Cari Blog Ini

Rabu, 31 Juli 2019

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Information Communication Technology (ICT)


A.      Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Information Communication Technology (ICT)

Beranjak dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa  pembelajaran PAI berbasis ICT dapat diartikan dengan pembelajaran PAI yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya berlandaskan pada teknologi komunikasi informasi. Tentu saja, dalam hal ini, semua yang berkenaan dengan ICT di atas diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hanya saja guru perlu memperhatikan karakteristrik mata pelajaran PAI, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.
Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bila mana ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan menilainya. Di samping itu, pendekatan teknologis ingin mengejar kemanfaatan tertentu, dan menuntut peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga proses dan rencana produknya (hasilnya diprogram sedemikian rupa agar pencapaian hasil pembelajarannya (tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dari rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan memiliki daya tarik.[1]
Dalam mengorganisasi isi pelajaran pada pendekatan teknologis perlu dilakukan analisis tugas dan jenjang belajar. Analisis tugas merupakan usaha mengidentifikasi tugas pokok yang harus dilakukan peserta didik dalam mencapai hasil belajar dan indikator-indikatornya: tugas bagian yang akan membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugas pokok, dan unsur tugas yang merupakan bagian dari tugas bagian. Analisis tugas sangat penting untuk menjawab hasil belajar dan indikator apa yang perlu dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Sedangkan jenjang belajar merupakan urutan dalam mempelajari tugas-tugas sehingga tercapai kompetensi dasar dan hasil belajarnya. Analisis tugas dalam pembelajaran praktik shalat dikelompokkan berdasarkan urutan tugas, yakni tugas pokok, tugas bagian dan unsur-unsur tugas (rinciannya), yang disusun berdasarkan urutan waktu melaksanakan shalat. Mulai dari persiapan  yakni wudhu, pelaksanaan dan mengakhiri shalat. Analisis tugas belajar dapat juga disusun berdasarkan jenis tugas yang sama, misal dalam belajar shalat dikelompokkan menjadi dua jenis belajar yaitu belajar hafalan dan belajar gerakan.[2]
Dengan adanya analisis tugas dan jenjang belajar tersebut akan mempermudah dalam menentukan strategi penyampaian dan pengelolaannya, sekaligus mempermudah dalam menggunakan alat atau media yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pencapaiaan kompetensi dasar dan hasil belajar secara efektif dan efisien, serta penuh daya tarik. [3] Setelah itu ditentukan strategi penyampaiannya yang di dalamnya mencakup pendekatan, metode, teknik. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam PAI yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, dan pendekatan fungsional.[4] Masing-masing pendekatan dapat dijabarkan melalui beberapa metode, yang kemudian dijabarkan dalam teknik dan prosedur pembelajaran, yakni urutan kegiatan pembelajaran sesuai dengan metode dan pendekatan yang digunakan. Namun, dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa dalam pembelajaran berbasis ICT sebagaimana teori yang dijelaskan sebelumnya tidak terlepas dari penggunaan peralatan teknologi informasi komunikasi.
Pendekatan teknologis sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan, ia terbatas pada hal-hal yang dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun produknya. Karena adanya keterbatasan tersebut, maka dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Jika kegiatan pembelajaran agama Islam hanya sampai pada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama, mungkin bisa menggunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya. Namun jika pembelajaran pendidikan agama Islam harus sampai pada taraf kesadaran iman dan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka pendekatan teknologis akan sulit diterapkan, karena mungkin prosesnya bisa dirancang, tetapi produk (hasil) pembelajarannya tidak bisa dirancang dan sulit diukur. Maka tidak semua pesan-pesan pembelajaran pendidikan agama Islam dapat didekati secara teknologis.  Misalnya: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap Allah, malaikat dan sebagainya. Masalah tersebut  abstrak, tidak hanya bisa diamati dari perilaku riil atau kongrit. Barangkali prosesnya dapat dirancang, namun hasilnya/produknya kadang tidak bisa diketahui.[5] Dengan menggunakan ICT, guru dapat menyajikan bahan-bahan yang menyangkut keimanan, seperti video tentang asmaul husna, video entang kekuasaan Allah dan sebagainya. Namun produknya tidak bisa diketahui. Oleh karena itu, masih diperlukan pendekatan lain yang bersifat non teknologis.
Terlepas dari permasalahan tersebut, ICT sebagai suatu produk dan proses telah berkembang sedemikian rupa dan mempengaruhi segenap kehidupan kita dalam berbagai bentuk aplikasi, termasuk dalam bidang pendidikan patut dijadikan bahan perhatian. Jika kita berkaca pada konsep integralisasi ilmu pada pendidikan Islam, maka penerapan pembelajaran berbasis ICT agaknya mendukung terhadap terwujudnya konsep tersebut. Dengan demikian peserta didik tidak hanya menguasai ilmu agama dan berakhlak mulia, tetapi juga memiliki penguasaan dibidang IPTEK.
Menurut Abuddin Nata, pendidikan agama yang membentuk moral yang baik harus menggunakan seluruh kesempatan, berbagai sarana termasuk teknologi modern.[6] Peserta didik perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Dengan demikian, peserta didik tidak asing terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan peserta didik berhubungan langsung dengan teknologi dan juga menjadikannya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran harus diintegrasikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.[7] Akan tetapi, menilik kepada apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa IPTEK yang dikembangkan haruslah berlandaskan IMTAQ sehingga tidak terjadi deviasi dengan ajaran Islam.


[1] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (t.tp.:t.p., t.t.), h. 164.

[2]  Ibid., h. 167.
[3]  Ibid.
[4]  Ibid., h. 171.
[5]  Ibid.
[6] Abuddin Nata, op. cit., h. 204.
[7] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, loc. cit.

Tidak ada komentar: