A. Metode Parenting Efektif
1. Pengertian Metode Parenting Efektif
Parent dalam kamus bahasa Inggiris
berarti orang tua, ayah, ibu.[1]
Parenting memiliki beberapa definisi yaitu ibu, ayah, atau seseorang yang akan membimbing dalam
kehidupan baru, seorang penjaga, maupun seorang pelindung, tugas utama sebagai
orang tua adalah membesarkan anak, mengasuh dan mendidik mereka sehingga siap
menghadapi kehidupannya secara mandiri.[2]
Parenting
adalah pekerjaan dan keterampilan orang tua
dalam mengasuh anak. Menurut Fauzil adhim, pola asuh (parenting) adalah
sikap orang tua terhadap anak mempengaruhi bagaimana orang tua memperlakukan
anak, mendidik dan mengasuh anak, menghadapi perilaku-perilaku anak maupun kenakalan
anak.[3]
17
|
Dengan
demikian yang dimaksud dengan pola asuh adalah bagaimana cara mendidik orang
tua terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung, menyangkut semua
perilaku orang tua sehari-hari baik yang dapat ditangkap maupun dilihat oleh
anak-anaknya, denganharapan apa yang diberikan kepada anak (pengasuhan) akan
berdampak positif bagi kehidupannya di masa depan.
Orang tua adalah ayah dan ibu kandung.[5]
Jadi orang tua adalah orang yang mendampingi dan membimbing semua tahapan
pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak
dalam setiap tahapan perkembangannya. Ajaran Islam juga menjelaskan bahwa pendidikan anak tergantung kepada
pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya sebagaimana hadis Rasulullah SAW
yang berbunyi :
عن انس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كل مولود يولد
على الفطرة فأبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه (رواه البخاري)
Artinya : Dari Anas : Bersabda Rasulullah
SAW : Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci (jiwanya),
maka ibu bapaknyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, Majusi.[6]
(H.R. Bukhari)
Pengasuh erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/ rumah
tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk
memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya. Pengasuhan mencakup beragam
aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat
bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan tidak menekankan pada siapa
(pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan
anak. Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah ayah dan ibu, hal ini
disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di
tengah-tengah ayah dan ibunya.[7]
Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak
dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti
makan, kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan ketika
membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya.
Pengasuhan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian
yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut,
atau mengalami trauma. Pengasuhan emosi ini mencakup pengasuhan agar anak
merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta
memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya.
Pengasuhan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang
stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya, menciptakan rasa
aman, serta menciptakan rasa optimis atas hal-hal baru yang akan ditemui oleh
anak. Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa
terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan
anak pada masa-masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting
karena hubungan sosial yang dibangun dalam pengasuhan akan membentuk sudut
pandang terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Pengasuhan sosial yang baik
berfokus pada memberikan bantuan kepada anak untuk dapat terintegrasi dengan
baik di lingkungan rumah maupun sekolahnya dan membantu mengajarkan anak akan
tanggung jawab sosial yang harus diembannya.
Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa
konsep pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain: (1)
pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial, (2) pengasuhan merupakan
sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua dengan anak, (3)
pengasuhan adalah sebuah proses sosialisasi, (4) sebagai sebuah proses
interaksi dan sosialisasi proses pengasuhan tidak bisa dilepaskan dari sosial
budaya dimana anak dibesarkan.
Parenting merupakan konsep yang
menggambarkan variasi pengasuhan anak dalam hal pendisiplinan, kehangatan,
perhatian terhadap kebutuhan anak, serta sikap dan keyakinan orangtua yang
secara konsisten membentuk pola dalam memperlakukan anak.
Menurut penulis parenting merupakan
segala usaha yang dikerahkan oleh orang tua dalam mengasuh dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya menjadi manusia yang seutuhnya,
berkepribadian, berakhlak, dan berilmu pengetahuan.
Menurut Dr. Baumrind, University of California,
Berkeley, ada empat model pengasuhan atau parenting. yaitu sebagai berikut
:[8]
1.
Authotarian
Parenting yakni gaya asuh yang bersifat membatasi,
menghukum, dan memaksa anak untuk megikuti kehendak orang tua. Orang tua jenis
ini sangat mengontrol dan tidak menginginkan anak-anak mereka banyak
mengemukakan pendapat. Orang tua otoriter sangat tidak demokratis saat
mengambil keputusan, memaksakan kehendak mereka tanpa memperhatikan perasaan
anaknya.
2.
Authoritative
parenting yaitu mendorong anaknya untuk berlaku
independen namun masih mengawasi secara ketat. Mereka lebih responsif,
menghargai pendapat anak dan mengikutsertakan mereka dalam pengambilan
keputusan. Orang tua jenis ini akan berkata pada anaknya “kamu tidak bisa
melakukan itu nak, ayo kita bahas cara lain yang lebih baik”.
3.
Neglectful
parenting adalah gaya asuh di mana orang tua tidak
terlibat aktif dalam kehidupan anaknya. Baik ketika anaknya masih kecil hingga
beranjak remaja. Ibaratnya, ketika ditanya “aku tidak melihat siapapun di
rumah, anak-anakmu kemana?” orang tua jenis ini tidak bisa menjawab.
4. Indulgent
parenting yaitu gaya asuh
dimana orang tua sangat terlibat dalam setiap seluk beluk kehidupan anaknya
namun tidak banyak memberi batasan atau kekangan pada perilaku orang tua jenis
ini membiarkan anaknya mengeksplorasi apapun sesuai keinginan mereka, karena
orang tua menganggap itu adalah awal dari kreativitas dan cara untuk
mengembangkan diri mereka.
Mengasuh adalah tanggung jawab yang kompleks, ini
tidak berakhir hanya dengan melahirkan. Proses ini berlangsung sampai anak
tumbuh. Anak perlu dipelihara sejak lahir sampai waktu akan datang bahwa anak
sudah bisa pergi sendiri. Peran utama dari orangtua adalah untuk memberikan
anak makanan yang yang ia butuhkan secara fisik, mental, emosional dan
spiritual, jadi orang tua disebut juga dengan “pendidik kudrati”.[9]
Strategi atau metode yang harus diikuti untuk memastikan
orangtua yang efektif dan mencapai tujuan-tujuan bagi anak, diantaranya :
Pertama dan terpenting, orangtua harus menjadi contoh
yang baik kepada anak. Jadilah guru yang baik dilingkungan anak-anak . Jika
Anda memiliki pandangan positif dalam hidup, kemungkinan besar anak juga akan
melakukan hal yang sama.[10]
Tetapkan aturan konstan. Berikan alasan yang tepat untuk
segala sesuatu sehingga anak akan mengerti dengan baik. Jika akan membatasi dia
untuk melakukan sesuatu, menjelaskan padanya mengapa begitu bahwa ia akan dapat
mengetahui. Berikutnya, berikan waktu untuk anak untuk mengungkapkan tentang dirinya,
beri dia kesempatan untuk menunjukkan apa yang dia bisa lakukan dan apa yang
dia pikirkan dan ungapkan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan dirinya dan
ego, dengan mendengar aktif orang tua terlibat penuh dengan apa yang dikatakan
anak, hal ini akan membuat anak :
1)
Anak
merasa dihargai, sekaligus belajar menghargai
2) Anak merasa didengar dan diterima perasaannya
3) Anak berlatih
mengekspresikan perasaannya dengan baik
4) Anak berlatih menjadi
pendengar yang baik pula pada saat orang tuanya berbicara
[1] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris
Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1976), h. 418
[2] Fauziah Fauzan dan Eva Delva, Mengasuh
dengan Bahasa Cinta Kiat Menjadi Orang Tua Bahagia, (Padang Panjang :
Diniyyah Research Centre, 2012), h. 110
[4] Chabib
Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), h. 109.
[5] DepartemenPendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka,2005), h. 802
[6] Imam Hafiz, Jami’us Shagir,
(Beirut : Darl Fikr, t.th) Juz II, h. 94
[8] Baumrind
D.. The influence of
parenting style on adolescent competence and substance use.
Journal of Early Adoescence, (1991) 11, 56-95.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar