Cari Blog Ini

Minggu, 01 September 2019

Metode Parenting Efektif


A. Metode Parenting Efektif
    1. Pengertian Metode Parenting Efektif
Parent dalam kamus bahasa Inggiris berarti orang tua, ayah, ibu.[1] Parenting memiliki beberapa definisi yaitu ibu, ayah, atau  seseorang yang akan membimbing dalam kehidupan baru, seorang penjaga, maupun seorang pelindung, tugas utama sebagai orang tua adalah membesarkan anak, mengasuh dan mendidik mereka sehingga siap menghadapi kehidupannya secara mandiri.[2]
Parenting adalah pekerjaan dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak. Menurut Fauzil adhim, pola asuh (parenting) adalah sikap orang tua terhadap anak mempengaruhi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik dan mengasuh anak, menghadapi perilaku-perilaku anak maupun kenakalan anak.[3]
  17
Menurut Chabib Thoha, pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung Jawab kepada anak. Menurut M. Shohib pola pendidikan adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan lingkungan, fisik lingkungan, lingkungan budaya, suasana psikologis serta perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemian dengan anak-anak.[4]
Dengan demikian yang dimaksud dengan pola asuh adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung, menyangkut semua perilaku orang tua sehari-hari baik yang dapat ditangkap maupun dilihat oleh anak-anaknya, denganharapan apa yang diberikan kepada anak (pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupannya di masa depan.
Orang tua adalah ayah dan ibu kandung.[5] Jadi orang tua adalah orang yang mendampingi dan membimbing semua tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya. Ajaran Islam juga menjelaskan bahwa pendidikan anak tergantung kepada pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang berbunyi :

عن انس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه (رواه البخاري)
Artinya : Dari Anas : Bersabda Rasulullah SAW : Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci (jiwanya), maka ibu bapaknyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, Majusi.[6] (H.R. Bukhari)
Pengasuh erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/ rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya. Pengasuhan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah ayah dan ibu, hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya.[7] 
Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti makan, kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan ketika membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya.
Pengasuhan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma. Pengasuhan emosi ini mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya.
Pengasuhan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya, menciptakan rasa aman, serta menciptakan rasa optimis atas hal-hal baru yang akan ditemui oleh anak. Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting karena hubungan sosial yang dibangun dalam pengasuhan akan membentuk sudut pandang terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Pengasuhan sosial yang baik berfokus pada memberikan bantuan kepada anak untuk dapat terintegrasi dengan baik di lingkungan rumah maupun sekolahnya dan membantu mengajarkan anak akan tanggung jawab sosial yang harus diembannya.
Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa konsep pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain: (1) pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial, (2) pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua dengan anak, (3) pengasuhan adalah sebuah proses sosialisasi, (4) sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi proses pengasuhan tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan.
Parenting merupakan konsep yang menggambarkan variasi pengasuhan anak dalam hal pendisiplinan, kehangatan, perhatian terhadap kebutuhan anak, serta sikap dan keyakinan orangtua yang secara konsisten membentuk pola dalam memperlakukan anak.
Menurut penulis parenting merupakan segala usaha yang dikerahkan oleh orang tua dalam mengasuh dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya menjadi manusia yang seutuhnya, berkepribadian, berakhlak, dan berilmu pengetahuan. 
Menurut Dr. Baumrind, University of California, Berkeley, ada empat model pengasuhan atau parenting. yaitu sebagai berikut :[8]
1.      Authotarian Parenting yakni gaya asuh yang bersifat membatasi, menghukum, dan memaksa anak untuk megikuti kehendak orang tua. Orang tua jenis ini sangat mengontrol dan tidak menginginkan anak-anak mereka banyak mengemukakan pendapat. Orang tua otoriter sangat tidak demokratis saat mengambil keputusan, memaksakan kehendak mereka tanpa memperhatikan perasaan anaknya.
2.      Authoritative parenting yaitu mendorong anaknya untuk berlaku independen namun masih mengawasi secara ketat. Mereka lebih responsif, menghargai pendapat anak dan mengikutsertakan mereka dalam pengambilan keputusan. Orang tua jenis ini akan berkata pada anaknya “kamu tidak bisa melakukan itu nak, ayo kita bahas cara lain yang lebih baik”.
3.      Neglectful parenting adalah gaya asuh di mana orang tua tidak terlibat aktif dalam kehidupan anaknya. Baik ketika anaknya masih kecil hingga beranjak remaja. Ibaratnya, ketika ditanya “aku tidak melihat siapapun di rumah, anak-anakmu kemana?” orang tua jenis ini tidak bisa menjawab.
4.      Indulgent parenting yaitu gaya asuh dimana orang tua sangat terlibat dalam setiap seluk beluk kehidupan anaknya namun tidak banyak memberi batasan atau kekangan pada perilaku orang tua jenis ini membiarkan anaknya mengeksplorasi apapun sesuai keinginan mereka, karena orang tua menganggap itu adalah awal dari kreativitas dan cara untuk mengembangkan diri mereka.
Mengasuh adalah tanggung jawab yang kompleks, ini tidak berakhir hanya dengan melahirkan. Proses ini berlangsung sampai anak tumbuh. Anak perlu dipelihara sejak lahir sampai waktu akan datang bahwa anak sudah bisa pergi sendiri. Peran utama dari orangtua adalah untuk memberikan anak makanan yang yang ia butuhkan secara fisik, mental, emosional dan spiritual, jadi orang tua disebut juga dengan “pendidik kudrati”.[9]  
Strategi atau metode yang harus diikuti untuk memastikan orangtua yang efektif dan mencapai tujuan-tujuan bagi anak, diantaranya :
Pertama dan terpenting, orangtua harus menjadi contoh yang baik kepada anak. Jadilah guru yang baik dilingkungan anak-anak . Jika Anda memiliki pandangan positif dalam hidup, kemungkinan besar anak juga akan melakukan hal yang sama.[10]
Tetapkan aturan konstan. Berikan alasan yang tepat untuk segala sesuatu sehingga anak akan mengerti dengan baik. Jika akan membatasi dia untuk melakukan sesuatu, menjelaskan padanya mengapa begitu bahwa ia akan dapat mengetahui. Berikutnya, berikan waktu untuk anak untuk mengungkapkan tentang dirinya, beri dia kesempatan untuk menunjukkan apa yang dia bisa lakukan dan apa yang dia pikirkan dan ungapkan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan dirinya dan ego, dengan mendengar aktif orang tua terlibat penuh dengan apa yang dikatakan anak, hal ini akan membuat anak :
1)      Anak merasa dihargai, sekaligus belajar menghargai
2)      Anak merasa didengar dan diterima perasaannya
3)      Anak berlatih mengekspresikan perasaannya dengan baik
4)      Anak berlatih menjadi pendengar yang baik pula pada saat orang tuanya berbicara
5)      Anak merasa nyaman untuk menyampaikan apsa saja kepada orang tuanya.[11]  


[1] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1976), h. 418
[2] Fauziah Fauzan dan Eva Delva, Mengasuh dengan Bahasa Cinta Kiat Menjadi Orang Tua Bahagia, (Padang Panjang : Diniyyah Research Centre, 2012), h. 110
[3] Muhammad Fauzil Adhim, Salahnya Kodok, ( Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1996), h. 12.
[4]  Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 109.
[5] DepartemenPendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,2005), h. 802
[6] Imam Hafiz, Jami’us Shagir, (Beirut : Darl Fikr, t.th) Juz II, h. 94
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta : Kalam Mulia, 2002), h. 60
[8] Baumrind D.. The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. Journal of  Early Adoescence, (1991) 11, 56-95.   
[9]  Ramayulis, Op.Cit, h. 60
[10]  Ramayulis, Ibid, h. 60
[11] Fauziah Fauzan dan Eva Delva, Op. Cit., h. 77

Tidak ada komentar: