A. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Berbasis Information Communication Technology (ICT)
Beranjak dari pembahasan-pembahasan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran PAI berbasis ICT dapat diartikan dengan pembelajaran PAI
yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya berlandaskan pada teknologi
komunikasi informasi. Tentu saja, dalam hal ini, semua yang berkenaan dengan
ICT di atas diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hanya saja
guru perlu memperhatikan karakteristrik mata pelajaran PAI, sebagaimana yang
telah dipaparkan sebelumnya.
Pembelajaran
PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bila mana ia menggunakan
pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola,
melaksanakan dan menilainya. Di samping itu, pendekatan teknologis ingin
mengejar kemanfaatan tertentu, dan menuntut peserta didik agar mampu
melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga proses dan rencana produknya
(hasilnya diprogram sedemikian rupa agar pencapaian hasil pembelajarannya
(tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dari
rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut diharapkan dapat
dilaksanakan secara efektif, efisien dan memiliki daya tarik.[1]
Dalam
mengorganisasi isi pelajaran pada pendekatan teknologis perlu dilakukan
analisis tugas dan jenjang belajar. Analisis tugas merupakan usaha
mengidentifikasi tugas pokok yang harus dilakukan peserta didik dalam mencapai
hasil belajar dan indikator-indikatornya: tugas bagian yang akan membantu
peserta didik dalam menyelesaikan tugas pokok, dan unsur tugas yang merupakan
bagian dari tugas bagian. Analisis tugas sangat penting untuk menjawab hasil
belajar dan indikator apa yang perlu dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Sedangkan jenjang belajar merupakan urutan dalam mempelajari tugas-tugas
sehingga tercapai kompetensi dasar dan hasil belajarnya. Analisis tugas dalam
pembelajaran praktik shalat dikelompokkan berdasarkan urutan tugas, yakni tugas
pokok, tugas bagian dan unsur-unsur tugas (rinciannya), yang disusun
berdasarkan urutan waktu melaksanakan shalat. Mulai dari persiapan yakni wudhu, pelaksanaan dan mengakhiri
shalat. Analisis tugas belajar dapat juga disusun berdasarkan jenis tugas yang
sama, misal dalam belajar shalat dikelompokkan menjadi dua jenis belajar yaitu
belajar hafalan dan belajar gerakan.[2]
Dengan
adanya analisis tugas dan jenjang belajar tersebut akan mempermudah dalam
menentukan strategi penyampaian dan pengelolaannya, sekaligus mempermudah dalam
menggunakan alat atau media yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
pencapaiaan kompetensi dasar dan hasil belajar secara efektif dan efisien,
serta penuh daya tarik. [3] Setelah itu
ditentukan strategi penyampaiannya yang di dalamnya mencakup pendekatan,
metode, teknik. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam PAI yaitu pendekatan
pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional,
dan pendekatan fungsional.[4] Masing-masing pendekatan
dapat dijabarkan melalui beberapa metode, yang kemudian dijabarkan dalam teknik
dan prosedur pembelajaran, yakni urutan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
metode dan pendekatan yang digunakan. Namun, dalam hal ini, perlu ditekankan
bahwa dalam pembelajaran berbasis ICT sebagaimana teori yang dijelaskan
sebelumnya tidak terlepas dari penggunaan peralatan teknologi informasi
komunikasi.
Pendekatan teknologis sudah tentu mempunyai
keterbatasan-keterbatasan, ia terbatas pada hal-hal yang dirancang sebelumnya,
baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun produknya. Karena adanya
keterbatasan tersebut, maka dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tidak
selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Jika kegiatan pembelajaran
agama Islam hanya sampai pada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan
ajaran agama, mungkin bisa menggunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan
produknya bisa dirancang sebelumnya. Namun jika pembelajaran pendidikan agama
Islam harus sampai pada taraf kesadaran iman dan pengalaman ajaran agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari, maka pendekatan teknologis akan sulit diterapkan,
karena mungkin prosesnya bisa dirancang, tetapi produk (hasil) pembelajarannya
tidak bisa dirancang dan sulit diukur. Maka tidak semua pesan-pesan
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat didekati secara teknologis. Misalnya: bagaimana membentuk kesadaran
keimanan peserta didik terhadap Allah, malaikat dan sebagainya. Masalah
tersebut abstrak, tidak hanya bisa
diamati dari perilaku riil atau kongrit. Barangkali prosesnya dapat dirancang,
namun hasilnya/produknya kadang tidak bisa diketahui.[5] Dengan menggunakan ICT,
guru dapat menyajikan bahan-bahan yang menyangkut keimanan, seperti video
tentang asmaul husna, video entang kekuasaan Allah dan sebagainya. Namun
produknya tidak bisa diketahui. Oleh karena itu, masih diperlukan pendekatan
lain yang bersifat non teknologis.
Terlepas dari
permasalahan tersebut, ICT sebagai suatu produk dan proses telah berkembang
sedemikian rupa dan mempengaruhi segenap kehidupan kita dalam berbagai bentuk
aplikasi, termasuk dalam bidang pendidikan patut dijadikan bahan perhatian.
Jika kita berkaca pada konsep integralisasi ilmu pada pendidikan Islam, maka
penerapan pembelajaran berbasis ICT agaknya mendukung terhadap terwujudnya
konsep tersebut. Dengan demikian peserta didik tidak hanya menguasai ilmu agama
dan berakhlak mulia, tetapi juga memiliki penguasaan dibidang IPTEK.
Menurut Abuddin
Nata, pendidikan agama yang membentuk moral yang baik harus menggunakan seluruh
kesempatan, berbagai sarana termasuk teknologi modern.[6] Peserta
didik perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini.
Dengan demikian, peserta didik tidak asing terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang
mengharuskan peserta didik berhubungan langsung dengan teknologi dan juga
menjadikannya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, Pendidikan Agama
Islam sebagai sebuah mata pelajaran harus diintegrasikan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.[7] Akan tetapi, menilik
kepada apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa IPTEK yang dikembangkan
haruslah berlandaskan IMTAQ sehingga tidak terjadi deviasi dengan ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar