Cari Blog Ini

Jumat, 05 April 2019

Lingkungan Belajar


A.    Lingkungan Belajar
Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Perkembangan seseorang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari adanya faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Di antara keduanya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dalam menjadikan manusia yang berkualitas. Ahmad menyatakan”faktor lingkungan lebih  berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, sikap dan nilai”.[1]
Sementara itu Oemar berpendapat bahwa ”lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu”.[2] Hal ini berarti lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pribadi seseorang, dan akan membentuk kebiasaan dari seseorang tersebut. Selain itu menurut Oemar menyatakan “inti dari belajar adalah pengalaman dan pengalaman ini diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial”.[3]
Ahmad menyatakan ”lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar”.[4] Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang dapat mendukung dalam proses belajar dan nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Bimo menyatakan apabila kita berbicara tentang lingkungan belajar, maka kita akan membahas masalah yang berhubungan dengan tempat, alat-alat untuk belajar, suasana, waktu, dan pergaulan.[5] Untuk lebih jelasnya, secara lebih terperinci hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.  Tempat
Tempat belajar yang baik merupakan  tempat yang tersendiri, yang tenang, mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan tidak terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Di samping itu juga perlu diperhatikan mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara dengan baik.
b.  Alat-alat untuk belajar
Dalam proses belajar dan mengajar,  peralatan dan perlengkapan belajar merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran. Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari peralatan yang memadai. Dalam proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lebih baik. 
c.  Suasana
Suasana belajar di sini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana di sini berkaitan dengan hal atau peristiwa yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya. Suasana belajar merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung proses belajar siswa. Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tentram dan damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun di sekitar tempat tinggalnya.
d.  Waktu.
Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan bahwa di waktu pagi hari kondisi siswa masih dalam keadaan segar. Masalah waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah waktu yang ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu seorang siswa harus dapat mengatur waktu belajarnya sendiri dengan cermat. Dalam pengaturan waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan membagi waktu   yang ada dengan adil antara waktu untuk belajar, bermain, aktivitas lain-lain dan juga waktu istirahat. 
e.  Pergaulan.
Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak.
Lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Muhibbin dapat digolongkan menjadi dua yaitu: lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.[6] Untuk lebih jelasnya, lingkungan belajar siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.  Lingkungan sosial
Untuk lingkungan sekolah, yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa di rumah antara lain adalah masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa di rumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa.
Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Hal ini dapat dipahami, karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan belajar pertama dan utama bagi seorang anak.
b.  Lingkungan nonsosial
Untuk lingkungan nonsosial siswa yang berpengaruh terhadap belajar siswa tersebut di antaranya adalah gedung sekolah dan  letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat- alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan juga mass media.  Slameto menyatakan  lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.[7] Lingkungan keluarga terdiri dari: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi   keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah terdiri dari: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan masyarakat terdiri dari: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Sementara itu menurut hasil penelitian Wilberg dan Greenberg dalam Deporter menunjukkan bahwa”lingkungan sosial/suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademis”.[8] Hal ini berarti lingkungan sosial seperti suasana kelas merupakan salah satu lingkungan belajar yang mempengaruhi proses belajar siswa. Bila lingkungan belajar siswa tersebut bagus, maka akan berpengaruh baik terhadap proses belajar mereka, dan nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Jadi,  kesimpulan dari pendapat-pendapat ahli di atas  yang menjadi indikator dari lingkungan belajar siswa adalah sebagai berikut:


·         Lingkungan sosial
a.         Kepedulian dan dukungan orang tua/wali terhadap kegiatan belajar anak
b.         Suasana belajar di rumah
c.         Kondisi lingkungan masyarakat disekitar tempat tinggal siswa
d.        Relasi guru dengan siswa
e.         Relasi siswa dengan siswa
·         Lingkungan non sosial
a.       Keadaan ekonomi keluarga
b.      Kelengkapan perlengkapan belajar
c.       Penggunaan televisi dan internet
d.      Keadaan gedung,
e.        Suasana sekolah,
f.        Sarana prasarana sekolah
Untuk memperjelas sebelas indikator di atas, maka masing masing indikator tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.  Kepedulian dan dukungan Orang Tua/Wali terhadap kegiatan belajar anak
Orang tua dalam  mendidik anak mempunyai peran yang sangat penting terhadap kemajuan belajar anaknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Slameto bahwa;
“Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam  belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau  melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajar”.[9]

 Dalam mendidik anaknya, orang tua diharapkan senantiasa melakukan kontrol atau pengawasan terhadap belajarnya. Dengan pengawasan tersebut  diharapkan dapat mencegah anak agar tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang pelajar untuk selalu belajar. Selain itu, perhatian orang tua terhadap kepentingan dan kebutuhan belajar anak berperan besar dalam memberi kontribusi positif terhadap proses dan hasil belajar anak. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajarnya, anak akan memperoleh kemudahan dalam belajar, sehingga anak akan dapat belajar dengan lebih baik dan hal tersebut memungkinkan anak dapat meraih hasil belajar yang optimal.
b.    Suasana belajar di rumah
Setelah anak belajar di sekolah, mereka juga dituntut untuk belajar kembali setelah mereka pulang dan berada di rumah. Rumah sebagai tempat tinggal siswa di mana mereka belajar di dalamnya, hendaknya mempunyai suasana yang tenang, teratur dan damai. Hal ini sesuai dengan  pendapat Slameto bahwa “suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi   bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajarnya menjadi kacau”.[10]
Untuk dapat belajar dengan baik siswa membutuhkan suasana rumah yang tenang, nyaman, dan jauh dari keributan. Dalam suasana yang tenang dan nyaman tersebut anak akan merasa aman untuk berada di rumah, dan dapat belajar dengan  nyaman  di rumah tanpa adanya gangguan yang berarti.
c.       Kondisi lingkungan tempat tinggal siswa
Kehidupan masyarakat di sekitar  tempat tinggal siswa mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar siswa. Dalam bukunya Slameto berpendapat bahwa,
 “Apabila masyarakat di sekitar  tempat tinggal siswa adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita  yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa akan terpengaruh ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang  lingkungannya. Pengaruh tersebut dapat mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi”.[11]

 Rumah tempat tinggal siswa yang terletak pada masyarakat yang baik, yaitu masyarakat yang terpelajar akan memberi pengaruh baik terhadap anak, hal ini karena anak akan mendapat pengaruh  yaitu contoh atau teladan dari orang-orang yang terpelajar di sekitarnya yang tentunya memperhatikan masalah belajar, sehingga anak akan termotivasi untuk menjadi seperti mereka.
d.      Relasi guru dengan siswa
Guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan belajar siswa. Seperti yang diungkapkan Aunurrahman,
       “Bilamana dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas dengan baik, mampu memfasilitasi kegiatan belajar siswa, mampu memotivasi, membimbing , dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh kesempatan, maka siswa akan mendapatkan dukungan yang kuat untuk  mencapai hasil belajar yang diharapkan”[12]

Bila guru dapat membimbing, memotivasi siswa , dan peduli terhadap siswa-siswanya, serta dapat menjalin hubungan yang baik dengan siswa dan siswa dengan gurunya, maka akan mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
e.       Relasi siswa dengan siswa
Dalam aktivitas belajar di sekolah seorang anak/siswa senantiasa berada bersama siswa-siswa lain untuk belajar. Keberadaan anak/siswa di sekolah dituntut untuk dapat menjalin hubungan yang harmonis di antara mereka. Seperti yang diungkapkan Slameto bahwa “menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa”.[13] Dengan terjalinnya hubungan yang harmonis di antara  siswa, maka akan tercipta suasana yang menyenangkan di antara siswa, dan hal  tersebut akan memperlancar proses belajar mereka.
f.       Keadaan ekonomi keluarga
Menurut pendapat Slameto bahwa “keadaan ekonomi keluarga sangat erat kaitannya dengan belajar anak. Seorang anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti: ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan sebagainya. Fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang”.[14] Ketika anak berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya kurang, dapat dipastikan kebutuhan dan perlengkapan belajar anak kurang terpenuhi. Dengan keadaan seperti itu, dapat dipastikan anak tidak dapat belajar dengan baik. Lain halnya dengan anak yang berasal dari keluarga berkecukupan, maka kebutuhan belajar anak dapat  terpenuhi dengan lebih baik. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajar anak, maka anak tersebut akan dapat belajar dengan lebih baik dan hal tersebut akan memberi kontribusi positif terhadap hasil belajar anak.
g.      Kelengkapan peralatan belajar siswa
Dalam proses pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran akutansi dibutuhkan peralatan belajar seperti penggaris, pensil, pena, kalkulator, dll. Perlengkapan tersebut harus ada saat pelajaran dimulai agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto menyatakan bahwa “seorang anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti: ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan sebagainya”.[15]
h.      Penggunaan televisi dan internet
Sekarang ini media telekomunikasi dan informasi mudah untuk didapat dan digunakan oleh siswa-siswa. Siswa-siswa juga senang untuk menggunakan media-media tersebut baik itu dalam belajar, maupun dalam kegiatan lainnya. Salah satu media telekomunikasi dan informasi tersebut  di antaranya televisi dan internet. Media ini dapat digunakan siswa untuk menunjang proses belajar mereka, sehingga dalam proses pembelajaran tersebut tidak lagi dibatasi jarak dan waktu. Namun kenyataannya banyak siswa-siswa sekarang yang menggunakan media-media tersebut di luar batas yang seharusnya, sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran itu sendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh Zainal bahwa “internet itu berisi berbagai macam informasi dan sumber-sumber informasi lain, meskipun di dalamnya juga terkandung hal-hal yang tidak berguna dan menghabiskan waktu sehingga mengganggu pelajaran siswa dengan mudahnya”. Http://zaskia.wordpresss.com. Selain itu menurut Slameto  “mass media yang baik memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.[16] Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa”. Jadi, siswa seharusnya dapat menggunakan media tersebut khususnya televisi dan internet dengan bijak, agar tidak berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa nantinya.
i.        Keadaan gedung sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar bagi siswa hendaknya mempunyai kondisi yang baik, yaitu yang dapat mendukung belajar siswa. Menurut Bimo, tempat belajar yang baik adalah;
 “Tempat yang tersendiri, yang tenang, warna dindingnya sebaiknya jangan yang tajam atau mencolok, dan dalam ruangan jangan sampai ada hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Perlu pula diperhatikan tentang penerangan yang harus cukup, karena penerangan yang tidak baik akan menyebabkan kelelahan pada mata yang tentu akan mengganggu jalannya proses belajar. Ventilasi udarapun perlu diperhatikan sebaik-baiknya”.[17]
Selain itu menurut Dhority dalam Deporter  “ segala sesuatu dalam lingkungan kelas yang memacu dan menghambat belajar”. Jadi, keadaan gedung, terutama kondisi kelas akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang berlangsung di dalamnya. Jika kondisi kelas nyaman dan tidak terdapat hal-hal seperti: gambar dan poster-poster yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, maka dapat memacu belajar siswa tersebut.
j.        Suasana sekolah
Untuk dapat mendukung proses belajar siswa di sekolah perlu adanya suasana sekolah yang dapat membantu proses belajar mereka. Keadaan sekolah pada umumnya dan kelas pada khususnya yang terlihat rapi akan membuat suasana menjadi lebih nyaman untuk belajar. Demikian pula dengan keadaan sekeliling sekolah yang tenang jauh dari suasana bising dapat membuat suasana sekolah menjadi lebih kondusif untuk belajar. Menurut Bimo, suasana sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa[18]. Dengan suasana sekolah yang tenang, siswa akan dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar, hal ini tentu akan berdampak pada proses dan hasil  belajar siswa.

k.      Sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah
Menurut Annurrahman bahwa prasarana dan sarana  pembelajaran merupakan faktor yang turut memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Keadaan ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar merupakan komponen yang  penting dapat mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, sarana dan prasarana menjadi bagian penting untuk dicermati dalam upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan


[1] Ahmad Rohani,  Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta2009),  h. 19
[2] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2009),  h. 195
[3] Ibid., h. 28
[4] Ahmad Rohani, h. 28
[5] Bimo Walgito,  Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 155

[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 137-138
[7] Slameto,  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,  (Jakarta: Rineka Cipta. 2006), h. 60 
[8] DePorter, Bobbi,  Quantum Teaching,  (Bandung: Kaifa, 2000), h. 19
[9] Slameto, Opcit., .h. 61
[10] Ibid., h. 63
[11] Ibid., h. 71
[12] Aunurrahman,  Belajar dan Pembelajaran,  (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 193
[13] Slameto, h. 67
[14] Ibid., h. 63
[15] Ibid., h. 63
[16] Ibid., h. 70
[17] Bimo, h. 154
[18] Ibid., h. 195

Tidak ada komentar: