana sekolah yang tenang, siswa akan dapat lebih berkonsentrasi dalam
belajar, hal ini tentu akan berdampak pada proses dan hasil belajar siswa.
k.
Sarana dan
prasarana pembelajaran di sekolah
Menurut Annurrahman bahwa
prasarana dan sarana pembelajaran
merupakan faktor yang turut memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Keadaan ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas
dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar
merupakan komponen yang penting dapat
mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, sarana
dan prasarana menjadi bagian penting untuk dicermati dalam upaya mendukung
terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan
[2] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru
Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo,2009), h. 195
[6] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 137-138
[13] Slameto, h. 67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar