Cari Blog Ini

Rabu, 31 Juli 2019

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Beragama Remaja


  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Beragama Remaja
a.   Pengaruh Sosial
Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keberagamaan, yaitu: pendidikan orang tua, tradisi- tradisi sosial dan tekanan- tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan. Lingkungan (baca: dalam keluarga maupun masyarakat) sangat mempengaruhi keyakinan dan implementasi keberagamaan pada diri remaja. Lingkungan dapat menjadi contoh yang baik dalam peningkatkan pengalaman dan pengamalan agama remaja, namun disisi lain lingkungan juga dapat berpengaruh negative terhadap keyakinan bergama remaja.
Sahilun A. Nasir mengemukakan bahwa remaja yang hidup dalam lingkungan yang agamis sebagai faktor ekstren dan dia memiliki kesadaran yang tinggi dalam hidup beragama sebagai faktor intern, akan menghasilkan perilaku keagamaan yang mantap. Dia mampu mengkombinasikan antara faktor-faktor rasional dan emosional secara terpadu. Norma-norma agama ditelusuri dengan analisa-analisa rasional sesuai dengan tingkat umur remaja yang ingin bebas dan terikat, tetapi dia juga memperhatikan emosinya agar memperoleh tempat yang layak dalam kehidupannya.[1] Begitu juga sebaliknya remaja yang hidup dalam lingkungan yang tidak atau hampir tidak pernah melaksanakan ajaran agama maka remaja juga akan terpengaruh dengan kebiasaan yang terjadi pada lingkungan tersebut.[2]
b.   Pengaruh Kebutuhan
Faktor lain yang dianggap sebagai sumber keyakinan agama adalah kebutuhan- kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan kepuasan agama. Kebutuhan- kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan dalam empat bagian, antara lain kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan kebahagiaan, kebutuhan untuk memperoleh harga diri[3] dan kebutuhan yang timbul karena adanya keyakinan terhadap adanya kematian. Agama adalah salah satu cara hidup bagaimana mendapatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, sebab agama memiliki konsep tentang pemenuhan terhadap kebutuhan pribadi manusia baik di dunia maupun setelah mati.[4] 
1)      Pengaruh pengalaman
Faktor terakhir adalah pemikiran yang agaknya relevan untuk masa remaja, karena disadari bahwa masa remaja mulai kritis dalam menyikapi soal- soal keagamaan, terutama bagi mereka yang mempunyai keyakinan secara sadar dan bersikap terbuka. Pengalaman mereka sehari-hari dapat menjadi pemicu tentang sikap mereka terhadap ajaran agama. Mereka dapat bertambah yakin terhadap agama jika pengalamnnya membuktikan bahwa ajaran agama itu dapat dibuktikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan begitu juga sebaliknya mereka menjadi tidak percaya kepada ajaran agama karena mereka anggap tidak rasional dan atau menyimpang dari pemikiran dan pengalaman mereka. Dalam posisi ini mereka menganggap agama dan ajarannya sebagai doktrin biasa saja. Disisi lain mereka akan mengkritik guru agama yang tidak rasional dalam menjelaskan ajaran- ajaran agama Islam, khususnya bagi remaja yang selalu ingin tahu dengan pertanyaan-pertanyaan kritisnya. Meski demikian, sikap kritis remaja juga tidak menafikkan faktor- faktor lainnya, seperti faktor berbagai pengalaman.
2)      Pengaruh  Proses Pemikiran
Keyakinan terhadap agama bagi sebagian orang diawali dari proses pencarian kebenaran melalui pemikiran. Pencarian itu dilakukan dengan memperhatikan struktur dan gejala-gejala alam semesta. Selanjutnya menemukan jawaban dari hasil pemikirannya itu.  Ahmad Yamani dalam Ramayulis menyatakan bahwa :
“Tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenai alam sekitar-nya di samping rasa ketakutan terhadap rasa kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insane tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya, disaat-saat yang gawat. Insan primitive telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri, berangsur-angsur dan silih berganti menuju gejala-gejala alam tadi sesuai dengan penemuannya dan menetapkannya ke dalam jalan kehidupannya. Dengan demikian timbullah penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda lainnya dari gejal-gejala alam tersebut yang akhirnya sampailah pada sebuah keyakinan bahwa manusia perlu percaya kepada pencipta alam semesta.[5]

Nabi Ibrahim melalui proses berfikir dan pengamatan dia telah meninggalkan kepercayaan yang dianut oleh ayahnya dan nenek moyangnya, karena menemukan dan menyimpulkan bahwa kepercayaan mereka itu salah. Dengan pikiran dia mencari kebenaran, tentang Tuhan yang berhak disembah dan agama yang benar untuk diyakini.  Keyakinan beragama Ibrahim tampaknya sangat dipengaruhi oleh perjuangan dan pemikirannya dalam mencari dan memperoleh kebenaran.


[1]Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 157
[2]Berkaitan dengan pengaruh lingkungan ini, dalam hadisnya Rasulullah SAW., bersabda “Setiap anak tidak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, nasrani, Majusi atau Musyrik”. (HR Bukhari dan Muslim). Lihat Al-Din Ali Mahmud al Baghdady, Tafsir Khazin Musamma Lubab al Ta’wil fi Ma’ani al Tanzi; (Bairut: dar al-Fikri, tt), h. 434
[3]Keterangan selanjutnya tentang teori kebutuhan Maslow ini dapat dibaca dalam bukunya yang berjudul Motivasi dan kepribadian, (Jakarta: LLPM dan PT Pustaka Binaman Pressiud, 1977)
[4]Pentingnya seseorang berpegang teguh pada falsafah agama, sosial, atau moral supaya a dapat merasakan kebahagiaan, dan orang yang bahagia adalah orang yang betul-betul bahagia adalah yang memiliki pribadi yang kuat yang selalu berusaha mengejar tujuan yang mulia dan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginannya tidak bertentangan dengan kemaslahatan kemanusiaan. A.A.Al-Qoussy, ‘Ilm al-Nafs al-‘Am: Ususuh wa Tatbiqatuh, (Kairo: Dar al-Nahdah Al-Misriyah, 1952), h. 294   
[5]Ramayulis, Op.Cit., h. 46-47

Tidak ada komentar: